III. METODOLOGIPENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini telah dilakukan tepatnya pada Agustus 2008, namun penyusunan laporan kembali dilakukan pada bulan Agustus hingga September 2009. Pengamatan lapangan dilakukan di sepanjang garis pantai Pulau Rangsang Kabupaten Kepulauan Meranti, Provinsi Riau. Peta lokasi penelitian dapat dilihat pada Lampiran 1. 3.2. Bahan dan Alat Untuk menjawab tujuan penelitian maka dibutuhkan data yang mampu merekam kejadian dengan serf waktu yang konsisten. Untuk itu diperlukan data yang direkam oleh satelit. Citra satelit yang digunakan adalah Landsat 5 TM tahun 1992 dan Landsat 7 ETM+ tahun 2002, path/row 126/59 dan memiliki sistem proyeksi NUTM zona 48. Secara spesiflk dalam pengolahan data tidak ada yang berbeda dari kedua data tersebut. Hanya pada Landsat 7 ETM+ memiliki tambahan data pankromatik dengan resolusi spasial 15 meter dan pemisahan panjang gelombang panas pada dua interval panjang gelombang. Sedangkan untuk karakteristik lainnya sama. Disamping itu juga digunakan data spasial lainnya berupa peta dijital Rupa Bumi Indonesia (RBI) Pulau Ransang skala 1:50.000. yang terdiri dari 6 lembar, Terdiri dari lembar 091712, 091722; 09173, 091653, 091654 dan091663. Peta digital RBI terdiri dari; jalan, garis pantai, sungai, kontur, bangunan dan pemukiman. Diperoleh dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bengkalis, dalam format ESRI Shapefile (.shp). Sementara data lainnya berupa berupa gambar, tekstual, grafik dan bentuk lainnya diperoleh secara langsung ataupun tidak langsung, baik dari hasil pengamatan lapangan maupun dari institusi dan instansi terkait dengan penelitian ini.
12 Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari, Prangkat pengolah data berupa seperangkat komputer personal dengan spesiflkasi: prosesor Intel Core 2 Duo Extrem E6300 MHz, RAM 2 GB, media penyimpanan 500 GB, VGA Card 512 MB. Perangkat perekam posisi GPS (Global Positioning System) Garmin 76 CSx, perekam gambar, NIKON D60 serta peralatan tulis, mistar gulung 50 meter untuk pengamatan kondisi lapangn. 3.3. Metode Penelitiaan Dalam proses pengerjaan penelitian, dilalui dua tahapan yaitu: pengolahan data spasial berupa pengolahan citra satelit. Hasil pengolahan tersebut digunakan untuk melakukan pengamatan lapangan serta validasi dan verifikasi citra satelit. Adapun tahapannya sebagai berikut. Pengamatan perubahan garis pantai dengan menggunakan citra satelit melalui tahapan sebagai berikut: 3.3.1. Pengolahan Data Spasial 1. Pra Pengolahan Data Pra pengolahan citra dilakukan untuk mendapatkan citra dengan koordinat dalam suatu sistem koordinat tertentu. Tahapan ini terdiri dari beberapa proses antara lain pemotongan citra awal, koreksi geometrik, cek akurasi koreksi geometrik, pemotongan citra berdasarkan area studi, serta menghilangkan awan dan bayangan awan. 2. Koreksi Geometrik Koreksi geometrik dilakukan untuk memperbaiki dan menyesuaikan efek rotasi bumi pada sumbunya selama pengambilan citra dan untuk meregistrasi citra tersebut pada sistem koordinat yang sudah diketahui, dalam penelitian ini sistem koordinat yang digunakan adalah Universal Transverse Mercator (UTM). Dalam koreksi geometrik terdiri dari beberapa tahapan, yaitu penentuan titik- titik kontrol,
