PEMANFAATAN BIMBINGAN DAN KONSELING OLEH SISWA DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 7 BANJARMASIN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. banyaknya jumlah siswa, personel yang terlibat, harga bangunan, dan fasilitas yang

PELAKSANAAN BIMBINGAN PRIBADI DI MAN 3 MULAWARMAN BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas. Pendukung utama bagi tercapainya negara yang berkualias adalah

BAB III METODE PENELITIAN

PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING MEMBANTU MENGATASI MASALAH HUBUNGAN SOSIAL SISWA DI MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI BANJARMASIN SELATAN KOTA BANJARMASIN

KINERJA KONSELOR TERHADAP BIMBINGAN BELAJAR SISWA SMAN 3 BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses esensial untuk mencapai tujuan dan cita-cita pribadi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V PENUTUP. masalah pada siswa dengan pemilihan materi yang berkaitan dengan masalah

BAB III METODE PENELITIAN. terjun langsung ke lapangan untuk meneliti implementasi metode cerita dalam pembelajaran

PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DALAM MENINGKATKAN DISIPLIN BELAJAR PESERTA DIDIK DI KELAS VIII SMP NEGERI 1 SUTERA JURNAL

HUBUNGAN BIMBINGAN KARIR DENGAN MINAT MELANJUTKAN STUDI SISWA KELAS VII DAN VIII DI SMP NEGERI 2 KANDAT KABUPATEN KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Oleh: Juni Prasetiyono. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual. tertuang dalam sistem pendidikan yang dirumuskan dalam dasar-dasar

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan untuk mengembangkan kepribadian dan potensial-potensial seperti

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dari persepsi siswa terhadap Bimbingan dan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan layanan bimbingan dan konseling dalam pendidikan

RIWAYAT HIDUP PENULIS

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Pengertian Kegiatan Layanan Bimbingan dan Konseling. Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada dalam rangka upaya

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman belajar dan merupakan tujuan pertumbuhan. Dengan demikian, tujuan

PERBEDAAN KONSEP DIRI SISWA BERPRESTASI TINGGI DENGAN BERPRESTASI RENDAH SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Titis Fitri Putri Astuti ( ) Pembimbing : Dra. Sri Hartini, M.Pd. Prodi BK FKIP UNISRI ABSTRAK

DAFTAR TERJEMAH. No Bab / Halaman Terjemah

ANALISIS PELAKSANAAN EVALUASI PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMP NEGERI 1 KABILA KABUPATEN BONE BOLANGO OLEH : MUHAMMAD GUFRAN LAHIYA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menjadi dasar untuk mencapai tujuan tersebut, pendidikan berupaya

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Krisis multidimensi yang dialami bangsa Indonesia saat ini, tergantung

dan faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan strategi permainan ular tangga 1) Penggunaan strategi permainan ular tangga pada mata pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. sekolah-sekolah dengan dicantumkannya bimbingan dan konseling pada

MANAJEMEN PENANGANAN MASALAH SISWA (STUDI DI MTS MUHAMMADIYAH 3 AL-FURQAN BANJARMASIN) Husnul Madihah*

BAB III METODE PENELITIAN

perkembangan yang meliputi aspek pribadi, sosial, belajar dan karir.

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN PRIBADI TERHADAP PERILAKU DISIPLIN SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 NGANTRU TULUNGAGUNG TAHUN PELAJARAN 2015/2016

BAB III METODE PENELITIAN

RIWAYAT HIDUP PENULIS

SULUH Jurnal Bimbingan Konseling, April 2017, Volume 3 Nomor 1 (42-46)

URGENSI LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM MEMBENTUK KEPRIBADIAN SISWA SMPN 1 GAMBUT

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan pendidikan di Sekolah atau lembaga pendidikan formal. Pada umumnya

BAB I PENDAHULUAN. bagaimana proses belajar yang dialami siswa sebagai anak didik. Tugas

PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN SOSIAL TERHADAP KENAKALAN REMAJA PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 SUMBER GEMPOL TULUNGAGUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. siswa kelas IX di SMP N 6 Yogyakarta. Dari hasil analisis menunjukkan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian lapangan (Field Research), yaitu

TERHADAP MINAT BELAJAR SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 NGUTER SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2014/2015. Oleh : Hesti Karmila Wulandari NIM :

wujud nyata penyelanggaraan layanan bimbingan dan konseling. Kegiatan bimbingan, yaitu bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan belajar,

BAB I PENDAHULUAN. Islam merupakan ajaran yang mengandung aturan-aturan tentang jalan

GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMA DIAN ANDALAS PADANG JURNAL

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan yang paling dominan dilakukan adalah melalui pendidikan. Pendidikan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Masalah. 1. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu kebutuhan yang sangat penting bagi manusia.

Syamsu Yusuf dan Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan dan Konseling, PT.Renaja Rosdakarya, Bandung, 2012, hlm 94

Tyas Siti Syarifah ( ) Pembimbing :Lydia Ersta K. Prodi BK FKIP UNSIRI ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. perilaku yang diinginkan. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting

DESKRIPSI KOMPETENSI GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMA KECAMATAN KWANDANG DAN KECAMATAN ANGGREK KABUPATEN GORONTALO UTARA

PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TERHADAP PEMBENTUKAN SIKAP EMPATI PADA SISWA KELAS XI SMK AL WASHLIYAH TELADAN MEDAN. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Long life education adalah motto yang digunakan oleh orang yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan potensi yang dimiliki oleh masing-masing anak didik. Untuk

BIMBINGAN SOSIAL SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN BERINTERAKSI DENGAN TEMAN SEBAYA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. reasch), yaitu suatu penelitian yang dilakukan dengan terjun langsung ke objek

BAB III METODE PENELITIAN

PEROLEHAN SISWA SETELAH MENGIKUTI LAYANAN KONSELING PERORANGAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

PELAKSANAAN LAYANAN KLASIKAL BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMP NEGERI 3 KANDANGAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan kemampuan peserta didik untuk menolong diri sendiri dalam

PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DALAM PEMILIHAN KEGIATAN EKSTRAKURIKULER DI SMP NEGERI 1 RANTAU. Noor Jannah

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini membahas hal-hal yang berkaitan dengan inti dan arah penelitian,

SURVEI PELAKSANAAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA JALAN JAWA SURABAYA

Persepsi Siswa Tentang Kompetensi Profesional

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. ahli (expert judgment), inventori dinyatakan layak digunakan dan dapat diuji

BAB III METODE PENELITIAN. untuk menggali, menghimpun data dan mengumpulkan data yang diperlukan

KIAT MEMBIMBING SISWA UNTUK MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI DALAM BERGAUL. Oleh Zainuddin 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pelayanan Bimbingan dan konseling merupakan bantuan yang memfasilitasi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa: adanya permasalahan berupa kurangnya komitmen untuk

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam kegiatan. Dalam hal ini yang diproritaskan adalah pendidikan.

