I. PENDAHULUAN. dan lembaga penegak hukum. Dalam hal ini pengembangan pendekatan terhadap

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian dan Tujuan Sistem Peradilan Pidana di Indonesia

I. PENDAHULUAN. dari masyarakat yang masih berbudaya primitif sampai dengan masyarakat yang

I. PENDAHULUAN. masing-masing wilayah negara, contohnya di Indonesia. Indonesia memiliki Hukum

BAB I PENDAHULUAN. supremasi hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM) berlandaskan keadilan dan. kebenaran adalah mengembangkan budaya hukum di semua lapisan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian Penahanan dapat dilihat dalam Pasal 1 butir 21 KUHAP yang

I.PENDAHULUAN. Pembaharuan dan pembangunan sistem hukum nasional, termasuk dibidang hukum pidana,

Kejahatan merupakan bayang-bayang peradaban manusia, bahkan lebih maju dari peradaban

I. PENDAHULUAN. Perdagangan orang (human traficking) terutama terhadap perempuan dan anak

I. PENDAHULUAN. Penyalahgunaan izin tinggal merupakan suatu peristiwa hukum yang sudah sering

TINJAUAN PUSTAKA. Upaya penanggulangan tindak pidana dikenal dengan istilah kebijakan kriminal

I. PENDAHULUAN. Anak adalah amanat sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara hukum yang memiliki konstitusi tertinggi dalam

I. PENDAHULUAN. tanpa ada satu pun aparat keamanan muncul untuk mengatasinya. Selama ini publik Jakarta

I.PENDAHULUAN. Pembaharuan dan pembangunan sistem hukum nasional, termasuk dibidang hukum pidana,

I. PENDAHULUAN. berlainan tetapi tetap saja modusnya dinilai sama. Semakin lama kejahatan di ibu

PENDAHULUAN. penyalahgunaan, tetapi juga berdampak sosial, ekonomi dan keamanan nasional,

I. PENDAHULUAN. sehingga banyak teori-teori tentang kejahatan massa yang mengkaitkan dengan

POLITIK HUKUM PIDANA DALAM PERSPEKTIF PENEGAKAN HUKUM TINDAK PIDANA KORUPSI DI INDONESIA

I. PENDAHULUAN. terhadap tindak pidana pencurian, khususnya pencurian dalam keluarga diatur didalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara Indonesia sebagai negara yang berdasarkan Pancasila dan

I. PENDAHULUAN. Pembunuhan berencana dalam KUHP diatur dalam pasal 340 adalah Barang

I. PENDAHULUAN. juga diikuti dengan berkembangnya permasalahan yang muncul di masyarakat. Perkembangan

I. PENDAHULUAN. transparan dan dapat dipertanggungjawabkan. Kemampuan ini tentunya sangat

I. PENDAHULUAN. Tindak pidana pemalsuan uang mengandung nilai ketidak benaran atau palsu atas

I. PENDAHULUAN. Secara etimologis kata hakim berasal dari arab hakam; hakiem yang berarti

I. PENDAHULUAN. seluruh masyarakat untuk meningkatkan mutu kehidupannya, sebagaimana yang

I. PENDAHULUAN. didasarkan pada Pasal 1 Ayat (1), Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002

hukum terhadap tindak pidana pencurian, khususnya pencurian dalam keluarga diatur

I. PENDAHULUAN. dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika. Pemidanaan

I. PENDAHULUAN. Salah satu persoalan yang selalu dihadapi di kota-kota besar adalah masalah lalu lintas. Hal ini

TINJAUAN PUSTAKA. Penegakan hukum pidana dapat menjamin kepastian hukum, ketertiban dan

I. PENDAHULUAN. kemakmuran bagi rakyatnya. Namun apabila pengetahuan tidak diimbangi dengan rasa

I. PENDAHULUAN. akan selalu ada, seperti penyakit dan kematian yang selalu berulang dan musim

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah Negara yang berdasarkan atas hukum (rechtsstaat), tidak

I. PENDAHULUAN. pemikiran bahwa perubahan pada lingkungan dapat mempengaruhi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. kekerasan. Tindak kekerasan merupakan suatu tindakan kejahatan yang. yang berlaku terutama norma hukum pidana.