13 tranformasi dan konversi koordinat citra, serta interpolasi perhitungan ulang nilai digital dalam citra hasil transformasi. Tahap pertama adalah menentukan titik- titik kontrol yang mudah ditemukan pada citra dan koordinat UTM yang sudah diketahui. Dalam penelitian ini, koordinat UTM diperoleh dari peta topografi dalam format digital yaitu peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) skala 1 : 50.000. Datum yang digunakan adalah World Geodetic System 1984 (WGS 84), dengan sistem proyeksi Transverse Mercator (UTM) bagian selatan zone 48. Titik GCP (Ground Control Point) ditentukan dengan acuan titiktitik tersebut tersebar merata pada area yang tercakup dalam citra yang akan dikoreksi sehingga citra yang diperoleh memiliki kekuatan geometrik yang sama di setiap area pada citra. Tahap selanjutnya setelah titik kontrol diidentifikasi, dilakukan tranformasi yang akan mengkonversi koordinat citra menjadi UTM. Dalam penelitian ini, digunakan transformasi polinomial orde satu. Tahap terakhir adalah menghitung ulang nilai digital untuk piksel dalam citra hasil transformasi (output) berdasarkan nilai pixel dalam citra sebelum transformasi (input). Resolusi spasial dari citra tersebut bisa dimodifikasi dalam proses ini Dalam peneltian ini, digunakan interpolasi nearest neighbour. Metode ini memberikan nilai kecerahan dari pixel terdekat dalam citra input ke pixel dalam citra output. 3. Pemisahan Awan dan Bayangan Awan Sebelum melakukan pengolahan data untuk citra scene 122/065, awan dan bayangan awan harus dihilangkan terlebih dulu. Hal ini dilakukan dengan menjadikan nilainya null. 3. Deteksi Perubahan Garis Pantai Untuk mendeteksi garis perubahan garis pantai digunakan teknik RedGreen Method. Teknik ini menggabungkan dua layer yang terdiri dari layer merah dan hijau. Layer-layer tersebut berisikan data yang sama untuk tahun yang berbeda. Pada layer merah (red) menampung data tahun 1992 dan layer hijau (green) menampung data tahun 2002. Hasil pencampuran warna (aditif), merah dan kuning
14 mengindikasian perubahan. Data yang cenderung merah dan merah mengindikasikan perubahan obyek atau fenomena yang bertambah, misainya pada suatu tempat pada tahun 1992 obyeknya adalah lahan terbuka, kemudian pada tahun 2002 lahan terbuka tersebuh telah ditumbuhi mangrove maka perubahan tersebut diindikasikan oleh warna merah atau cenderung merah. Warna hijau cenderung hijau mengindikasikan obyek atau fenomera yang berkurang, misainya pada suatu lokasi pada tahun 1992 obyeknya adalah mangrove dan pada tahun 2002 obyek mangrove tersebut telah berubah menjadi lahan terbuka. Sedangkan obyek-obyek yang cenderung kuning dan kuning mengindikasikan obyek yang cenderung tetap atau tidak berubah. Layer red dan green pada RedGreen method diisikan band 4 dengan tahun yang berbeda, band tersebut memiliki kepekaan untuk membedakan air dan non air dan biasa digunakan dalam proses masking layer daratan dan perairan. 3.3.2. Pengamatan Lapangan Untuk mengamati kondisi dan verifikasi data citra satelit di lapangan dilakukan dengan metode Survei Cepat Terintegrasi Wilayah Pesisir (Rapid Integrated Survey for Coastal Area), yaitu suatu metode untuk inventarisasi sumberdaya alam wilayah kepesisiran yang dapat dilakukan secara cepat (rapid) dan tepat (accurate), bersifat menyeluruh (universal), dapat diterapkan kapan saja (multitemporal) di semua tipe wilayah kepesisiran (multi coastal area). Metode ini mengintegrasikan banyak aspek (multiaspect) dan antar disiplin ilmu (multidiciplinary), dan hasilnya dapat digunakan oleh semua pengguna data (multisectoral) sebagai dasar perumusan potensi dan masalah dalam rangka pengelolaan wilayah kepesisiran (problem solving oriented) (Gunawan, et al., 2005). Prinsip dasar survei cepat terintegrasi menggunakan prinsip model triangulasi (Triangulation Model), yaitu model survei yang memadukan tiga teknik survei dalam
