NPM : Program Studi : Ilmu Hukum Prognm kekhususan : Hukum Administrasi Negara (PK4) JURNAL

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Undang-Undang

SKRIPSI PELAKSANAAN TUGAS DAN KEWENANGAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA TERHADAP PENYELENGGARAAN KETERTIBAN UMUM DI KOTA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. menuntut hak dan mengajukan gugatan pelanggaran hak-hak manusia (human

PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG,

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN ORGANISASI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TASIKMALAYA

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA BUKITTINGGI

LAMPIRAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG

PELAKSANAAN TUGAS SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM MENERTIBKAN PEDAGANG MOBIL KELILING

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG POLISI PAMONG PRAJA. mempunyai arti khusus yang cukup strategis, karena tugas-tugasnya membantu

PEMERINTAH KOTA MADIUN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 06 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN BANYUWANGI

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 64 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN SITUBONDO

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG

I. PENDAHULUAN. Kebijakan pemerintah dalam melaksanakan penertiban Pedagang Kaki Lima

BUPATI BANDUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 24 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN BANDUNG

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN BOJONEGORO

BUPATI NGAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN KETENTERAMAN, KETERTIBAN UMUM DAN PERLINDUNGAN MASYARAKAT

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2006 NOMOR 4 SERI D

BUPATI BINTAN PERATURAN BUPATI BINTAN NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2008 NOMOR : 9 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG

Kecil dalam Lingkungan Daerah Propinsi Sumatera Selatan (Lembaran Negara RI Tahun 1956 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 1091) ; 3.

PEMERINTAH KABUPATEN KOLAKA UTARA

BUPATI LAHAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAHAT NOMOR 04 TAHUN 2013 T E N T A N G

*40931 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 32 TAHUN 2004 (32/2004) TENTANG PEDOMAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG

WALIKOTA AMBON PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH KOTA AMBON NOMOR - 5 TAHUN 2014 TENTANG

TAHUN : 2005 NOMOR : 04

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2007 NOMOR 9 SERI D

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 80 TAHUN 2014 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA KELURAHAN

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 32 TAHUN 2008 TENTANG

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA BENGKULU dan WALIKOTA BENGKULU MEMUTUSKAN:

RANCANGAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA TAHUN 2011 NOMOR 11 PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 88 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH KOTA BATU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Tujuan dikeluarkannya kebijakan mengenai otonomi daerah, yang diatur dalam

BAB III PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL (PPNS) KOTA BANDUNG. utara dengan kontur yang berbukit-bukit. Wilayah Kota Bandung dilewati oleh 15

- 1 - PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

BUPATI SUKAMARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG

PENGATURAN BAGI PEDAGANG KAKI LIMA BERDASARKAN PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 3 TAHUN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 8 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH KOTA GORONTALO

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR : 5 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA PROVINSI BANTEN

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 27 TAHUN 2015 TENTANG

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2018 TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

LEMBARAN DAERAH KOTA SAWAHLUNTO TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KOTA SAWAHLUNTO NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 40 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN BUPATI KATINGAN NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN URAIAN TUGAS SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN KATINGAN

WALIKOTA PAREPARE WALIKOTA PAREPARE PERATURAN WALIKOTA PAREPARE NOMOR 24 TAHUN 2011

PEMERINTAH KOTA KEDIRI KEDIRI KEDIRI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2012 NOMOR 6 SERI D NOMOR 2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR : 6 TAHUN 2012 TENTANG

WALIKOTA TASIKMALAYA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 5 TAHUN 2016 SERI D.5 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 09 TAHUN 2008 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN,

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

2011, No Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan P

NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI PURWAKARTA,

BUPATI NGAWI PERATURAN BUPATI NGAWI NOMOR 37 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS, FUNGSI, KEWENANGAN, HAK DAN KEWAJIBAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA BAUBAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG

WALIKOTA BEKASI WALIKOTA BEKASI

IV. GAMBARAN UMUM. A. Gambaran Umum Polresta Bandar Lampung. Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) meru pakan merupakan alat

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERUYAN NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG

PEMERINTAHAN DAERAH. Harsanto Nursadi

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 7 TAHUN 2005 SERI : D PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 7 TAHUN 2005 TENTANG

Awal dibentuknya adalah untuk mengembalikan wibawa pemerintah daerah yang carut marut karena kondisi Pemerintahan Republik Indonesia yang masih belia.

BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR : 104 TAHUN 2013 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA

LEMBARAN BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG

PEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA

BUPATI SIDOARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

PEMERINTAHAN KABUPATEN BINTAN

PEMERINTAH KABUPATEN MERANG

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 53 Tahun : 2016

PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 30 TAHUN 2009 PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 30 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1998 TENTANG POLISI PAMONG PRAJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 72 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

JURNAL PELAKSANAAN TUGAS DAN KEWENANGAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA TERILA.DAP PENYELDNGGARAN KETERTIBAN UMLM DI KOTA YOGYAKARTA Diajukan Oleh : ROHMA NOOR IIASANAII NPM :090510089 Program Studi : Ilmu Hukum Prognm kekhususan : Hukum Administrasi Negara (PK4) UNIVNRSITAS ATMA JAYA YOGYAXARTA FAKULTAS HUKUM 2014

IfALAM,{,N PERSDTTIJUAN PXLAXSANAAN TUGAS DAN K{WI,NANGAN SATUAN POL$I PAMONG PRAJA TERIiAD,4P PIINI'ELN reara]ti KETERTIBAN IJiIIIIM I}I KOTA YOGYAKARTA NPM Program Sluili Diaj{ksn Oleh i ROHN4{ NOOR HASANAS : 09 05 10089 : llmu Eukum Program kekhwnsan : Eukum Admifiistrasi Negara (PK4) T leh Dbefujui R Sigit Widiarro, SH., L.LM Mengesrhkaa, Deka{ Takulta! Eukum Uniyersitas Atma Jaya Yogyakarta, i,t.-silri Nurhartanto, SH. LL.M.

PETAI$ANAAN TIIGAS DAN TEWENANGAN SATIIAN POTISI PAT1IONG PR dia TEREADAP PE NYELENGGARAN KXTERTIBAN I]MIIM DI KOTA YOGYAIiARTA (Rohma Noor Hasaoah, R. Sigit lvidiarto, SH., L. LM) Bogram llmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Atmajaya Yogj/akafia) ABSTRACT The resources of data sucb as primary and secondary data. Tbe Secondal-v Data was collected fiom the respondents and the speakels. The Secondary Data Consist of primary legal materials derived fiom legislation and secondary legal matodals of Iita tw study rclate to lhe duties and authodty of the Civil S rvic Poiic Unit in th conduct of public order in the city of Yo$/akarta. The aaalysis method used is qualitative analysis O.ally stated by the respondents and also Sfudied Analyzed as so solid method. In dtawing a colclusioq the inductive way oflhingking is negd d Becausg facts that aje spscified Conclusions are drawn from the generic, The dulies aod autho.ily ofth Civil Service Police Unit in the conduct ofpublic order in the ciry of Yogyakartra there are some ways dotre based on the Covemnent Regulation n$mber 6 of2010 on Civil Sen ice Police Unit but there are some violations oflhe duties and authority are yerformed by Civil Service Police Urit. Civil Service Police Unit forces often comc under p$blic scrutiny due to its good p rlormance but, beyold that there are rogue elements or part of the cil.il s rvice police unil oflic rs ill their ofhcial duty is not in accordance with the relgvant regulations and inhuman. The constraints of the tasks and autho.ity of the Civil Senice Police Unit in the conduct of public order in the city of Yog,vakarta arc lack of participation of the communit-v. It is suggested for the local goverment It should tre the duty and authoriry. every member of the Cn,ll Seruce Police Unit always behave and act in a trnogssional maaner, aiways with th wisdom to act acaording io the legal conidor and moral vaiues, as well as pay attention to human righls. Keywords; Duti s and powers, Civil Service Police Unit, Put lic order. '

