BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. sendiri, masyarakat maupun bangsa. Di dalam Undang-undang nomor 20 tahun. 2003Pasal 1 tentang sistem Pendidikan Nasional bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan harus dilaksanakan sebaik mungkin dengan mengarahkan berbagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran di sekolah dasar era globalisasi. menjadi agen pembaharuan. Pembelajaran di Sekolah Dasar diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berupaya untuk meningkatkan mutu pendidikan, diantaranya dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembelajaran adalah suatu proses yang tidak mudah. menggunakan pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar.

BAB I PENDAHULUAN. menjadikan manusia memiliki kualitas yang lebih baik. Dari tidak tahu menjadi

BAB I PENDAHULUAN. yang sedang terjadi dengan apa yang diharapkan terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. dipenuhi. Mutu pendidikan yang baik dapat menghasilkan sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pondasi utama dalam upaya memajukan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa yang maju adalah bangsa yang mampu menunjukan tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pertama dan utama adalah pendidikan. Pendidikan merupakan pondasi yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan. Kualitas sumber

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah sarana yang dapat menumbuh-kembangkan potensipotensi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya harus memiliki pendidikan yang baik. Sebagaimana tujuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ini adalah sebagai fasilitator. Untuk menjadi fasilitator yang baik guru

BAB I PENDAHULUAN. setelah melalui kegiatan interaksi dengan lingkungannya. Perubahan-perubahan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan optimal sesuai dengan potensi pribadinya sehingga menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan investasi yang paling utama bagi setiap bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. memiliki penetahuan dan keterampilan, serta manusia-manusia yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku pada diri pribadinya. Perubahan tingkah laku inilah yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. aset berharga dalam proses pembangunan bangsa dalam berbagai aspek. Idealnya,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu wahana untuk mengembangkan semua

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan pendidikan manusia akan belajar mengenai hal hal baru sehingga

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Menurut Gagne (dalam Slameto, 2007:43) lima kategori hasil belajar yaitu

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang diselenggarakan di negara tersebut. Oleh karena itu, pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran untuk peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan pendidikan tertentu. Dan diungkapkan pula dalam pasal 1 ayat 1

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan Negara Indonesia termuat dalam pembukaan UUD

BAB I PENDAHULUAN. aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera, dan bahagia menurut konsep

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (UU SISDIKNAS 2003, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan model utama untuk meningkatkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. yang diamanatkan dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 pasal 3, bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. 1. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ayu Pipit Fitriyani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Dikutip dari Pendidikan Nasional Bab II pasal 3, menyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan

I. PENDAHULUAN. kehidupan sehingga diperlukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dasar manusia. Pendidikan pada masa kini merupakan hal pokok yang wajib untuk

BAB I PENDAHULUAN. tantangan tersebut. Salah satu bentuk kreativitas seorang pendidik dapat. peserta didik dengan peserta didik lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. merupakan satu usaha yang sangat penting dan dianggap pokok dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih baik. Peserta didik yang mengikuti pendidikan masa kini akan

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi yang diharapkan. Karena hal itu merupakan cerminan dari kemampuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi tersebut diperlukan sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha yang mempunyai tujuan, yang dengan. didik (Sardiman, 2008: 12). Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

I. PENDAHULUAN. menyediakan lingkungan yang memungkinkan peserta didik untuk. penting pada penentuan kemajuan suatu bangsa. Sesuai dengan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh

BAB I PENDAHULUAN. yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang diperolehnya seorang warga negara dapat mengabdikan diri

BAB I PENDAHULUAN. ini semakin berkembanng dengan sangat pesat. integratif, produktif, kreatif dan memiliki sikap-sikap kepemimpinan dan

BAB I PENDAHULUAN. pengganti dan penerus yang mendahuluinya, dan sebagai pewaris-pewaris di muka

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Melalui pendidikan, setiap siswa difasilitasi, dibimbing dan dibina untuk

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Dalam pelaksanaannya, proses pendidikan membutuhkan kesiapan,

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikannya. Hal ini dapat terlihat dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. berada. Dalam proses pendidikan banyak sekali terjadi perubahan-perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikian pada hakikatnya adalah usaha sadar yang dilakukuan oleh. manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya.

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara utuh. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan, pengendalian diri dan keterampilan untuk membuat dirinya berguna di

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan tujuan pendidikan secara umum. peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

I. PENDAHULUAN. Sistem pendidikan di Indonesia ternyata telah mengalami banyak perubahan.

BAB I PENDAHULUAN. Cindy Noor Indah putri, 2014

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan penting bagi keberlangsungan hidup dan masa depan seseorang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia (SDM), karena sumber daya yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. yang diharapkan. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peran seorang pendidik bukan lagi hanya sebagai seseorang yang mentransfer berbagai ilmu kepada peserta didik, melainkan sebagai fasilitator, motivator dan evaluator bagi peserta didik untuk menjadikan dirinya menjadi pribadi yang berkualitas dengan budi pekerti yang luhur. Kreativitas seorang pendidik sangat dibutuhkan untuk menjawab tantangan tersebut. Salah satu bentuk kreativitas seorang pendidik dapat terlihat dari cara mengolah dan menciptakan sebuah kegiatan belajar mengajar dengan pemilihan model-model pembelajaran yang akan mengaktifkan interaksi baik antara pendidik dan peserta didik, maupun antara peserta didik dengan peserta didik lainnya. Berdasarkan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional nomor 20 tahun 2003 menyatakan bahwa : Pendidikan Nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Tercapainya tujuan pendidikan di Indonesia tidak terlepas dari peran guru, siswa, masyarakat maupun lembaga terkait lainnya. Sebagai salah satu upaya peningkatan kualitas menuju tercapainya tujuan tersebut perlu disampaikan suatu upaya perbaikan sistem pembelajaran inovatif yang merangsang siswa untuk mencitai yang akhirnya mau mempelajari seksama terhadap suatu pelajaran. Keberhasilan pendidikan sangat ditentukan manakala pendidikan tersebut dapat mengubah diri siswa. Perubahan tersebut dalam arti dapat menumbuhkan kembangkan potensi-potensi yang dimiliki siswa sehingga siswa dapat memperoleh manfaatnya secara langsung dalam perkembangan pribadinya. 1

2 Dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasioanl No.20 tahun 2003 pasal 3, menyatakan bahwa : Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan serta membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Selain itu keberhasilan tujuan pendidikan nasional sebagimana diamanatkan dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 akan tercapai bila didukung oleh komponen-komponen pilar pendidikan yang meliputi motivasi belajar peserta didik, materi pembelajaran, proses pembelajaran, dan tujuan pembelajaran. Berdasarkan Undang-undang Guru dan Dosen nomor 14 tahun 2005 pasal 1, menyatakan bahwa Guru adalah pendidik yang profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentarsformasikan, mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni melalui pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Belajar merupakan kegiatan fisik dan mental, sehingga perubahan yang ada harus tergambar pada perkembangan fisik dan mental siswa, keberhasilan belajar siswa dapat diukur berdasarkan pada besarnya rentang perubahan sebelum dan sesudah siswa mengikuti kegiatan belajar. Dari proses belajar mengajar itu diharapkan terjadi perubahan-perubahan yang terjadi dan itulah yang dinamakan hasil belajar. Menurut Woordworth (dalam Ismihyani 2000), hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku sebagai dari akibat proses belajar. Menurut Bloom dalam (Agus Suprijo 2016) hasil belajar mencangkup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor. Domain kognitif adalah knowledge (pengetahuan, ingatan), comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh), application (menerapkan), analysis (menguraikan, menentukan hubungan), synthesis (mengorganisasikan, merencanakan,

3 membentuk bangunan baru), dan evaluation (menilai). Domain afektif adalah receiving (sikap menerima), responding (memberikan respons), evaluing (nilai), organization (organisa si), characterizapre-routine, dan rountinized. Psikomotor juga mencakup keterampilan produktif, teknik, fisik,sosial, manajerial, dan intelektual. Hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi peserta didikdan dari sisi guru. Dari sisi peserta didik, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psokomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran. Hasil juga bisa diartikan adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Kurikulum 2013 (K -13) adalah kurikulum yang berlaku dalam Sistem Pendidikan Indonesia. Kurikulum ini merupakan kurikulum tetap diterapkan oleh pemerintah untuk menggantikan Kurikulum-2006 (yang sering disebut sebagai Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) yang telah berlaku selama kurang lebih 6 tahun. Kurikulum 2013 masuk dalam masa percobaanya pada tahun 2013 dengan menjadikan beberapa sekolah menjadi sekolah rintisan. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Mohammad Nuh (Jawa Pos, 27 Januari 2013) telah menyatakan, bahwa kurikulum 2013 ini bukan hanya penting, tapi juga genting, sangat mendesak untuk dilakukan demi masa depan anak-anak kita. Kurikulum 2013 menjawab kebutuhan kompetensi generasi Indonesia pada tahun 2045 atau 100 tahun sejak Indonesia merdeka. Masih menurut Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Dengan kurikulum 2013, Guru tidak lagi disibukkan memikirkan silabus, tapi guru akan leluasa mengembangkan kreativitas dalam mengajar. Guru lebih dapat menfokuskan diri dalam mengembangkan kreatifitas pembelajaran dengan mengarahkan pengamatan (observing), menanya anak didik untuk melakukan (questioning), menalar (asso siating), mencoba (experimenting) dan membentuk jejaring (networking).

4 Perlunya merumuskan kurikulum 2013 yang notabene berbasis proses pembelajaran yang mengedepankan pengalaman personal melalui proses mengamati, menanya, menalar, dan mencoba (observatio n based learning) untuk meningkatkan kreativitas peserta didik. Disamping itu, dibiasakan bagi peserta didik untuk bekerja dalam jejaringan melalui collaborative learning. Intinya, Pembelajaran Teacher Centre menjadi Student Centre, sebelumnya pernah diterapkan secara teoritis dalam cara belajar/mengajar siswa aktif (CBSA), tapi kurang berhasil, siswa diberi kesempatan mencari pengetahuan nya sendiri dan Guru akan memberikan bimbingan. Kurikulum 2013 di Sekolah Dasar yang berlangsung di SDN Mulyasari 2 Karawang, berdasarkan observasi di sekolah, permasalahan dalam sub tema Keberagaman Budaya Bangsaku antara lain ditunjukan sebagai berikut, karena kurangnya pengalaman dalam berdiskusi kelompok yang menunjukan adanya kecenderungan pembelajaran yang kurang aktif dan bersifat individualis. Siswa kurang dilibatkan secara aktif dalam pembelajaran dan siswa hanya mendengarkan konsep-konsep yang disajikan guru sebagai sebuah cerita. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran sehingga pembelajaran tersebut kurang menarik minat siswa. Kreatifitas gurunya juga dalam pembelajaran kurang sehingga pembelajaran tersebut kurang menarik dan kurang memotivasi siswa dalam belajar sehingga hasil belajar siswa kurang meningkat. Siswa cenderung bekerja sendiri dan jarang adanya diskusi kelompok dan kerjasama dalam meyelesaikan masalah yang diberikan dalam materi tersebut. Guru tersebut juga cenderung menggunakan metode ceramah dalam penyampaian materi, kemudian siswa ditugaskan untuk mencatat dan mengerjakn tugas-tugas dari pembelajaran tersebut. Dan banyak siswa yang kurang memahami materi. Rendahnya hasil belajar siswa dalam pembelajaran sub tema Keberagaman Budaya Bangsaku mengakibatkan hasil pencapaian prestasi belajar siswa kurang tercapai. Hal itu terbukti dengan tidak tercapainya nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). Untuk KKM di SDN Mulyasari

5 2 Karawang sendiri mencapai 70 perolehan nilai rata-rata ulangan harian siswa yakni hanya 60-68 dari jumlah murid 26 orang. Sebanyak 16 siswa yang belum tuntas yaitu sekitar 70% dan siswa yang mencapai KKM hanya 10 siswa sekitar 30% yang dinyatakan tuntas. Salah satu model Cooperative Learning adalah model Numbered Head Together (NHT). Model ini dikembangkan oleh Spenser Kagan (1993) dalam Nurhadi dan Agus (2003:66) Numbered Head Together merupakan suatu model pengarahan, buat kelompok heterogen dan tiap siswa memiliki nomor tertentu, berikan persoalan materi bahan ajar (untuk tiap kelompok sama tapi untuk tiap siswa tidak sama sesuai dengan nomor siswa, tiap siswa dengan nomor sama mendapat tugas yang sama) kemudian bekerja kelompok, presentasi kelompok dengan nomor siswa yang sama sesuai tugas masing-masing sehingga terjadi diskusi kelas, kuis individual dan buat skor perkembangan tiap siswa, umumkan hasil kuis dan beri reward. Sehubungan dengan masalah diatas, peneliti tertarik mencoba serta melakukan penelitian tentang UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) PADA SUB TEMA KEBERAGAMAN BUDAYA BANGSAKU ( Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas IV SDN Mulyasari 2 Karawang) B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, penulis mengidentifukasi beberapa permasalahan diantaranya : 1. Belum memaksimalkan kreativitas pendidik dalam mengkombinasikan model dan metode pembelajaran. 2. Selama proses pembelajaran pendidik lebih sering menggunakan metode ceramah tanpa dikombinasikan dengan metode lainnya. 3. Kegiatan pembelajaran tersebut berpusat pada guru 4. Belum efektifnya penggunaan media pembelajaran yang tersedia

6 5. Partisipasi serta kerjasama beberapa peserta didik selama proses pembelajaran belum terlihat. 6. Hasil belajar beberapa peserta didik dalam pembelajaran sub tema Keberagaman Budaya Bangsaku belum maksimal. C. Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi dan latar belakang masalah di atas, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut: 1. Secara Umum Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah diatas dapat dirumuskan masalah secara umum adalah sebagai berikut mampukah model NHT pada sub tema Keberagaman Budaya Bangsaku dapat meningkatkan Hasil Belajar siswa di kelas IV SDN Mulyasari 2 Karawang? 2. Secara Khusus Mengingat rumusan masalah utama, sebagaimana telah diutarakan diatas sudah terlalu luas sehingga belum spesifik menunjukan batas-batas ruang lingkup penelitiaan, maka rumusan masalah utama tersebut dirincikan pada rumusanrumusan sebagai berikut : a. Bagaimana perencanaan penggunaan dalam pembelajaran sub tema Keberagaman Budaya Bangsaku dengan menggunakan model pembelajaran Numbered Head Together di kelas IV semester 1 agar hasil belajar meningkat? b. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran pada sub tema Keberagaman Budaya Bangsaku pada kelas IV SDN Mulyasari 2 Karawang melalui model Numbered Head Together? c. Apa saja hambatan-hambatan pada saat menggunakan model pembelajaran Numbered Head Together?

7 d. Seberapa besar peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran sub tema Keberagaman Budaya Bngsaku di kelas IV melalui model Numbered Head Together? D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN Mulyasari 2 Karawang pada sub tema Keberagaman Budaya Bangsaku melalui model NHT. 2. Tujuan Khusus a. Untuk menyusun RPP dengan menggunakan model NHT pada sub tema Keberagaman Budaya Bangsaku agar hasil belajar siswa kelas IV SDN Mulyasari 2 Karawang dapat meningkat. b. Untuk menerapkan model NHT pada sub tema Keberagaman Budaya Bangsaku agar hasil belajar siswa kelas IV SDN Mulyasari 2 Karawang dapat meningkat. c. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN Mulyasari 2 Karawang sub tema Keberagaman Budaya Bangsaku melaui model NHT. E. Manfaat Penelitian Dilaksanakannya kegiatan Penelitian Tindakan Kelas ini diharapakn dapat memberikan manfaat agar meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri Mulyasari 2 Karawang pada sub tema Keberagaman Budaya Bangsaku dengan menerapkan model Numbered Head Together. Serta memberikan konstribusi sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis Meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri Mulyasari 2 Karawang pada sub tema Keberagaman Budaya Bangsaku melalui model NHT. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Guru

8 1. Meningkatnya keterampilan guru dalam menyusun RPP dengan menggunakan model NHT pada sub tema tema Keberagaman Budaya Bangsaku 2. Memberi motivasi kepada guru dalam menerapkan model NHT pada sub tema Keberagaman Budaya Bangsaku pada kelas IV SDN Mulyasari 2 Karawang agar meningkatkan hasil belajar siswa 3. Memperluas dan memperkaya pemahaman guru tentang penerapan kompetensi pedagogik dengan menggunakan model NHT b. Bagi Siswa 1. Meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN Mulyasari 2 Karawang pada tema Keberagaman Budaya Bangsaku melalui model NHT. 2. Mengetahui pengentahuan baru yang didapat pada sub tema Keberagaman Budaya Bangsaku kelas IV SDN Mulyasari 2 Karawang melalui model NHT. c. Bagi Sekolah 1. Dapat meningkatkan kualitas pembelajaran disekolah 2. Dapat meningkatkan kualitas pendidikan d. Bagi Peneliti 1. Dapat menambah wawasan, pengetahuan, dan pengalaman dalam menerapkan model NHT. 2. Memberikan referensi bagi peneliti yang berminat melakukan penelitian tindakan kelas dengan mengembangkan model NHT. F. Definisi Operasional 1. Definisi Numbered Head Together Numbered Head Together adalah suatu model pembelajaran berkelompok yang setiap anggota kelompoknya bertanggung jawab atas tugas kelompoknya, sehingga tidak ada pemisahan antara

9 siswa yang satu dan siswa yang lain dalam satu kelompok untuk saling memberi dan menerima antara satu dengan yang lainnya. (Aris Shoimin, 2014: 108) Pembelajaran dengan menggunakan metode Numbered Head Together dengan Numbering. Guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok kecil. Jumlah kelompok sebaiknya mempertimbangkan jumlah konsep yang dipelajari. Jika jumlah peserta didik dalam satu kelas terdiri dari 40 orang dan terbagi menjadi 5 kelompok berdasarkan jumlah konsep yang dipelajari, maka tiap kelompok terdiri 8 orang. Tiap-tiap orang dalam tiaptiap kelompok diberi nomor 1-8. (Agus Suprijono, 2016:111) Kesimpulan : Numbered Head Together (NHT) merupakan salah satu bentuk tipe dari model pembelajaran cooperative yang ciri khasnya adalah guru membentuk kelompok-kelompok kecil, memberikan nomor berbeda setia anggota kelompok dan memberikan permasalahan atau soal-soal yang harus dipecahkan bersama dan menunjuk siswa secara acak melalui nomor yang diambil guru. 2. Definisi Belajar Menurut Hilgard dan Bower mendefinisikan bahwa belajar berbuhungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, perubahan tingkah laku tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respons pembawaan, kematangan, atau keadaan-keadaan sesaat, misalnya kelelahan, pengaruh obat, dan sebagainya (M. Thobroni, 2015 : 18) Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi

10 kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. (Drs. Slameto, 2015:2) Kesimpulan : bahwa belajar suatu proses atau usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. 3. Definisi Hasil Belajar Hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa setelah mendapatkan pengalaman belajar. Sudjana (2010, hml. 22) menyatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuankemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. Artinya, hasil pembelajaran yang dikategorisasi oleh para pakar pendidikan sebagaimana tersebut diatas tidak terlihat secara fragmentaris atau terpisah melainkan komprehensif. (Agus Suprijono, 2016:7) Kesimpulan : hasil belajar adalah pengalaman yang diperoleh individu yang menghasilkan perubahan tingkah laku pada diri individu dalam interaksinya dengan lingkungannya. G. Sistematika Skripsi Berdasarkan buku panduan penyusunan skripsi FKIP UNPAS, di dalam skripsi harus membahas 5 bab yaitu: bab I pendahuluan, bab II kajian teori dan kerangka pemikiran, bab III metode penelitian, bab IV hasil penelitian dan pembehasan, dan bab V kesimpulan dan saran. Bab I pendahuluan membahas tentang latar belakang masalah dimana peneliti menjabarkan semua masalah yang ditemukan di lapangan. Kemudian masalah-masalah diidentifikasi menjadi poin-poin dan identifikasi masalah tersebut dibatasi menjadi lebih mengerucut, satu atau

11 dua hal untuk diteliti lebih lanjut. Setelah itu harus adanya rumusan massalah yang dibuat berdasarkan batasan masalah, agar lebih jelas tujuan dari penelitian sehingga dapat berjalan dengan lancar dan berhasil. Dari penelitian yang peneliti lakukan dapat memberikan manfaat bagi siswa, guru, dan sekolah bahkan bagi peneliti itu sendiri. Bagian akhir dari bab I adalah struktur organisasi skripsi yang merupakan deskripsi atau gambaran dari keseluruhan susunan skripsi. Bab II kajian teori dan kerangka pemikiran membahas tentang kajian teori dan kaitannya dengan pembelajaran yang akan diteliti, yang mana harus minimal 2 teori dan kesimpulan sendiri, hasil penelitian terdahulu yang sesuai dengan variabel penelitian yang akan diteliti, kerangka pemikiran dan diagram atau skema paradigma penelitian, dan asumsi dan hipotesis penelitian atau pertanyaan penelitian. Bab III metode penelitian, membahas tentang metode penelitian, setting penelitian (tempat dan waktu penelitian) desain penelitian, subjek dan objek penelitian, operasionalisasi variabel. Membuat rancangan pengumpulan data, misalnya peneliti membuat instrumen penilaian untuk mengumpulkan data melalui wawancara siswa dan guru, angket, lembar observasi, post testdan sebagainya seseuai kebutuhan peneliti. Kemudian membuat rancangan analisis data yaitu cara menghitung hasil pengumpulan data. Bab IV hasil penelitian dan pembahasan, membahas tentang hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan dan pembahasan hasil pelaksanaan siklus 1 dan 2 secara rinci. Bab V kesimpulan dan saran, membahas tentang kesimpulan peneliti berdasarkan hasil pengamatanyang dilakukan dan saran berupa masukan dari peneliti kepada siswa, guru, sekolah dan peneliti lain. Penjabaran-penjabaran struktur organisasi skripsi tersebut menjadi acuan penulis dalam menulis skripsi ini.