BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Rumah merupakan salah satu kebutuhan mendasar bagi manusia disamping

BAB I PENDAHULUAN. dan pangan adalah papan berupa rumah tempat tinggal. Sebagaimana yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan perkembangan dan persaingan dalam era globalisasi pasar

Permasalahan Perumahan dan Permukiman di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. diinginkan, maka upaya penyempurnaan dalam semua aspek. penyelenggaraan urusan kredit terus diupayakan oleh semua pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia melalui penyelenggaraan perumahan dan kawasan pemukiman, agar

BAB I PENDAHULUAN. dan atau menikmati dan atau memiliki rumah yang layak dalam. tunai atau angsuran, hibah atau dengan cara lain yang sesuai dengan

PEREMAJAAN PEMUKIMAN KUMUH YANG BERADA DI ATAS TANAH NEGARA. Pasal 0

BAB I PENDAHULUAN. bertanggung jawab dalam pemenuhan kebutuhan akan rumah sebagai tempat tinggal.

KEPUTUSAN MENTERI PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH NOMOR : 172/KPTS/M/2001 TENTANG

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencapai kualitas kehidupan yang lebih baik (Juniarko dkk, 2012;

PERAN DEVELOPER DALAM PENYEDIAAN RUMAH SEDERHANA DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR. Oleh: IKE ISNAWATI L2D

STUDI PELAKSANAAN KREDIT PERBAIKAN RUMAH SWADAYA MIKRO SYARIAH BERSUBSIDI DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan derap laju pembangunan. Berbagai permasalahan tersebut antara lain

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi sekarang ini perubahan laju pembangunan terus mengalami

BAB I PENDAHULUAN. dalam tujuannya yaitu mengentaskan kemiskinan dan juga menjadi industry yang

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh pada perekonomian nasional. Hal ini menyebabkan. kebutuhan hidup penduduk Indonesia juga terus mengalami kenaikan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN I-1

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

Bab 1 PENDAHULUAN. Persaingan pasar dalam dunia properti rumah semakin hari semakin

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini kebutuhan akan tempat tinggal semakin terasa mendesak dikarenakan

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

PENAJAMAN RENCANA PROGRAM TA Ditjen. Pembiayaan Perumahan

BAB I PENDAHULUAN. pasar semakin kompetitif dan tidak mungkin terhindarkan lagi. Salah satu

Bab 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Masalah

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1990 TENTANG PEREMAJAAN PEMUKIMAN KUMUH YANG BERADA DI ATAS TANAH NEGARA

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk individu dan sosial, mempunyai bermacam-macam

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 88 TAHUN 2014 TENTANG PEMBINAAN PENYELENGGARAAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang terus mengalami perkembangan, studi ini membahas tentang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Pengadaan Proyek

MENTERI PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH NOMOR : 139/KPTS/M/2002 TENTANG

Elastisitas Outstanding Kredit Pemilikan Rumah dan Apartemen Terhadap Indikator Pasar Perumahan. Oleh : Tim Riset

G. BIDANG PERUMAHAN SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN. 1. Pembiayaan 1. Pembangunan Baru

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi, daya beli masyarakat semakin meningkat. Peluang ini

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERUMAHAN

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 03/PERMEN/M/2006 TENTANG PERUBAHAN ATAS

STUDI KARAKTERISTIK HOUSING CAREER GOLONGAN MASYARAKAT BERPENDAPATAN MENENGAH-RENDAH DI KOTA SEMARANG

Bab 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Masalah

MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 05/PERMEN/M/2005 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. maupun kinerja organisasi secara keseluruhan. Satu hal yang harus diperhatikan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH

Disusun Oleh : DENY IRAWAN D

DAFTAR ISI... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

BAB I PENDAHULUAN. terjangkau didalam perumahan yang sehat, aman, harmonis, dan berkelanjutan

BAB I PENDAHULUAN. bisnis yang berdampak pada semakin luasnya kesempatan kerja. Sehingga persaingan

MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR: 01/PERMEN/M/2005

DAFTAR ISI. I ii Iii iv V vi vii viii x xi xvi xvii

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 88 TAHUN 2014 TENTANG PEMBINAAN PENYELENGGARAAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH

BAB I PENDAHULUAN. berpotensi muncul banyak nya usaha jasa baru.