15 satu kesatuan yang tak terpisahkan antara data dan informasi lapangan dan interview semi terstruktur, yang dijalin oleh diskusi yang intensif. Adapun prinsip-prinsip dasar tersebut adalah sebagai berikut: 1. Inventaris data dan informasi sekunder Dokumen/data non-spasial, berupa laporan penelitian dan hasil kajian terdahulu, yang resmi maupun tidak resmi mengenai sumberdaya alam wilayah kepesisiran, baik dalam aspek abiotik, biotik maupun kultural. Termasuk dalam hal ini adalah buku-buku, artikel, jurnal dan publikasi ilmiah yang dikeluarkan oleh instansi resmi, baik pemerintah maupun swasta. Dokumen spasial, merupakan sumber data yang memberikan informasi jenis dan sebaran parameter-parameter tertentu yang berkaitan dengan sumberdaya alam dalam kerangka ruang. Termasuk dalam kategori ini adalah : peta-peta, foto udara, citra satelit dan Iain-lain. Dokumen lainnya, yang tidak termasuk dalam dua kategori di atas, antara lain : video, slide, dan dokumentasi audio-visual lainnya. 2. Observasi Lapangan Observasi lapangan dilakukan untuk memperoleh data primer yang langsung bersumber dari kajian objek, yang lebih diarahkan untuk melakukan pengecekan akurasi data sesuai kondisi lapangan, up-dating data dan informasi, serta melengkapi kekurangan. Cara-cara yang dapat dilakukan adalah pengamatan dan pengukuran langsung dan interpretasi data sekunder (peta, foto udara, citra, model). Instrumen utama yang dipakai dalam survei cepat adalah checklist faktor-faktor yang berpengaruh terhadap abrasi. 3. Wawancara semi terstruktur Berfungsi untuk menggantikan angket-angket survei yang terstruktur dengan penekanan pada pendalaman informasi dan lokasi terjadinya abrasi. Yang
16 diwawancarai umumnya adalah tokoh kunci (penduduk asli), atau kelompok terpilih (terfokus, misal nelayan), kombinasi berbagai kelompok. 4. Diskusi Diskusi dapat dilakukan secara internal tim dan eksternal, yang berupaya untuk mencari kesepahaman, keseragaman, dan keterpaduan, keterbukaan, dan sinkronisasi, sehingga dapat dihasilkan model pengelolaan yang terpadu. Komponen-komponen lingkungan yang akan disurvei dengan metode survei cepat terintegrasi adalah sebagai berikut. 1. Survei Komponen Abiotik Komponen ini dibagi dalam 4 (empat) komponen utama, yaitu geomorfologi pesisir, tanah dan penggunaan lahan, oseanografi dan hidrologi. Indikator untuk komponen abiotik dapat diperoleh melalui : pengukuran dan pengamatan langsung di lapangan terhadap pantai yang terabrasi, maupun berdasar data sekunder dan/atau wawancara semi tersetruktur. 2. Survei Komponen Biotik Komponen biotik menunjukkan kekayaan sumberdaya hayati (keanekaragaman) wilayah kepesisiran, yang meliputi aspek flora dan fauna yang dapat diperoleh dari data sekunder dan pengolahan data spasial. 3. Survei Komponen Kultural Kajian terhadap indikator ini diarahkan untuk memberikan gambaran profil tentang kondisi sosial ekonomi masyarakat, sehingga dapat teridentiflkasi potensi dan permasalahannya. Komponen aspek sosekbud dapat dikelompokkan menjadi 8 (delapan) indikator, yaitu letak atau lokasi geografis, penggunaan lahan, demografi
17 atau kependudukan, aspek sosial ekonomi dan budaya, struktur masyarakat, produksi, infrastruktur, kelembagaan, dan peraturan perundang-undangan. 3.4. Analisa Data Data hasil interpetasi citra dan hasil verifikasinya di lapangan serta hasil pengamatan lapangan dan data dari institusi serta instansi lainnya, kemudian dipilah dan dipilih sesuai dengan kebutuhan analisa data. Selanjutnya ditabulasikan dan kemudian dibahasakan dan dianalisa secara deskriptif sesuai dengan kaidah penulisan ilmiah yang berlaku.