1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Melihat kewenangan yang diberikan pada Satuan Polisi Pamong Praja tidak dapat dipungkiri bahwa keberadaan Satuan Polisi Pamong Praja sangat penting dan strategis dalam penyelenggaraan ketentraman masyarakat dan ketertiban umum. Untuk memahami lebih jauh tugas dan kewenangan Satuan Polisi Pamong Praja, khususnya dalam penegakan hukum, pertama-tama harus tertuju pada perundang-undangan yang mengatur mengenai Satuan Polisi Pamong Praja yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pedoman Satuan Polisi Pamong Praja.Satuan Polisi Pamong Praja seringkali menjadi sorotan publik karena kinerjanya yang baik, meskipun di balik itu ada sebagian Polisi Pamong Praja dalam melaksanakan tugas dan kewenangannya tidak sesuai dengan peraturan yang terkait dan tidak manusiawi. Masalah yang terjadi ketika Satuan Polisi Pamong Praja melakukan tindakan penertiban, sangat disayangkan sekali ternyata dalam kenyataannya seringkali terjadi hal-hal yang tidak mencerminkan kata-kata tertib itu sendiri, kalau yang dimaksudkan dengan kata penertiban itu adalah suatu proses membuat sesuatu menjadi tertib tanpa menimbulkan kekacauan. B. Rumusan Masalah Berdasar latar belakang permasalahan sebagaimana diuraikan di atas penulis mencoba untuk merumuskan suatu permasalahan yaitu: Bagaimanakah pelaksanaan tugas dan kewenangan Satuan Polisi Pamong Praja terhadap penyelenggaraan ketertiban umum di Kota Yogyakarta?

2 II. PEMBAHASAN A. Tinjauan Tentang Tugas Dan Kewenangan Satuan Polisi Pamong Praja 1. Pemerintah Daerah Menurut Undang-Undang 32 Tahun 2004 Pasal 1 butir 2 Pemerintah Daerah adalah penyelenggaran urusan pemerintah oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Tujuan dari pemberian otonomi kepada daerah yang tidak lain adalah untuk memungkinkan daerah yang bersangkutan diberi kewenangan untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri untuk meningkatkan hasil guna dan daya guna penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka pelayanan terhadap masyarakat dan pelaksanaan pembangunan. 2. Penegakan Hukum Penegakan hukum menurut Soerjono Soekanto adalah suatu kegiatan menyerasikan hubungan nilai-nilai yang terjabarkan di dalam kaidah-kaidah yang mantap dalam sikap dan tindakan sebagai rangkaian penjabaran untuk menciptakan pemeliharaan, dan mempertahankan kedamaian dalam pergaulan hidup dalam masyarakat. 1 Penjabaran secara konkrit bentuk kaidah-kaidah hukum yang pada umumnya berisi perintah, larangan, dan hal yang diperbolehkan atau dilarang. Kaidah-kaidah tersebut kemudian menjadi 1 Soerdjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI, 1984, hlm. 12

3 pedoman atau patokan yang harus dipatuhi oleh setiap orang, sehingga penegakan hukum merupakan suatu proses penyerasian nilai-nilai kaidah yang mengatur perilaku atau sikap tindakan yang mengarah pada terciptanya kedamaian dalam pergaulan hidup. Atas dasar hal tersebut, inti dari penegakan hukum adalah menciptakan kedamaian yaitu menciptakan ketertiban dalam masyarakat dalam rangka menegakkan hukum, perlu ditingkatkan pengawasan dan langkah-langkah penindakan guna penertiban aparatur pemerintah serta untuk menanggulangi masalah-masalah penyalahgunaan wewenang, korupsi, pemborosan kekayaan dari keuangan negara, praktek-praktek pungutan liar serta bentuk penyelewengan lain yang menghambat pembangunan. Tujuan penegakan hukum adalah untuk meningkatkan ketertiban dan kepastian hukum dalam masyarakat. Demi mencapai tujuan tersebut, telah dilaksanaan pembinaan sikap, perilaku, kemajuan dan kewibawaan aparatur negara, serta penegak hukum. 3. Satuan Polisi Pamong Praja a. Pengertian Satuan Polisi Pamong Praja Satuan Polisi Pamong Praja adalah aparatur pemerintah daerah yang bertugas membantu kepala daerah dalam memelihara dan menyelenggarakan ketentraman dan ketertiban umum, menegakkan peraturan daerah dan peraturan kepala daerah. Satuan Polisi Pamong Praja dalam menjalankan tugasnya baik personil maupun institusi yang menangani dalam bidang ketentraman dan ketertiban umum berkembang

