BAB I PENDAHULUAN. Ulil Amri Syafri, Pendidikan Karakter Berbasis Al-Qur an, PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2012, hlm. 57.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1995), hlm M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Persada, 2003), hlm Jalaluddin, Teologi Pendidikan,(Jakarta: PT. Raja Grafindo

BAB I PENDAHULUAN. 1 Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003, Bab I, Pasal 1 ayat 11.

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006, hlm Endang Poerwanti, dkk, Perkembangan Peserta didik, Malang: UMM Press, 2002, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. Amzah, 2007), hlm. 55. Pemikiran dan Kepribadian Muslim, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), hlm. 150.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1 Undang-Undang, Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) 2003, Sinar Grafika, Jakarta, 2006,

BAB I PENDAHULUAN. komponen, yaitu : pengajar (Dosen, Guru, Instruktur, dan Tutor) siswa yang

BAB I PENDAHULUAN. Muhaimin, Rekonstruksi Pendidikan Islam, Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2009, hal.

BAB I PENDAHULUAN. Suwarto, Pengembangan Tes Diagnosis dalam Pembelajaran, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2013, hal. 3-4.

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan. Agus Mahfud, Ilmu Pendidikan Islam Pemikiran Gus Dur, Nadi Pustaka, Yogyakarta, 2012, hlm. 73.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. seperangkat ajaran tentang kehidupan manusia; ajaran itu dirumuskan berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi ajaran agama dalam bentuk hubungan sosial kemasyarakatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan bangsa Indonesia yang salah satunya yaitu mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN. Mempelajari pendidikan Islam sangat penting bagi kehidupan setiap. muslim karena pendidikan merupakan suatu usaha yang membentuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. beragama yaitu penghayatan kepada Tuhan, manusia menjadi memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Pendidik bisa dibagi menurut perspektif kelembagaan, yang tersimpul dalam Tri

BAB I PENDAHULUAN. Nana Sudjana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah, Sinar Baru, Surabaya, 1997, hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN. manusia tidak dapat berkembang dengan baik. Pendidikan dapat diartikan

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam

BAB I PENDAHULUAN. memahami ajaran Islam secara menyeluruh dan menghayati tujuan, yang pada

BAB I PENDAHULUAN. 2012, hal Sulthon, Ilmu Pendidikan, Cet I, Nora Media Enterprise, Kudus, 2011, hlm, 1.

BAB I PENDAHULUAN. dalam ikut serta mencerdaskan bangsa. Banyaknya jumlah pesantren di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, Hlm E. Mulyasa, Pengembangan Dan Implementasi Kurikulum 2013, Remaja Rosdakarya,

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Press, Jakarta, 2007, Hlm. 4. Daya Saing Lembaga Pendidikan Islam, Ar-Ruzz Media, Jogjakarta, 2013, Hlm. 189

Rajawali Pers, 2009), hlm Abudin Nata, Ilmu Pendidikan Islam dengan Pendekatan Multidisipliner, (Jakarta:

BAB I PENDAHULUAN. hlm Adri Efferi, Materi dan Pembelajaran Qur an Hadits MTs-MA, STAIN Kudus, Kudus, 2009, hlm. 2-3

BAB I PENDAHULUAN. 2015, hlm Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 2001, hlm

BAB I PENDAHULUAN. Ibid, hal Moh Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002, hal. 4

BAB I PENDAHULUAN. hlm. 1. nasional (sisdiknas), pasal 1 ayat 1. hlm. 43.

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan keterampilan yang berguna dalam menjalani hidup. terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. diberikan Allah SWT semaksimal mungkin. Mempunyai akal pikiran yang cerdas

BAB I PENDAHULUAN. M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009, hlm

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II. mengembangkan diri, baik dalam aspek kognitif, psikomotorik maupun sikap.12 Ketiganya merupakan satu kesatuan yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. pekerti luhur, berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif, terampil,

BAB I PENDAHULUAN. 2001), hlm Abudin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009), hlm. 295.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Tatang, Ilmu Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2012), hlm Ibid., hlm

BAB I PENDAHULUAN. menjadi permasalahan serius, maraknya kasus-kasus yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. maupun di akhirat. Dengan pendidikan seseorang akan memperoleh bekal

BAB I PENDAHULUAN. Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, Kencana, Jakarta, 2008, hlm. 17 2

BAB I PENDAHULUAN. mengantar seseorang untuk meraih kesejahteraan yang didambakan baik di dunia. dan keterampilan yang berguna dalam menjalani hidup.

