Journal of Sport Sciences and Fitness

dokumen-dokumen yang mirip
MENINGKATKAN KECEPATAN LARI 100 M DENGAN LATIHAN INTERVAL 1 BANDING 2 DAN 1 BANDING 3

PENGARUH PELATIHAN INTERVAL TERHADAP DAYA TAHAN KARDIOVASKULAR DAN KECEPATAN

PENGARUH LATIHAN LARI INTERVAL TERHADAP KECEPATAN LARI PADA PEMAIN SEPAK BOLA DI SEKOLAH SEPAK BOLA RUKUN AGAWE SANTOSA (RAS) KLATEN NASKAH PUBLIKASI

Journal of Sport Sciences and Fitness

BAB III METODE PENELITIAN. Kecamatan Candimulyo Kabupaten Magelang. Waktu penelitian dilaksanakan

Journal of Sport Sciences and Fitness

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Deskripsi Lokasi, Populasi, dan Waktu Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. lari terdiri dari enam macam yang salah satunya adalah Lari cepat (Sprint) yang

BAB I PENDAHULUAN. darah. Masase adalah pemijatan atau pengurutan pada bagian tertentu

Journal of Sport Sciences and Fitness

Journal of Sport Sciences and Fitness

PERBEDAAN PENGARUH RASIO KERJA ISTIRAHAT LATIHAN INTERVAL ANAEROB DAN KAPASITAS AEROB TERHADAP KECEPATAN LARI 100 METER PUTRA

Journal of Sport Sciences and Fitness

Key word : Sprint, interval anaerob training, work interval, rest interval.

I G P Ngurah Adi Santika*, I P G. Adiatmika**, Susy Purnawati***

BAB I PENDAHULUAN. wanita atau laki-laki sampai anak-anak, dewasa, dan orangtua bahwa dengan

PENGARUH LATIHAN PUSH-UP DAN LATIHAN BEBAN DUMBBEEL TERHADAP KEMAMPUAN PUKULAN JODAN TZUKI PADA KENSHI KEMPO DI DOJO TADULAKO JUMAIN

PENGARUH LATIHAN KEKUATAN OTOT LENGAN TERHADAP KEMAMPUAN SERVIS ATAS DALAM PERMAINAN BOLAVOLI MAHASISWA PUTRA

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen tidak murni. Penelitian

Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi Volume 2: , Agustus 2016

BAB I PENDAHULUAN. bergantung kepada faktor, kondisi,dan pengaruh-pengaruh dalam menuju sebuah

PENGARUH LATIHAN FINDERS KEEPERS TERHADAP KECEPATAN LARI PADA ATLET ATLETIK KABUPATEN SIAK

PENGARUH METODE LATIHAN DAN INDEKS MASSA TUBUH TERHADAP DAYA TAHAN AEROB PEMAIN BULUTANGKIS PUTRA PB PG MRICAN KEDIRI

Journal of Sport Sciences and Fitness

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan tujuan untuk memperoleh prestasi optimal pada cabang-cabang olahraga.

BAB I PENDAHULUAN. A. LatarBelakang Masalah. Lari jarak pendek (sprint) adalah lari yang menempuh jarak antara 100

Pengaruh Pelatihan Air Alert Menggunakan Metode Latihan Interval terhadap Peningkatan Power Otot Tungkai

SKRIPSI PERBEDAAN LATIHAN PLIOMETRIK DEPTH JUMP DAN JUMP TO BOX TERHADAP PENINGKATAN KECEPATAN LARI PADA PEMAIN SEPAK BOLA DI SMA N 1 MANGGIS

BAB I PENDAHULUAN. Atletik merupakan salah satu cabang olahraga yang tertua didunia, karena

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH CIRCUIT TRAINING TERHADAP PENINGKATAN KEBUGARAN JASMANI DAN VO2MAX DALAM PERMAINAN SEPAKBOLA. Jurnal. Oleh. Arif Cahyanto

Oleh : N. Gimbar Adi Putra*, J. Alex Pangkahila**, I P G. Adiatmika*** Program Studi Magister Fisiologi Olahraga Universitas Udayana

PENGARUH PELATIHAN HOLLOW SPRINT TERHADAP KECEPATAN DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI

Journal of Sport Sciences and Fitness

Journal of Sport Sciences and Fitness

PENGARUH PELATIHAN ALTERNATE LEG BOUND TERHADAP KECEPATAN DAN POWER OTOT TUNGKAI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan tersebut ada beberapa hal yang dibutuhkan oleh. satu faktor yang penting lainnya adalah faktor fisik.