4 sejalan dengan luasnya cakupan tugas dan kewajiban kepala daerah dalam menyelenggarakan pemerintahan menjaga ketentraman dan ketertiban merupakan tujuan bersama yang menjadi tugas bersama antara pemerintah dengan masyarakat. b. Peran Satuan Polisi Pamong Praja Tugas dan tanggung jawab Satuan Polisi Pamong Praja dalam mengamankan program-program pemerintah daerah khususnya dalam penegakan peraturan daerah sangat diperlukan, sekaligus memantapkan posisinya sebagai salah satu unit kerja di dalam struktur pemerintahan daerah untuk mendukung suksesnya pelaksaan program pemerintah daerah. Demi terwujudnya keberhasilan dari pemerintah daerah dalam hal menegakan peraturan daerah agar terciptanya ketentraman dan ketertiban umum di Kota Yogyakarta merupakan tugas pokok dari Satuan Polisi Pamong Praja. c. Fungsi Satuan Polisi Pamong Praja Pasal 5 Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2010 tentang Satuan Polisi Pamong Praja menyatakan bahwa Satuan Polisi Pamong Praja mempunyai fungsi: 1) Menjaga ketentraman, dan ketertiban masyarakat merupakan mitra utama Polri di daerah dalam menjaga keamanan. 2) Membantu kepala daerah untuk menciptakan suatu kondisi daerah yang tentram, tertib, dan teratur sehingga penyelenggaraan roda pemerintahan dapat berjalan dengan lancar dan masyarakat dapat

5 melakukan kegiatannya dengan aman. d. Wewenang Satuan Polisi Pamong Praja Pasal 6 Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2010 tentang Satuan Polisi Pamong Praja menyatakan bahwa Satuan Polisi Pamong Praja mempunyai wewenang: 1) Melakukan tindak penertiban Non Yustisial terhadap warga masyarakat, aparatur/badan hukum yang melakukan pelanggaran atas peraturan daerah atau peraturan kepala daerah. 2) Menindak warga masyarakat, aparatur/badan hukum, yang mengganggu ketertiban umum dan ketentraman masyarakat. 3) Fasilitasi dan pemberdayaan kapasitas penyelenggaraan perlindungan masyarakat. 4) Melakukan tindakan penyelidikan terhadap warga masyarakat, aparatur/badan hukum, yang melakukan pelanggaran atas peraturan daerah atau peraturan kepala daerah. 5) Melakukan tindakan administratif terhadap warga masyarakat, aparatur/badan hukum, yang melakukan pelanggaran atas peraturan daerah atau peraturan kepala daerah. B. Tinjauan Tentang Penyelenggaraan Ketertiban Umum Di Kota Yogyakarta Ketertiban Umum sebagaimana diatur dalam Pasal 1 Butir 6 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pedoman Satuan Polisi Pamong Praja adalah suatu keadaan dinamis yang memungkinkan pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat dapat melakukan kegiatannya