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SISWA MEMILIH JURUSAN IPA PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 72 JAKARTA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. didik dalam mengembangkan potensinya. Hal ini didasarkan pada UU RI No

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai kecenderungan rasa ingin tahu terhadap sesuatu. Semua itu terjadi

BAB III METODE PENELITIAN

Persepsi Siswa tentang Pelaksanaan Bimbingan Karir

BIMBINGAN PRIBADI-SOSIAL UNTUK SELF-EFFICACY SISWA DAN IMPLIKASINYA PADA BIMBINGAN KONSELING SMK DIPONEGORO DEPOK SLEMAN, YOGYAKARTA

KEDUDUKAN BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM SITEM PENDIDIKAN NASIONAL BERORIENTASIKAN BUDAYA

BAB V KESIMPULAN, EMPLIKASI DAN SARAN. layanan bimbingan sebesar 33,2%, sedangkan sisanya sebesar 76,8% ditentukan

ARTIKEL PENERAPAN LAYANAN KONSELING INDIVIDU DENGAN MODEL BEHAVIORAL DALAM MENGURANGI MEMBOLOS SEKOLAH PESERTA DIDIK KELAS VIII SMPN 7 KEDIRI

BAB III METODE PENELITIAN

Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap peserta didik yang menempuh pendidikan di jenjang SMA sudah

PENGARUH KEDISIPLINAN PENGGUNAAN WAKTU LUANG UNTUK BELAJAR ANTARA PRIA DENGAN WANITA Vitalis Djarot Sumarwoto

BAB III METODE PENELITIAN

serta ilmu-ilmu sosial lainnya, hlm.33 2 Abdurrahmat Fathoni, Metode Penelitian & Teknik Penyusunan Skripsi, (Jakarta: Rineka cipta, 2006), hlm.

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. 1. Ada hubungan negatif antara bimbingan sosial dengan tingkat kenakalan

Transkripsi:

PEMANFAATAN BIMBINGAN DAN KONSELING OLEH SISWA DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 7 BANJARMASIN Oleh: Sri Mujinah Abstrak Pemanfaatan bimbingan dan konseling oleh siswa di Sekolah Menengah Pertama Negeri 7 Banjarmasin berada pada kategori tinggi. Siswa dapat memahami tentang keberadaan dan fungsi layanan bimbingan dan konseling di sekolah dengan memanfaatkannya untuk mengatasi dan memecahkan suatu masalah yang dihadapi oleh mereka seperti masalah belajar, pergaulan, keluarga dan lain-lain. Selain itu siswa juga berpartisipasi dengan datang langsung ke ruang BK untuk menemui guru pembimbing atas dasar kemauan sendiri dan tanpa rasa takut. Berbagai faktor juga mempengaruhi dalam pemanfaatan layanan bimbingan dan konseling di Sekolah Menengah Pertama Negeri 7 Banjarmasin di antaranya yaitu para pelaksana (guru pembimbing), program, sarana dan prasarana serta dukungan dari personel sekolah khususnya kepala sekolah. Meskipun kerjasama dari semua pihak sudah berjalan dengan baik namun hal ini harus terus ditingkatkan agar pemanfaatan layanan bimbingan dan konseling di sekolah jauh lebih baik sesuai dengan prosedur dan program yang ada. Kata Kunci: Pemanfaatan, Bimbingan dan Konseling A. Pendahuluan Pendidikan merupakan aset yang tak ternilai bagi individu dan masyarakat. Pendidikan tidak pernah dapat dideskripsikan secara gamblang hanya dengan mencatat banyaknya jumlah siswa, personel yang terlibat, harga bangunan, dan fasilitas yang dimiliki. Pendidikan memang menyangkut hal itu semua, namun lebih dari itu semuanya. Pendidikan merupakan proses yang esensial untuk mencapai tujuan dan cita-cita pribadi individu. Secara filosofis dan historis pendidikan menggambarkan suatu proses yang melibatkan berbagai faktor dalam upaya mencapai kehidupan yang bermakna baik bagi individu sendiri maupun masyarakat pada umumnya. (Syamsu Yusuf & A. Juntika Nurihsan, 2011: 2) Tujuan pendidikan merupakan tujuan perantara hidup. Melalui pendidikan diharapkan manusia dapat mencapai tujuan hidupnya yaitu kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. Pendidikan bertujuan mengarahkan perkembangan kepribadian manusia ke arah yang baik. Sebab hanya dengan perkembangan yang baik itu sajalah tujuan hidup manusia bisa tercapai. Dengan kata lain, jika dirumuskan secara khas, tujuan yang akan atau ingin dicapai oleh pendidikan adalah perkembangan kepribadian manusia yang baik. (Aunur Rahim Faqih, 2004: 97) Ada pernyataan bahwa bimbingan identik dengan pendidikan. Artinya apabila seseorang melakukan kegiatan mendidik berarti ia juga sedang membimbing (memberikan pelayanan bimbingan), berarti ia juga sedang mendidik. (Tohirin, 2007: 1) Bimbingan dalam lingkup pendidikan sekolah tidak lagi dapat dikatakan sebagai ditujukan kepada siapa saja. Di sini telah lebih dibatasi sesuai dengan batasan lingkup sekolah. Fokus sasarannya sekarang adalah siswa yang dididik dalam sekolah oleh Jurnal: Guidance and Counseling, Volume 1 Issue 2, ISSN 2442-403X [ 93 ]