Negara Indonesia adalah negara hukum (recht staats), maka setiap orang yang melakukan tindak

I. PENDAHULUAN. seluruh bangsa di negeri ini. Sebagai lembaga pemerintah yang melaksanakan kekuasaan negara

I. PENDAHULUAN. dilindungi oleh Undang-Undang. Hal ini terdapat pada Pasal 28 UUD 1945 yang

I. PENDAHULUAN. terpuruknya sistem kesejahteraan material yang mengabaikan nilai-nilai

I. PENDAHULUAN. karna hukum sudah ada dalam urusan manusia sebelum lahir dan masih ada

I. PENDAHULUAN. Di era globalisasi dan perkembangan teknologi dan komunikasi, telah menyebabkan

I. PENDAHULUAN. dasar pemikiran bahwa perubahan pada lingkungan dapat mempengaruhi

I. PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini banyak sekali beredar makanan yang berbahaya bagi kesehatan para

I. PENDAHULUAN. sebutan Hindia Belanda (Tri Andrisman, 2009: 18). Sejarah masa lalu Indonesia

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perbuatan menurut Simons, adalah berbuat (handelen) yang mempunyai sifat gerak aktif, tiap

I. PENDAHULUAN. Penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 menyatakan bahwa Negara Indonesia

DAFTAR PUSTAKA. Arief, Barda Nawawi Berbagi Aspek Kebijakan Penegakan Pembangunan Hukum Pidana. PT. Citra Aditya Bakti. Bandung.

I. PENDAHULUAN. Hakim memiliki peranan penting dalam suatu proses persidangan yaitu. mengambil suatu keputusan hukum dalam suatu perkara dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kebijaksanaan ( policy) merupakan kata istilah yang digunakan sehari-hari, tetapi karena

I. PENDAHULUAN. juga dapat menyengsarakan dan menghancurkan suatu negara. Dampak korupsi bagi negara-negara dengan kasus korupsi berbeda-beda bentuk,

I. PENDAHULUAN. dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh dan, berkembang, dan

I. PENDAHULUAN. Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) semakin besar pengaruhnya

I. PENDAHULUAN. untuk didapat, melainkan barang yang amat mudah didapat karena kebutuhan

TINJAUAN PUSTAKA. Keberadaan institusi Kejaksaan Republik Indonesia saat ini adalah Undang-

I. PENDAHULUAN. budayanya. Meskipun memiliki banyak keberagaman bangsa Indonesia memiliki

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Dasar Pertimbangan Hakim dalam Menjatuhkan Pidana. Bagaimanapun baiknya segala peraturan perundang-undangan yang siciptakan

I. PENDAHULUAN. mengisi kemerdekaan dengan berpedoman pada tujuan bangsa yakni menciptakan

I. PENDAHULUAN. Pidana penjara termasuk salah satu jenis pidana yang kurang disukai, karena

I. PENDAHULUAN. Tindak pidana korupsi merupakan permasalahan yang muncul sejak berdirinya

I. PENDAHULUAN. dengan daerah daratan, lautan dan udara yang dimana musim penghujan dan

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah negara hukum ( rechtstaats), maka setiap orang yang

I. PENDAHULUAN. penyalahgunaan, tetapi juga berdampak sosial, ekonomi dan keamanan nasional,

I. PENDAHULUAN. kesehatan penting untuk menunjang program kesehatan lainnya. Pada saat ini

BAB I PENDAHULUAN. resmi yang berwajib, pelanggaran mana terhadap peraturan-peraturan

BAB I PENDAHULUAN. semua warga negara bersama kedudukannya di dalam hukum dan. peradilan pidana di Indonesia. Sebelum Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981

