PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA

dokumen-dokumen yang mirip
PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Balita terhadap Tindakan Imunisasii Dasar Lengkap di Kelurahan Lambung Bukit Kota Padang Tahun 2014

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Oleh : Januariska Dwi Yanottama Anggitasari J

ABSTRAK. Kata Kunci: Karakteristik Umum Responden, Perilaku Mencuci Tangan, Diare, Balita

PERILAKU IBU DALAM MENGASUH BALITA DENGAN KEJADIAN DIARE

BAB I PENDAHULUAN. yaitu program pemberantasan penyakit menular, salah satunya adalah program

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Diare dengan Kejadian Diare pada Balita di Kelurahan Korong Gadang Kecamatan Kuranji Kota Padang

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT RUMAH TANGGA DENGAN KEJADIAN DIARE DI DESA RANOWANGKO KECAMATAN TOMBARIRI KABUPATEN MINAHASA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

BAB I PENDAHULUAN. Survei morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare Departemen Kesehatan

STUDI KASUS KEJADIAN DIARE PADA ANAK BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAYANAN TAHUN 2015

Keywords: Attitude of mother, diarrhea, participation mother in posyandu

HUBUNGAN KEPEMILIKAN JAMBAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI DESA JATISOBO KECAMATAN POLOKARTO KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan

Kata Kunci : Kelambu, Anti Nyamuk, Kebiasaan Keluar Malam, Malaria

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya meninggal serta sebagian besar anak-anak berumur dibawah 5

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA FACTORS INFLUENCES WITH DIARHEA IN THE CHILDREN UNDER FIVE

BAB I PENDAHULUAN. kematian bayi (AKB) masih cukup tinggi, yaitu 25 kematian per 1000

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TENGAL ANGUS KABUPATEN TANGERANG

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEAKTIFAN IBU BALITA DALAM KEGIATAN POSYANDU DI POSYANDU NUSA INDAH DESA JENAR KECAMATAN JENAR KABUPATEN SRAGEN

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat yang optimal sangat ditentukan oleh tingkat

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) MASYARAKAT DI LINGKUNGAN VII KELURAHAN SEI SIKAMBING B MEDAN SUNGGAL

PREVALENSI DAN KARAKTERISTIK GIZI KURANG DAN GIZI BURUK PADA BALITA DESA BAN KECAMATAN KUBU KABUPATEN KARANGASEM OKTOBER 2013

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG HYGIENE MAKANAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI DI WILAYAH KERJA POSYANDU MELATI KELURAHAN TLOGOMAS MALANG ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN JARAK KELAHIRAN DAN JUMLAH BALITA DENGAN STATUS GIZI DI RW 07 WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIJERAH KOTA BANDUNG

HUBUNGAN PENGETAHUAN, MOTIVASI DAN AKSES SARANA KESEHATAN TERHADAP PEMBERIAN IMUNISASI HEPATITIS B (0-7 HARI) DI PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. lima tahun pada setiap tahunnya, sebanyak dua per tiga kematian tersebut

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG HYGIENE MAKANAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS JATIBOGOR TAHUN 2013

Puskesmas Bilalang Kota Kotamobagu

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan beban global. terutama di negara berkembang seperti Indonesia adalah diare.

ARTIKEL ILMIAH. Disusun Oleh : TERANG AYUDANI J

FAKTOR RISIKO DENGAN PERILAKU KEPATUHAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR LENGKAP PADA BAYI

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi. Diare adalah penyebab kematian yang kedua pada anak balita setelah

BAB I PENDAHULUAN. seluruh daerah geografis di dunia. Menurut data World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN juta kematian/tahun. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka

BAB I PENDAHULUAN. 1 Anak usia sekolah di Indonesia ± 83 juta orang (

BAB 1 PENDAHULUAN. Perilaku adalah suatu tindakan atau perbuatan yang bisa kita amati bahkan

HUBUNGAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA BALITA DI DESA KANIGORO, SAPTOSARI, GUNUNG KIDUL

Hubungan Pengetahuan Dan Pendidikan Ibu Dengan Pertumbuhan Balita DI Puskesmas Plaju Palembang Tahun 2014

Erma Prihastanti, Puji Hastuti Prodi DIII Kebidanan Purwokerto Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Semarang

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 ISPA

Manuscript KUKUH UDIARTI NIM : G2A Oleh :

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI DI SDI DARUL MU MININ KOTA BANJARMASIN TAHUN 2017 ABSTRAK

Eko Heryanto Dosen Program Studi S.1 Kesehatan Masyarakat STIKES Al-Ma arif Baturaja ABSTRAK