6 dengan tentram, tertib, dan teratur. Yang dimaksud dengan menertibkan adalah tindakan dalam rangka menumbuhkan ketaatan warga masyarakat agar tidak melanggar kentraman dan ketertiban umum serta peraturan daerah dan keputusan kepala daerah. Apabila memperhatikan kalimat menumbuhkan ketaatan warga pada penjelasan diatas, seharusnya Satuan Polisi Pamong Praja lebih menonjolkan aspek preventif dari pada represif dalam melaksanakan tugasnya, namun yang terjadi selama ini tindakan represif (non yustisial) lebih banyak dikedepankan. Dalam usaha melakukan penanggulangan semakin banyaknya pedagang kaki lima, pengemis, anak jalanan, waria, dan pekerja seks komersil di Kota Yogyakarta, Pemerintah dan masyarakat kota Yogyakarta mempunyai tanggung jawab untuk melaksanakan pembinaan dan perlindungan terhadap pedagang kaki lima, pengemis, anak jalanan, waria, dan pekerja seks komersil. Untuk itu, diperlukannya tindakan nyata berupa penegakan hukum dan program nyata yang merupakan penjabaran dari peraturan perundang-undangan nasional terhadap pedagang kaki lima, anak jalanan, pengemis, waria, dan pekerja seks komersial. Pasal 3 ayat (1) Peraturan Daerah Nomor 18 Tahun 2005 tentang Ketertiban Umum menyebutkan Dinas Ketertiban adalah unsur pelaksana Pemerintahan Daerah di bidang ketentraman dan ketertiban umum. Dalam Pasal 4 disebutkan bahwa Dinas Ketertiban mempunyai fungsi pelaksana sebagian kewenangan daerah di bidang pembinaan polisi pamong praja, ketentraman, ketertiban umum dan penegakan peraturan perundang-undangan. Kedua pasal tersebut di atas menunjukkan bahwa peraturan daerah tentang kewenangan dan tugas demi terwujudnya ketertiban umum di Kota Yogyakarta, menunjuk pada

7 Satuan Polisi Pamong Praja selaku penegak hukum peraturan daerah tersebut. Ketentraman dan ketertiban umum yang dimaksud dalam suatu daerah yaitu keadaan dinamis yang memungkinkan pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat dapat melakukan kegiatannya dengan tentram, tertib dan teratur. 2 Pengaturan ketertiban umum di Kota Yogyakarta ada di dalam Peraturan Walikota Nomor 88 Tahun 2008 tentang Fungsi, Rincian Tugas dan Tata Kerja Dinas Ketertiban Kota Yogyakarta. Meskipun dilihat dari keseluruhan mengenai ketentraman dan ketertiban umum di Yogyakarta bisa dikatakan bahwa Yogyakarta adalah kota ternyaman namun juga tidak dapat dipungkiri adanya pelanggaran yang dilakukan oleh Satuan Polisi Pamong Praja dalam menjalankan tugas dan kewenangannya terhadap penyelenggaraan ketertiban umum 3, misalnya dalam tindakan penertiban terhadap pedagang kaki lima, pengemis, anak jalanan, waria, dan pekerja seks komersial, seharusnya tidak bertentangan menurut Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2004. C. Pelaksanaan Tugas dan Kewenangan Satuan Polisi Pamong Praja Terhadap Penyelenggaraan Ketertiban Umum Di Kota Yogyakarta 1. Gambaran tentang Kota Yogyakarta Kota Yogyakarta berkedudukan sebagai ibukota Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan merupakan satu-satunya daerah yang berstatus Kota disamping empat (4) daerah lainnya yang berstatus Kabupaten. Batas-batas 2 Djaenal Hoesen Koesoemahatmaja, Fungsi dan struktur Pamong Praja, Alumni, Bandung, 1987, hlm. 24. 3 Berita.plasa.msn.com/nasional/yogyakarta-kota-ternyaman-2013-1?page=3, diunduh pada tanggal 23 Maret 2014, pukul 22:53