I. PENDAHULUAN. menjembatani kesenjangan dan mendorong pemerataan hasil-hasil pembangunan antar wilayah,

BAB I PENDAHULUAN. Pidana bersyarat merupakan suatu sistem pidana di dalam hukum pidana yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tindak pidana adalah kelakuan manusia yang dirumuskan dalam undang-undang,

I. PENDAHULUAN. Pemberantasan penyalahgunaan narkotika merupakan masalah yang sangat penting,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Barda Nawawi Arief, pembaharuan hukum pidana tidak

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945

I. PENDAHULUAN. dirasakan tidak enak oleh yang dikenai oleh karena itu orang tidak henti hentinya

I. PENDAHULUAN. dan sejahtera tersebut, perlu secara terus-menerus ditingkatkan usaha-usaha pencegahan dan

I. PENDAHULUAN. Sebagaimana telah diketahui bahwa penegakkan hukum merupakan salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengadilan, serta Lembaga Pemasyarakatan. Keempat subsistem tersebut

I. PENDAHULUAN. Tujuan Negara Indonesia yaitu menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. kebijakan sosial baik oleh lembaga eksekutif, legislatif dan yudikatif maupun

I. PENDAHULUAN. Hakekat pembangunan nasional adalah membangun seluruh manusia Indonesia

I. PENDAHULUAN. Hak asasi manusia merupakan dasar dari kebebasan manusia yang mengandung

I. PENDAHULUAN. Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya untuk

BAB I PENDAHULUAN. Penegakan hukum pidana merupakan sebagian dari penegakan hukum di

I.PENDAHULUAN. Fenomena yang aktual saat ini yang dialami negara-negara yang sedang

NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI PERBANDINGAN PENJATUHAN SANKSI PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PERTAMA DAN RESIDIVIS.

BAB I PENDAHULUAN. sejahtera, dan merata secara materil dan spiritual berdasarkan pancasila

I. PENDAHULUAN. dalam Pembukaan UUD 1945 alinea ke-4 yang menyatakan sebagai berikut bahwa : Pemerintah

I. PENDAHULUAN ), antara lain menggariskan beberapa ciri khas dari negara hukum, yakni :

I. PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia. Kepolisian adalah hak-ihwal berkaitan dengan fungsi

SILABI A. IDENTITAS MATA KULIAH

I. PENDAHULUAN. masyarakat menimbulkan dampak lain, yaitu dengan semakin tinggi kepemilikan

I. PENDAHULUAN. Perubahan kehidupan manusia pada era globalisasi sekarang ini terjadi dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah hukuman berasal dari kata straf dan istilah di hukum yang berasal dari

informasi, tetapi setiap pembangunan memiliki dampak negatif dari pembangunan antara lain

BAB I PENDAHULUAN. kurangnya kualitas sumber daya manusia staf Lembaga Pemasyarakatan, minimnya fasilitas dalam Lembaga Pemasyarakatan.

I. TINJAUAN PUSTAKA. hukum pada era modernisasi dan globalisasi saat ini dapat terlaksana, apabila

I. PENDAHULUAN. kemajuan dalam kehidupan masyarakat, selain itu dapat mengakibatkan perubahan kondisi sosial

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keberadaan institusi Kejaksaan Republik Indonesia saat ini adalah Undang-Undang

cenderung meningkat, juga cukup besar dibandingkan komponen pengeluaran APBN yang lain,

BAB I PENDAHULUAN. pidana yang diancamkan terhadap pelanggaran larangan 1. Masalah pertama