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas adalah pendidikan yang mampu memberi kondisi mendidik yang

BAB I PENDAHULUAN. Syaiful Bahri Djamaroh dan Aswan Zain, STRATEGI BELAJAR MENGAJAR, PT RINEKA CIPTA, Jakarta, cet. 2, 2002, hal

BAB I PENDAHULUAN. adalah : Kuttab/maktab, aljami, majelis ilmu atau majelis adab, dan. mempengaruhi perkembangan pendidikan Islam di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. mengalami proses pendidikan yang didapat dari orang tua, masyarakat maupun

BAB I PENDAHULUAN. Rini Dwi Susanti, Strategi Pembelajaran Bahasa, NORA MEDIA ENTERPRISE, Kudus, 2011, hal. 83

BAB I PENDAHULUAN. Secara garis besar pendidikan Agama Islam yang diberikan di sekolah atau. keimanan dan ketaqwaan peserta didik kepada Allah Swt.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan salah satu upaya kebijakan dari pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Guru merupakan pihak yang bersinggungan langsung dengan

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.

BAB I PENDAHULUAN. dirinya yang memungkinkannya untuk berfungsi secara baik dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. (beribadah) kepada penciptanya. Oleh karena itu Islam memandang kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010), hlm Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dharma Kesuma, dkk, Pendidikan Karakter Kajian Teori dan Praktik di Sekolah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), hlm. 5.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakangMasalah

BAB I PENDAHULUAN. Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2014, Hlm: 28 2

BAB I PENDAHULUAN. 4 Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2005, hal.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB IV DAMPAK KEBERADAAN PONDOK PESANTREN DALAM BIDANG SOSIAL, AGAMA DAN PENDIDIKAN BAGI MASYARAKAT TLOGOANYAR DAN SEKITARNYA

BAB I PENDAHULUAN. telah membawa penyeragaman nama dari ilmu yang dikembangkan di. menggunakan nama Publistik, sedangkan di Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. agama. 1 Di sekolah umum (SD, SMP, SMA) pengajaran agama dipandang

BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung, Alfabeta, 2012, hal iii

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. alam. Pedoman dalam mengajarkan ajarannya yaitu berupa Al-Qur an. Al-

BAB I PENDAHULUAN. 2005, Hlm, 28

BAB I PENDAHULUAN. sekaligus Rasul terakhir yaitu Muhammad Saw. dengan perantaraan malaikat Jibril,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. nasional adalah pembangunan di bidang pendidikan yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Sekretaris Jenderal MPR-RI, Undang-Undang Dasar 1945, Sekjen MPR-RI, Jakarta, hlm. 5 2

BAB I PENDAHULUAN. bagi kehidupan manusia yakni al-qur'an dan al-hadits yang di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN. dirinya dalam suatu suasana belajar yang menyenangkan dan sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan pendidikan tinggi. Pengajaran sebagai aktivitas operasional pendidikan. dilaksanakan oleh tenaga pendidik dalam hal ini guru.

BAB I PENDAHULUAN. dengan sengaja oleh orang dewasa agar seseorang menjadi dewasa. 1 Menurut Ki Hajar

BAB I PENDAHULUAN. manusia baik dalam hubungan dengan Tuhannya maupun berinteraksi dengan

STUDI KOMPARASI KEMAMPUAN MEMBACA AL-QUR AN SISWA KELAS VIII ANTARA YANG BERASAL DARI MI DAN YANG BERASAL DARI SD DI MTs YAKTI TEGALREJO MAGELANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1 Soenarjo, Al-Qur'an dan Terjemahnya, (Jakarta: Depag RI, 2003), hlm.