orang-orang dewasa yang relatif matang, dengan harapan peserta didk sendiri dapat berkembang secara maksimal mencapai dewasa dan matang, sehingga dia lebih berdaya guna bagi diri dan lingkungan sekitarnya. (Abu Ahmadi & Ahmad Rohani, 1991: 4) Kegiatan bimbingan di lingkungan sekolah, memusatkan pelayanannya pada siswa sebagai individu yang harus mengembangkan kepribadiannya masingmasing dan memanfaatkan pendidikan sekolah yang diterima untuk perkembangan dirinya. Adanya pelayanan bimbingan di sekolah memberikan jaminan, bahwa semua siswa mendapat perhatian sebagai seorang pribadi yang sedang berkembang serta mendapat bantuan dalam menghadapi semua tantangan, kesulitan, dan masalah yang berkaitan dalam perkembangan mereka. (W. S. Winkel & M. M. Sri Hastuti, 2006: 44-68) Pelayanan bimbingan dan konseling merupakan bantuan yang memfasilitasi perkembangan siswa dalam menjalani pengalaman pembelajaran di sekolah. Adanya program bimbingan dan konseling akan memberi jaminan bahwa para siswa mendapatkan perhatian sebagai pribadipribadi yang sedang berkembang serta diharapkan akan dapat membantu memecahkan berbagai masalah yang dihadapi dalam rangka menyukseskan dan meningkatkan serta mengacu prestasi belajar. Dengan demikian usaha pelayanan bimbingan dan konseling perlu dilaksanakan secara optimal agar perkembangan siswa dapat memenuhi tuntutan tujuan pendidikan. Pada prinsipnya siswa dalam tugas perkembangannya akan berhasil bila siswa dapat menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki sikap positif dan dinamis terhadap keadaan perkembangan fisik dan psikisnya, memiliki sikap mandiri secara emosional dan sosial ekonomi, memilih pola hubungan sosial yang baik di dalam keluarga, sekolah dan masyarakat, hingga memiliki prestasi belajar yang baik dan dapat merencanakan dan mengembangkan karirnya. (Hamid Muhammad, 2004: 2) Permasalahan yang dialami para siswa di sekolah sering kali tidak dapat dihindari, meski dengan pengajaran yang baik sekalipun. Hal ini terlebih lagi disebabkan karena sumber-sumber permasalahan siswa banyak yang terletak di luar sekolah. Dalam kaitan itu, permasalahan siswa tidak boleh dibiarkan begitu saja. Apabila misi sekolah adalah menyediakan pelayanan yang luas untuk secara afektif membantu siswa mencapai tujuan-tujuan perkembangannya dan mengatasi permasalahannya, maka segenap kegiatan dan kemudahan yang diselenggarakan sekolah perlu diserahkan ke sana. Di sinilah dirasakan perlunya layanan bimbingan dan konseling di samping kegiatan pengajaran. Dalam tugas pelayanan yang luas, bimbingan dan konseling di sekolah adalah pelayanan untuk semua murid yang mengacu pada keseluruhan perkembangan mereka, yang meliputi keempat dimensi kemanusiaannya dalam rangka mewujudkan manusia seutuhnya. Bimbingan dan konseling menempati bidang pelayanan pribadi dalam keseluruhan proses dan kegiatan pendidikan. Dalam hubungan ini pelayanan bimbingan dan konseling diberikan kepada siswa dalam rangka upaya agar siswa dapat menemukan pribadi, mengenal lingkungan dan merencanakan masa depan agar menjadi lebih baik. (Prayitno, 2002: 62) Memenuhi misinya itu sekolah perlu menyelenggarakan kegiatan pendidikan dalam arti seluas-luasnya. Penyelenggaraan pengajaran saja, apalagi kalau pangajaraan itu diartikan secara sempit, dikhawatirkan di satu segi menjurus kepada pengembangan kemampuan kognitif yang tidak seimbang, di segi lain tidak banyak menyentuh pengembangan keempat dimensi kemanusiaan secara serasi, selaras dan seimbang. Sekolah dengan sekuat tenaga perlu menciptakan suasana pengajaran dan suasana kelas yang menyejukkan, bersemangat, luwes dan subur. Isi pengajaran [ 94 ] Jurnal: Guidance and Counseling, Volume 1 Issue 2, ISSN 2442-403X

dalam arti yang luas itu secara langsung mengait materi-materi yang relevan dengan keempat dimensi dan pengembangan manusia seutuhnya. (Prayitno & Erman Amti, 2004: 29) Oleh sebab itu dalam dunia pendidikan, adanya bimbingan dan konseling sangat diperlukan. Hal ini sesuai dengan pendapat Moh. Surya dan Natawijaya yang mengatakan bahwa dalam bidang pendidikan, bimbingan mendapat tempat dan peranan yang amat penting dalam proses pendidikan secara keseluruhan. Sebelumnya penulis juga sudah mengadakan penjajakan awal ke sekolah yang akan dijadikan tempat penelitian yaitu pada saat PPL 1 dan PPL 2 di Sekolah Menengah Pertama Negeri 7 Banjarmasin. Di sana penulis sudah melakukan observasi mengenai kegiatan bimbingan dan konseling. Melihat dari observasi awal ini bahwa kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah tersebut sudah berjalan dengan baik dalam mendukung proses belajar siswa. B. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan ( field research) yaitu meneliti tentang pemanfaatan bimbingan dan konseling oleh siswa di Sekolah Menengah Pertama Negeri 7 Banjarmasin. Dalam penelitian ini penulis menggunakan pedekatan kualitatif yaitu suatu pendekatan yang lebih menekankan analisanya pada proses pengumpulan deduktif dan induktif serta pada analisa terhadap dinamika hubungan antar fenomena yang diamati dengan menggunakan logika ilmiah. (Syaifuddin Azwar, 2001: 5) Karena data yang digunakan merupakan data kualitatif, maka penulis akan menggambarkan secara objektif tentang pemanfaatan bimbingan dan konseling oleh siswa di Sekolah Menengah Pertama Negeri 7 Banjarmasin dalam bentuk uraian dengan mengambil kesimpulan dengan metode kualitatif. Sri Mujinah, Pemanfaatan... 2. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian yang penulis ambil untuk melaksanakan penelitian adalah di SMPN 7 Banjarmasin yang beralamat di Jl. Veteran Km. 4,5 RT. 29 No. 49. 3. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII di Sekolah Menengah Pertama Negeri 7 Banjarmasin yang berjumlah 192 siswa. Memperhatikan besarnya populasi yang ada, maka penulis melakukan penarikan sampel yang dianggap mewakili seluruh populasi dengan teknik proportional random sampling yaitu penarikan sampel dari anggota populasi secara acak. Jumlah sampel ditetapkan 50% yang diambil secara acak. Adapun sampel penelitian berjumlah 96 orang siswa 4. Data dan Sumber Data Data yang digali dalam penelitian ini terdiri dari data pokok dan data penunjang. Data pokok berkenaan dengan data tentang pemanfaatan bimbingan dan konseling yang meliputi: 1) Layanan bimbingan belajar, 2) Layanan penempatan dan penyaluran, 3) Layanan informasi, 4) Layanan kelompok, 5) Layanan individual, dan 6) Faktor-faktor yang memengaruhi pemanfaatan bimbingan dan konseling di sekolah meliputi: a) Faktor guru BK yang meliputi latar belakang pendidikan, pengalaman, dan sikap guru bimbingan dan konseling, b) Faktor sarana dan prasarana yang tersedia, dan c) Pemahaman siswa terhadap bimbingan dan konseling di sekolah. Sedangkan data penunjang, yaitu data tentang gambaran umum lokasi penelitian yang meliputi: 1) Gambaran umum sejarah berdirinya Sekolah Menengah Pertama Negeri 7 Banjarmasin, 2) Keadaan kepala sekolah, guru dan staf TU, 3) Keadaan siswa. Untuk mendapatkan sumber-sumber data di atas, baik data pokok maupun data penunjang, penulis menggunakan sumber data sebagai berikut: 1) Responden, yaitu siswa kelas VIII di Sekolah Menengah Pertama Negeri 7 Banjarmasin, 2) Informan, Jurnal: Guidance and Counseling, Volume 1 Issue 2, ISSN 2442-403X [ 95 ]