I. PENDAHULUAN. Hukum merupakan seperangkat aturan yang diterapkan dalam rangka menjamin

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap sistem hukum menunjukan empat unsur dasar, yaitu : pranata peraturan, proses penyelenggaraan hukum, prosedur pemberian keputusan oleh pengadilan dan lembaga penegak hukum. Dalam hal ini pengembangan pendekatan terhadap sistem hukum menekankan pada beberapa hal, yaitu : menambah meningkatnya diferensiasi internal dari ke empat unsur dasar sistem hukum tersebut, menyangkut perangkat peraturan, penerapan peraturan, pengadilan dan penegakan hukum serta pengaruh diferensiasi lembaga dalam masyarakat terhadap unsurunsur dasar tersebut. Tinjauan perkembangan hukum difokuskan pada hubungan timbal balik antara diferensiasi hukum dengan diferensiasi sosial yang dimungkinkan untuk menggarap kembali peratutan-peraturan, kemampuan membentuk hukum, keadilan dan institusi penegak hukum.diferensiasi itu sendiri merupakan cirri yang melekat pada masyarakat yang mengalami perkembangan. Melalui diferensiasi ini suatu masyarakat terurai ke dalam bidang spesialisasi yang masing-masing sedikit banyak mendapatkan kedudukan yang otonom. Perkembangan demikian in menyebabkan susunan masyarakat menjadi semakin komplek. Dengan diferensiasi dimungkinkan untuk menimbulkan daya adaptasi

2 masyarakat yang lebih besar terhadap lingkungannya. Sebagai salah satu subsistem dalam masyarakat, hukum tidak terlepas dari perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat. Hukum disamping mempunyai kepentingan sendiri untuk mewujudkan nilai-nilai tertentudi dalam masyarakat terikat pada bahanbahan yang disediakan oleh masyarakat. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa hukum sangatdipengaruhi oleh perubahan yang terjadi disekekelilingnya. Menurut Wolfgang Friedman (dalam Barda Nawawi Arief, 2002 ; 56), perubahan hukum dalam masyarakat yang sedang berubah meliputi perubahan hukum tidak tertulis ( common law), perubahan di dalam menafsirkan hukum perundangundangan, perubahan konsepsi mengenai hak milik seperti dalam masyarakat industri modern, perubahan pembatasan hak milik yang bersifat publik, perubahan fungsi dari perjanjian kontrak, peralihan tanggung jawab dari tuntutan ganti rugi ke asuransi, perubahan dalam jangkauan ruang lingkup hukum internasional dan perubahan-perubahan lain. Untuk melihat hubungan antara hukum dan perubahan sosial perlu sebuah alat dalam bentuk konsep yang menjelaskan secara fungsional tempat hukum dan masyarakat. Alat tersebut menunjukan pekerjaan hukum yaitu : a. Merumuskan hubungan antara anggota masyarakat dengan menentukan perbuatan yang dilarang dan yang boleh dilakukan; b. Mengalokasikan dan menegaskan siapa yang boleh menggunakan kekuasaan, atas siapa dan bagaimana prosedurnya; c. Mempertahankan kemampuan adaptasi masyarakat dengan cara mengatur kembali hubungan-hubungan dalam masyarakat manakala terjadi perubahan.

3 (Barda Nawawi Arief, 2002 ; 57) Apabila hukum itu dipakai dalam arti suatu bentuk karya manusia tertentu dalam rangka mengatur kehidupannya, maka dapat dijumpai dalam berbagai lambing. Diantara lambing tersebut yang paling tegas dan terperinci mengutarakan isinya adalah bentuk tertulis atau lebih sering dikenal dalam bentuk sistem hukum formal. Segi yang menandai bentuk yang demikian adalah terdapatnya kepastian dalam norma-normanya dan segi yang lainnya adalah kekakuan. Kepastian hukum banyak disebabkan karena sifat kekakuan bentuk pengaturan ini dan gilirannya menyebabkan timbulnya keadaan yang lain lagi seperti kesenjangan diantara keadaan-keadaan, hubungan-hubyngan serta pertiwa-peristiwa dalam masyarakat yang diatur oleh hukum formal tersebut. Tuntutan terhadap terjadinya perubahan hukum, mulai muncul manakala kesenjangan tersebut telah mencapai tingkat sedemikian rupa, sehingga kebutuhan akan perubahan semakin mendesak. Tingkat yang demikian itu bisa ditandai oleh tingkah laku anggota masyarakat yang tidak lagi merasakan kewajiban yang dituntut oleh hukum sebagai sesuatu yang harus dijalankan. Sehingga terdapat suatu jurang yang memisahkan antara tanggapan hukum di satu pihak dan dimasyarakatnya, di lain pihak mengenai perbuatan yang seharusnya dilakukan. Perubahan hukum formal dapat dillihat dari segi yang berhubungan dengan fungsi-fungsi yang dijalankan oleh hukum, menyangkut pengertian hukum sebagai sarana pengitegrasian, yang kemudian lebih dijabarkan lagi ke dalam fungsinya yang berlaianan seperti fungsi control sosial. Dengan terjadinya perubahan-perubahan, hukum harus menjalankan sedemikian rupa sehingga