KETAHANAN (ENDURANCE)

Journal of Sport Sciences and Fitness

PENGARUH LATIHAN HOLLOW SPRINT TERHADAP HASIL LARI SPRINT 50 METER PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 6 KOTA JAMBI

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH METODE LATIHAN DRILL

Luh Putu Tuti Ariani. Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga, Fakultas Olahraga dan Kesehatan Universitas Pendidikan Ganesha

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. VO2max dianggap sebagai indikator terbaik dari ketahanan aerobik.

BAB I PENDAHULUAN. serta sebagai sarana untuk meraih prestasi. latihan fisik yang teratur dan sesuai untuk mengembangkan kemampuan

JURNAL HUBUNGAN ANTARA DAYA LEDAK TUNGKAI BAWAH DAN KELINCAHAN DENGAN KECEPATAN LARI 100 METER PADA SISWA PUTRA KELAS IX SMP NEGERI 6 KEDIRI 2016/2017

BAB III METODE PENELITIAN

Journal of Sport Sciences and Fitness

PENGARUH LATIHAN SKIPIING TERHADAP KEMAMPUAN LARI 60 METER PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 DAMPELAS. Maspar Addriana Bulu Baan Muh.

e-journal IKOR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Ilmu Keolahragaan ( Volume I Tahun 2014 )

BAB III METODE PENELITIAN

Universitas Lampung. Abstrak

BAB III METODE PENELITIAN

ARTIKEL ILMIAH PENGARUH LATIHAN SPEED PLAY TERHADAP HASIL LARI SPRINT 60 METER PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 14 TEBO PROPINSI JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Journal of Physical Education, Sport, Health and Recreations

Journal of Sport Sciences and Fitness

Journal of Sport Sciences and Fitness

EFEKTIVITAS LATIHAN BEBAN DENGAN METODE CIRCUIT WEIGHT TRAINING DENGAN SUPER SET

Keyword: Run Sprint Apart 50 metre, Method Study of Teams Games Tournament

Journal of Sport Sciences and Fitness

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Jurusan PJKR OLEH:

Journal of Sport Sciences and Fitness

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Jurusan Penjaskesrek

BAB I PENDAHULUAN. olahraga tidak akan datang dengan sendirinya, melainkan prestasi tertinggi hanya

PENGARUH LATIHAN NAIK TURUN BANGKU TERHADAP JAUH LOMPATAN PADA OLAHRAGA ATLETIK NOMOR LOMPAT JAUH SISWA KELAS X SMK PGRI WLINGI KAB.

PERAN INTERVAL SPRINT, AKSELERASI SPRINT, HOLLOW SPRINT TERHADAP PENINGKATAN KECEPATAN SISWA SEKOLAH SEPAK BOLA GORONTALO

PENGARUH METODE LATIHAN REPETISI DAN INTERVAL INTENSIF TERHADAP KEMAMPUAN LARI 100 METER SISWA SMP NEGERI 1 PARIAMAN

Dr. Achmad Widodo, M. Kes. DOSEN S-1 Ilmu Keolahragaan, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Surabaya

Journal of Sport Sciences and Fitness

Journal of Sport Sciences and Fitness

Yan Indra Siregar. Abstrak

PENGARUH LATIHAN VARIASI SPEED LADDER DRILL TERHADAP HASIL LARI SPRINT 60 METER PADA SISWA PUTRA KELAS VIII SMP NEGERI 6 KOTA JAMBI

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

Journal of Mechanical Engineering Learning

Automotive Science and Education Journal

BAB I PENDAHULUAN. landasan awal dalam pencapaian prestasi (M. Sajoto, 1988)

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pengambilan data penelitian telah dilakukan di SMK Kesehatan PGRI

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH LATIHAN HOLLOW SPRINT TERHADAP PENINGKATAN KECEPATAN LARI PADA PEMAIN SEPAK BOLA SEKOLAH SEPAK BOLA PUMA MUDA DESA MANTINGAN