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TERHADAP KEPATUHAN PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI DI DESA MOROREJO KALIWUNGU KABUPATEN KENDAL

BAB I PENDAHULUAN. atau lendir(suraatmaja, 2007). Penyakit diare menjadi penyebab kematian

PENDAHULUAN. Ridha Hidayat

Jurnal Darul Azhar Vol 5, No.1 Februari 2018 Juli 2018 : 17-22

Keywords: Diarrhea, Defecate, Kuningan Village

Lesy Lailatul Hikmati 1) Siti Novianti dan Andik Setiyono 2)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Laporan WHO tahun 2015 menyebutkan bahwa diare masih merupakan

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA BAYI. Nurlia Savitri

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN DIARE PADA BATITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BARANGLOMPO KECAMATAN UJUNG TANAH TAHUN 2012

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada bayi dan balita. United Nations Children's Fund (UNICEF) dan

BAB I PENDAHULUAN. Diare adalah sebagai perubahan konsistensi feses dan perubahan frekuensi

Kata Kunci: Pendidikan, Pekerjaan, Dukungan Suami dan Keluarga, ASI Eksklusif.

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN TINDAKAN PENCEGAHAN IBU DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS TIKALA BARU KOTA MANADO

HUBUNGAN PENANGANAN SAMPAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS INGIN JAYA KABUPATEN ACEH BESAR

HUBUNGAN FAKTOR PERILAKU IBU BALITA DENGAN KUNJUNGAN KE POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MOKOAU TAHUN 2015

HUBUNGAN FREKUENSI JAJAN ANAK DENGAN KEJADIAN DIARE AKUT. (Studi pada Siswa SD Cibeureum 1 di Kelurahan Kota Baru) TAHUN 2016

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu dengan Kejadian Diare pada Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Polokarto Kabupaten Sukoharjo.

PUBLIKASI ILMIAH. Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN TINDAKAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) SEKOLAH PADA SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI 112 MANADO

Anis Fitriyani 1, Nuke Devi Indrawati 1

Abstrak. Abstract. Pendahuluan. Rahmah et al., Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Balita tentang Diare terhadap Tindakan...

Kata Kunci: Pengetahuan, Keaktifan, Perilaku Sehat.

BAB I PENDAHULUAN. (KLB) diare juga masih sering terjadi, dengan Case Fatility Rate (CFR) yang

Endah Retnani Wismaningsih Oktovina Rizky Indrasari Rully Andriani Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri

JUMAKiA Vol 3. No 1 Agustus 2106 ISSN

HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE IBU DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI DI POSYANDU CEMPAKA DAN MAWAR DESA CUKANGKAWUNG TASIKMALAYA PERIODE BULAN APRIL 2015

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK KADER DALAM PENYULUHAN DI MEJA 4 PADA POSYANDU DI KELURAHAN NGALIYAN, KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ini manifestasi dari infeksi system gastrointestinal yang dapat disebabkan berbagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus diperhatikan untuk

HUBUNGAN POLA ASUH IBU DAN BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN STUNTING

RELATIONSHIP BETWEEN EDUCATION AND KNOWLEDGE WITH KADARZI BEHAVIOR IN RURAL AREAS REPRESENTED BY KEMBARAN I DISTRICT

SUMMARY. Jihan S. Nur NIM :

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN PELAYANAN POSYANDU X DENGAN TINGKAT KEPUASAN LANSIA

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PERILAKU IBU DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS BATUJAJAR KABUPATEN BANDUNG BARAT

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi. Kata Kunci : Pengetahuan,Pekerjaan,Pendidikan,Pemberian ASI Eksklusif

Artikel Penelitian. Abstrak. Abstract. Silvia Rane 1, Yusri Dianne Jurnalis 2, Djusmaini Ismail 3

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU IBU BALITA MENIMBANG ANAKNYA KE POSYANDU

BAB I PENDAHULUAN. melawan serangan penyakit berbahaya (Anonim, 2010). Imunisasi adalah alat yang terbukti untuk mengendalikan dan

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN PERTUMBUHAN BALITA DI KABUPATEN PADANG PARIAMAN

HUBUNGAN MOTIVASI IBU BALITA DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) Ati ul Impartina Program Studi D III Kebidanan STIKES Muhammadiyah Lamongan

BAB 1 PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) tahun 2013 diare. merupakan penyebab mortalitas kedua pada anak usia

Promotif, Vol.2 No.2 April 2013 Hal

DWI AGUNG RIYANTO* ABSTRAK

Perilaku Ibu Dengan Kejadian Gizi Kurang Pada Balita. Mother Relationship With Events Nutrition Behavior In Children

BAB I PENDAHULUAN. otak dimulai dalam kandungan sampai dengan usia 7 tahun (Menteri Negara