yaitu kepala sekolah, guru BK, dewan guru, dan staf TU di Sekolah Menengah Pertama Negeri 7 Banjarmasin, 3) Dokumen, yaitu data-data yang diperoleh dari hasil arsiparsip sekolah sebagai kelengkapan informasi dalam penelitian ini yang berhubungan dengan bimbingan dan konseling. 5. Teknik Pengumpulan Data Untuk menggali data-data pokok dan data penunjang di atas, maka penelitian menggunakan teknik-teknik pengumpulan data seperti yang tersebut di bawah ini: Wawancara, teknik ini digunakan sebagai pelengkap untuk memperoleh data tentang siswa dalam memanfaatkan bimbingan dan konseling yang ditujukan langsung kepada guru bimbingan dan konseling dan kepala sekolah. Angket, teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data yang berupa serangkaian pertanyaan tertulis yang diajukan pada siswa tentang pemanfaatan bimbingan dan konseling serta untuk mendapat jawaban secara tertulis juga. Observasi, teknik ini digunakan agar penulis dapat melihat secara langsung keadaan lokasi penelitian dan untuk melengkapi sebagian data-data pokok yang diperlukan. Dokumenter, dipergunakan untuk mengumpulkan data tentang gambaran umum lokasi penelitian. 6. Teknik Pengolahan dan Analisis Data Dalam penelitian ini ada beberapa teknik pengolahan data yang digunakan, yaitu sebagai berikut: Editing, teknik ini digunakan untuk mengecek atau menyunting kembali data yang telah dikumpulkan untuk mengetahui apakah semua jawaban responden dapat dimengerti dan mengetahui lengkap tidaknya data yang telah dikumpulkan dengan tujuan mengurangi kesalahan semaksimal mungkin. Klasifikasi, dilakukan dengan cara mengelompokkan masing-masing data atau pembagian data sesuai dengan jenis permasalahannya, sehingga mudah dianalisis dan dikumpulkan dalam penelitian. Skoring, yaitu menghitung frekuensi di mana setiap jawaban yang diperoleh akan dihitung jumlahnya agar memudahkan dalam membuat tabel. Tabulating, teknik ini digunakan untuk menyusun dan memasukkan data yang telah terkumpul dalam tabel dan menentukan frekuensi guna memudahkan dalam perhitungan persentasinya dengan menggunakan rumus: = 100% Di mana: F = Jumlah jawaban responden N = jumlah responden P = Persentasi Interpretasi Data, penulis memberikan penjelasan berupa uraian data yang membentuk persentasi untuk memberikan arti terhadap data-data yang diperoleh berdasarkan hasil angket dengan kriteria sebagai berikut: 81% - 100% = Sangat tinggi 61% - 80% = Tinggi 41% - 60% = Cukup tinggi 21% - 40% = Rendah 0% - 20% = Sangat rendah Setelah data yang diperoleh dimasukkan kedalam bentuk tabel kemudian akan ditentukan rata-rata skor angket secara keseluruhan dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Mx = fx N Keterangan Mx = Mean yang kita cari fx = Jumlah dari hasil perkalian antara masing-masing skor/nilai dengan frekuensinya. N = Number of cases. (Zen Amiruddin, 2010: 74) Analisis data dalam penelitian ini adalah analisis diskriptif kualitatif yakni setelah data disajikan kemudian dianalisis secara kualitatif sesuai dengan interpretasi data yang telah ditetapkan. Dari 6 indikator di atas dibuat 22 item soal dan tiga alternatif jawaban, dengan skor jawaban: a = 3, b = 2, c = 1. Dengan [ 96 ] Jurnal: Guidance and Counseling, Volume 1 Issue 2, ISSN 2442-403X