PENGARUH PELATIAHN HOLLOW SPRINT TERHADAP KECEPATAN DAN KAPASITAS VITAL PARU PADA SISWA PUTRA KELAS V SD NEGERI TULANGAMPIANG DENPASAR

PENGARUH PELATIHAN LOMPAT KATAK TERHADAP KEKUATAN DAN DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI PADA SISWA PUTRA KELAS VIII SMPN 4 SINGARAJA TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Ema Susanti Purwati Kuswarini Suprapto

LATIHAN KETAHANAN (ENDURANCE) Oleh: Prof. Dr. Suharjana, M.Kes Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta

BAB III METODE PENELITIAN

1. DR. NASUKA M.Kes 2. TB WIDYO ALPIES NS PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA, S1 FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG ABSTRAK

Journal of Sport Sciences and Fitness

BAB I PENDAHULUAN. dari salah satu jalur energi dalam tubuh yang dikenal sebagai glikolisis (Mc

PENGARUH PELATIHAN LARI INTERVAL DENGAN RASIO KERJA DAN ISTIRAHAT 1:1 DAN 1:2 TERHADAP DAYA TAHAN KARDIOVASKULER. Oleh

Vol. 1 No. 1 ISSN Analisis Kapasitas Vital Paru Terhadap VO2Max Mahasiswa Baru FPOK IKIP Mataram Tahun Akademik 2015 / 2016

Sistem Energi. Kinerja manusia memerlukan energi. Energi tersebut berasal. dari bahan makanan yang dimakan sehari-hari. Tujuan makan antara lain

KONSEP Latihan kebugaran jasmani

Journal of Mechanical Engineering Learning

HUBUNGAN KEKUATAN MAKSIMAL OTOT TUNGKAI DAN FREKUENSI LANGKAH (CADENCE) TERHADAP KECEPATAN SPRINT

Journal of Physical Education, Health and Sport

SKRIPSI PELATIHAN TARI GALANG BULAN MENINGKATKAN KEBUGARAN FISIK PADA PELAJAR SMP DI YAYASAN PERGURUAN KRISTEN HARAPAN DENPASAR

Unnes Physics Education Journal

BAB III METODE PENELITIAN. jasmani metode interval training dengan tugas latihan lompat segi-6, lompat segi-4

BAB I PENDAHULUAN. Atletik dalam perkembangan di zaman modern ini semakin dapat diterima

Transkripsi:

JSSF 4 (1) (2015) Journal of Sport Sciences and Fitness http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jssf MENINGKATKAN KECEPATAN LARI 100 METER DENGAN LATIHAN INTERVAL 1 BANDING 2 DAN 1 BANDING 3 Abdul Rahman 1, Sugiarto 2 Jurusan Ilmu Keolahragaan, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang, Indonesia Info Artikel Sejarah Artikel: Diterima Januari 2015 Disetujui Februari 2015 Dipublikasikan Maret 2015 Keywords: Interval training ; Speed of 100 meters; Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang perbedaan latihan interval 1 banding 2 dengan 1 banding 3 terhadap kecepatan berlari 100 meter, Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen pre-test dan posttest group. Populasi dalam penelitian ini adalah atlet POPDA lari 100 meter putra Kecamatan Jenawi Kabupaten Karanganyar berjumlah 20 atlet. Sampel dalam penelitian ini mengunakan total sampling adalah mengambil seluruh populasi penelitian berjumlah 20 atlet. Treatment yang digunakan adalah latihan interval 1 banding 2 dan 1 banding 3 sebanyak 16 kali pertemuan selama 6 minggu, latihan dilakukan 3 kali setiap minggunya. Variabel penelitian ini terdiri dari dua variabel bebas yaitu latihan interval 1 banding 2 dan latihan interval 1 banding 3, variabel terikatnya kecepatan lari 100 meter. Instrumen tes menggunakan peluit untuk aba-aba, dan stopwatch untuk mengukur waktu yang ditempuh. Teknik analisis data dilakukan dengan statistik menggunakan uji t dengan taraf signifikan 5 %. Memperoleh hasil bahwa rata-rata kecepatan berlari pada sampel dengan latihan interval 1 banding 2 sebelum diberikan program latihan (6,81 m/s), dan setelah diberikan progam latihan interval 1 banding 2 rata-rata kecepatan yang didapat (7,37 m/s), dan dari hasil pre-test dan post-test menunjukkan bahwa setelah sampel diberikan progam latihan interval 1 banding 2 mengalami peningkatan kecepatan sebesar (0,56 m/s). rata-rata kecepatan berlari pada sampel dengan latihan interval 1 banding 3 sebelum diberikan program latihan (6,82 m/s), dan setelah diberikan progam latihan interval 1 banding 3 rata-rata kecepatan yang didapat (7,03 m/s), dan dari hasil pre-test dan post-test menunjukan bahwa setelah sampel diberikan progam latihan interval 1 banding 3 mengalami peningkatan kecepatan sebesar (0,21 m/s). Maka dapat disimpulkan latihan interval 1 banding 2 lebih baik dalam meningkatkan kecepatan dari pada latihan interval 1 banding 3 yaitu 0,56>0,21. Abstract The purpose of this study is to know about the difference 1 to 2 with 1 to 3 the running speed of 100 meters, The method used is experimental pre-test and post-test group. The population in this study is POPDA athlete running 100 meters District of Jenawi Karanganyar totaled20 athletes. The sample in this study uses total sampling is take the entire study population totaled20 athletes. Treatments were used is interval training 1-to-2 and 1-to-3 a total of 16 times over the past 6 weeks, the practice is done 3 times each week. The variables of this study consisted oftwo independent variables is 1-to-2 interval training and interval training 1-to-3, dependent variable isspeed of 100 meters. Instrument tests using whistle to cue, and stopwatch to measure the time taken. The data analysis techniques statistics using the t test with a significance level of 5%. Get results obtained indicate that the average speed (6,81m/s), and after the exercise program given intervals of 1 to 2 the average speed obtained (7,37m/s), and from the pre-test and post-test indicates that the after a given sample interval training program 1 to 2 increased speed of (0,56m/s). average running speed on the training sample intervals 1 to 3 before being given an exercise program (6,82m/s), and after the exercise program given intervals of 1 to 3 the average speed obtained (7,03m/s), and from the pre-test and post-test showed that after a given sample interval training program 1 to 3 increased speed of (0,21m/s). It can be concluded exercise intervals of 1 to 2 is better in improving the speed of the interval training 1-to-3 is 0,56>0,21. 2015 Universitas Negeri Semarang Alamat korespondensi: Gedung F1 Lantai 3 FIK Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229 E-mail: AbdulRahman1727@Gmail.com ISSN 2252-6528 1