Madrasah Dalam Sistem Pendidikan Nasional MADRASAH DALAM SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL. Kata Kunci: Madrasah, Sistem dan Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. tujuan. 2 Evaluasi pendidikan diartikan dengan penilaian pendidikan, yakni kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, PT Remaja Rosdakarya : Bandung, 2008, hlm.1. 2

BAB I PENDAHULUAN. dalam memahami Psikologi anak Usia SD, SMP, dan SMA, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009, hlm. 219.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Qur an telah melakukan proses penting dalam pendidikan manusia sejak diturunkannya wahyu pertama kepada Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam. Ayat-ayat tersebut mengajak seluruh manusia untuk meraih ilmu pengetahuan melalui pendidikan membaca.1 Pentingnya mempelajari Al-Qur an tersebut, sebagai perintah yang paling berharga dari Allah SWT yang diberikan kepada umat manusia. Inilah yang menjadi titik sumber falsafah pendidikan Islam, yang isinya mengkaji bermacam-macam hampir meliputi ilmu Islam, segala ilmu sosial, kemanusian, segala sains, dan segala falsafah Islam yang tersirat di dalam Al-Qur an.2 Dari sinilah terbentuknya ilmu pendidikan yang berdasarkan Al-Qur an atau sering disebut ilmu pendidikan Islam. Ilmu pendidikan Islam merupakan ilmu pendidikan yang berdasarkan Islam. Islam adalah nama agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Islam berisi seperangkat tentang ajaran kehidupan manusia; ajaran itu dirumuskan berdasarkan dan bersumber pada Al-Qur an dan Hadits serta akal. Jika demikian, maka ilmu pendidikan Islam adalah ilmu pendidikan yang berdasarkan Al-Qur an, hadits dan akal. Penggunaan dasar ini harus berurutan: Al-Qur an lebih dahulu, bila tidak ada atau tidak jelas di dalam Al-Qur an maka harus dicari di dalam hadits, bila tidak atau tidak jelas di dalam hadits, barulah digunakan akal (pemikiran), tetapi temuan akal itu tidak boleh bertentangan dengan jiwa Al-Qur an dan hadits. Oleh karena itu, teori pendidikan Islam haruslah dilengkapi dengan ayat-ayat Al-Qur an dan atau hadits dan atau argumen (akal) yang menjamin teori tersebut.3 1 Ulil Amri Syafri, Pendidikan Karakter Berbasis Al-Qur an, PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2012, hlm. 57. 2 Omar Mohammad Al-Toumy Al-Syaibani diterjemahkan oleh Hasan Langgulung, Falsafah Pendidikan Islam, Penerbit Bulan Bintang, Jakarta, 1979, hlm. 49. 3 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2005, hlm. 12. 1

2 Jadi dapat disimpulkan, Ilmu pendidikan Islam adalah ilmu yang berdasarkan dari sumber Al-Qur an dan Hadits. Dengan suatu ilmu tentang ajaran kehidupan manusia yang dilakukan melalui proses pendidikan baik di rumah maupun di lembaga sekolah. Pendidikan Islam merupakan kebutuhan manusia, karena sebagai makhluk padeogogis manusia dilahirkan dengan membawa potensi dapat dididik dan mendidik sehingga mampu menjadi khalifah di bumi. Oleh karena itu, ilmu yang dipakai harus menggunakan ayatayat Al-Qur an dan atau hadits dan atau argumen (akal) sebagai pedoman dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan, pendidikan ke-islam-an atau Pendidikan Agama Islam, yakni upaya mendidikkan agama Islam atau ajaran Islam dan nilainilainya, agar menjadi way of life (pandangan dan sikap hidup) seseorang. Dalam pengertian ini pendidikan Islam dapat terwujud: Pertama, segenap kegiatan yang dilakukan seseorang atau suatu lembaga untuk membantu seorang atau kelompok peserta didik dalam menanamkan dan/atau menumbuh kembangkan ajaran Islam dan nilainilainya. Kedua, segenap fenomena atau peristiwa perjumpaan antara dua orang atau lebih yang dampaknya ialah tertatanamnya dan/atau tumbuh kembangnya ajaran Islam dan nilai-nilainya pada salah satu atau beberapa pihak.4 Inilah isi pendidikan Islam yang merupakan sarana dan prasarana penyebaran pengalaman bagi seorang muslim yang dapat menjadi dua kategori. Pertama, pegalaman dalam bentuk keterampilan-keterampilan atau pengetahuan teknis yang sifatnya beragama dari masa ke masa dan cenderung untuk terus mengalami perubahan dan perkembangan. Kedua, pengalaman yang didasarkan atas nilai-nilai konstan atau permanen tertentu yang mewujud dalam agama dan kitab suci, dan yang terakhir ini terdiri atas kebenaran abadi yang tidak tunduk kepada proses perubahan, dan bagi seorang muslim didefinisikan dalam Al-Qur an sebagai As-Sunnah dalam istilah yang sejelasjelasnya.5 Jadi, pendidikan agama Islam ini adalah suatu wadah atau lembaga pendidikan yang berupaya mengamalkan, menanamkan dan menumbuh 4 Muhaimin dkk, Paradigma Pendidikan Islam; Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah, PT. Remaja Rosdakarya Offset, Bandung, 2008, hlm. 30. 5 Juwariyah, Dasar-dasar Pendidikan Anak dalam Al-Qur an, Teras, Yogyakarta, 2010, hlm. 2.