BAB 7 KESIMPULAN dan SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu riset menunjukkan setidaknya 3,5 juta anak meninggal tiap tahun karena

Transkripsi:

PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA Dedi Sukandar 1, Widyatuti 2 Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia E-mail: Dedi.sukandar10@gmail.com ABSTRAK Diare merupakan salah satu penyebab tingginya angka morbiditas dan mortalitas balita di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara pengetahuan keluarga tentang perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dengan kejadian diare pada balita di Desa Urug Kecamatan Sukajaya Kabupaten Bogor. Desain penelitian ini merupakan deskriptif korelasi dengan pendekatan potongan lintang. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang memiliki anak balita sebanyak 89 orang dengan sampel yang dipilih dengan teknik acak secara sederhana (simple random sampling). Data dikumpulkan dengan penyebaran kuesioner dan analisis yang digunakan melalui dua tahap yaitu univariat untuk melihat distribusi frekuensi, dan bivariat untuk melihat hubungan antara variabel dengan uji Chi Square. Hasil penelitian menunjukan bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan keluarga tentang PHBS dengan kejadian diare pada balita, p = 0,112 (p<0,05). Kesimpulan penelitian ini: tidak adanya hubungan yang bermakna antara pengetahuan keluarga dengan kejadian diare. Kata kunci : PHBS, Keluarga, Diare, Balita ABSTRACT The Diarrhea is one of the causes of high morbidity and mortality of children in Indonesia. This study was aimed to identify the relationship between family knowledge of hygiene and healthy practices with the incidence of diarrhea in infants in the Village District of Sukajaya Urug Bogor Regency. This research used a descriptive correlation with cross-sectional study. The sample size was using 89 mothers who had children with random techniques (simple random sampling). Data were collected by questionnaires and analyzed by two stages, an univariate test to see the frequency and distribution of resapondent and a bivariate test to identify relationships between variables that used Chi Square test. The results showed that there was not relationship between family knowledge of hygiene and healthy practices with the incidence of diarrhea in infants, p = 0.112 (p <0.05). The conclusion of this study: the absence of a significant association between knowledge family with the incidence of diarrhea. Keywords: Behavior, Family, Diarrhea, Toddler PENDAHULUAN Penyakit diare merupakan penyakit endemis di Indonesia dan juga merupakan penyakit potensial KLB yang sering disertai dengan kematian. WHO dan UNICEF (2009) menjelaskan bahwa diare merupakan penyebab kematian nomor 2 pada balita di dunia, nomor 3 pada bayi, dan nomor 5 bagi segala umur. Data UNICEF memberikan bahwa 1,5 juta anak meninggal dunia setiap tahunnya karena diare. Laporan Riskesdas tahun 2007 menunjukkan bahwa diare merupakan penyebab kematian nomor satu pada bayi (31,4%) dan balita (25,2%), sedangkan pada golongan semua umur merupakan penyebab kematian yang keempat (13,2%). Hasil survei morbiditas diare menunjukan penurunan angka kesakitan penyakit diare yaitu dari 423 per 1.000 penduduk pada tahun 2006 turun menjadi 411 per 1.000 penduduk pada tahun 2010. Jumlah