demikian akan diperoleh rentang skor antara 22-66. C. Temuan Penelitian Pemanfaatan siswa terhadap layanan bimbingan dan konseling sudah cukup baik walaupun masih ada yang kurang mengerti. Siswa yang masih kurang memahami dengan adanya layanan bimbingan dan konseling di sekolah lebih diberikan lagi arahan agar mereka mengenal seberapa pentingnya kegiatan layanan bimbingan dan konseling tersebut dalam membantu proses belajar mereka da mengatasi suatu masalah yang dihadapinya. Setelah penyajian data yang penulis uraikan sebelumnya maka langkah selanjutnya adalah analisis data yang sudah disajikan sebelumnya. 1. Pemanfaatan siswa terhadap layanan bimbingan belajar, meliputi Layanan guru BK dalam memberikan bimbingan belajar dapat diketahui bahwa siswa yang menyatakan sering sebesar (66,66%) tersebut kategori tinggi, yang menyatakan jarang sebesar (17,70%) kategori sangat rendah, dan yang menyatakan tidak pernah sebesar (15,62%) dikategorikan juga sangat rendah. kategori yang sudah ditentukan serta menurut kategori yang tinggi dapat diketahui bahwa menyatakan guru BK sering memberikan layanan bimbingan belajar. Hal ini menunjukkan bahwa layanan tersebut berhasil dilaksanakan oleh guru BK dan siswa pun dapat menerima dan memanfaatkan layanan bimbingan belajar dengan sangat baik. Siswa membicarakan masalah belajar kepada guru BK di sekolah dapat diketahui bahwa siswa yang menyatakan sering sebesar (27,08%) tersebut ka tegori rendah, yang menyatakan jarang sebesar (57,29%) kategori cukup tinggi, dan yang menyatakan tidak pernah sebesar (17,70%) dikategorikan sangat rendah. Sri Mujinah, Pemanfaatan... kategori yang cukup tinggi dapat diketahui bahwa responden (siswa) menyatakan jarang untuk membicarakan masalah belajar kepada guru BK. Hal ini berarti menunjukkan bahwa kurangnya partisipasi siswa dalam memanfaatkan bimbingan belajar dalam mengatasi masalah belajarnya. Siswa berkonsultasi dengan guru BK jika merasa sulit menerima pelajaran dapat diketahui bahwa siswa yang menyatakan sering sebesar (20,83%) tersebut kategori rendah, yang menyatakan jarang sebesar (55,20%) kategori cukup tinggi, dan yang menyatakan tidak pernah sebesar (23,95%) dikategorikan juga rendah. kategori yang cukup diketahui bahwa menyata - kan jarang mengonsultasikan masalah mereka ketika sulit untuk menerima materi pelajaran. Hal ini menunjukkan bahwa kurangnya minat siswa dalam memanfaatkan bimbingan belajar agar dapat menyelesaikan masalahnya tersebut. Guru BK memberikan motivasi belajar dapat diketahui bahwa siswa yang menyatakan sering sebesar (80,20%) tersebut kategori sangat tinggi, yang menyatakan jarang sebesar (16,66%) kategori sangat rendah, dan yang menyatakan tidak pernah sebesar (3,12%) dikategorikan juga sangat rendah. kategori sangat tinggi dapat diketahui bahwa menyatakan guru BK sering memberikan motivasi belajar. Hal ini menunjukkan bahwa guru BK sangat perduli terhadap kegiatan belajar siswa, guru BK sangat memperhatikan apa saja kendala yang dapat menghambat kegiatan belajar siswa agar kendala tersebut dapat teratasi. Siswa juga merasa bahwa motivasi yang diberikan oleh guru BK tersebut dapat membuat mereka semangat dalam belajar dan memberikan hasil yang terbaik. 2. Pemanfaatan siswa terhadap layanan penempatan dan penyaluran, meliputi: Jurnal: Guidance and Counseling, Volume 1 Issue 2, ISSN 2442-403X [ 97 ]

Guru BK memberikan layanan penempatan dan penyaluran yang berkenaan dengan bakat dan minat yang siswa miliki dapat diketahui bahwa siswa yang menyatakan sering sebesar (31,25%) tersebut kategori rendah, yang menyatakan jarang sebesar (48,95%) kategori cukup tinggi, dan yang menyatakan tidak pernah sebesar (30,2%) dikategorikan rendah. kategori yang cukup tinggi dapat diketahui bahwa menyatakan bahwa guru BK jarang memberikan layanan penempatan dan penyaluran yang berkenaan dengan bakat dan minat yang mereka miliki. Hal ini menyebabkan siswa tidak dapat mengetahui secara jelas bakat dan minat yang mereka miliki. Kurangnya pemberian layanan ini juga mengakibatkan kurangnya partisipasi siswa dalam memanfaatkan layanan penempatan dan penyaluran tersebut untuk menggali segala potensi yang ada pada dirinya. Kegiatan ekstrakurikuler ditentukan oleh guru di sekolah dapat diketahui bahwa siswa yang menyatakan setuju sebesar (21,87%) tersebut kategori rendah, yang menyatakan kurang setuju sebesar (52,08%) kategori cukup tinggi, dan yang menyatakan tidak setuju sebesar (26,04%) dikategorikan rendah. kategori cukup tinggi dapat diketahui bahwa menyatakan kurang setuju jika kegiatan ekstrakurikuler ditentukan oleh guru di sekolah. Hal ini menunjukkan bahwa mereka menginginkan kegiatan tersebut secara langsung ditentukan oleh siswa karena mereka mengetahui kegiatan ekstrakurikuler apa yang sesuai dengan bakat dan minat yang mereka miliki. Siswa meminta saran kepada guru BK tentang penyaluran bakat dan minat yang dimiliki dapat diketahui bahwa siswa yang menyatakan sering sebesar (14,58%) tersebut kategori sangat rendah, yang menyatakan jarang sebesar (52,08%) kategori cukup tinggi, dan yang menyatakan tidak pernah sebesar (31,25%) dikategorikan rendah. kategori yang cukup tinggi dapat diketahui bahwa menyatakan jarang meminta saran kepada guru BK tentang penyaluran bakat dan minat yang dimiliki. Sebelumnya telah dijelaskan bahwa kurangnya guru BK dalam memberikan layanan penempatan dan penyaluran kepada siswa sehingga membuat siswa kurang berminat untuk meminta saran kepada guru BK mengenai bakat dan minat yang dimilikinya. Selanjutnya siswa hanya bisa mengembangkan potensi dengan sendirinya tanpa mengetahui lebih jauh lagi apakah itu sudah sesuai atau tidak. Pemanfaatan siswa terhadap layanan informasi, meliputi: Guru BK memberikan layanan informasi tentang pendidikan lanjutan dapat diketahui bahwa siswa yang menyatakan sering sebesar (56,25%) tersebut kategori cukup tinggi, yang menyatakan jarang sebesar (40,62%) kategori rendah, dan yang menyatakan tidak pernah sebesar (3,12%) dikategorikan sangat rendah. kategori yang cukup tinggi dapat diketahui bahwa menyatakan guru BK sering memberikan layanan informasi tentang pendidikan lanjutan. Hal ini menunjukkan bahwa guru BK merasa bahwa informasi tersebut sangat penting diberikan kepada siswa mengingat mereka harus memikirkan dan mempersiapkan diri sejak dini untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi lagi. Siswa pun menganggap bahwa hal ini juga sangat penting untuk mereka ketahui walaupun mereka masih duduk di kelas VIII namun tidak ada salahnya untuk mereka merencanakan pendidikan lanjutan. Siswa mengikuti dan memperhatikan jika guru BK memberikan layanan informasi dapat diketahui bahwa siswa yang menyatakan sering sebesar (67,70%) [ 98 ] Jurnal: Guidance and Counseling, Volume 1 Issue 2, ISSN 2442-403X