8 wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai berikut: - Sebelah Utara : Kabupaten Sleman - Sebelah Timur : Kabupaten Bantul dan Sleman - Sebelah Selatan : Kabupaten Bantul - Sebelah Barat : Kabupaten Bantul dan Sleman Wilayah Kota Yogyakarta terbentang antara 1100 24 o 19 o sampai 1100 28 o 53 o Bujur Timur dan 70 o 49 o sampai 70 o 15 o 24 o Lintang Selatan dengan ketinggian rata-rata 114 meter di atas permukaan laut. 4 Secara garis besar Kota Yogyakarta merupakan dataran rendah dimana dari barat ke timur relatif datar dan dari utara ke selatan memiliki kemiringan kurang lebih 1 o, serta terdapat 3 (tiga) sungai yang melintas Kota Yogyakarta, yaitu: - Sebelah Timur : Sungai Gajah Wong - Sebelah Tengah : Sungai Code - Sebelah Barat : Sungai Winongo Kota Yogyakarta memiliki luas wilayah tersempit dibandingkan dengan kabupaten lainnya, yaitu 32,5km 2 yang berarti 1,025% dari luas Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang luasnya 3.250 hektar tersebut terbagi menjadi 14 kecamatan, 45 kelurahan, 617 RW dan 2.531 RT. 5 4 http://davidchitos.99k.org/profil-kota-yogyakarta.htm, diunduh pada tanggal 03 November 2013, pukul 02:39 5 http://www.organisasi.org/1970/01/daftar-nama-kecamatan-kelurahan-desa-kodepos-dikota-kabupaten-yogyakarta-di-yogyakarta-jogja.html, diunduh pada tanggal 16 November 2013, pukul 21.38

9 2. Gambaran Tentang Satuan Polisi Pamong Praja di Kota Yogyakarta Satuan Polisi Pamong Praja di dalam benak masyarakat adalah sosok polisi ketertiban umum, yaitu aparat pemerintah daerah yang bertugas melakukan penertiban umum. Organisasi dan tata kerja Satuan Polisi Pamong Praja ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Satuan Polisi Pamong Praja dapat berkedudukan di Daerah Kabupaten atau Kota. Di Daerah Propinsi, Satuan Polisi Pamong Praja dipimpin oleh seorang Kepala yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah, sedangkan di daerah Kabupaten atau Kota, Satuan Polisi Pamong Praja dipimpin oleh Kepala yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati atau Walikota melalui Sekretaris Daerah. Pemahaman tersebut sangat tepat dengan salah satu fungsi dari Satuan Polisi Pamong Praja yaitu menyelenggarakan ketentraman dan ketertiban umum. Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten dan Kota di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta pembentukannya diatur melalui Perda masing-masing Kabupaten dan Kota. Polisi Pamong Praja Kota Yogyakarta dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 10 Tahun 2008, tentang Pembentukan Susunan Kedudukan dan Tugas Pokok Dinas Daerah dan Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 88 Tahun 2008 tentang Fungsi, Rincinan, Tugas, dan Tata Kerja Dinas Ketertiban Kota Yogyakarta.

10 10

11 Dalam perkembangan Satuan Polisi Pamong Praja secara Nasional diatur dengan Undang - Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Pelaksanaan diatur dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2004 tentang Satuan Polisi Pamong Praja, sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2010 Tanggal 06 Januari 2010 Tentang Satuan Polisi Pamong Praja. 6 3. Pelaksanaan tugas dan kewenangan Satuan Polisi Pamong Praja terhadap penyelenggaraan Ketertiban Umum Pelaksanaan tugas dan kewenangan Satuan Polisi Pamong Praja terhadap penyelenggaraan Ketertiban Umum, telah diimplementasikan oleh Pemerintah Kota Yogyakarta dengan mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2010 tentang Satuan Polisi Pamong Praja. Dinas Ketertiban Satuan Polisi Pamong Praja sebagai lembaga yang ditunjuk melakukan penertiban terhadap pedagang kaki lima, pengemis, anak jalanan, waria dan pekerja seks komersial ini sebenarnya telah menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik, misalnya menggunakan pendekatan persuasif pola antisipasi dengan mengadakan deteksi dini kepada pedagang kaki lima, pengemis, anak jalanan, waria dan pekerja seks komersial yang melanggar peraturan daerah dan juga menggunakan pola preventif yang berupa pembinaan, 7 namun masih terdapat pelanggaran seperti: 6 http://www.jogjakota.go.id/news/sejarah-singkat-polisi-pamong-praja, diunduh pada tanggal 23 Mei 2014, pukul 04:09 7 Data diolah dari wawancara dengan Bapak Totok Suryonoto.SH, Kantor Balai Kota, Yogyakarta, wawancara pada tanggal 29 Januari 2014, pukul: 11.30