penderita pada KLB diare tahun 2012 menurun secara signifikan dibandingkan tahun 2011 dari 3.003 kasus menjadi 1.585 kasus pada tahun 2012 (Kemenkes, 2013). Prevalensi diare secara nasional adalah 9,00%. Sebanyak 14 provinsi mempunyai prevalensi diare di atas angka nasional, yaitu Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat, Riau, Jawa Barat, Jawa Tengah, Banten, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Papua Barat, dan Papua (Riskesdas, 2007). Hal ini menunjukan Jawa Barat merupakan salah satu wilayah di Indonesia yang mempunyai prevalensi diare cukup tinggi. Jawa Barat memiliki angka diare 9,00%, data di Kabupaten Bogor tahun 2012 mencatat jumlah balita yang terkena diare di puskesmas Kiarapandak kecamatan Sukajaya yang berada di lima desa (Urug, Kiarasari, Cisarua, Kiarapandak, dan Harkat Jaya) tahun 2012 mencatat sebanyak 2.035 jiwa. Jumlah balita (usia 0-1 tahun) yang mengalami penyakit diare 148 jiwa dengan presentase 17,3%, pada balita (usia 1-4 tahun) 182 jiwa mengalami penyakit diare dengan presentase 15,3% (Puskes, 2012). Faktor risiko dapat mempengaruhi terjadinya diare. Faktor risiko yang berhubungan dengan diare pada balita antara lain penggunaan air bersih, kebiasaan ibu mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, penggunaan jamban, pengelolaan sampah, dan pengelolaan air limbah dengan kejadian diare pada balita (Hamzah, 2012). Penelitian yang dilakukan oleh Rahman tahun 2012, menunjukkan bahwa dari 49 responden terdapat hubungan yang bermakna antara faktor pengetahuan ibu balita dengan kejadian diare. Penelitian (Griyantini, 2000; Alamsyah, 2002; Ibrahim, 2003; Johar, 2004; Fitriyani, 2005) pengetahuan Ibu yang rendah mengenai hidup sehat merupakan faktor risiko yang menyebabkan penyakit diare pada bayi dan balita. Asti (2012), meneliti ada hubungan yang bermakna antara pemberian ASI Eksklusif, penimbangan bayi dan balita setiap bulan, penggunaan air bersih, kebiasaan ibu mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, penggunaan jamban. Dari hasil penelitian di atas menunjukan bahwa tingkat pengetahuan Ibu sangat memengaruhi perilaku hidup bersih dan sehat yang menyebabkan penyakit diare pada bayi dan balita. Upaya program untuk menurunkan angka diare adalah pemberantasan penyakit menular, secara intensif salah satunya program penanggulangan penyakit diare baik secara promotif, preventif maupun kuratif. Kegiatan yang telah dilaksanakan adalah penyuluhan tentang penyakit diare di berbagai kelompok masyarakat, baik melalui kegiatan Posyandu maupun pertemuan Kader, dan kegiatankegiatan masyarakat yang lain, di samping itu kegiatan kuratif juga dilaksanakan dengan fasilitas puskesmas rawat jalan, semua ini dengan tujuan untuk memberikan pelayanan yang terbaik pada masyarakat (Puskes, 2012). METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan desain deskriptifkorelasi yang bertujuan mengetahui korelasi atau hubungan antara pengetahuan keluarga tentang perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dengan kejadian diare. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian crosssectional karena pengumpulan data dilakukan pada suatu saat atau periode tertentu dan pengamatan hanya dilakukan satu kali selama penelitian. Penelitian dan pengamatan pada variabel independen dan variabel dependen dari objek penelitian dilakukan secara bersamaan dalam waktu yang terbatas, artinya objek tidak diteliti atau diamati secara terus menerus dalam kurun waktu tertentu. Populasi dalam penelitian ini semua keluarga yang memiliki anak balita yang berada di Desa Urug sebanyak 431 keluarga. Sedangkan yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah sebagian keluarga yang memiliki anak balita sebanyak 89 responden (Profil Desa, 2014). Kriteria inklusi responden dalam penelitian ini adalah (1) keluarga bisa membaca dan menulis, (2) keluarga yang memiliki balita, (3) pengasuh utama balita adalah ibu, (4) umur balita lebih dari 3 bulan, dan (4) bersedia menjadi responden. Sedangkan kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah balita yang sedang sakit kronis selain diare dan keluarga yang tidak

tinggal di Desa Urug Kecamatan sukajaya Kabupaten Bogor kurang dari 5 bulan. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara random sampling yaitu teknik acak secara sederhana. Rumus yang digunakan untuk menentukan besaran sampel menggunakan rumus Slovin. Dengan pengambilan data diperoleh menggunakan kuesioner. Kuesioner terbagi menjadi 2 yaitu, kuesioner A tentang karakteristik responden dan kuesioner B tentang PHBS yang dikembangkan oleh Asti N (2012). HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 1 menujukan bahwa sebagian besar responden termasuk dalam kelompok dewasa awal lebih tinggi di bandingkan dengan responden kelompok dewasa akhir dengan presentase dewasa awal sebanyak 86,4%. Distribusi tingkat pendidikan responden yang paling banyak responden berpendidikan rendah sebanyak 90,1%, sedangkan untuk pendidikan menengah sebanyak 9,9%. Dan distribusi pendapatan keluarga responden yang memiliki pendapatan UMR relatif tinggi yaitu sebanyak 79,0%. Sedangkan untuk pendapatan responden yang memiliki > UMR responden sebanyak 21%. Hal ini menunjukan bahwa responden terbanyak yaitu dengan umur dewasa awal dan berpendidikan rendah serta pendapatan keluarga responden UMR. Tabel 1 Karakteristik Responden di Desa Urug Kecamatan Sukajaya Kabupaten Bogor 2014 (n = 81) No Variabel Frekuensi (n) 1 Umur Ibu - Dewasa 70 Awal (20-30 tahun) 11 - Dewasa Akhir (31-55 81 tahun) Total 2 Pendidikan Ibu - Pendidikan 8 Menengah (SMA/SMP) 73 - Pendidikan Rendah 81 (SD/Tidak Sekolah) Total Persentase (%) 86,4 13,6 100 9,9 90,1 100 3 Pendapatan Keluarga - > UMR Rp 1.250.000 - UMR Rp 1.250.000 Total 17 64 81 21,0 79,0 100 Tabel 2 Pengetahuan PHBS keluarga dengan balita pengunjung posyandudi Desa Urug Kecamatan Sukajaya Kabupaten Bogor Tahun 2014 (n = 81) Pengetahuan Frekuensi (n) Persentase (%) - Rendah 60 74,1 - Tinggi 21 25,9 Total 81 100 Tabel 3 hasil penelitian diketahui bahwa pengetahuan responden sebagian besar menunjukan pengetahuan rendah sebanyak 74,1% Tabel 3 Hubungan karakteristik responden yang memiliki balita dengan kejadian diare di Desa Urug Kecamatan Sukajaya Kabupaten Bogor Tahun 2014 (n = 81) Umur Kejadian Diare Total OR Diare (95% CI) Dewasa Awal (20-30 tahun) Dewasa Akhir (31-55 Tidak Diare n % n % n % 35 5 43,2 6,2 35 6 43,2 7,4 70 11 86,4 13,6 1,200 (0,335 :4,299 ) tahun) Total 40 49,4 41 50,6 81 100 Tingkat Pendidika n Pendidika n Rendah Pendidika n Menenga h 34 42 39 48,1 73 90,1 6 7,4 2 2,5 8 9,9 Total 40 49,4 41 50,6 81 100 Pendapat an Keluarga UMR Rp 1.250.000 > UMR Rp 1.250.000 32 39,5 32 39,5 64 79 8 9,9 9 11,1 17 21 Total 40 49,4 41 50,6 81 100 3,441 (0,651 :18,19 0) 0,889 (0,305 :2,594 ) p 1,00 0 0,24 8 1,00 0

Hasil penelitian menunjukan tidak ada hubungan antara umur dengan kejadian diare pada balita dan umur dewasa awal berisiko terkena diare pada balita sebesar 1,2 kali lebih besar dibandingkan dengan responden yang berumur dewasa akhir. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Kasman (2003), bahwa tidak ada hubungan signifikan antara umur ibu dengan kejadian diare, Karakteristik responden yang perlu dilihat adalah karakteristik pendidikan ibu. Tingkat pendidikan mempunyai peranan penting dalam kaitannya dengan kejadian diare. Hasil penelitian menunjukan tingkat pendidikan responden sebagian besar pada tingkat pendidikan rendah sebanyak 73 orang dengan persentase 90,1%. Hasil penelitian menunjukan bahwa tidak ada hubungan signifikan antara tingkat pendidikan dengan kejadian diare pada balita dan ibu balita yang memiliki pendidikan rendah mempunyai risiko balitanya terkena diare sebesar 3,4 kali dibandingkan dengan ibu yang berpendidikan menengah. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Yanti, E (2001) di Padang Bolak Julu yang menemukan tidak ada hubungan tingkat pendidikan ibu dengan kejadian diare. Begitu pula dengan hasil penelitian Giyantini T (2000) menyatakan bahwa ibu berpendidikan dasar akan berisiko terjadinya diare pada balitanya sebesar 3,42 kali dibandingkan dengan ibu yang berpendidikan tinggi. Namun lain halnya dengan penelitian yang dilakukan Kasman (2003) menyatakan ada hubungan signifikan pendidikan dengan kejadian diare. Orang dengan tingkat pendidikan rendah cenderung akan mempunyai risiko terjadinya diare pada balitanya sebesar 32,1% dibandingkan orang dengan tingkat pendidikannya tinggi, karena orang yang memiliki tingkat pendidikan tinggi akan lebih mudah memahami arti serta pentingnya kesehatan dibandingkan dengan tingkat pendidikan yang rendah. Karakteristik ekonomi dalam penelitian ini perlu dilihat karena pendapatan keluarga mempunyai peran penting dalam kaitannya dengan kejadian diare. Hasil penelitian menunjukan pendapatan keluarga responden masih di bawah UMR sebanyak 64 orang dengan persentase 79%. Hasil penelitian menunjukan bahwa tidak ada hubungan antara pendapatan keluarga dengan kejadian diare pada balita. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Kasman (2003), bahwa tidak ada hubungan signifikan antara pendapatan keluarga dengan kejadian diare. Berbeda halnya dengan penelitian Alamsyah (2002) menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pendapatan keluarga dengan kejadian diare pada balita. Begitu pula dengan penelitian Suroto (2001) menyatakan bahwa keluarga yang status kepemilikannya tergolong miskin memiliki risiko untuk terjadinya diare pada anak balitanya sebesar 1,44 kali dibandingkan dengan keluarga yang status kepemilikannya tergolong kaya. Sejalan dengan itu Giyantini T (2000) menemukan bahwa pengeluaran keluarga kurang atau sampai dengan Rp.540.000,- mempunyai risiko terjadinya diare sebesar 2,75 kali dibandingkan dengan pengeluaran keluarga setiap bulannya lebih dari Rp.540.000,-. Kejadian diare lebih sering muncul pada bayi dan balita yang status ekonomi keluarganya rendah. Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Khosman (2004), bahwa permasalahan penyakit diawali masalah kesehatan berakar dari kemiskinan yang disebabkan oleh krisisi ekonomi yang belum membaik. Peneliti menyimpulkan bahwa pendapatan keluarga tidak mempengaruhi kejadian diare. Ini berarti bahwa responden memiliki pendapatan yang kurang atau lebih, sumber pendapatan keluarga tidak menentukan kemampuan seseorang dalam menjangkau akses pelayanan kesehatan. Hal ini tidak menunjukkan rendah atau tingginya status sosial ekonomi keluarga merupakan salah satu faktor risiko penyebab penyakit diare pada keluarga. Pendapatan keluarga tidak menentukan untuk memfasilitasi keluarga dalam berperilaku hidup bersih dan sehat khususnya dalam pencegahan diare pada balita.

Tabel 4 Hubungan Pengetahuan keluarga dengan kejadian diare di Desa Urug Kecamatan Sukajaya Kabupaten Bogor Tahun 2014 (n = 81) Pengetah Kejadian Diare Total OR uan PHBS Diare Tidak Diare 95% CI n % n % n % Rendah 26 32,1 34 42,0 60 74,1 Tinggi 14 17,3 7 8,6 21 25,9 0,382 Total 40 49,4 41 50,6 81 100 (0,135: 1,083) Tingkat pengetahuan perlu dilihat karena ini sangat erat kaitannya dengan masalah kesehatan. Tingkat pengetahuan yang rendah tentang perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), seorang ibu cenderung kesulitan untuk melindungi dan mencegah balitanya dari penyakit diare. Pengetahuan yang rendah ini menyebabkan masyarakat mempunyai pandangan tersendiri dan berbeda terhadap penyakit diare. Hasil penelitian menunjukan bahwa mayoritas responden memiliki pengetahuan rendah sebanyak 74,1% dan pengetahuan tinggi sebanyak 25,9%. Hasil penelitian menunjukan bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan kejadian diare pada balita. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Suroto (2001) menyatakan bahwa hasil analisis bivariat ditemukan tidak ada hubungan antara informasi kesdehatan dengan kejadian diare pada anak balita. Ini membuktikan bahwa setiap keluarga perduli dengan kesehatan dan kebersihan. Penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Alamsyah (2002), bahwa ada hubungan antara pengetahuan terhadap kejadian diare, hal ini disebabkan karena dengan memiliki pengetahuan yang kurang seseorang tidaklah mampu atau memecahkan atau menuliskan dalam bentuk kata-kata ataupun maksud yang sebenarnya tentang penyakit diare, dengan demikian seseorang akan mampu melakukan sesuatu yang dianggap baik dan berguna bila memiliki pengetahuan yang cukup bahkan dengan pengetahuan pula akan membuat seseorang lebih mudah melihat cara dan kesempatan atau meningkatkan taraf hidupnya. Begitu pula dengan penelitian Kasman (2003), di Padang dengan jumlah sampel 207 batita. p 0,112 Dari hasilnya ia menyebutkan terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu (p=0,000) dengan kejadian diare pada balita. Rahman di Makasar (2012), meneliti bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu dengan kejadian diare pada pada balita. Pada pengetahuan ibu, rendahnya pengetahuan ibu mengenai hidup sehat merupakan faktor risiko yang menyebabkan penyakit diare pada bayi dan balita. Ini sesuai dengan pernyataan Notoatmodjo (2010), bahwa pengetahuan akan membuat seseorang lebih melihat cara dan kesempatan untuk meningkatkan derajat hidup. Seseorang akan mampu melakukan sesuatu yang dianggap baik bila memiliki pengetahuan cukup. Orang tua memiliki peran penting dalam kesehatan anaknya. Orang tua menentukan pilihan jumlah dan kualitas pelayanan kesehatan yang anaknya terima, makanan yang mereka makan, jumlah aktivitas fisik yang dilakukan, dukungan emosianal yang diberikan, serta kualitas lingkungan mereka sebelum dan sesudah lahir. Ibu pada umumnya menjadi pengasuh yang lebih dominan dalam kelurga terhadap anak-anaknya, seperti jumlah waktu dan frekuensi interaksi yang lebih pada anakanaknya. Adisasmito (2007), menyatakan faktor ibu merupakan salah satu faktor diare pada anak, dalam hal ini perilaku ibu yaitu pengetahuan, sikap dan tindakan atau praktek merupakan faktor resiko yang signifikan dalam menyebabkan penyakit diare pada anak. Perilaku ibu yang sehat akan menurunkan resiko diare pada balita. Kemenkes RI (2011), menyatakan pencegahan diare pada anak yang benar dan efektif dapat dilakukan dengan cara penyehatan lingkungan serta perilaku hidup sehat.penyehatan lingkungan terdiri dari penyediaan air bersih, pengelolaan sampah, dan sarana pembuangan air limbah. Perilaku sehat terdiri dari pemberian ASI, makanan pendamping ASI, menggunakan air bersih yang cukup, mencuci tangan, menggunakan jamban, dan pemberian imunisasi campak. Pengetahuan yang rendah akan berpengaruh kepada perilaku, perilaku yang tidak sehat merupakan faktor resiko penting yang

mempengaruhi kejadian diare pada balita. Pengetahuan ibu yang rendah mempunyai risiko terkena diare pada balita. Pengetahuan merupakan suatu hasil tahu atau sesuatu yang dipelajari melalui pengetahuan ini dapat berubah perilaku masyarakat dibidang kesehatan sehingga berperan dalam perubahan sikap yang pada akhirnya merupakan predisposisi bentuk perubahan (Notoatmojo, 2010). Tingkat pengetahuan keluarga berpengaruh terhadap status kesehatan anak, tingkat pengetahuan keluarga yang tinggi atau rendah sedapat mungkin melakukan upaya pencegahan gangguan kesehatan dan mewaspadai jika masalah kesehatan timbul. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau kuesioner yaitu menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari subjek penelitian atau responden. Kuesioner dalam penelitian berisi tentang PHBS terutama yang ada hubungannya dengan diare seperti memberi bayi ASI eksklusif, menimbang bayi dan balita setiap bulan, menggunakan air bersih, mencuci tangan dengan air bersih dan pakai sabun, dan menggunakan jamban sehat (Rahman, Asti, dan Hamzah, 2012). Masyarakat umumnya belum menyadari sepenuhnya tentang pentingnya pemeliharaan kesehatan melalui pencegahan, masyarakat akan memperhatikan masalah kesehatan ketika sudah dihinggapi atau menderita suatu penyakit, padahal masalah kesehatan bukan hanya terletak pada pengobatan. Pengobatan hanyalah salah satu aspek yang ditempuh untuk meningkatkan kesehatan. Masih ada aspek lainnya yang lebih penting diantaranya aspek preventif dan aspek promotif seperti yang terlah dikemukakan di atas. Responden kurang mengetahui atau kurang paham tentang masalah perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), pengetahuan PHBS sangat erat dengan masalah diare, apabila responden pengetahuan PHBS nya kurang baik, ini akan berdampak pada perilakunya sehingga balitanya akan berisiko terkena diare, namun ada juga responden yang pengetahuannya cukup tetapi perilaku yang sudah terbiasa dengan perilaku buruk yang susah diubah. Disamping itu ada asumsi responden bahwa anak-anak yang mulai tumbuh gigi dan berjalan anak akan pintar dan sehat. Kebiasaan buruk responden berkunjung ke dokter atau tenaga kesehatan lain apabila kondisi anak sudah kronis. Mengenai tanggapan responden tentang makanan dan minuman yang disajikan harus ditutup, umumnya sudah dipahami namun kurang dilaksanakan. Kondisi ini disebabkan karena faktor kebiasaan yang disebabkan kurangnya pengetahuan responden tentang akibat dan dampak yang ditimbulkan oleh kebiasaan buruk. Pengetahuan akan berdampak pada perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) terutama dalam pencegahan diare pada balitanya. PHBS adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat. PHBS di rumah tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan di masyarakat. PHBS di rumah tangga dilakukan untuk mencapai rumah tangga sehat (Depkes, 2007). KESIMPULAN Karakteristik responden di Desa Urug Kecamatan Sukajaya Kabupaten Bogor tahun 2014 menunjukan sebagian besar responden termasuk dalam kelompok dewasa awal, sedangkan pendidikan responden menunjukan sebagian besar memiliki pendidikan rendah. Hampir sebagian besar responden yang memiliki penghasilan di bawah UMR. Pengetahuan keluarga tentang perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) sebagian besar memiliki pengetahuan rendah dengan persentase 74,1%. Kejadian diare pada balita yang berkunjung ke posyandu dalam 3 bulan terakhir di Desa Urug Kecamatan Sukajaya Kabupaten Bogor tahun 2014 sebagian mengalami diare. Karakteristik responden seperti umur, pendidikan, dan pendapatan keluarga, hasil analisis menunjukan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara

karakteristik responden dengan kejadian diare pada balita di Desa Urug Kecamatan Sukajaya Kabupaten Bogor. Pengetahuan keluarga tentang perilaku hidup bersih dan sehat dalam penelitian ini menunjukan tidak ada hubungan yang bermakna dengan kejadian diare pada balita di Desa Urug Kecamatan Sukajaya Kabupaten Bogor. DAFTAR PUSTAKA Adisasmito W. 2007. Faktor Resiko Diare Pada Bayi dan Balita di Indonesia: Systematic Review Penelitian Akademik Bidang Kesehatan Masyarakat. Makara Kesehatan. Volume 11: 1-10 Alamsyah. (2002). Hubungan Perilaku Hidup Bersih dengan Kejadian Diare pada Balita di Kec. Bangkinang Barat, Kampar dan Tambang Kab. Kampar tahun 2002. Tesis. Program Studi Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia. Depkes. (2007). Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). Jakarta: Depkes Fitriyani. (2005). Hubungan Faktor-faktor Risiko dengan Kejadian Diare pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Boom Baru Palembang tahun 2005. Skripsi Sarjana. Jurusan Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia. Hamzah. (2012). Hubungan perilaku hidup bersih dan sehat dengan kejadian diare pada balita di kecamatan belawa kabupaten wajo Tahun 2012. Makasar: UNHAS Fakultas Kesehatan Masyarakat. Ibrahim. (2003). Hubungan Kondisi Sarana Air Bersih, Pembuangan Limbah dan Karakteristik Individu dengan Kejadian Diare Balita di Kota Solok, Sumatera Barat tahun 2003. Tesis. Program Studi Epidemiologi Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia. Johar. (2004). Hubungan Jenis Sarana Sumber Air Penduduk dengan Kejadian Diare pada Balita di Sekitar TPA Sampah Kec. Bantar Gebang Kota Bekasi tahun 2004. Skripsi Sarjana. Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia. Kasman. 2003. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diare pada balita di Puskesmas Air Dingin Kecamatan Kotot Tangah Kota Padang. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Sumatra Barat Kemenkes. (2013). Profil Kesehatan Indonesia 2012. Jakarta: Kemenkes. (2011). Situasi Diare di Indonesia. Jakarta: Kemenkes Khosman. (2004). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kejadian Diare pada Balita. Buletin Penelitian Kesehatan. Diaskes dari http://eprints.undip.ac.id pada tanggal tanggal 13 maret 2014. Notoatmojo. (2010). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Profil Desa. (2014). Laporan Bulanan. Bogor: Desa Urug Puskes. (2012). Laporan Tahunan Puskesmas Kiarapandak Kecamatan Sukajaya Kabupaten Bogor. Dinkes: Bogor Potter, P.A & Perry, A.G. ( 2005 ). Fundamental keperawatan Edisi 4 volume 1 ( Alih Bahasa: Yasmin, dkk ). Jakarta: EGC. Rahma Ayu Pebriani, Surya Dharma, Evi Naria. (2012). Faktor - Faktor yang berhubungan dengan genggunaan jamban keluarga dan kejadian diare di Desa Tualang Sembilar Kecamatan Bambel Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2012. Sumatra Utara: Universitas Sumatra Utara Fakultas Kesehatan Masyarakat Rahman, Hadi Amin. (2012). Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian diare pada Batita di wilayah kerja Puskesmas Baranglompo Kecamatan Ujung Tanah tahun 2012. Makasar: UNHAS Fakultas Kesehatan Masyarakat. Sinthamurniwaty. (2006). Faktor-faktor risiko kejadia diare akut pada balita. Semarang: Universitas Diponegoro Fakultas Ilmu Keperawatan.

Yanti, E. 2001. Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian diare pada balita di Kecamatan Padang Bolak Julu Kabupaten Tapanuli Selatan. Fakultas Kesehatan Masyarakat Sumatera Utara, Medan. Giyantini, Trisiana. (2000). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Diare pada Balita di Kecamatan. Duren Sawit Jakarta Timur. Tesis Program Studi Epidemiologi (FETP), Program pasca sarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat UI, depok. UNICEF. (2009). Diarhoea: Why children still dying and what can be done. Diunduh tanggal 04 Desember 20013 dari http://www.google.co.id.