PENDAHULUAN Atletik merupakan salah satu olahraga yang terpenting dalam pelaksanaan Olimpiade moderen. Cabang atletik dilaksanakan disemua negara karena nilai-nilai pendidikan yang terkandung didalamnya, memegang peranan yang sangat penting dalam pengembangan kondisi fisik, sering pula menjadi dasar pokok untuk pengembangan atau peningkatan prestasi yang optimal bagi cabang olah raga lain dan bahkan dapat diperhitungkan sebagai suatu ukuran kemajuan suatu negara. Selain dapat digunakan sebagai kegiatan usaha meningkatkan taraf kesegaran jasmani dan prestasi seseorang, atletik menyediakan arena kegiatan penelitian dan percobaan-percobaan tentang manusia dengan keuntungan bahwa yang berhubungan dengan olahraga atletik ini menjadi sangat luas dan sangat beraneka ragam (Khomsin, 2011). Nomor lari merupakan nomor yang disebut sebagai nonteknik, karena lari merupakan aktivitas alami yang relatif sederhana jika dibandingkan dengan nomor lompat tinggi galah atau nomor lontar martil.namun demikian, tidaklah sesederhana itu pada nomor lari. Penekanan pada kecepatan dan daya tahan ditentukan oleh jarak lomba, start jogkok dalam lomba lari sprint, pergantian tongkat pada lari estafet dan adanya rintangan dalam nomor lari gawang dan halang rintang yang semuanya membuat tuntutan teknik untuk para atlet harus dipersiapkan (Didik Zafal Sidik, 2011). Lari cepat atau sprint adalah semua perlombaan lari dimana peserta berlari dengan kecepatan maksimal sepanjang jarak yang harus ditempuh, sampai dengan jarak 400 meter masih dapat digolongkan dalam lari cepat. Menurut Muhajir (2004) sprint atau lari cepat yaitu, perlombaan lari dimana peserta berlari dengan kecepatan penuh yang menempuh jarak 100 m, 200 m, dan 400 m. Kebutuhan yang relatif penting untuk lari sprint sangat beragam bergantung pada kategori usia. Sprint yang baik membutuhkan reaksi yang cepat, akselerasi yang baik, dan jenis lari yang efisien. Sprinter juga harus mengembangkan start sprint yang baik dan mempertahankan kecepatan puncak selama mungkin.dalam lari sprint harus memperhatiakn sistem energi yang digunakan karena atlet mengunakan persediaan energi yang tersimpan atau kapasitas an-aerobik (Khomsin, 2011). Setiap melakukan aktifitas tubuh membutuhkan energi. Semakin berat aktifitas yang dilakukan, akan semakin besar pula energi yang dibutuhkan oleh tubuh. Energi adalah kapasitas atau kemampuan untuk melakukan pekerjaan. Energi ini berupa senyawa energi yang dikenal dengan adenosine trifosfat (ATP). Proses-proses pembetukan ATP melalui (1) Sistem ATP-PC (fosfagen), (2) Sistem asam laktat dan (3) Sistem aerobic. Estimasi waktu dan energi yang digunakan untuk melakukan aktiftas adalah (1) ATP : 1 detik, (2) ATP-PC : aktifitas antara 15-20 detik, (3) ATP-PC-LA : aktifitas antara 20 detik 2 menit dan (4) Sistem aerob (oksigen): aktifitas lebih dari 2 menit. Lari 100 meter dilakukan dengan intensitas yang maksimal, dengan waktu kurang dari 15 detik. Oleh karena itu sistem energi yang digunakan adalah ATP-PC. Sistem ATP-PC atau sistem fosfagen merupakan sumber energi utama untuk aktifitas yang berintensitas sangat tinggi, seperti lari 100 meter. Tudor O. Bompa & G. Gregory Haff (2009) mengemukakan bahwa : Pengisian kembali cadangan fosfagen biasanya merupakan sebuah proses yang sangat cepat, dengan 70 % pemulihan ATP yang terjadi dalam waktu sekitar 30 detik dan pemulihan sempurna dalam latihan terjadi selama 3 sampai 5 menit. Pemulihan PC memakan waktu lebih lama dengan 2 menit untuk pemulihan 84%, 4 menit untuk pemulihan 89 % dan 8 menit untuk yang sempurna. Pemulihan fosfagen terjadi sebagian besar melalui metabolisme aerobik. Akan tetapi, sistem glikolisis mungkin juga menyumbang pada pemulihan kumpulan fosfagen setelah latihan yang berintensitas tinggi. Menurut Bahrudin (2008) Kecepatan adalah kemampuan seseorang untuk menempuh suatu jarak dalam waktu yang sesingkatsingkatnya. Kecepatan bukan hanya berarti 2

