FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN MALARIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DATARAN BULAN KECAMATAN AMPANA TETE KABUPATEN TOJO UNA UNA 1) Rizal Sidiki, 2) Indro Subagyo, 3) Muhammad Jufri 1,3) Fakultas Kesehatan Masyarakat Unismuh Palu 2) Politiknik Kesehatan Palu ABSTRAK Malaria merupakan salah satu penyakit infeksi yang tersebar diseluruh dunia mulai dari daerah tropik, subtropik sampai kedaerah beriklim dingin. Penyakit malaria pada saat ini menjadi masalah kesehatan masyarakat di lebih dari 90 negara, yang dihuni oleh 2,4 milyar penduduk dunia. Berdasarkan profil kesehatan Kabupaten Tojo Una - Una penderita malaria pada tahun 2010 tercatat 175 penderita, tahun 2011 tercatat 142 penderita malaria, dan tahun tercatat 92 penderita malaria, Dengan melihat jumlah penderita malaria selama 3 tahun terakhir dan hasil diskusi yang terbangun antara penulis dan petugas kesehatan di Puskemas Dataran Bulan Kabupaten Tojo Una Una maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian terhadap faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian malaria didaerah tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian Jenis penelitian ini adalah Retrospective Study dengan pendekatan case control. Yaitu rancangan studi epidemiologi yang mempelajari hubungan antara paparan dengan cara membandingkan kelompok kasus dan kelompok kontrol. Penelitian ini menggunakan total populasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan bermakna antara penggunaan kelambu dengan kejadian Malaria dengan nilai p = 0,001 dan OR = 5,824, pemasangan kawat kasa dengan kejadian Malaria dengan nilai p = 0, dan OR = 6,445. Dan penyemprotan dengan kejadian Malaria dengan nilai p = 0,000 dan OR = 6,4 Penelitian ini menyarankan agar instansi kesehatan Perlu melaksanakan secara rutin survei nyamuk anopheles untuk mengetahui angka kepadatan nyamuk, dan tempat perkembangbiakan nyamuk, serta melakukan identifikasi nyamuk tersebut untuk diketahui species anopheles yang dominan sebagai vektor. Daftar Pustaka : 12 (2000-) Kata Kunci : Kejadian malaria PENDAHULUAN Malaria merupakan salah satu penyakit infeksi yang tersebar diseluruh dunia mulai dari daerah tropik, subtropik sampai kedaerah beriklim dingin. Penyakit malaria pada saat ini menjadi masalah kesehatan masyarakat di lebih dari 90 negara, yang dihuni oleh 2,4 milyar penduduk dunia. World Health Organization (WHO) meluncurkan rencana ambisius untuk mengendalikan atau membasmi malaria. Setelah kesuksesan awal, rencananya kandas, malaria sekarang kembali ke daerah yang pernah dikuasai dan memasuki daerah baru. Karena resistensi plasmodial dan nyamuk terhadap obat dan insektisida, bahaya malaria telah memburuk, dan penyakit ini sekarang menjadi masalah global utama. Sekitar 300-500 juta kasus malaria terjadi setiap tahun. Dan 1-2 juta kematian terjadi, kebanyakan dari mereka pada anak-anak muda. Kurang lebih 1300 kasus malaria yang didiagnosis setiap tahun di Amerika Serikat, kebanyakan dari mereka diperoleh di luar negeri. Hanya sekitar 147
1% pasien mendapatkan infeksi di Amerika Serikat, dengan lebih dari setengah dari kasus diperoleh di Afrika. Di Indonesia, menurut hasil Survai Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2007, terdapat 70 juta penduduk yang tinggal di daerah endemik malaria dan 56,3 juta penduduk diantaranya tinggal di daerah endemik malaria sedang sampai tinggi. Menurut Departemen Kesehatan. Meskipun insiden malaria sejak tahun 2000 cenderung menurun. Tetapi pada tahun 2004 masih terjadi KLB (kejadian Luar Biasa= out- break) malaria pada 7 propinsi yang menyerang 35 desa dan menyebabkan kematian sebesar 211 orang penduduk. (Harijanto, 2005) Perincian AMI ( Annual Malaria Insidence ) menurut propinsi