tersebut kategori tinggi, yang menyatakan jarang sebesar (30,20%) kategori rendah, dan yang menyatakan tidak pernah sebesar (2,08%) dikategorikan sangat rendah. kategori dapat diketahui bahwa sebagian besar responden (siswa) menyatakan mereka sering mengikuti dan mempehatikan ketika guru BK memberikan informasi. Hal ini menunjukkan bahwa siswa sangat tertarik ketika guru BK memberikan layanan informasi. Mereka menganggap bahwa layanan informasi ini sangat penting agar mereka dapat mengetahui segala informasi yang belum mereka ketahui. Guru BK memberikan informasi lewat papan bimbingan atau mading dapat diketahui bahwa siswa yang menyatakan sering sebesar (19,79%) tersebut kategori sangat rendah, yang menyatakan jarang sebesar (54,16%) kategori cukup tinggi, dan yang menyatakan tidak pernah sebesar (26,04%) dikategorikan rendah. kategori cukup tinggi dapat diketahui bahwa sebagian responden (siswa) menyatakan guru BK jarang memberikan informasi lewat papan bimbingan atau mading. Hal ini menunjukkan bahwa guru BK kurang memanfaatkan papan bimbingan atau mading untuk menunjang pemberian layanan informasi kepada siswa agar terlaksana secara maksimal sehingga membuat siswa kurang menerima informasi atau hal-hal yang menarik. Pemanfaatan siswa terhadap layanan bimbingan kelompok, meliputi: Guru BK memberikan layanan ke dalam kelas dapat diketahui bahwa siswa yang menyatakan sering sebesar (70,83%) tersebut kategori tinggi, yang menyatakan jarang sebesar (25%) kategori rendah, dan yang menyatakan tidak pernah sebesar (4,16%) dikategorikan sangat rendah. kategori yang tinggi dapat diketahui bahwa menyatakan guru BK sering memberikan layanan ke dalam kelas. Hal ini dikarenakan Sri Mujinah, Pemanfaatan... adanya waktu yang diberikan kepada guru BK dalam melaksanakan kegiatan layanan bimbingan dan konseling. Walaupun dengan waktu yang sangat terbatas, namun guru BK dapat memanfaatkan waktu tersebut untuk bertatap muka dan berinteraksi dengan siswa. Siswa pun diharapkan untuk memanfaatkan sebaik mungkin waktu tersebut untuk lebih dekat dengan duru BK. Guru BK memberikan layanan belajar ketika anda hendak melaksanakan ulangan semester dapat diketahui bahwa siswa yang menyatakan sering sebesar (22,91%) tersebut kategori rendah, yang menyatakan jarang sebesar (48,95%) kategori cukup tinggi, dan yang menyatakan tidak pernah sebesar (28,12%) dikategorikan rendah. kategori cukup tinggi dapat diketahui bahwa menyatakan guru BK jarang memberikan layanan belajar ketika mereka hendak melaksanakan ulangan semester. Hal ini menunjukkan bahwa guru BK kurang berperan aktif dalam memberikan kiat-kiat ketika siswa hendak melaksanakan ulangan semester. Sehingga kegiatan layanan bimbingan kelompok tersebut tidak terlaksana secara maksimal untuk siswa. Guru BK memberikan layanan informasi tentang narkoba dapat diketahui bahwa siswa yang menyatakan sering sebesar (43,75%) tersebut kategori cukup tinggi, yang menyatakan jarang sebesar (48,95%) kategori cukup tinggi, dan yang menyatakan tidak pernah sebesar (7,29%) dikategorikan sangat rendah. kategori cukup tinggi dapat diketahui bahwa sebagian responden (siswa) menyatakan guru BK jarang memberikan layanan informasi tentang narkoba. Seharusnya informasi seperti ini sangat penting diberikan kepada siswa melalui layanan bimbingan kelompok. Sehingga lewat layanan bimbingan kelompok tersebut siswa dapat memanfaatkannya untuk mencari informasi tentang narkoba lebih banyak lagi. Jurnal: Guidance and Counseling, Volume 1 Issue 2, ISSN 2442-403X [ 99 ]

3. Pemanfaatan siswa terhadap layanan individual, meliputi: Siswa datang ke ruang BK di sekolah dapat diketahui bahwa siswa yang menyatakan sering sebesar (10,41%) tersebut kategori sangat rendah, yang menyatakan jarang sebesar (62,5%) kategori tinggi, dan yang menyatakan tidak pernah sebesar (27,08%) dikategorikan rendah. kategori tinggi dapat diketahui bahwa menyatakan jarang datang ke ruang BK yang ada di Sekolah Menengah Pertama Negeri 7 Banjarmasin. Hal ini menunjukkan rendahnya partisipasi siswa yang datang ke ruang BK. Mereka merasa bahwa tidak perlu datang ke ruang BK untuk mengonsultasikan masalah yang mereka hadapi sehingga hal ini membuat bimbingan konseling semakin tidak termanfaatkan dengan baik. Setelah melakukan layanan konseling, anda dapat mengetahui kemampuan yang anda miliki dapat diketahui bahwa siswa yang menyatakan mengetahui sebesar (50%) tersebut kategori cukup tinggi, yang menyatakan kurang mengetahui sebesar (45,83%) kategori cukup rendah, dan yang menyatakan tidak mengetahui sebesar (4,16%) dikategorikan sangat rendah. kategori cukup tinggi dapat diketahui bahwa menyatakan mengetahui kemampuan yang mereka miliki setelah melakukan layanan konseling dengan guru BK. Meskipun partisipasi siswa datang ke ruang BK cukup rendah namun ketika mereka melakukan kegiatan tatap muka atau konseling individual dengan guru BK, mereka dapat mengetahui kemampuan yang dimiliki dan kegiatan layanan tersebut dapat dimanfaatkan siswa secara maksimal dalam mengoptimalkan kemampuan tersebut. Layanan konseling dapat membantu siswa dalam menjaga kebiasaan baik pada dirinya dapat diketahui bahwa siswa yang menyatakan setuju sebesar (96,87%) tersebut kategori sangat tinggi, yang menyatakan kurang setuju sebesar (2,08%) kategori sangat rendah, dan yang menyatakan tidak setuju sebesar (1,04%) dikategorikan sangat rendah. kategori yang sangat tinggi dapat diketahui bahwa menyatakan setuju bahwa layanan konseling dapat membantu dalam menjaga kebiasaan baik pada diri siswa. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan bimbingan dan konseling berhasil membantu siswa dalam menjaga perilaku positif salah satunya yaitu menjaga kebiasaan baik pada diri. Hal ini tentunya dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam memanfaatkan layanan bimbingan dan konseling. Dalam layanan konseling, guru BK selalu menunjukkan perhatian dan menciptakan suasana yang menyenangkan kepada siswa dapat diketahui bahwa siswa yang menyatakan sering sebesar (62,5%) tersebut kategori tinggi, yang menyatakan jarang sebesar (30,20%) kategori rendah, dan yang menyatakan tidak pernah sebesar (7,29%) dikategorikan sangat rendah. kategori tinggi dapat diketahui bahwa sebagai besar responden (siswa) menyatakan dalam layanan konseling guru BK sering menunjukkan perhatian dan menciptakan suasana yang menyenangkan kepada siswa. Hal ini menunjukkan bahwa siswa merasa nyaman ketika mereka mengonsultasikan masalah mereka kepada guru BK dan guru BK pun dapat menunjukkan sikap menerima ketika siswa datang untuk mengonsultasikan masalahnya. Dalam layanan konseling, guru BK selalu membantu siswa membuat keputusan/ rencana untuk menyelesaikan masalahnya dapat diketahui bahwa siswa yang menyatakan sering sebesar (62,5%) tersebut kategori tinggi, yang menyatakan jarang sebesar (30,20%) kategori rendah, dan yang menyatakan tidak pernah sebesar (7,29%) dikategorikan sangat rendah. [ 100 ] Jurnal: Guidance and Counseling, Volume 1 Issue 2, ISSN 2442-403X