menggerakan seluruh tubuh dengan cepat. Akan tetapi dapat pula terbatas pada gerakkan anggota tubuh dalam waktu yang sesingkatsingkatnya. Eri Pratiknyo Dwikusworo(2009) Kecepatan adalah kemampuan seseorang yang memungkinkan orang merubah arah atau melaksanakan gerakan yang sama atau tidak sama secepat mungkin. Kecepatan adalah suatu kemampuan bersyarat untuk menghasilkan gerakan tubuh dalam keadaan atau waktu yang sesingkat mungkin. Kecepatan bersifat lokomotor dan gerakannya bersifat siklik (satu jenis gerakan yang dilakukan berulang-ulang seperti lari) atau kecepatan gerak bagian tubuh seperti melakukan pukulan. Kecepatan yang bersifat lokomotor dan gerakannya bersifat siklik satu jenis gerak yang dilakukan berulangulang (seperti lari) atau kecepatan gerak bagian tubuh. Latihan interval merupakan suatu sistem latihan yang diselingi oleh interval-interval berupa masa istirahat. Jadi dalam pelaksanaannya adalah latihan - istirahat - latihan - istirahat - latihan - istirahat dan seterusnya (Juliantine dan tile, 2007:316).Stephen Seiler mengungkapkan dengan istirahat dari 30-90 detik ( beban : recovery 1:3) berulang 25-30 kali. Jalur glikolisis adalah jalur dominan dalam interval 30-120 detik kerja diikuti oleh sisa 60-240 detik (beban : pemulihan 1:2) diulang 10-20 kali. Dan akhirnya, jalur oksidatif adalah jalur dominan dalam interval 120-300 detik kerja diikuti dengan sisa 120-300 detik ( beban : pemulihan 1:1). Sebagian besar pelatihan metabolik harus Interval pelatihan. Pelatihan Interval tidak perlu begitu terstruktur atau formal. Salah satu contoh akan melakukan sprint antarasatu set tiang telepon dan jogging antara selanjutnya diatur bergantian dengan cara ini untuk durasi dari berlari. Salah satu contoh dari interval yang CrossFit membuat penggunaan rutin adalah Tabata Interval,yaitu 20 detik kerja yang diikuti oleh 10detik istirahat diulang enam sampai delapan kali. Pelatihan interval anaerob telah ditunjukkan untuk merangsang adaptasi fisiologis yang signifikan dalam 2 sampai 15 minggu pada individu sebelumnya latihan tergantung pada frekuensi, durasi, dan intensitas program interval yang digunakan. pesepeda elit telah menunjukkan adaptasi fisiologis signifikan dan keuntungan kinerja dalam waktu 2 minggu menggunakan intensitas tinggi - rencana pelatihan interval. Meskipun literatur telah menunjukkan peningkatan kinerja yang signifikan di kedua pengendara sepeda dan pelari sebagai akibat dari sesedikitnya 2 minggu pelatihan interval intensitas tinggi, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menetapkan pedoman untuk durasi pelatihan yang dibutuhkan untuk mengoptimalkan kinerja (Tudor o. Bompa dan G. gregory Haff, 2009). 1. Latihan dengan metode interval 1 banding 2 adalah model latihan yang diterapkan dengan 1 waktu kerja 2 waktu istirahat. Artinya sampel melakukan latihan dengan 1 kali kerja dan istirahat dalam 1 kali kerja tersebut adalah 2 kali waktu kerja yaitu istirahat setiap repetisi adalah 29,10 detik. 2. latihan dengan metode interval 1 banding 3 adalah model latihan yang diterapkan dengan 1 waktu kerja 3 waktu istirahat. Artinya sampel melakukan latihan dengan 1 kali kerja dan istirahat dalam 1 kali kerja tersebut adalah 3 kali waktu kerja yaitu istirahat setiap repetisi adalah 43,65 detik. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui penigkatan kecepatanlatihan dengan interval 1 banding 2, mengetahui penigkatan kecepatanlatihandengan interval 1 banding 3 dan Membandingkan latihan interval 1 banding 2 dengan 1 banding 3 terhadap kecepatan lari 100 meter pada atlet lari POPDA Kecamatan Jenawi Kabupaten Karanganyar. METODE Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Metode eksperimen adalah suatu kegiatan untuk meneliti suatu gejala yang dinamakan latihan atau perlakuan. Dasar menggunakan metode eksperimen adalah kegiatan percobaan yang diwakili dengan memberikan perlakuan terhadap subjek dan diakhiri dengan tes untuk menguji kebenarannya. Pola yang digunakan 3