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tempat tinggal merupakan suatu kebutuhan dasar bagi setiap manusia dalam

KEPUTUSAN MENTERI PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH NOMOR: 20/KPTS/M/2004 TENTANG PERUBAHAN KEPUTUSAN MENTERI PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia bisnis di sektor jasa telah memasuki era globalisasi,

KEPUTUSAN MENTERI PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH NOMOR: 24/KPTS/M/2003 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR: 7/PERMEN/M/2007 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 88 TAHUN 2014 TENTANG PEMBINAAN PENYELENGGARAAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN BONE BOLANGO NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET

PROFIL DINAS PERUMAHAN RAKYAT DAN KAWASAN PERMUKIMAN KOTA PEKANBARU TA.2017 BIDANG PERUMAHAN

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 1 PENDAHULUAN

UU 15/1997, KETRANSMIGRASIAN. Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 15 TAHUN 1997 (15/1997) Tanggal: 9 MEI 1997 (JAKARTA)

MONITORING PELAKSANAAN KEGIATAN KEMENTERIAN PERUMAHAN RAKYAT TAHUN 2010 DI KABUPATEN/KOTA K.5.1. Kegiatan Deputi Bidang Pembiayaan

BAB 1 PENDAHULUAN. kepada pelanggannya. Sebaliknya jika produsen tidak dapat memberikan kepuasan

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER.09/MEN/V/2008 TENTANG PELAKSANAAN TRANSMIGRASI SWAKARSA MANDIRI

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

e. bahwa berhubung dengan hal-hal tersebut di atas, perlu diatur pedoman pembangunan perumahan dan permukiman dengan

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

ANALISA KEPUASAN PENGHUNI DENGAN METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT DI PERUMAHAN PURI SAFIRA REGENCY SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. membawa perubahan secara bertahap seiring perkembangan teknologi dan sistem

KEBIJAKAN DAN PENANGANAN PENYELENGGARAAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

IDENTIFIKASI PENGADAAN RUMAH SWADAYA OLEH MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH DI KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Perumahan dan pemukiman adalah salah satu masalah yang dihadapi oleh

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Sejarah Perum Perumnas

Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT,

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR: 07/PERMEN/M/2006 TENTANG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEREMAJAAN PEMUKIMAN RW 05 KELURAHAN KARET TENGSIN JAKARTA PUSAT MENJADI RUMAH SUSUN

2. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan;

EVALUASI KUALITAS PELAYANAN JASA PURNA JUAL ALAT FITNES DI PT. PRIMA FITINDO JAYA SKRIPSI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB IV PENUTUP. sebelumnya bahwa penulis menarik kesimpulan dalam penelitian tentang peran

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1997 TENTANG KETRANSMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN. berpenghasilan rendah (MBR) dapat juga dikatakan sebagai masyarakat miskin atau

BAB I PENDAHULUAN. perumahan sebagai kebutuhan dasar. Rumah merupakan kebutuhan dasar. manusia dalam meningkatkan harkat, martabat, mutu kehidupan dan

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... ABSTRAK...

BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 31 TAHUN 2008

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

BAB I PENDAHULUAN. tempat berlindung untuk berkumpul bersama keluarga. Rumah berbentuk sebuah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan penduduk di Indonesia setiap tahun semakin meningkat. Seiring dengan hal tersebut, kebutuhan primer yaitu sandang, pangan, papan, serta pendidikan menjadi meningkat pula di negara ini. Salah satunya adalah papan/tempat tinggal. Tempat tinggal manusia biasanya disebut rumah. Menurut Undang-Undang, Rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga (UU No. 4 Tahun 1992 Tentang Perumahan dan Permukiman). Rumah merupakan suatu bangunan, tempat manusia tinggal dan melangsungkan kehidupannya. Di samping itu, rumah juga merupakan tempat berlangsungnya proses sosialisasi pada saat seorang individu diperkenalkan kepada norma dan adat kebiasaan yang berlaku di dalam suatu masyarakat (Sarwono dalam Budiharjo, 1998). Pada masa sekarang ini, rumah bukan hanya berfungsi sebagai tempat berlindung, tetapi juga dijadikan sebagai modal untuk membina rumah tangga, seperti sarana pengenalan pendidikan sejak dini kepada anak, pelestarian kebudayaan daerah, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, rumah yang menjadi kebutuhan primer menjadi sasaran penting bagi setiap orang untuk memilikinya. Karena kebutuhan terhadap rumah semakin meningkat tiap tahunnya, setiap negara, khususnya Indonesia mempunyai program pengadaan perumahan yang dimaksudkan untuk mengimbangi laju pertumbuhan penduduk tersebut. Menurut Undang-Undang, Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan (UU No. 4 Tahun 1992 Tentang Perumahan dan Permukiman). Menurut Yudhohusono (1991), perumahan dapat diartikan sebagai suatu cerminan dan pengejawantahan dari diri pribadi manusia, baik secara perorangan, maupun dalam suatu kesatuan dan kebersamaan dengan lingkungan alamnya dan dapat juga mencerminkan taraf hidup, kesejahteraan, kepribadian, dan peradaban manusia penghuninya, masyarakat, ataupun suatu bangsa. Dengan adanya

perumahan diharapkan dapat meningkatkan kehidupan serta kesejahteraan dibidang ekonomi, sosial dan budaya masyarakat Indonesia. Pemerintah berupaya untuk meningkatkan pengadaan perumahan, ini dibuktikan dengan adanya lembaga/instansi yang khusus mengurus perumahan untuk rakyat. Lembaga/instansi tersebut antara lain adalah Kementrian Perumahan Rakyat yang disingkat menjadi Kemenpera dan Perusahaan Umum Perumahan Nasional yang disingkat menjadi Perum Perumnas. Kemenpera mempunyai tugas membantu Presiden dalam merumuskan kebijakan dan koordinasi di bidang perumahan rakyat. Sedangkan Perumnas adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang berbentuk Perusahaan Umum (Perum) dimana keseleruhan sahamnya dimiliki oleh Pemerintah. Perumnas didirikan sebagai solusi pemerintah dalam menyediakan perumahan yang layak bagi masyarakat menengah ke bawah. Selain lembaga/instansi pemerintahan tersebut, pemerintah juga bekerja sama dengan pihak swasta dan perbankan untuk memberikan/menyediakan Kredit Pemilikan Rumah yang biasa disingkat KPR, yang selanjutnya sangat berguna untuk membantu masyarakat ekonomi menengah kebawah dalam hal memperoleh rumah hunian. Menurut Kemenpera (Peraturan Menteri No. 03 Tahun 2007), masyarakat, khususnya masyarakat berpenghasilan rendah, masih belum mampu tinggal dirumah yang layak, sehat, aman, serasi, dan teratur tanpa dukungan fasilitas subsidi perumahan untuk pemilikan rumah sehat sederhana sehingga Kemenpera memfasilitasi subsidi perumahan melalui KPR bersubsidi. Investasi atau modal yang ditanamkan dalam proyek pembangunan perumahan merupakan investasi yang sangat besar. Tidak dapat dipungkiri bahwa setiap pengadaan proyek harus memiliki profit yang menjadi pendapatan dari pihak yang mengadakan proyek tersebut. Untuk mendapatkan profit tersebut, minat masyarakat sebagai konsumen menjadi faktor utama yang sangat berpengaruh pada kelangsungan sebuah proyek, dalam hal ini proyek perumahan. Bagi masyarakat, harga pembelian rumah sangat bergantung dan harus sesuai pada keinginan dan kebutuhan yang diharapkan sehingga akan menimbulkan kepuasan. Menurut Kotler (2007), tingkat kepuasan sebagai fungsi dari perbedaan antara kinerja yang dirasakan dengan harapan. Harapan pelanggan dan kinerja yang disampaikan dapat