kategori tinggi dapat diketahui bahwa sebagian besar responden (siswa) menyatakan dalam layanan konseling guru BK sering membantu membuat keputusan/ rencana untuk menyelesaikan masalah yang mereka hadapi. Siswa menganggap bahwa guru BK sudah cukup berhasil dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi mereka. Hal ini juga menunjukkan bahwa siswa beranggapan dengan adanya kegiatan layanan bimbingan dan konseling sangat membantu dalam penyelesaian masalah. Alasan siswa datang ke ruang BK dapat diketahui bahwa siswa yang menyatakan karena kemauan sendiri sebesar (41,6%) tersebut kategori cukup tinggi, yang menyatakan karena dipanggil oleh guru BK sebesar (56,25%) kategori cukup tinggi dan yang menyatakan karena diperintah oleh kepala sekolah sebesar (2,08%) dikategorikan sangat rendah. kategori cukup tinggi dapat diketahui bahwa menyatakan alasan mereka datang ke ruang bimbingan dan konseling adalah atas kemauan sendiri dan dipangggil oleh guru BK. Namun di sini persentasi dipanggil guru BK lebih besar daripada kemauan sendiri ketika siswa mempunyai alasan untuk datang ke ruang bimbingan dan konseling. Hal ini berarti kemauan siswa untuk datang sendiri ke ruang bimbingan dan konseling masih cukup rendah. Siswa merasa enggan untuk datang secara langsung ke ruang bimbingan dan konseling untuk meminta bantuan kepada guru BK agar dapat mengatasi masalah yang dihadapinya. Perasaan siswa setelah melakukan layanan konseling dengan guru BK dapat diketahui bahwa siswa yang menyatakan lega sebesar (64,58%) tersebut kategori tinggi, yang menyatakan biasa saja sebesar (34,37%) kategori rendah, dan yang menyatakan tidak pernah sebesar (1,04%) dikategorikan sangat rendah. kategori tinggi dapat diketahui bahwa Sri Mujinah, Pemanfaatan... menyata - kan lega setelah mealakukan layanan konseling dengan guru BK. Hal ini menunjukkan bahwa siswa merasa lebih baik setelah melakukan layanan konseling dengan guru BK sehingga masalah yang dihadapinya dapat terselesaikan dengan baik pula. Jika siswa sudah merasa lega setelah melakukan layanan konseling, maka tentunya ini juga merupakan suatu hal yang membuat lega guru BK ketika telah memberikan bantuan kepada siswa untuk mengatasi masalahnya. Pemahaman siswa terhadap bimbingan dan konseling di sekolah, meliputi: Siswa mengetahui tentang bimbingan dan konseling di sekolah dapat diketahui bahwa siswa yang menyatakan mengetahui sebesar (82,29%) tersebut kategori sangat tinggi, yang menyatakan kurang mengetahui sebesar (16,66%) kategori sangat rendah, dan yang menyatakan tidak mengetahui sebesar (1,04%) dikategorikan sangat rendah. kategori sangat tinggi dapat diketahui bahwa menyatakan mengetahui tentang bimbingan dan konseling di sekolah. Hal ini menunjukkan bahwa siswa sudah mengetahui dan memahami keberadaan bimbingan dan konseling di sekolah. Dengan adanya bimbingan dan konseling ini diharapkan siswa lebih memanfaatkannya dalam mengatasi segala permasalahan yang dihadapinya. Layanan bimbingan dan konseling di sekolah sudah berjalan dengan baik dapat diketahui bahwa siswa yang menyatakan baik sebesar (83,33%) tersebut kategori sangat tinggi, yang menyatakan kurang mengetahui sebesar (16,66%) kategori sangat rendah, dan yang menyatakan tidak pernah sebesar (0%) dikategorikan sangat rendah. kategori sangat tinggi dapat diketahui bahwa menyatakan layanan bimbingan dan Jurnal: Guidance and Counseling, Volume 1 Issue 2, ISSN 2442-403X [ 101 ]