4 konflik-konflik serta kepincangan-kepincangan yang mungkin timbul tidak mengganggu ketertiban serta produktifitas masyarakat. Penyesuaian hukum terhadap perubahan sosial sudah dianggap sesuatu hak yang tidak perlu diragukan lagi, namun apabila kita dihadapkan pada peranan hukum melalui control sosial, masih mengenai kemampuan hukum untuk menjalankan peranannya yang demikian itu, karena hukum sebagai sarana kontrol sosial dihadapkan pada persoalan bagaimana mneciptakan perubahan dalam masyarakat sehingga mampu mengikuti perubahan yang sedang terjadi. Perkembangan sistem pemidanaan dalam konteks hukum dapat dilakuakn melalui pembangunan hukum, yang bisa diartikan sebagai suatu usaha untuk memperbaharui sebagai hukum positif sendiri sesuai dengan kebutuhan untuk menlayani masyarakat pada tingkat perkembangan yang mutakhir, dan sebagai usaha untuk memfungsionalkan hukum dalam masa pembangunan, yaitu dengan cara turut mengadakan perubahan-perubahan sosial sebagaimana dibutuhkan oleh suatu masyarakat yang sedang membangun (Romli Atmasasmita, 1996 ; 67-68). Perkembangan sistem pemidanaan merupakan suatu usaha yang tidak berdiri sendiri, tetapi berada dalam suatu konteks tertentu, dalam hal ini adalah perubahan sosial dan modernisasi. Perkembangan ini dapat dilihat sebagai usaha untuk melakukan perombakan masyarakat atau perubahan dari sistem hukum seniri. Hal yang berkaitan denga perkembangan hukum tersebut adalah konsep pembangunan hukum, yang meliputi lembaga-lembaga, peraturan-peraturan, kegiatan dan orangorang yang terlibat di dalam pekerjaan hukum. Dalam hal ini, untuk menciptakan perubahan sesuai struktur masyarakat yang diinginkan, hukum harus dilihat

5 sebagai usaha bersama yang membuahkan hasil yang telah ditetapkan sebelumnya (Barda Nawawi Arief, 2002 ; 64). Sistem peradilan pidana pada hakikatnya sebagai suatu jaringan peradilan yang menggunakan hukum pidana sebagai sarana utamanya, maik hukum pidana materiil, hukum pidana formil maupun hukum pelaksanaan pidana. Namun demikian kelambagaan substansial ini harus dilihat dalam kerangka atau konteks sosial. Sifatnya yang terlalu formal apabila diladasi hanya untuk kepentingan kepastian hukum saja akan membawa bencana ketidakadilan. Dengan dmikian, demi pa yang dikatakan precise justice, maka ukuran-ukuran yang bersifat materiil, yang nyata-nyata dilandasi oleh asas-asas keadila yang bersifat umum benar-benar harus diperhatikan dalam penegakan hukum. Pelaksanaan dan penyelanggaraan sistem peradilan pidana dalam konteks penegakan hukum pidan melibatka badan-badan yang masing-masning memiliki fungsi sendiri-sendiri. Badan-badan tersebut yaitu kepolisian, kejaksaan, pengadilan dan lembaga masyarakat. Dalam kerngaka kerja sistematik ini tindakan badan yang satu akan berpengaruh pada badan yang lainnya. Setiap instansi melaksanakan hukum dalam bidang dan wewenangnya. Sistem peradilan pidana melibatkan penegakan hukum pidana, baik hukum pidana substantif, hukum pidan formil maupun hukum pelaksanaan pidana, dalam bentuk yang bersifat preventif, represif dan kuratif. Dengan demikian akan Nampak keterkaitan dan saling ketergantungan antara subsistem peradilan pidana yakni lembag kepolisian, kejaksaan, pengadilan dan lembaga masyarakat.