3 kembangkan ilmu-ilmu dan nilai-nilai Islam dengan suatu kelompok peserta didik yang bertujuan agar menjadi way of life (pandangan dan sikap hidup) seseorang. Mengenai pendidikan keagamaan dalam ketentuan perundangundangan sisdiknas dinyatakan berfungsi untuk mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agamanya dan/atau menjadi ahli ilmu agama (pasal 30 ayat 2). Dalam pelaksanaanya diperlukan dengan memperhatikan ketentuan tentang wajib belajar yeng menjadi tanggung jawab pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat (pasal 34). Pendidikan keagamaan dapat diselenggarakan pada jalur pendidikan formal, nonformal dan informal baik diselenggarakan oleh pemerintah dan/atau kelompok masyarakat (pasal 30 ayat1).6 Tiga kategori dalam lembaga pendidikan Islam Indonesia tersebut. Pertama, pendidikan formal; seperti MI (Madrasah Ibtidaiyyah), MTs (Madrasah Tsanawiyyah), dan MA (Madrasah Aliyah). Kedua, pendidikan informal; yaitu pendidikan Islam dalam lingkungan keluarga, orangtua sebagai peran penting dalam pendidik informal tersebut. Ketiga, pendidikan nonformal; seperti pendidikan pondok pesantren salafiyyah dsb. Salah satu lembaga pendidikan Islam yang terdapat di Indonesia yaitu madrasah. Madrasah merupakan isim makan dari fi il madhi dari kata darasa, mengandung arti tempat atau wahana untuk mengenyam proses pembelajaran. Dengan demikian, secara teknis madrasah menggambarkan proses pembelajaran secara formal dan memiliki konotasi yang spesifik. Madarasah itu sendiri merupakan institusi peradaban Islam yang sangat penting.7 Jadi, madrasah ialah tempat pendidikan yang telah diatur sebagai sekolah dan memuat pendidikan dan ilmu pengetahuan agama Islam menjadi pokok pengajarannya.8 Secara garis besar, madrasah sebagai lembaga pendidikan Islam dalam bentuk pendidikan formal. Tidak hanya mengajarkan 6 Abdul Rachman Shaleh, Madrasah dan Pendidikan Anak Bangsa; Visi, Misi dan Aksi, PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2004, hlm. 50. 7 Abuddin Nata, Sejarah Pendidikan Islam; pada Periode Klasik dan Pertengahan, PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2013, hlm. 50. 8 Iskandar Engku dan Siti Zubaidah, Sejarah Pendidikan Islam, PT. Remaja Rosdakarya Offset, Bandung, 2004, hlm. 127.