pada tahun 2007 terdapat beberapa propinsi dengan parasit rate yang tinggi yaitu Irian Jaya (118,76%), Nusa Tenggara Timur (82,37%),Sulawesi Utara (25,23%), Timor Timor (27,82%), Maluku (19,36%) sedangkan Sulawesi Tengah (22,27%).Berdasarkan profil kesehatan propinsi Sulawesi Tengah tahun 2000 jumlah sediaan darah malaria yang diperiksa menurut kabupaten/kota madya berturut turut adalah Banggai 48,6%, Donggala 37,8%, Palu 25,8%, dan Tojo Una Una 38,6%. Berdasarkan profil kesehatan Kabupaten Tojo Una - Una penderita malaria pada tahun 2010 tercatat 175 penderita, tahun 2011 tercatat 142 penderita malaria, dan tahun tercatat 92 penderita malaria, Dengan melihat jumlah penderita malaria selama 3 tahun terakhir dan hasil diskusi yang terbangun antara penulis dan petugas kesehatan di Puskemas Dataran Bulan Kabupaten Tojo Una Una maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian terhadap faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian malaria didaerah tersebut. BAHAN DAN METODE Lokasi Penelitian Penelitian ini di laksanakan Pada bulan Januari 2013 di wilayah Kerja Puskesmas Dataran Bulan Kecamatan Ampana Tete, Kabupaten Tojo Una-una. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah semua penderita malaria yang berjumlah 41 orang yang ada di Wilayah Puskesmas Dataran Bulan Kecamatan Ampana Tete, Kabupaten Tojo Una-una Pada tahun yang sekaligus sebagai sampel (total populasi). 2. Sampel Sampel dalam penelitian ini adalah total populasi yaitu 41 orang dengan control 41 orang Analisis Data Dalam penelitian ini akan di lakukan analisis bivariat dengan menggunakan uji statistik chi square X² dengan tingkat kepercayaan 95% dan di oleh menggunakan program komputerisasi. Uji ini di gunakan untuk melihat antara hubungan antara Variabel dependent dan variabel independent 148
HASIL a. Hubungan Penggunaan Kelambu dengan kejadian Malaria Tabel 1 Hubungan Penggunaan Kelambu dengan kejadian Malaria di wilayah kerja Puskesmas Dataran Bulan Kabupaten Tojo Una Una Penggunaan Kelambu Kejadian Malaria Sakit Tidak Sakit Malaria Malaria Total n % n % 24 29,3 8 9,8 32 Tidak Menggunakan Menggunakan 17 20,7 33 40,2 50 Total 41 50 41 50 82 Sumber : Data Primer Dari tabel 1 tersebut dapat dilihat dengan jelas bahwa tidak menggunakan kelambu, proporsi responden yang mengalami sakit Malaria lebih besar yaitu 29,3 % sedangkan yang tidak mengalami sakit Malaria mencapai 9,8 %. Tabel 5.7 juga menunjukkan bahwa penggunaan Kelambu, proporsi responden yang menderita sakit Malaria lebih kecil dibandingkan dengan proporsi responden yang tidak menderita sakit 149 P Value 0,001 OR 95 % 5,824 (2,161-15,692) Hasil uji Chi Square didapatkan nilai p = 0,001 (p value 0,05), ini berarti bahwa ada hubungan yang bermakna antara penggunaan kelambu dengan kejadian Uji statistik selanjutnya memberikan hasil nilai OR = 5,824 (Cl = 2,161-15,692). Hal ini berarti responden yang tidak menggunakan kelambu akan beresiko mengalami sakit Malaria 5,824 kali lebih besar dibandingkan dengan responden yang menggunakan kelambu Malaria yaitu 20,7 % responden sakit Malaria dan 40,2 % responden tidak sakit b. Hubungan Pemasangan Kawat Kasa dengan kejadian Malaria Tabel 2 Hubungan Pemasangan Kawat Kasa dengan kejadian Malaria di wilayah kerjapuskesmas Dataran Bulan Kabupaten Tojo Una Una Pemasangan Kawat Kasa Kejadian Malaria Sakit Tidak Sakit Total Malaria Malaria n % n % 25 30,5 8 9,8 33 Tidak Memasang Memasang 16 19,5 33 40,2 49 Total 41 50 41 50 82 Sumber : Data Primer Tabel 2 menunjukkan bahwa responden yang tidak memasang kawat kasa proporsi sakit Malaria lebih besar daripada yang tidak sakit Malaria yaitu 30,5 % sakit Malaria dan 9,8 % yang tidak sakit P Value 0,000 OR 95 % 5,824 (2,161-15,692) Pengujian hasil penelitian untuk pendapatan menggunakan uji Chi Squar sehingga didapatkan nilai p = 0,000 (p Value 0,05), maka secara statistik ada hubungan yang bermakna antara pemasangan kawat kasa dengan kejadian