adalah menggunakan pre-test dan post-test group design. Dalam penelitian ini, populasinya adalah atlet lari POPDA SMP putra Kecamatan Jenawi Kabupaten Karanganyar berjumlah 20 anak. Adapun teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Total Sampling dimanapengambilan sampel dengan mengambil seluruh populasi yang ada. Dari 20anak peserta POPDA SMP Kecamatan Jenawi Kabupaten Karanganayar, maka dari 20anak yang ada bisa mengikuti kegiatan latihan. Metode untuk mendapatkan data yaitu dengan penggunaan tes, yaitu menggunakan pretest dan post-test. Tes awal yaitu hasil dari tes kecepatan lari 100. Analisis yang digunakan adalah mengunakan t-test. Untuk mengetahui hasil penelitian tersebut dapat berjalan atau tidak setelah membandingkan t-hitung dengan t- tabel. Tes akhir adalah tes lari 100 meter, data tersebut akan dihitung dengan pola matching by subjek design (M-S) untuk mengetahui perbedaan mean antara pre-test dan post-test. Apabila data tersebut telah didapat, maka akan dicari nilai t dengan rumus t-test, untuk mengetahui perbedaan yang signifikan antara pre-test dan post-test. PEMBAHASAN Hasil penelitian pada pre-test menunjukan hasil kecepatan lari 100 meter kelompok dengan latihan interval 1 banding 2 diperoleh mean (pretest) 6,81m/s dengan kecepatan minimun 6,42m/s dan kecepatan maximum 7,45m/s. Standar deviasi 0,37 dengan sampel 10. Hasil penelitian pre-test kelompok latihan 1 interval 1 banding 3 diperoleh mean 6,82m/ sdengan kecepatan minimum 6,27m/s dan kecepatan maximum 7,34m/s. Standar deviasi 0,37 dengan sampel 10. Hasil penelitian pada post-test menunjukan hasil kecepatan lari 100 meter kelompok latihan interval 1 banding 2 diperoleh mean (post-test) 7,38m/s dengan kecepatan mimimun 7,08m/s dan kecepatan maximum 7,73m/s. Standar deviasi 0,24 dengan sampel 10. Hasil penelitian post-testkelompok latihan interval 1 banding 3 diperoleh mean7,03m/s dengan kecepatan minimum 6,38m/s dan kecepatan maximum 7,46m/s. Standar deviasi 0,32 dengan sampel 10. Tabel 1. Rangkuman hasil penghitungan statistik data diskripsi antar kelompok sebelum dan sesudah latihan. Kelompok Sebelum Sesudah Selisih Latihan interval 1 banding 2 : 6.8161m/s SD : 0,37 : 7.38m/s SD : 0,24 m/s 0,5639 Latihan interval 1 banding 3 : 6.8241m/s SD : 0,37 : 7.03m/s SD : 0,32 m/s 0,2059 Kondisi awal kedua kelompok latihan tidak beda atau sama. Masing-masing kelompok berangkat pada kemampuan yang sama. Untuk kelompok latihan dengan interval 1 banding 2 diperoleh rata-rata pre-test: 6,81m/s sedangkan rata-rata post-test: 7,38m/s selisih antara post-test dan pre-test: 0,57m/s. untuk kelompok latihan dengan interval 1 banding 3 menghasilkan ratarata pre-test: 6,82m/s sedangkan rata-rata posttest:7,03m/s selisih antara post-test dan pretest:0,21m/s. sehingga kelompok latihan menggunakan latihan interval 1 banding > kelompok latihan dengan interval 1 banding 3 (0,57>0,21) Uji perbedaan t-tes dimaksudkan untuk mengetahui diterima atau ditolak hipotesis yang menyatakan ada pengaruh latihan interval 1 banding 2 dengan 1 banding 3 terhadap kecepatan lari 100 meter. Berikut adalah rangkuman uji beda dengan t-test : Tabel 2. rangkuman t hitung t tabel latihan interval 1 banding 2 dengan latihan 4