4 pelbagai ilmu pengetahuan berbasis agama Islam tetapi juga pelbagai ilmu pengetahuan secara umum seperti, ilmu pengetahuan alam dan sosial, dsb. Lembaga pendidikan formal, pada kurikulum adalah merupakan salah satu komponen utama yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan isi pengajaran, mengarahkan proses mekanisme pendidikan, tolok ukur keberhasilan dan kualitas hasil pendidikan, di samping faktor-faktor yang lain.9 Adapun isi kurikulum pendidikan yang berciri khas agama Islam, yang tertuang dalam mata pelajaran agama dengan uraian sebagai berikut: a) Qur an Hadits, b) Akidah Akhlak, c) Fiqih, d) Sejarah Kebudayaan Islam, e) Bahasa Arab yang diselenggarakan dalam iklim yang menunjang pembentukan kepribadian muslim. 10 Pendidikan agama Islam bermaksud untuk membantu peserta didik untuk menumbuh kembangkan potensi-potensi kemanusiaannya baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai Islam yang ada di dalam Al-Qur an dan Hadits. Madrasah sebagai salah satu pendidikan formal mempunyai tanggung jawab dalam proses belajar untuk mendidik para siswa. Untuk itu dalam menyelenggarakan kegiatan pembelajaran merupakan sebagai realisasi tujuan pendidikan yang telah ditentukan dalam pencapaian proses mencari ilmu dan pengetahuan. Berbagai mata pelajaran yang telah diajarkan di Madrasah, salah satunya seperti mata pelajaran Qur an Hadits yang termasuk dalam rumpun mata pelajaran PAI (Pendidikan Agama Islam). Mata pelajaran Qur an Hadis merupakan salah satu pembelajaran yang diajarkan dalam pendidikan formal seperti di Madrasah. Pembelajaran Qur an Hadits bertujuan agar peserta didik bergairah untuk membaca Al-Qur an dan Hadits dengan baik dan benar, serta mempelajarinya, memahami, menyakini kebenarannya, dan mengamalkan ajaran-ajaran dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya sebagai petunjuk dan 9 Abdurrachman Mas ud dkk, Dinamika Pesantren dan Madrasah, Pustaka Pelajar Offset, Yogyakarta, 2002, hlm. 84. 10 Iskandar Engku dan Siti Zubaidah, Op. Cit., hlm. 132.

5 pedoman dalam seluruh aspek kehidupannya.11 Jadi, pembelajaran Qur an Hadits membekali peserta didik dalam membaca Al-Qur an dan Hadits dengan baik dan benar, serta membekali peserta didik dengan memahami dalil-dalil yang terdapat dalam Al-Qur an dan Hadits sebagai pedoman dalam menyikapi dan menghadapi kehidupan. Kemudian berkaitan dengan pembelajaran Qur an Hadits di Madrasah, salah satu kendala yang dihadapi oleh guru yang mengajar adalah untuk menghasilkan metode, model bahkan evalauasi belajar yang baik dan efektif. Bahwa guru pada dasrnya dihadapkan dengan karakteristik dan perbedaan individu para siswa, misalnya perbedaan intelegensi individu mereka masingmasing. Perbedaan intelegensi yang dimiliki oleh setiap anak di rumah mempengaruhi kemampuan untuk berprestasi pada situasi belajar yang disajikan. Hal ini dapat menjadi penghambat prestasi setiap anak dalam kegiatan belajar Qur an Hadits. Seringkali kita menemukan permasalahan seperti ini, setiap individu siswa dalam belajarannya mempunyai kemampuan tersendiri dalam pencapaian tujuan akhir belajar. Ada yang kesulitan dan ada juga yang berhasil dalam belajarnya. Adapun untuk siswa yang kesulitan dalam hambatan tersebut, menambahkan jam belajarnya, agar tujuan dalam akhir belajar tersebut tercapai. Permasalahan yang hampir sama kita jumpai juga, yaitu dimana guru seringkali melanjutkan kejenjang materi berikutnya kepada siswa, padahal siswa tersebut belum menguasai sepenuhnya pada materi sebelumnya. Hal ini akan menyebabkan siswa tersebut kesulitan dalam materi berikutnya. Akibatnya, tidak aneh bila banyak siswa yang tidak menguasai materi pembelajaran tersebut. Mengahadapi permasalahan tersebut, guru mapel Qur an Hadits dituntut lebih, dalam hal mengembangkan potensi anak melalui inovasi dan kreatifitas dalam pembelajarannya, dan diwajibkan mencari solusi 11 hlm. 2. Adri Efferi, Materi dan Pembelajaran Qur an Hadits MTs- MA, Buku Daros, Kudus, 2009,