menyebabkan mengapa dua organisasi pada jenis bisnis yang sama dapat dinilai berbeda oleh pelanggannya. Setiap perusahaan mempunyai inovasi tersendiri untuk menarik perhatian maupun minat masyarakat agar produk yang dihasilkan dapat memberikan kepuasan, baik bagi konsumen maupun perusahaan itu sendiri. Selain itu, perusahaan juga dihadapkan dengan persaingan pasar yang ketat sehingga setiap perusahaan berusaha sebaik mungkin untuk menarik minat masyarakat. Apabila minat masyarakat untuk membeli rumah tinggi, maka rumah yang terjual jumlahnya akan lebih banyak, dan profit yang didapatkan akan lebih besar. Dengan kata lain, minat konsumen linear dengan besarnya pendapatan profit. Pembangunan perumahan juga tergantung pada daerah dimana proyek tersebut akan dilangsungkan. Dalam UU tentang Perumahan dan Permukiman, disebutkan bahwa Pemerintah Kabupaten/Kota memiliki tugas yang salah satunya adalah menyusun rencana pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat Kabupaten/Kota; serta memiliki wewenang yang salah satunya adalah menyusun dan menyediakan basis data perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat Kabupaten/Kota. Daerah yang sedang berkembang sangat layak untuk dijadikan lokasi pembangunan perumahan. Kabupaten Batang adalah salah satu daerah yang sedang berkembang di Indonesia. Wilayah Kabupaten Batang dapat dilihat pada Gambar 1.1. Data kependudukan daerah Kabupaten Batang pada Tahun 2011 (kemendagri.go.id, 2011) menyatakan bahwa jumlah penduduk Kabupaten Batang mencapai ± 827.685 jiwa dengan luas wilayah 78.864,14 Ha yang terdiri dari 22.362,30 Ha (28,39%) lahan sawah dan 56.392,51 Ha (71,61%) lahan bukan sawah. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa Kabupaten Batang layak dijadikan lokasi pembangunan perumahan.

Gambar 1.1 Wilayah Kabupaten Batang (sumber: Google Maps) PT. Saputra Jaya Mandiri merupakan perusahaan konstruksi yang terlibat dalam pembangunan perumahan di Kabupaten Batang. PT. Saputra Jaya Mandiri membangun perumahan yang diberi nama Perumahan Saputra Raya. Setiap perumahan harus memikirkan hal-hal yang dinginkan dan dibutuhkan oleh konsumen, sehingga hal tersebut sangat mempengaruhi tingkat kepuasan konsumen perumahan. Pada saat penelitian ini dilakukan pemasaran perumahan Saputra Raya sedang berlangsung dan rumah yang telah terjual serta ditempati oleh konsumen adalah 58 unit dari total 128 unit rumah yang akan dibangun. Proyek Perumahan Saputra Raya dimulai pada akhir tahun 2011. Dari keterangan diatas dapat dikatakan bahwa proyek perumahan Saputra Raya terindikasi berjalan lambat. Indikasi perlambatan pekerjaan poyek disebabkan karena pengaruh konsumen yang kurang berminat pada perumahan tersebut. 1.2 Rumusan Masalah Dari latar belakang diatas dapat dirumuskan beberapa masalah: 1. Seberapa besar tingkat kebutuhan dan kepuasan konsumen terhadap atribut perumahan. 2. Atribut apa saja yang harus diprioritaskan pengembangannya untuk meningkatkan minat konsumen dalam membeli rumah.