Nilai OR = 5,824 (Cl = 2,161-15,692) menunjukkan responden yang tidak memasang kawat kasa memiliki kecenderungan mengalami sakit Malaria 5,824 kali lebih besar dari responden yang memasang kawat kasa. c. Hubungan Penyemprotan dengan kejadian Malaria Tabel 3 Hubungan Penyemprotan dengan kejadian Malaria di wilayah kerjapuskesmas Dataran Bulan Kabupaten Tojo Una Una Penyemprotan Kejadian Malaria Sakit Tidak Sakit Total Malaria Malaria n % n % 25 30,5 8 9,8 33 Tidak Melakukan Melakukan 16 19,5 33 40,2 19 Total 41 50 41 50 82 Sumber : Data Primer Tabel 3 menunjukkan bahwa responden yang tidak melakukan penyemprotan proporsi sakit Malaria lebih besar daripada yang tidak sakit Malaria yaitu 30,5 % sakit Malaria dan 9,75 % yang tidak sakit Pengujian hasil penelitian untuk pendapatan menggunakan uji Chi Square sehingga didapatkan nilai p = 0,000 (p Value 0,05), maka secara statistik ada hubungan yang bermakna antara penyemprotan dengan kejadian Nilai OR = 5,824 (Cl = 2,161-15,692) menunjukkan responden yang tidak melakukan penyemprotan memiliki kecenderungan mengalami sakit Malaria 5,824 kali lebih besar dari responden yang melakukan penyemprotan. PEMBAHASAN a. Hubungan Penggunaan Kelambu dengan kejadian Malaria Hubungan yang bermakna antara penggunaan kelambu dengan kejadian Malaria di wilayah kerja Puskesmas Dataran Bulan dapat dilihat dari tabel 1, terbukti hasil perhitungan statistik dengan menggunakan uji Chi Square diperoleh nilai probabilitas (p value) sebesar 0,001 lebih kecil dari α 0,05, 150 P Value 0,000 OR 95 % 5,824 (2,161-15,692) karena ada hubungan yang signifikan maka untuk mengetahui kuatnya hubungan tersebut dilakukan uji nilai koefisien kontingensi. Hasil yang diperoleh 0,371 dimana nilai tersebut termasuk dalam kategori hubungan yang sedang. Data yang diperoleh dari wawancara dengan responden (tabel 5.7) menunjukkan bahwa 24 orang (29,3%) dari 41 responden yang sakit Malaria, tidak menggunakan kelambu sedangkan dari 41 responden yang tidak sakit Malaria, ada 33 orang (40,2%) yang memiliki penggunaan kelambu tinggi tentang penyakit Responden yang sakit Malaria kebanyakan tidak menggunkan kelambu yang yaitu menurut mereka penyakit Malaria adalah penyakit demam biasa. Alasan yang diperoleh mengapa mereka tidak menggunakan kelambu, karena mereka tidak pernah menerima penyuluhan-penyuluhan dari petugas kesehatan, bahan bacaan berupa buku-buku, dan media informasi lainnya seperti koran, majalah dan televisi masih kurang. Sebagian besar penderita juga mengungkapkan bahwa mereka tidak mengerti istilah-istilah kesehatan yang
disampaikan oleh petugas kesehatan maupun yang tertulis di buku-buku, karena umumnya penderita lebih paham dengan bahasa bare e/ta a (bahasa asli Ampana). Disamping itu penderita juga merasa malu dan minder dengan penyakit Malaria yang dideritanya, sehingga sulit untuk mendapat informasi dan penggunaan kelambu yang baik tentang penyakit Kelompok responden kontrol atau yang tidak sakit Malaria, pada umumnya menggunakan kelambu, mereka tahu bahwa penyakit Malaria disebabkan oleh protozoa dengan vektor nyamuk, Malaria dapat disembuhkan dengan obat medis yang telah disediakan, mereka tahu bahwa Malaria sulit untuk menular kepada orang lain yang tubuhnya sehat atau memiliki daya tahan tubuh yang kuat dan terhindar dari gigitan nyamuk, mereka tahu bahwa obat dari petugas kesehatan sangat bermanfaat untuk menyembuhkan Malaria,. Penggunaan kelambu, akan membuat penderita Malaria terhindar dari gigitan nyamuk. Penderita Malaria memiliki harapan karena mereka akan tahu informasi yang benar tentang penyakit