6 evaluasi pembelajaran yang tepat dan efektif untuk menuntaskan hasil belajar siswa yang sekiranya kurang maksimal. Evaluasi adalah kegiatan pengumpulan data untuk mengukur sejauh mana tujuan sudah tercapai.12 Dengan demikian model belajar ini diharapkan agar nantinya dalam pembelajaran siswa dapat mencapai tujuan belajar yang efektif dan efisien. Dan hasil belajar siswa dapat terlaksana dengan penguasaan materi yang maksimal. Dengan pernyataan di atas dibutuhkan konsep model belajar yang memerhatikan ketuntasan belajar secara individual, model mastery learning (belajar tuntas) merupakan pendekatan dalam pembelajaran yang mempersyaratkan siswa menguasai secara tuntas seluruh standar kompetensi maupun kompetensi dasar mata pelajaran tertentu.13 Model mastery learning diharapkan akan memberikan sebuah pencerahan dan inovasi baru dalam proses pembelajaran Qur an Hadits. Berkaitan dengan permasalahan di atas terdapat lembaga pendidikan yang mempunyai permasalahan yang sama dan guru mapel Qur an Hadits memberikan kebijakan diterapkannya model mastery learning di MA Darul Ulum Purwogondo Kalinyamtan Jepara dengan tujuan dan harapan sebagai tolok ukur (evaluasi) penguasaan hasil belajar peserta didik secara penuh dan tuntas atau hasil belajar secara maksimal dalam pembelajaran. Berdasarkan permasalahan di atas penulis tertarik untuk mengadakan riset mengenai : Analisis Penerapan Model Mastery Learning pada Mata Pelajaran Qur an Hadits (Studi Kasus di Kelas X MA Darul Ulum Purwogondo Kalinyamatan Jepara Tahun Pelajaran 2016/2017). B. Fokus Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti akan menjelaskan secara rinci dan detail tentang wilayah penelitian dan ruang lingkup permasalahan yang akan di teliti, untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai penelitian ini dan agar tidak 12 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan; Edisi Revisi cetakan 5, Bumi Aksara, Jakarta, 2005, hlm. 25. 13 Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2013, hlm. 153.

7 terjadi pelebaran dalam pembahasan maka peneliti memfokuskan pada Analisis Penerapan Model Mastery Learning pada Mata Pelajaran Qur an Hadits (Studi Kasus di Kelas X MA Darul Ulum Purwogondo Kalinyamatan Jepara Tahun Pelajaran 2016/2017). C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi bahwa permasalahannya adalah: 1. Bagaimanakah penerapan model mastery learning pada mata pelajaran Qur an Hadits di kelas X MA Darul Ulum Purwogondo Kalinyamatan Jepara Tahun Pelajaran 2016/2017? 2. Apa faktor penghambat dan pendukung dalam penerapan model mastery learning pada mata pelajaran Qur an Hadits di kelas X MA Darul Ulum Purwogondo Kalinyamatan Jepara Tahun Pelajaran 2016/2017? D. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang rumusan masalah di atas, maka penelitian bertujuan : 1. Untuk mengetahui penerapan model mastery learning pada mata pelajaran Qur an Hadits di kelas X MA Darul Ulum Purwogondo Kalinyamatan Jepara Tahun Pelajaran 2016/2017. 2. Untuk mengetahui apa faktor penghambat dan pendukung dalam penerapan model mastery learning pada mata pelajaran Qur an Hadits di kelas X MA Darul Ulum Purwogondo Kalinyamatan Jepara Tahun Pelajaran 2016/2017. E. Manfaat Penelitian Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik manfaat secara teoritis maupun praktis. Adapun manfaat atau kegunaan penelitian yang ingin dicapai adalah:

8 1. Secara Teoritis a. Pengembangan Ilmu Pengetahuan Hasil penelitian ini dapat memberi sumbangan yang sangat berharga pada perkembangan ilmu pendidikan terutama dalam meningkatkan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik. b. Sebagai bahan masukan bagi sekolah untuk memperbaiki praktikpraktik pembelajaran guru agar menjadi lebih efektif dan efesiensi sehingga kualitas pembelajaran dan hasil belajar siswa meningkat. 2. Secara Praktis a. Sebagai sumber informasi dan referensi dalam mengembangkan penelitian penulisan karya tulis ilmiah dan menumbuhkan budaya meneliti agar terjadinya inovasi pembelajaran. b. Sebagai sarana belajar untuk mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan dengan terjun langsung sehingga dapat melihat, merasakan dan mengahayati apakah praktik-praktik pembelajaran yang dilakukan selama ini sudah efektif dan efesien.