1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah: 1. Mengetahui seberapa besar tingkat kebutuhan dan kepuasan konsumen terhadap atribut perumahan. 2. Mengetahui atribut perumahan yang harus diprioritaskan pengembangannya untuk meningkatkan minat konsumen dalam membeli rumah. 1.4 Batasan Masalah 1. Penelitian ini merupakan studi kasus di proyek perumahan yang dilakukan di Kecamatan Batang, Kabupaten Batang, Jawa Tengah yang dilaksanakan oleh PT. Saputra Jaya Mandiri. 2. Penelitian ini membahas tentang kebutuhan dan kepuasan konsumen Perumahan yang ditinjau dari beberapa faktor. 3. Data yang digunakan adalah data primer yang didapat dari survey di lapangan kepada konsumen dan data sekunder yang didapat dari pengembang. 4. Sampel yang diteliti adalah perumahan dengan Luas Bangunan (LB) 36 m 2 dengan luas tanah 84 m 2. 5. Pada penelitian ini metode Quality Function Deployment (QFD) hanya digunakan sebatas House of Quality (HOQ) pada Analisis Kebutuhan Konsumen. 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah: 1. Dapat diketahui seberapa besar tingkat kebutuhan dan kepuasan konsumen terhadap atribut perumahan sehingga dapat dijadikan pengetahuan oleh pihak pembangun/developer. 2. Dapat diketahui atribut perumahan yang harus diprioritaskan pengembangannya untuk meningkatkan minat konsumen dalam membeli rumah sehingga dapat dijadikan sebagai acuan oleh pihak pembangunan/developer untuk mengembangkan ataupun memperbaiki kualitas produk yang telah diberikan.

1.6 Keaslian Penelitian Penelitian yang dilakukan oleh Rumbogo (2008) membahas tentang keinginan dan kebutuhan pembeli/konsumen pada suatu perumahan. Rumbogo melakukan penelitian pada perumahan jenis menengah dengan type 50 dan 80. Rumbogo meneliti pada Perumahan Modena yang berada di daerah Yogyakarta. Analisis yang dilakukan Rumbogo dengan menggunakan metode QFD secara keseluruhan, karena tujuan dari penelitiannya adalah peng-aplikasian metode QFD untuk perencanaan perumahan. Sedangkan pada peneletian ini, peneliti meneliti perumahan tipe kecil, yaitu perumahan subsidi. Peneliti melakukan penelitian di Batang, Jawa Tengah, yang lokasinya berbeda dengan penelitian sebelumnya sehingga terdapat perbedaan sifat individu responden yang berdampak pada tingkat kebutuhan dan kepuasan konsumen. Selain itu, pada peneletian ini metode QFD hanya digunakan sebatas HOQ pada analaisis kebutuhan konsumen. Pada penelitian ini metode QFD digunakan untuk membantu peneliti menentukan prioritas pengembangan pada atribut perumahan. Penelitian yang dilakukan Bramanto (2008) berada pada lokasi yang sama dengan penelitian yang dilakukan Rumbogo (2008). Bramanto membahas kelayakan proyek perumahan berdasarkan beberapa aspek penting yang dilihat dari sudut pandang pemilik proyek. Sedangkan pada penelitian kali ini, peneliti melakukan analisis kebutuhan dan kepuasan konsumen pada suatu perumahan sehingga ada perbedaan sudut pandang pada dua penelitian ini. Perbedaan sudut pandang ini dapat mempengaruhi tingkat minat konsumen yang juga mempengaruhi pendapatan pada suatu proyek. Jika dilihat dari sudut pandang pemilik proyek, maka aspek ekonomi sangat berperan besar pada kelayakan suatu proyek tersebut sedangkan jika dilihat dari sudut pandang konsumen, aspek voice of costumer-lah yang sangat berperan penting. Dengan meniliti kebutuhan dan kepuasan konsumen maka akan diketahui prioritas pengembangan pada atribut perumahan. Pada penelitian yang dilakukan Tegar (2013), Tegar melakukan penelitian pada dua perumahan di Yogyakarta. Tegar meneliti tentang kepuasan konsumen pada

perumahan dengan metode Gap, yaitu dimana ada perbedaan nilai antara tingkat kebutuhan dengan tingkat kepuasan konsumen di suatu perumahan. Selain itu, tegar meneliti pada perumahan menengah yaitu perumahan dengan type 50, 60 dan 70 sedangkan pada penelitian ini peneliti meneliti pada perumahan subsisi dengan type 36. Peneliti melakukan analisis terhadap kebutuhan dan kepuasan konsumen dengan menggunakan bantuan metode QFD sebatas HOQ pada analisis kebutuhan konsumen. Selain itu, ada perbedaan lokasi antara kedua penelitian ini.