tersebut, namun sebaliknya tidak menggunakan kelambu menyebabkan penderita tidak melakukan tindakan pencegahan, pengobatan dan perawatan terhadap penyakit yang diderita. Informasi dari petugas kesehatan pelaksana program pemberantasan Malaria di Puskesmas Dataran Bulan, pelacakkan terhadap penderita Malaria sangat sulit untuk dilakukan karena penderita takut dan malu bila dikunjungi oleh petugas kesehatan, dan mareka tidak tahu bahwa petugas kesehatan memiliki obat gratis untuk penyakit 151 Penggunaan kelambu memungkinkan seseorang untuk lebih bijaksana, dan rasional dalam menanggapi persoalan penyakit tersebut. Penggunaan kelambu akan meningkat jika seseorang mulai melihat peragaan (gambar dari brosur, lifleat, grafik, film) dan mendengar suatu informasi berupa penyuluhan kesehatan, ataupun dari pendidikan formal. Penggunaan kelambu yang benar tentang penyakit Malaria, penyebaran Malaria, dampak Ketakutan yang berlebihan oleh penderita Malaria maupun masyarakat menyebabkan penderita putus asa, mengucilkan diri bahkan ada keinginan penderita untuk mati. Hal ini menimbulkan stress berkepanjangan dan tentunya mempengaruhi kondisi tubuh seseorang menjadi lemah atau mempengaruhi kesehatan seseorang, sehingga semakin banyak yang ditanggung oleh penderita baik sakit secara fisik, mental, bahkan kehidupan sosial. Pendapat ini didukung oleh Walujani (2003) bahwa stress berkepanjangan akan meningkatkan tekanan darah dan denyut jantung, menimbulkan gangguan pencernaan, ketegangan otot dan nyeri punggung, melemahkan sistem kekebalan tubuh, meningkatkan kerentanan terhadap infeksi serta memperparah kondisi kronis. McEwen, New York tahun 2002 juga melaporkan dalam Kongres Internasional Neuroendokrinologi bahwa stress berkepanjangan dapat menghambat pembentukan jaringan syaraf. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa nilai OR = 5,824 (2,161-15,692). Hal ini berarti responden yang tidak menggunakan kelambu akan beresiko mengalami sakit Malaria 5,824 kali lebih besar dibandingkan responden yang menggunakan kelambu. Oleh karena
itu, berdasarkan hasil analisis peneliti terhadap pengujian statistik dan observasi lapangan, menunjukkan bahwa semakin tinggi penggunaan kelambu responden maka semakin kecil peluang untuk menderita sakit b. Hubungan Pemasangan Kawat Kasa dengan kejadian Malaria Analisis bivariat yang telah dilakukan menunjukkan bahwa ada hubungan antara pemasangan kawat kasa dengan kejadian Malaria di wilayah kerja Puskesmas Dataran Bulan. Hal ini dapat dilihat tabel 5.8 terbukti hasil perhitungan statistik dengan menggunakan uji Chi Square diperoleh nilai probabilitas (p value) sebesar 0,000 lebih kecil dari p α 0,05. Oleh karena itu untuk mengetahui kuatnya hubungan tersebut dilakukan uji nilai koefisien kontingensi dan hasil yang diperoleh adalah 0,389 dimana nilai tersebut termasuk dalam kategori hubungan yang bersifat sedang. Data yang diperoleh pada tabel 5.8 menunjukkan bahwa dari 41 responden yang tidak sakit Malaria, ada 8 orang (9,8 %) yang melakukan pemasangan kawat kasa, sedangkan dari 41 responden yang sakit Malaria, 25 orang (30,5 %) yang tidak memasang kawat kasa. Hasil observasi yang dilakukan menunjukkan bahwa Memasang kawat kasa bisa membantu mencegah nyamuk hinggap di tubuh. Hasil wawancara dengan responden diketahui bahwa perempuan lebih banyak tertular penyakit Malaria dibanding laki-laki (tabel 5.3) yaitu 21 orang perempuan dan 20 orang Laki-laki. Laki-laki umumnya menjadi tulang punggung keluarga namun mereka menderita penyakit Malaria sehingga pendapatan keluarga semakin minim karena keterbatasan penderita dalam bekerja atau mengusahakan hasil bumi. Dengan jumlah pendapatan yang rendah kebutuhan gizi keluarga tidak tercukupi. c. Hubungan Penyemprotan dengan kejadian