12 a. Terdapat beberapa oknum Satuan Polisi Pamong Praja yang secara diamdiam membocorkan rencana kapan akan dilakukannya operasi penertiban dan penangkapan. 8 b. Terdapat penyalahgunaan kewenangan oleh oknum Satuan Polisi Pamong Praja di lokasi pada saat penangkapan, di antaranya pemberian uang dalam bentuk suap yang dilakukan oleh Pekerja Seks Komersial dan Waria kepada oknum Polosi Pamongn Praja. 9 c. Dalam menjalankan tugasnya, petugas Satuan Polisi Pamong Praja sering melakukan pelecehan dan kekerasan fisik maupun visual terhadap pedagang kaki lima, anak jalanan, pengemis, waria, dan pekerja seks komersial. 10 D. Kesimpulan Pelaksanaan tugas dan kewenangan Satuan Polisi Pamong Praja terhadap penyelenggaraan Ketertiban Umum, telah diimplementasikan oleh Pemerintah Kota Yogyakarta dengan mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2010 tentang Satuan Polisi Pamong Praja, namun masih terdapat pelanggaran seperti: 1. Terdapat beberapa oknum Satuan Polisi Pamong Praja yang secara diamdiam membocorkan rencana kapan akan dilakukannya operasi penertiban dan penangkapan. 8 Data diolah dari wawancara dengan Bunda Yeti, Mami Ita, Mami Nyenyes, Mami Yatmi, dan Bos Solo, Yogyakarta, wawancara pada tanggal 3 dan 4 Februari 2014 9 Data diolah dari wawancara dengan Bunda Yeti, Mami Tinuk, Papi Rully, Mami Ita, Mami Watik, Mami Nyenyes, Mami Yatmi, dan Pak Heri, Yogyakarta, wawancara pada tanggal 3 dan 4 Februari 2014 10 Data dioalah dari wawancara dengan Bunda Yeti, Mami Ita, Wawan, Sobri, dan Lukik, Yogyakarta, pada tanggal 4 dan 15 Februari 2014

13 2. Terdapat penyalahgunaan kewenangan oleh oknum Satuan Polisi Pamong Praja di lokasi pada saat penangkapan, diantaranya pemberian uang dalam bentuk suap yang dilakukan oleh Pekerja Seks Komersial dan Waria kepada oknum Polisi Pamong Praja. 3. Dalam menjalankan tugasnya, petugas Satuan Polisi Pamong Praja sering melakukan pelecehan dan kekerasan fisik maupun visual terhadap pedagang kaki lima, anak jalanan, pengemis, waria, dan pekerja seks komersial. Selain itu juga terdapat jawaban yang bersifat strategis yaitu pelaksanaan tugas dan kewenangan Satuan Polisi Pamong Praja terhadap penyelenggaraan ketertiban umum di Kota Yogyakarta yang belum optimal yaitu dengan terjadinya masalah-masalah teknis yang ada di lapangan. E. Saran Dari hasil dari penelitian tentang Pelaksanaan Tugas dan Kewenangan Satuan Polisi Pamong Praja terhadap penyelenggaraan Ketertiban Umum di Kota Yogyakarta disarankan agar Satuan Polisi Pamong Praja personil Satuan Polisi Pamong Praja, maka penulis mengharapkan: 1. Satuan Polisi Pamong Praja a. Satuan Polisi Pamong Praja memberikan penyuluhan rutin serta melakukan pendekatan sosio humanis terhadap warga masyarakat sehingga masyarakat menjadi lebih taat kepada peraturan daerah. b. Satuan Polisi Pamong Praja diharapkan mampu menggunakan sarana dan prasarana yang ada secara optimal, agar saat penertiban dapat