6 Berdasarkan uraian di atas, maka penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian mengenai perkembangan sistem pemidanaan dalam konteks pembaharuan hukum pidana di Indonesia. B. Permasalahan dan Ruang Lingkup 1. Permasalahan Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang dikemukakan diatas adalah sebagai berikut : a. Bagaimanakah perkembangan sistem pemidanaan di Indonesia? b. Bagaimanakah perkembangan sistem pemidanaan dalam konteks pembaharuan hukum pidana di Indonesia? 2. Ruang Lingkup Adapun yang menjadi ruang lingkup dalam penelitian ini meliputi bidang ilmu dan bidang substansi. Ruang lingkup penelitian dalam bidang ilmu adalah hukum pidana, dan dalam bidang substansi hanya terbatas pada perkembangan sistem pemidanaan dalam konteks pembaharuan hukum pidana di Indonesia. C. Tujuan dan Kegunaan Penulisan 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan dan ruang lingkup penelitian, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : a. Perkembangan sistem pemidanaan di Indonesia.

7 b. Perkembangan sistem pemidanaan dalam konteks pembaharuan hukum pidana di Indonesia. 2. Kegunaan Penelitian Kegunaan penelitian ini mencakup kegunaan teoritis dan kegunaan praktis, yaitu: a. Kegunaan Teoritis Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam rangka pengembangan ilmu hukum pidana mengenai Perkembangan sistem pemidanaan dalam konteks pembaharuan hukum pidana di Indonesia b. Kegunaan Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran bagi kalangan akademisi guna mengadakan pengkajian lebih lanjut dalam hukum pidana terutama mengenai kebijakan delik aduan. Dengan demikian diharapkan dapat menambah informasi guna melengkapi usaha kearah pembinaan hukum nasional khususnya dibidang hukum pidana. D. Kerangka Teoritis dan Konseptual 1. Kerangka Teoritis Kerangka teoritis adalah konsep-konsep yang merupakan abstraksi dari hasil pemikiran atau kerangka acuan yang pada dasarnya bertujuan untuk mengadakan identifikasi terhadap dimensi-dimensi social yang dianggap relevan oleh peneliti (Soerjono Soekanto, 1986 ; 125).