interval 1 banding 3 Kelompok t hitung t tabel Ketera ngan Interval1 banding 2 Interval1 banding 3-4,76 - -1.77 - - 4,76 <- - 1,77 >- Signifi kan Tidak signifik an Dengan membandingkan nilai t hitung dengan t tabel pada taraf signifikansi 5 % dan db (N-1)= 19. Nilai T tabel untuk taraf signifikansi 5 % adalah maka dapat diketahui bahwa t-hitung untuk latihan interval 1 banding 2 (- 4,76), lebih besar dari pada t-tabel ini berarti hipotesis yang menyatakan ada perbedaan kecepatan sesudah dan sebelum latihan interval 1 banding 2 diterima. dan latihan interval 1 banding 3 (-1,77) karena berada pada daerah penerimaan Ho maka hipotesis ditolak. Sehingga latihan dengan interval 1 banding 2 lebih baik untuk menambah kecepatan. Melihat dari hasil penelitian diatas dapat dijelaskan Latihan dengan metode interval 1 banding 2 adalah model latihan yang diterapkan dengan 1 waktu kerja 2 waktu istirahat. Artinya tester melakukan latihan dengan 1 kali kerja dan istirahat dalam 1 kali kerja tersebut adalah 2 kali waktu kerja yaitu istirahat setiap repetisi adalah 29,10 detik. Sedangkan latihan dengan metode interval 1 banding 3 adalah model latihan yang diterapkan dengan 1 waktu kerja 3 waktu istirahat. Artinya tester melakukan latihan dengan 1 kali kerja dan istirahat dalam 1 kali kerja tersebut adalah 3 kali waktu kerja yaitu istirahat setiap repetisi adalah 43,65 detik. Dari kedua metode tersebut setiap set sama-sama istirahat selama 5 menit untuk memulihkan tenaga. Jadi pada intinya metode interval 1 banding 2 dengan 1 banding 3 adalah perbedaan waktu istirahat antar repetisi yang dilakukan tester. Latihan ini menggunakan intensitas 95% dari kemampuan maksimal dan penting untuk cabang olahraga atletik (lari sprint). Ditinjau dari aspek penggunaan energi, sumber energi utama yang digunakan adalah ATP-PC dan LA. Sehingga sistem energi yang dominan pada latihan interval pendek adalah sistem energi anaerobik. Latihan ini dapat digunakan untuk meningkatkan kecepatan berlari dengan pertimbangan metode latiahan interval 1 banding 2 lebih baik untuk peningkatan kecepatan. Dalam melakukan pelatihan interval seorang sprinter melibatkan kontraksi otot diantaranya: quadriceps, hamstring,fleksor pinggul, abductor paha, gastrocnemius, dan gluteus. Melalui peningkatan dalam ukuran dan jumlah sel sel serta serabut-serabut otot tungkai, maka akan menambah atau meningkatkan kekuatan otot tersebut. Prinsip spesifisitas sangat penting untuk adaptasi fisiologi bagi seorang atlet. Adaptasi fisiologis sebagai respon terhadap pelatihan fisik adalah sangat spesifik atau khas, sehingga makin spesifik pelatihan yang diberikan, makin bagus peningkatan kinerja dalam aktifitas olahraga. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas menunjukan bahwa pemberian latihan interval 1 banding 2 dengan latihan interval 1 banding 3 selama 16 kali latihan serta memperhatikan sistem energi yang digunakan dalam sprint berpengaruh terhadap perubahan kecepatan lari 100 meter atlet POPDA SMP di Kecamatan Jenawi Kabupaten Karanganyar. SIMPULAN Bedasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat diambil simpulan bahwa progam latihan interval 1 banding 2 dengan 1 banding 3 berpengaruh dalam menigkatkan kecepatan lari 100 meter, progam latihan interval 1 banding 2 berpengaruh lebih baik meningkatkan kecepatan lari 100 meter, program latihan interval 1 banding 3 berpengaruh menigkatkan kecepatan lari 100 meter namun tidak signifikan. DAFTAR PUSTAKA Bahrudin. 2008. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan Untuk SMP Kelas VIII. Jakarta: PT Galaxy Puspa Mega 5

Didik Zafar Sidik. 2011. Mengajar dan Melatih Atletik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Eri Praktiknyo Dwikusworo. 2009. Tes Pengukuran dan Evaluasi Olahraga. Semarang: Universitas Negeri Semarang Juliantine dan Tite. 2007. Teori Latihan. Bandung: Universitas Khomsin. 2011. Atletik 1. Semarang: UPT UNNES Press Stephen Seiler. What Is Best Practice For Training Intensity And Duration Distribution In Endurance Athletes?. Journal Of Sports Physiology And Performance. Vol 5. 2010: 276-291 Suharsimi Arikunto. 2010.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Reanika Cipta Sutrisno Hadi. 2004. MetedologiReasarch. Yogyakarta : Andi Offset. Tudor O. Bompa dan G. Gregory Haff. 2009. Theory and Methodology Of Training: Kendall/hunt Publishing Company. 6