Malaria Analisis bivariat yang telah dilakukan menunjukkan bahwa ada hubungan antara pendapatan dengan kejadian Malaria di wilayah kerja Puskesmas Dataran Bulan. Hal ini dapat dilihat tabel 5.9 terbukti hasil perhitungan statistik dengan menggunakan uji Chi Square diperoleh nilai probabilitas (p value) sebesar 0,000 lebih kecil dari p α 0,05. Oleh karena itu untuk mengetahui kuatnya hubungan tersebut dilakukan uji nilai koefisien kontingensi dan hasil yang diperoleh adalah 0,389 dimana nilai tersebut termasuk dalam kategori hubungan yang bersifat sedang. Data yang diperoleh pada tabel 5.9 menunjukkan bahwa dari 41 responden yang tidak sakit Malaria, ada 8 orang (9,8 %) yang melakukan penyemprotan, sedangkan dari 41 responden yang sakit Malaria, 25 orang (30,5 %) yang tidak melakukan penyemprotan. Hasil observasi yang dilakukan menunjukkan bahwa pemberantas jentik dan mengatur waktu penyemprotan akan lebih efektif membasmi nyamuk. KESIMPULAN 1. Ada hubungan yang bermakna antara penggunaan kelambu dengan kejadian Malaria di wilayah kerja Puskesmas Dataran Bulan, dimana p = 0,001 (p value < 0,05), dan OR = 5,824 yang berarti bahwa responden yang tidak menggunakan kelambu berpeluang 5,824 kali lebih besar untuk menderita penyakit Malaria dibandingkan responden yang menggunakakan kelambu. 2. Ada hubungan yang bermakna antara pemasangan kawat kasa dengan kejadian Malaria di wilayah kerja Puskesmas Dataran Bulan Kabupaten Tojo Una Una, dimana p = 0,000 (p value < 0,05) dan OR = 6,445 berarti responden yang tidak memasang kawat kasa beresiko 152
mederita sakit Malaria 6,445 kali lebih besar daripada responden yang memasang kawat kasa. 3. Ada hubungan yang bermakna antara penyemprotan dengan kejadian Malaria di wilayah kerja Puskesmas Dataran Bulan Kabupaten Tojo Una Una, dimana p = 0,000 (p value < 0,05) dan OR = 6,445 berarti responden yang tidak melakukan penyemprotan beresiko mederita sakit Malaria 6,445 kali lebih besar daripada responden yang melakukan penyemprotan. SARAN Dinas Kesehatan Kabupaten Tojo Una Una, Perlu dilaksanakan secara rutin survei nyamuk anopheles untuk mengetahui angka kepadatan nyamuk, dan tempat perkembangbiakan nyamuk, serta melakukan identifikasi nyamuk tersebut untuk diketahui species anopheles yang dominan sebagai vektor. DAFTAR PUSTAKA Agung I Gusti Ngurah, 2004. Manajemen Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasis, PT Raja Grafindo Persada Jakarta, 2004. Diunduh tanggal 22 Oktober Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa.. Profil Kecamatan Ampana Tete Depkes RI. 2006. Penyakit Penyakit Malaria dan TBC Menyebabkan 170.000 Kematian Setiap Tahun Di Indonesia. Diunduh tanggal 05 Oktober Dinas Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah, Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah, Palu 2000. Dinas Kesehatan Kabupaten Tojo Una Una,. Profil Kesehatan Kabupaten Tojo Una Una Harijanto P.N Malaria Epidemiologi, 2000. Patogenesis, Manifestasi klinis dan penanganan, Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Diunduh tanggal 15 Oktober Mantra Ida Bagus,2003. Demografi Umum.Edisi kedua. Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Diunduh tanggal 01 Nopember Mario & Sujarweni. 2006. SPSS Untuk Paramedis. Penerbit Ardana Media, Magelang. Diunduh tanggal 06 Oktober Nadesul Handrawan, 2005. Penyebab, pencegahan dan pengobatan malaria, Puswa swara, Jakarta. Diunduh tanggal 12 Oktober Noor Nasri Nur, 2002. Pengantar Epidemiologi Penyakit Menular, Rineke cipta, Makassar. Diunduh tanggal 15 Oktober Prabowo Arlan, Malaria Mencegah dan Mengatasinya, Puswa Swara, Jakarta. 2004. Diunduh tanggal 06 Oktober Rosalina, 2007. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Malaria Di Wilayah Puskesma. Diunduh tanggal 22 Oktober 153