8 Sekian banyak isu sentral yang berkaitan dengan masalah sosial yang mendesak di dalam Negara yang sedang membangun adalah masalah penyimpangan sosial. Penyimpangan sosial merupakan salah satu akibat yang harus diterima oleh masyarakat yang sedang membangun dan mengalami transformasi informasi ke arah masyarakat yang modern. Memang tidak mudah untuk mencari kesepakatan dalam masyarakat tentang apa yang termasuk perilaku menyimpang. Dapat dikatakan bahwa ada penyimpangan bilamana ada norma atau aturan yang tidak dipatuhi oleh perbuatan (Mardjono Reksodipuro, 1999 ; 41). Salah satu bentuk penyimpangan itu adalah pelanggaran atas aturan-aturan Hukum Pidana yang disebut dengan kejahatan. Kejahatan merupakan salah suatu bentuk tingkah laku manusia yang sering kali menimbulkan akibat yang sangat merugikan bagi individu tertentu maupun masyarakat secara keseluruhannya. Melihat demikian besarnya akibat dari kejahatan itu sendiri maka perlu ada suatu usaha untuk menanggulangi kejahatan tersebut, walaupun disadari bahwa tidak mungkin untuk menghilangkan sama sekali kejahatan itu. Salah satu usaha penanggulangan kejahatan adalah dengan menggunakan sarana Hukum Pidana beserta dengan sanksi pidananya. Penggunaan hukum pidana sebagai suatu upaya untuk mengatasi masalah kejahatan termasuk dalam bidang kebijakan penegakan Hukum. Di samping itu karena tujuannya untuk mencapai kesejahteraan masyarakat pada umumnya maka kebijakan penegakan hukum inipun termasuk kebijakan dalam bidangsosial. Menurut Marc Ancel Politik Kriminal ialah pengaturan atau penyusunan secara rasional usaha-usaha pengendalian kejahatan oleh masyarakat. Sebagai satu

9 masalah kebijakan, penggunaan sanksi pidana dalam menanggulangi kejahatan masih menimbulkan perbedaan pendapat. Ada yang menolak penggunaan pidana terhadap pelanggar hukum. Menurut pandangan ini pidana merupakan peninggalan dari kebiadaban kita masa lalu (Barda Nawawi Arief, 1998 ; 18). Bahwa salah satu tujuan pemidanaan terhadap pelaku tindak pidana adalah mencegah atau menghalangi pelaku tindak pidana tersebut dan juga orang-orang yang bukan pelaku yang mempunyai niat untuk melakukan kejahatan. Pencegahan terhadap pelaku tindak pidana ini mempunyai aspek ganda yakni yang bersifat individu dan yang bersifat umum. Dikatakan ada pencegahan individu atau khusus bilamana seorang penjahat dapat dicegah melakukan kejahatan di kemudian hari dan sudah meyakini bahwa kejahatan itu di kemudian hari akan mendatangkan penderitaan baginya, sehingga hal ini dikatakan atau dianggap mempunyai daya mendidik dan memperbaiki. Adapun bentuk pencegahan yang kedua ialah pencegahan umum yang mempunyai arti bahwa penjatuhan pidana yang dilakukan oleh pengadilan dimaksudkan agar orang-orang lain tercegah untuk melakukan kejahatan (Barda Nawawi Arief, 1998 ; 45). Berdasarkan pengertian di atas dapat dilihat bahwa perubahan dalam sistem pidana sepatutnya dapat digambarkan sebagai suatu upaya untuk melakukan pembaharuan hukum pidana, jika ditujukan secara langsung atau tidak langsung untuk melakukan rehabilitasi terhadap pelaku tindak pidana, atau jika sasaran/ tujuannya adalah untuk menghindari, menunda atau mengurangi hukuman dengan alasan kemanusiaan.

10 Berdasarkan pendapat di atas dapat diambil maknanya bahwa dalam melakukan pembaharuan hukum dalam rangka menanggulangi kejahatan sebagai masalah sosial maka perhatian terhadap pelaku atau manusia tidak boleh diabaikan, karena seperti telah dijelaskan oleh pendapat di atas masalah pembaharuan hukum pidana tetap berkisar kepada manusia. Seiring dengan perkembangan ilmu hukum, maka hukum pidana pun tidak luput dari pengaruh perkembangan ilmu lain. Hal ini ditandai dengan beralihnya pandangan di dalam hukum pidana dari yang berorientasi pada perbuatan kepada pelaku kejahatan yang diteruskan ke pandangan antara gabungan pelaku dan perbuatan. Dari pandangan yang terakhir inilah yang melahirkan konsep keseimbangan monodualistik yang diakomodasikan konsep KUHP. Berkaitan dengan sebuah sistem maka di dalamnya telah terjadi keterpaduan beberapa sub sistem, demikian juga halnya dengan sistem pemidanaan ada keterpaduan dari sistem hukum pidana materiil/ substantive, sistem hukum pidana formal dan sistem hukum pelaksanaan pidana. Menurut Barda Nawawi Arief (2003 ; 135) sistem pemidanaan diartikan secara luas sebagai suatu proses pemberian atau penjatuhan pidana oleh hakim maka dapat dikatakan bahwa sistem pemidanaan mencakup pengertian: a. Keseluruhan sistem (aturan perundang-undangan) untuk pemidanaan. b. Keseluruhan sistem (atur an perundang-undangan) untuk pemberian/ penjatuhan dan pelaksanaan pidana. c. Keseluruhan sistem (aturan perundang -undangan) untuk fungsionalisasi/ operasionalisasi/ konkretisasi pidana.