konseling sudah berjalan dengan baik. Hal ini menunjukkan bahwa layanan bimbingan dan konseling sudah benar-benar terlaksana dengan baik. Guru BK selalu mengupayakan solusi terbaik untuk membantu mengatasi segala permasalahan yang dialami siswa dan siswa pun menerima segala masukan atau solusi yang diberikan oleh guru BK. Kerjasama antara personel sekolah pun berjalan dengan baik dalam mengoptimalkan kegiatan layanan bimbingan dan konseling terhadap siswa. Berdasarkan hasil perhitungan ratarata dan frekuensi skor yang sudah disajikan oleh penulis dapat diketahui bahwa tingkat pemanfaatan bimbingan dan konseling oleh siswa di Sekolah Menengah Pertama Negeri 7 Banjarmasin berada pada tingkat tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa siswa benarbenar memanfaatkan bimbingan dan konseling untuk mengatasi berbagai masalah yang dihadapinya. Siswa menganggap bahwa bimbingan dan konseling sudah berjalan dengan baik dalam membantu mereka mengatasi segala masalah yang ada. Dalam hal ini bimbingan dan konseling tidak hanya menangani siswa yang bermasalah, namun ketika bimbingan dan konseling sudah termanfaatkan dengan baik oleh siswa maka bimbingan dan konseling tersebut juga dapat membantu perkembangan siswa secara keseluruhan. Selain itu, faktor guru BK juga menentukan tingkat pemanfaatan bimbingan dan konseling oleh siswa, maksudnya di sini bahwa guru BK mampu memberikan solusi terbaik dalam membantu siswa mengatasi masalah yang dihadapinya, selain itu guru BK juga mampu menciptakan suasana yang nyaman untuk siswa ketika layanan konseling dilaksanakan. Sehingga ketika siswa sudah dapat memanfaatkan bimbingan dan konseling dengan baik dan guru BK pun dapat memberikan layanan yang baik maka hal ini tentu akan memperkuat peran aktif bimbingan dan konseling dalam pendidikan khususnya pada kegiatan belajar siswa. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru BK di Sekolah Menengah Pertama Negeri 7 Banjarmasin layanan bimbingan dan konseling sudah berjalan dengan baik dan sesuai dengan program yang ada. guru BK selalu memberikan informasi kepada siswa tentang layanan bimbingan dan konseling di sekolah, namun masih ada siswa yang kurang mengerti dan memahami tentang layanan bimbingan dan konseling tetapi guru BK selalu terus menginformasikan. Guru BK mengatasi masalah siswa dengan baik dan memakai teknik-teknik untuk mengatasi masalah yang dihadapi oleh siswa. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan oleh penulis di Sekolah Menengah Pertama Negeri 7 Banjarmasin, di sekolah ini jarang sekali terjadi siswa yang melanggar peraturan sekolah. Sekalipun terjadi pelanggaran maka guru BK, kepala sekolah dan wali kelas langsung mengambil tindakan untuk mengatasi masalah tersebut. Siswa di Sekolah Menengah Pertama Negeri 7 Banjarmasin akan mendapatkan skor apabila melanggar/ tidak mematuhi peraturan sekolah. Mereka akan diberi peringatan sebelum mendapat hukuman yang lebih besar. Dengan adanya bimbingan dan konseling di Sekolah Menengah Pertama Negeri 7 Banjarmasin dapat membantu siswa agar menjadi lebih baik dalam hal belajar dan tingkah laku. D. Simpulan Berdasarkan hasil uraian-uraian pada bab terdahulu, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut: Pemanfaatan siswa terhadap layanan bimbingan dan konseling di Sekolah Menengah Pertama Negeri 7 Banjarmasin terhadap lima layanan yang penulis lakukan dapat diketahui secara lebih khusus yaitu: 1) Pemanfaatan siswa terhadap layanan bimbingan belajar termasuk kategori tinggi. 2) Pemanfaatan siswa terhadap layanan penempatan dan penyaluran termasuk kategori rendah. 3) Pemanfaatan siswa terhadap layanan layanan informasi termasuk kategori tinggi. 4) Pemanfaatan siswa terhadap layanan bimbingan [ 102 ] Jurnal: Guidance and Counseling, Volume 1 Issue 2, ISSN 2442-403X

kelompok termasuk kategori tinggi. 5) Pemanfaatan siswa terhadap layanan individual termasuk kategori tinggi. Namun secara umum pemanfaatan bimbingan dan konseling oleh siswa di Sekolah Menengah Pertama Negeri 7 Banjarmasin berada pada kategori tinggi. Siswa dapat memahami tentang keberadaan dan fungsi layanan bimbingan dan konseling di sekolah dengan memanfaatkannya untuk mengatasi dan memecahkan suatu masalah yang dihadapi oleh mereka seperti masalah belajar, pergaulan, keluarga dan lain-lain. Selain itu siswa juga berpartisipasi dengan datang langsung ke ruang BK untuk menemui guru pembimbing atas dasar kemauan sendiri dan tanpa rasa takut. Berbagai faktor juga mempengaruhi dalam pemanfaatan layanan bimbingan dan konseling di Sekolah Menengah Pertama Negeri 7 Banjarmasin di antaranya yaitu para pelaksana (guru pembimbing), program, sarana dan prasarana serta dukungan dari personel sekolah khususnya kepala sekolah. Meskipun kerjasama dari semua pihak sudah berjalan dengan baik namun hal ini harus terus ditingkatkan agar pemanfaatan layanan bimbingan dan konseling di sekolah jauh lebih baik sesuai dengan prosedur dan program yang ada. Sri Mujinah, Pemanfaatan... Jurnal: Guidance and Counseling, Volume 1 Issue 2, ISSN 2442-403X [ 103 ]

DAFTAR PUSTAKA Ahmadi, Abu, Ahmad Rohani, 1991. Bimbingan dan Konseling di Sekolah, Jakarta: Rineka Cipta. Ahmadi, Abu, Nur Unbiyati, 1991. Ilmu Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta. Amiruddin, Zen, 2010, Statistik Pendidikan, Yogyakarta: Exsis Offset. A, Hellen, 2005. Bimbingan dan Konseling, Jakarta: Quantum Teaching. Aunur, Rahim Faqih, 2004. Bimbingan dan Konseling dalam Islam, Yoyakarta: UII Press. Azwar, Syaifuddin, 2001. Metode Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Belajar. Azwar, Syaifuddin, 1999. Penyusunan Skala Psikologi, Yogyakarta: Pustaka Belajar. D. Gunarsi, Singgih, 2000. Konseling dan Psikoterapi, Jakarta: BPK Gunung Mulia. J, P, Chaplin, 2004. Kamus Lengkap Psikologi, Jakarta: RajaGrafindo Persada. M. Echols, John, Hasan Sadily, 2003. Kamus Inggris Indonesia, Jakarta: Gramedia. Muhammad, Hamid, 2004. Pedoman Pelaksanaan Pelayanan Bimbingan dan Konseling, Jakarta: Depdiknas. Prayitno, 2002. Pelayanan Bimbingan dan Konseling di SLTP, Padang: Bina Sumber Daya MIPA. Prayitno, Erman Amti, 2004. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta: Rineka Cipta. Shertzeer, Bruce, Shelly C. Stone, Fundamentals of Guidance, Hongton Mifflin Company: London. Sukardi, Dewa Ketut, 2000. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling, Jakarta: Rineka Cipta. Syamsu Yusuf, A, Juntika Nurihsan, 2011. Landasan Bimbingan dan Konseling, Bandung: Remaja Rosdakarya. Tohirin, 2007. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi), Jakarta: RajaGrafindo Persada. W, S, Winkel, M, M, Sri Hastuti, 2006. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan, Yogyakarta: Media Abadi. [ 104 ] Jurnal: Guidance and Counseling, Volume 1 Issue 2, ISSN 2442-403X