BAB I PENDAHULUAN. keseluruhan pengertian, nilai, norma, ilmu pengetahuan serta keseluruhan strukturstruktur

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan yang biasanya dilakukan setiap tanggal 6 April (Hari Nelayan)

BAB I PENDAHULUAN. manusia serta segala masalah kehidupan tidak dapat dipisah-pisah untuk

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Saji. Adapun objek dalam penelitian ini adalah Upacara Adat Labuh Saji.

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

I. PENDAHULUAN. masing-masing sukunya memiliki adat-istiadat, bahasa, kepercayaan,

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk budaya mengandung pengertian bahwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia, mitos dan ritual saling berkaitan. Penghadiran kembali pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian sebagai salah satu unsur dari perwujudan kebudayaan bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. dari beragamnya kebudayaan yang ada di Indonesia. Menurut ilmu. antropologi, (dalam Koentjaraningrat, 2000: 180) kebudayaan adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. Kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, ialah

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat.

BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI. A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi

1. PENDAHULUAN. bangsa yang kaya akan kebudayaan dan Adat Istiadat yang berbeda satu sama lain

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENGARAH

BAB 1 PENDAHULUAN. diwariskan secara turun temurun di kalangan masyarakat pendukungnya secara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah mahkluk sosial yang dilahirkan dalam suatu pangkuan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kesatuan yang dibangun di atas keheterogenan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ageng Sine Yogi, 2014

BAB I PENDAHULUAN. sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. 1 Dalam kaitannya

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

GEOGRAFI BUDAYA Materi : 7

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB IV MAKNA PELAKSANAAN UPACARA ADAT ALAWAU AMANO BAGI KEHIDUPAN ORANG NOLLOTH. A. Mendiskripsikan Upacara Adat Kematian Alawau Amano

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial juga makhluk budaya. Sebagai makhluk

BAB I PENDAHULUAN. Museum Budaya Dayak Di Kota Palangka Raya Page 1

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pepatah Jawa dinyatakan bahwa budaya iku dadi kaca benggalaning

UKDW BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. ditinggalkan, karena merupakan kepercayaan atau citra suatu kelompok dan

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

BAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat

2015 KESENIAN RONGGENG GUNUNG DI KABUPATEN CIAMIS TAHUN

No Nama Umur Pekerjaan Alamat. 1 Yohanes 60 tahun Pensiunan Pegawai. 2 Adrianus 45 tahun Guru Agama Desa. 3 April 25 Tahun Pembuat senjata Desa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. rakyat, merupakan kekayaan budaya yang sarat dengan nilai-nilai.

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. memberi makna kepada orang lain sesuai dengan konteks yang terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yuyun Yuniati, 2013

BAB V PENUTUP. masih dijalankan dalam masyarakatnya. Di Nagari Batu Gajah salah satu tradisi

BAB I PENDAHULUAN. [Type text]

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tradisi merupakan aktivitas yang diturunkan secara terus-menerus dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap etnik (suku) di Indonesia memiliki kebudayaan masing-masing yang berbeda

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebanggaan nasional (national pride) bangsa Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk menunjukkan tingkat peradaban masyarakat itu sendiri. Semakin maju dan

BAB I PENDAHULUAN. dinamakan mampu berbuat hamemayu hayuning bawana (Suwardi Endraswara,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

1.1 Latar Belakang Budaya kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari. Menurut Pitana dan Diarta (2009) konsep pariwisata mempunyai kata

I. PENDAHULUAN. Kebudayaan terjadi melalui proses belajar dari lingkungan alam maupun

BAB IV MAKNA LIMBE BAGI MASYARAKAT DENGKA MASA KINI. masyarakat Nusak Dengka telah menganut agama Kristen, namun dalam

BAB I PENDAHULUAN. satu pencerminan dari karakteristik dalam sebuah masyarakat tersebut. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pernikahan adalah salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam

BAB I PENDAHULUAN. macam suku bangsa termasuk agamapun banyak aliran yang berkembang.

BAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia

BAB IV TINJAUAN KRITIS. budaya menjadi identitasnya. Apabila manusia dicabut dari budayanya, ia bukan lagi orang

BAB I PENDAHULUAN. Kekayaan budaya itu tersimpan dalam kebudayaan daerah dari suku-suku bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. dari kata majemuk bahasa Inggris folklore, yang terdiri atas kata folk dan lore.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Manusia terlahir dibumi telah memiliki penyesuaian terhadap lingkungan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari hasil pembahasan Bab IV terdahulu, maka peneliti rumuskan

BAB IV ANALISIS DATA. A. Pengaruh Regresi Tentang Budaya Bantengan Terhadap Perilaku Anak di Desa

I. PENDAHULUAN. Budaya pada dasarnya merupakan cara hidup yang berkembang, dimiliki dan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat tersebut yang berusaha menjaga dan melestarikannya sehingga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indra Jaya, 2014 Kesenian Janeng Pada Acara Khitanan Di Wonoharjo Kabupaten Pangandaran

I. PENDAHULUAN. sebut kebudayaan. Keanekaragaman budaya yang terdapat di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. generasi yang telah mendarah daging berurat dan berakar. Kebiasaan ini dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. dengan berbagai macam bentuk perahu besar dan kecil. Sumatera Utara. Belawan berada pada ketinggan 1 meter dari permukaan laut,

BAB IV ANALISIS DATA

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang sangat kompleks. Didalamnya berisi struktur-struktur yang

BAB I PENDAHULUAN. menarik. Dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan keindahan, manusia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Budaya lokal menjadi media komunikasi di suatu daerah yang dapat

ARTIKEL TENTANG SENI TARI

PARTISIPAN : (Yang menjual anak) Nama : Alamat : Umur : Pekerjaan : Pendidikan : Jabatan dalam gereja/masyarakat :

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Komunikasi merupakan mekanisme untuk mensosialisasikan normanorma

2015 TARI TUPPING DI DESA KURIPAN KECAMATAN PENENGAHAN KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

BAB II TELAAH TEORITIS ANIMISME DALAM MASYARAKAT. Nusak Dengka, dan makna perayaan Limbe dalam masyarakat tersebut.

AKULTURASI BUDAYA ISLAM DAN BUDAYA HINDU (Studi Tentang Perilaku Keagamaan Masyarakat Islam Tradisional di Gununggangsir Beji Pasuruan)

BAB I PENDAHULUAN. terhadap suatu olahraga. Dapat dibuktikan jika kita membaca komik dan juga

MAKNA PERAYAAN LIMBE DALAM MASYARAKAT DENGKA DULU DAN SEKARANG

BAB I PENDAHULUAN. diteliti, karena memiliki keunikan, kesakralan, dan nilai-nilai moral yang terkandung di

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,

BENTUK DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM TRADISI GUYUBAN BAGI KEHIDUPAN MASYARAKAT DESA PASIR AYAH KEBUMEN

BAB I PENDAHULUAN. Keanekaragaman suku bangsa dan budaya yang dimiliki oleh setiap negara

I. PENDAHULUAN. maupun dilestarikan. Kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks yang

CERITA RAKYAT GUNUNG SRANDIL DI DESA GLEMPANG PASIR KECAMATAN ADIPALA KABUPATEN CILACAP (TINJAUAN FOLKLOR)

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II KAJIAN TEORI. Kebudayaan berasal dari kata sansekerta budhayah, yaitu bentuk jamak

BAB I PENDAHULUAN. Budaya merupakan suatu kebiasaan masyarakat yang sukar diubah dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar belakang Masalah. Kehidupan kelompok masyarakat tidak terlepas dari kebudayaannya sebab kebudayaan ada

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa ada di dalamnya dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda.

BAB I PENDAHULUAN. meliputi segala daya dan aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebudayaan merupakan sesuatu yang turun-temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian, nilai, norma, ilmu pengetahuan serta keseluruhan strukturstruktur sosial, religius, dan lain-lain. Demikian pula Edward B. Tylor berpendapat, bahwa kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang didalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat. Sementara Parsudi Suparlan secara lebih spesifik menjelaskan bahwa kebudayaan merupakan cetak biru bagi kehidupan, atau pedoman bagi kehidupan masyarakat, yaitu merupakan perangkat-perangkat acuan yang berlaku umum dan menyeluruh dalam menghadapi lingkungan untuk pemenuhan kebutuhan para warga masyarakat pendukung kebudayaan tersebut. (Ghazali, 2011: 31-33) Dari pengertian kebudayaan itu, dapat diperoleh kesimpulan bahwa kebudayaan itu merupakan sistem pengetahuan yang meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia. Dalam kehidupan sehari-hari kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah bendabenda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan 1

2 bermasyarakat. Dengan demikian, kebudayaan dalam suatu masyarakat merupakan sistem nilai tertentu yang dijadikan pedoman hidup oleh warga yang mendukung kebudayaan tersebut. Karena dijadikan kerangka acuan dalam bertindak dan bertingkah laku, maka kebudayaan cenderung menjadi tradisi dalam suatu masyarakat. Tradisi adalah sesuatu yang sulit berubah karena sudah menyatu dalam kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, tampaknya tradisi sudah terbentuk sebagai norma yang dibakukan dalam kehidupan masyarakat. (Ghazali, 2011: 31-33) Adat istiadat adalah bentuk kebudayaan yang kasat mata. Yang termasuk dalam adat istiadat ialah tata krama masyarakat, upacara tradisional, baik yang berkaitan dengan siklus hidup seseorang maupun dengan berbagai peristiwa alam, hingga cara berpakaian, bekerja dan mengolah makanan. Adat istiadat bersifat simbolik, artinya adat mencerminkan kepercayaan dan nilai-nilai luhur yang diyakini suatu masyarakat. (Amalia, 2005: 19) Salah satu upacara adat yang hidup dan berkembang di masyarakat Palabuhanratu Sukabumi Jawa Barat merupakan wujud nyata perilaku masyarakat yang menjunjung tinggi para leluhur mereka. Salah satunya adalah upacara adat labuh saji yang dilaksanakan oleh masyarakat nelayan pesisir pantai Palabuhanratu sebagai ungkapan rasa syukur kepada Sang Hyang Widi yang memberikan kesejahteraan dalam kehidupan mereka. Upacara ini merupakan tradisi turuntemurun masyarakat nelayan Palabuhanratu untuk memberikan penghormatan kepada seorang puteri bernama Nyai Puteri Mayangsagara atau Nyai Puteri Mayangsari atas perhatiannya terhadap kesejahteraan nelayan saat itu. Mayangsari mulai melakukan upacara ini sebagai tradisi tahunan sejak abad ke-15 untuk

3 mewujudkan rasa syukur atas limpahan rejeki yang didapat serta memohon keselamatan dan kesuburan. Lebih jauhnya Mayangsagara melakuakan upacara itu agar rakyatnya mendapat kesejahteraan dari pekerjaan mereka sebagai nelayan. (Wawancara pribadi dengan bapak Maman Suparman sesepuh nelayan Palabuhanratu di kantor sekretariat Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia pada pukul 09.45 WIB tanggal 07 April 2016) Upacara adat labuh saji dapat dikatakan sebagai pesta laut yang unik bagi para nelayan Kelurahan Palabuhanratu karena di samping ada unsur-unsur sakralnya, juga terdapat hal yang menurut masyarakat bisa mempererat hubungan kekeluargaan antar semua masyarakat nelayan pesisir pantai Palabuhanratu. Akan tetapi, dari seluruh lapisan masyarakat yang berprofesi sebagai nelayan, tidak semua masyarakat mengetahui mengenai asal-usul sejarah labuh saji tersebut. Mereka hanya mengetahui secara garis besarnya saja, bahwa labuh saji merupakan syukuran para nelayan atas limpahan rejeki yang didapatnya selama setahun, kemudian masyarakat juga berpandangan bahwa upacara adat labuh saji merupakan proses ritual membawa sesajen ke tengah laut untuk dijadikan persembahan kepada penguasa laut selatan yaitu Nyi Roro Kidul. Hanya orang-orang tertentu saja yang tahu mengenai arti dari upacara adat labuh saji dan arti dari simbol-simbol didalamnya. (Wawancara pribadi dengan bapak Maman Suparman sesepuh nelayan Palabuhanratu di kantor sekretariat Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia pada pukul 09.45 WIB tanggal 07 April 2016) Adapun manfaat dari dilaksanakannya upacara adat labuh saji bagi masyarakat pesisir pantai Palabuhanratu adalah mempererat hubungan

4 kekeluargaan dan hubungan silaturahmi antar para nelayan dan masyarakat pesisir lainnya. Dengan diadakannya upacara ini, semua lapisan masyarakat nelayan berkumpul dan melakukan persiapan agar upacara adat labuh saji berjalan dengan baik. Dari fakta di atas, hubungan kekeluargaan antar masyarakat nelayan dengan masyarakat nelayan lain semakin erat, bahkan dengan masyarakat yang bukan berprofesi sebagai nelayan sekalipun. Upacara adat labuh saji membawa manfaat yang sangat besar khususnya bagi masyarakat nelayan dan umumnya bagi seluruh warga masyarakat Kelurahan Palabuhanratu, karena selain sebagai ritual syukuran nelayan, upacara adat labuh saji juga menjadi salah satu faktor pendorong bagi para wisatawan lokal dan wisatawan asing untuk datang ke Palabuhanratu. Lebih jauh dari pada itu, upacara adat labuh saji dijadikan sarana hiburan keluarga oleh masyarakat sekitar Palabuhanratu, maka tidak jarang banyak warga yang berbondong-bondong datang menyaksikan upacara adat labuh saji. (Wawancara pribadi dengan bapak Maman Suparman sesepuh nelayan Palabuhanratu di kantor sekretariat Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia pada pukul 09.45 WIB tanggal 07 April 2016) Upacara adat labuh saji merupakan upacara tradisi yang biasa dilakukan oleh masyarakat nelayan Palabuhanratu setiap satu tahun sekali tepatnya pada minggu pertama di bulan April yaitu pada tanggal 06. Banyak sekali masyarakat yang ikut berpartisipasi dalam terselenggaranya upacara adat labuh saji, mulai dari panitia pelaksana, staf pemerintahan Kelurahan Palabuhanratu, Pemerintah Daerah (PEMDA), para nelayan, tokoh masyarakat, tokoh agama, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), petugas keamanan, yaitu antara lain: POLRES Sukabumi,

5 POLSEK Palabuhanratu, SATPOL PP, TNI AL dan TNI AD, dan warga sekitar bahkan masyarakat yang bukan berpropesi sebagai nelayan. (Wawancara pribadi dengan bapak Nandang Heryadie sekretaris umum panitia hari nelayan atau upacara adat labuh saji tahun 2016 di kantor sekretariat Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia pada pukul 15.37 WIB tanggal 07 April 2016) Dahulu sesajen yang digunakan dalam upacara labuh saji berupa kepala kerbau atau kambing, namun sejak tahun 2004 sampai sekarang sesajen diganti dengan menaburkan benih ikan, benur (bibit udang), dan tukik (anak penyu) ke tengah teluk Palabuhanratu. Tukik dan sidad adalah wujud kesuburan laut. Untuk itulah nelayan menebarnya ke laut dengan harapan laut Palabuhanratu tetap subur dan memberikan banyak ikan bagi setiap nelayan yang turun ke laut. (Wawancara pribadi dengan bapak Nandang Heryadie sekretaris umum panitia hari nelayan atau upacara adat labuh saji tahun 2016 di kantor sekretariat Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia pada pukul 15.37 WIB tanggal 07 April 2016) Berdasarkan paparan di atas penulis ingin melakukan penelitian lebih jauh tentang upacara adat yang dilakukan oleh masyarakat pesisir pantai Palabuhanratu tersebut, yang kemudian penulis tuangkan dalam judul: PERILAKU SOSIAL, EKONOMI, DAN AGAMA DALAM TRADISI UPACARA ADAT LABUH SAJI (Kajian Fenomenologi Pada Masyarakat Nelayan Palabuhanratu Sukabumi Jawa Barat).

6 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan observasi awal di lapangan, ada beberapa keunikan yang menjadi faktor yang mempengaruhi keinginan penulis untuk bisa menggali lebih dalam apa yang sebenarnya ada dan terjadi pada masyarakat nelayan Kelurahan Palabuhanratu. Adapun yang menjadi ketertarikan penulis pada masyarakat nelayan Kelurahan Palabuhanratu adalah: 1.2.1 Tidak semua masyarakat nelayan Palabuhanratu mengetahui tentang upacara adat labuh saji walaupun pada pelaksanaan upacara adat tersebut semua nelayan ikut berpartisipasi. 1.2.2 Kondisi ekonomi masyarakat nelayan Palabuhanratu sangat bervariatif, ada masyarakat yang tergolong kategori menengah ke atas adapula masyarakat yang tergolong kategori menegah ke bawah. 1.2.3 Dari sekian jumlah penduduk yang ada di kelurahan Palabuhanratu ternyata kategori masyarakat menengah ke atas didominasi oleh masyarakat bermata pencaharian sebagai nelayan. 1.2.4 Terdapat keunikan dalam perilaku sosial dan perilaku agama masyarakat nelayan jika dibandingkan dengan masyarakat lain. 1.2.5 Upacara adat labuh saji bukan hanya sekedar acara ritual belaka lebih jauh dari itu labuh saji banyak mengandung hikmah bagi masyarakat nelayan khususnya dan umumnya bagi warga sekitar Palabuhanratu. 1.2.6 Upacara adat labuh saji dijadikan sebagai media untuk menarik para wisatawan dalam dan luar negeri untuk berkunjung ke pantai sekitar Palabuhanratu.

7 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka rumusan masalahnya dapat disusun sebagai berikut: 1.3.1 Bagaimana perilaku sosial, ekonomi dan agama masyarakat nelayan Palabuhanratu dalam kaitannya dengan tradisi upacara adat labuh saji? 1.3.2 Apa faktor yang mendukung perilaku sosial, ekonomi dan agama dalam tradisi upacara adat labuh saji? 1.3.3 Bagaimana masyarakat nelayan Palabuhanratu mempertahankan perilaku sosial, ekonomi, dan agama dalam tradisi upacara adat labuh saji? 1.4 Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penulisan ini adalah untuk mengetahui: 1.4.1 Perilaku sosial, ekonomi dan agama masyarakat nelayan Palabuhanratu dalam kaitannya dengan tradisi upacara adat labuh saji. 1.4.2 Faktor-faktor yang mendukung terhadap perilaku sosial, ekonomi dan agama dalam tradisi upacara adat labuh saji. 1.4.3 Masyarakat nelayan Palabuhanratu mempertahankan perilaku sosial, ekonomi, dan agama dalam tradisi upacara adat labuh saji.

8 1.5 Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.5.1 Kegunaan Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi penelitian dalam bidang ilmu sosiologi. Terutama yang ingin mempertajam kajian fenomenologi perilaku sosial, ekonomi dan agama yang berkaitan dengan kebudayaan atau tradisi upacara adat. 1.5.2 Kegunaan Praktis Hasil penelitian ini diharapkan menjadi sumbangsih pemikiran bagi masyarakat terkait, terutama bagi masyarakat nelayan yang berada di Kelurahan Palabuhanratu Sukabumi Jawa Barat. Kemudian penelitian ini juga diharapkan berguna bagi kelengkapan bahan pertimbangan untuk berbagai pihak guna membangun dan memajukan masyarakat setempat dalam memberdayakan tradisi upacara adat yang ada. 1.6 Kerangka Pemikiran Untuk mengulas kajian ilmiah ini penulis menggunakan pendekatan fenomenologi. Yang dimaksud pendekatan fenomenologi adalah pendekatan yang dilakukan untuk mencari pemahaman bagaimana manusia mengkonstruk makna dan konsep-konsep penting dalam kehidupannya (Kuswarno, 2013: 2). Dengan pendekatan ini penulis mencoba memaparkan situasi dan kondisi masyarakat yaitu sistem ekonomi, pendidikan, kondisi lingkungan dan perilaku budaya keagamaannya.

9 Tolok ukur mengenai tradisi Upacara Adat Labuh Saji pada Masyarakat Nelayan Palabuhanratu Sukabumi, penulis akan menggunakan teori tindakan sosial sebagai pedoman atau pegangan dalam penelitian ini. Sistem upacara dalam suatu religi berwujud aktivitas dan tindakan manusia dalam melaksanakan kebaktiannya terhadap Tuhan, dewa-dewa, roh-roh nenek moyang atau makhluk halus lain yang semua itu merupakan sarana untuk berkomunikasi dengan Tuhan dan penghuni dunia gaib lainnya. Selain teori tindakan sosial penulis juga mengambil teori ritual yang dikemukakan oleh Victor Turner. Mempelajari ritual berarti mempelajari simbol-simbol dalam ritus itu. Victor Turner menegaskan bahwa tanpa mempelajari simbol yang dipakai dalam ritus sulitlah orang memahami ritus dan masyarakat. Karena bidang penelitian Victor Turner lebih berpusat pada ritus, maka simbolsimbol yang dipelajari di sini adalah simbol-simbol ritus seperti dicontohkan pada masyarakat Ndembu (Winangun, 1990: 18). Victor Turner dalam mempelajari simbol adalah penemuannya akan tiga dimensi arti simbol, yaitu arti eksegetik, arti operasional dan posisional. 1.5.1 Dimensi Eksegetik Dimensi ini meliputi penafsiran yang diberikan oleh informan asli kepada peneliti. Penjelasan-penjelasan atau interpretasi harus digolongkan menurut ciri-ciri sosial dan kualifikasi informan, maka yang dikembangkan adalah eksegesis terhadap penjelasan masing-masing simbol ritual. 1.5.2 Dimensi Operasional Dimensi ini meliputi tidak hanya penafsiran yang diungkapkan secara verbal, tetapi apa juga yang ditunjukan pada pengamat dan peneliti. Dengan

10 melihat dimensi operasionalnya orang mengenal dalam rangka apa simbolsimbol itu digunakan. 1.5.3 Dimensi Posisional Sebagian besar simbol-simbol multivokal, artinya simbol-simbol itu mempunyai banyak arti. Di samping itu simbol-simbol juga mempunyai relasi satu dengan yang lainnya. Simbol-simbol itu berasal dari relasinya dengan simbol-simbol lain. Beberapa arti simbol, dengan demikian menjadi relevan. Pada ritus tertentu salah satu simbol ditekankan, sedang pada ritus yang lain tidak ditekankan meski dipakai. Semua ini berhubungan dengan tujuan ritus diadakan (Winangun, 1990: 18-20). Ditegaskan oleh Victor Turner bahwa ke tiga dimensi simbol itu harus diambil, kalau mau menganalisis simbol-simbol ritus. Dengan teori yang telah dikemukakan oleh Victor Turner mengenai ritus yang apabila mempelajari ritus berarti juga mempelajari simbol-simbol. Dan apabila tanpa mempelajari simbol-simbol yang dipakai dalam ritus sulitlah orang memahami ritus dan masyarakatnya.

11 Bagan 1.1 Peta Konsep Teori Ritus Victor Turner Sistem Ekonomi Kondisi Lingkungan Upcara adat labuh saji merupakan budaya yang meliputi asal-usul, kepercayaan serta ritus atau ritual. Pendidikan Perilaku Keagamaan Dimensi Operasioanal Dimensi Posisional Dimensi Eksegesik