11 d. Keseluruhan sistem (aturan perundang -undangan) bagaimana hukum pidana itu ditegakkan atau dioperasionalkan secara konkret sehingga seseorang dijatuhi sanksi pidana. 2. Konseptual Konseptual adalah kerangka yang menggambarkan hubungan antara konsepkonsep khusus yang merupakan kumpulan dari arti yang berkaitan dengan istilah yang diteliti (Soerjono Soekanto,1986 ; 132). Supaya tidak terjadi kesalahpahaman pada pokok permasalahan, maka dibawah ini penulis memberikan beberapa konsep yang dapat dijadikan pegangan dalam memahami tulisan ini. Berdasarkan judul akan diuraikan berbagai istilah sebagai berikut : a. Perkembangan adalah suatu perubahan yang terjadi secara terus menerus dari sesuatu yang berifat sederhana menjadi suatu bentuk yang bersifat kompleks atau lengkap (Gorys Keraf, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2001 ; 427) b. Sistem Peradilan Pidana adalah sistem pengendalian kejahatan yang terdiri dari lembaga lembaga kepolisian, kejaksaan, pengadilan dan pemasyarakatan terpidana (Nyoman Serikat Putra Jaya, 2006 ; 3-5). c. Sistem pemidanaan adalah keseluruhan sistem perundang undangan yang mengatur bagaimana hukum pidana itu ditegakkan atau dioperasionalkan secara konkret sehingga seseorang dijatuhi sanksi (hukum) pidana (Barda Nawawi Arief (2002 ; 2).

12 E. Sistematika Penulisan Untuk memudahkan pemahaman terhadap tulisan ini secara keseluruhan dan mudah dipahami, maka disajikan sistematika penulisan sebagai berikut: I. PENDAHULUAN Pada bab ini berisikan tentang latar belakang, permasalahan dan ruang lingkup, tujuan dan kegunaan penulisan, kerangka teoritis dan konseptual serta sistematika penulisan. II. TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini merupakan penghantar pemahaman terhadap dasar hukum, pengertian-pengertian umum mengenai tentang pokok bahasan tentang Perkembangan sistem pemidanaan dalam konteks pembaharuan hukum pidana di Indonesia. III. METODE PENELITIAN Pada bab ini memuat metode yang digunakan dalam penulisan yang menjelaskan mengenai langkah-langkah yang digunakan dalam pendekatan masalah, yaitu dalam memperoleh dan megklasifikasikan sumber dan jenis data, serta prosedur pengumpulan data dan pengolahan data, kemudian dari data yang telah terkumpul dilakukan analisis data dengan bentuk uraian. IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini merupakan pembahasan terhadap permasalahan yang terdapat dalam tulisan ini melalui data primer dan sekunder yaitu data yang diperoleh dari studi

13 kepustakaan. Menjelaskan permasalahan yaitu bagaimana Perkembangan sistem pemidanaan dalam konteks pembaharuan hukum pidana di Indonesia. V. PENUTUP Bab ini merupakan bab penutup yang berisikan kesimpulan dari hasil penelitian dan saran yang berkaitan dengan permasalahan yang ada dalam penulisan karya ilmiah skripsi ini.