14 berjalan secara baik dan optimal. c. Hendaknya dalam menjalankan tugas dan kewenangan, setiap anggota Satuan Polisi Pamong Praja senantiasa bersikap dan bertindak secara profesional, dengan selalu mengedepankan kearifan dalam bertindak sesuai koridor hukum dan nilai-nilai moral, serta memperhatikan Hak Azasi Manusia. 2. Masyarakat khususnya pedagang kaki lima, pengemis, anak jalanan, waria, dan pekerja seks komersial di Kota Yogyakarta diharapkan mampu bekerja sama dengan Satuan Polisi Pamong Praja dalam pelaksanaan tugas dan kewenangan Satuan Polisi Pamong Praja demi tercapainya penyelenggaraan Ketertiban Umum di Kota Yogyakarta.

15 Daftar Pustaka Buku : Andi Malarangeng, Otonomi Daerah Perspektif Teoritis dan Praktis, Malang: BIGRAF Publishing, 2001 Andi Mustari, Otonomi Daerah dan Kepala Daerah Memasuki Abad XXI, Gaya Media Pratama, Jakarta, 1999 Anton Tabah, Patroli Polisi, PT.Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1993 Djenal Hoesen Koesoemahatmadja, Fungsi dan Struktur Pamong Praja, Alumni, Bandung, 1987 Hilman Hadikusuma, Metode Pembuatan Skripsi Ilmu Hukum, Bandung, Mandar Maju, 1995 Josef Riwo Kaho, Prospek Otonomi Daerah di Negara Republik Indonesia, Rajawali Press, Jakarta, 1991 Kohar Hari Sumarno, Ketahanan Nasional, Sinar, Jakarta, 1986 Riawan Tjandra, Hukum Administrasi Negara, Universitas Atmajaya, Yogyakarta, 2008 Satjipto Raharjo, Jagat Ketertiban Hukum Porgersif, Jurnal Konstitusi Mahkamah Konstitusi RI, 2009 Soerdjono Soekanto, Pengantar Peneitian Hukum, UI, 1984 The Liang Gie, Pertumbuhan Pemerintah Daerah di Negara Republik Indonesia, PT.Gunung Agung, Jakarta, 1968 Peraturan Perundang-undangan Undang-Undang Dasar 1945 yang telah diamandemen. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125). Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pedoman Satuan Polisi Pamong Praja.

16 Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2010 tentang Satuan Polisi Pamong Praja. Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 88 Tahun 2008 tentang Fungsi, Rincian Tugas dan Tata Kerja Dinas Ketertiban Kota Yogyakarta. Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 47 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 88 Tahun 2008 tentang Fungsi, Rincian Tugas dan Tata Kerja Dinas Ketertiban Kota Yogyakarta. Website http://berita.plasa.msn.com/nasional/yogyakarta-kota-ternyaman-2013-1?page=3, diunduh pada 23 Maret 2014, pukul 22:53 http://davidchitos.99k.org/profil-kota-yogyakarta.htm, diunduh pada tanggal 03 November 2013, pukul 02:39 http://liyst.indymedia.org/pipermail/imc-jakarta/2008-april/0424-mj.html, diunduh 04 November 2013, pukul 18:40 http://news.detik.com/read/2013/10/10/010629/2383029/10/tebalkan-street-art-warnayogya-kena-pidana-ringan, diunduh pada 31 Oktober 2013, pukul 18:17 http://pebrianoramadhan.blogspot.com/2012/03/perbedaan-tugas-danwewenang.html,diunduh pada 20 Oktober 2013, pukul 16:39 http://www.jogjakota.go.id/index/extra.detail/21, diunduh 03 November 2013, pukul 02:39 http://www.okezone.com/seputar Indonesia pagi, Satpol PP Terbanyak Melanggar HAM,diunduh pada 1 Oktober 2013, pukul 16:46 Kamus Bahasa Indonesia Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia