III. METODOLOGIPENELITIAN Waktu dan Tempat. Penelitian ini telah dilakukan tepatnya pada Agustus 2008, namun penyusunan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. berlokasi di kawasan Taman Nasional Way Kambas. Taman Nasional Way

BAB III PENGOLAHAN DATA ALOS PRISM

III. METODE PENELITIAN

METODOLOGI. Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI. Gambar 2. Peta Orientasi Wilayah Penelitian. Kota Yogyakarta. Kota Medan. Kota Banjarmasin

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (Tahura

IV. METODOLOGI 4.1. Waktu dan Lokasi

5. PEMBAHASAN 5.1 Koreksi Radiometrik

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode Penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid

III. METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 hingga Maret 2014.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

menunjukkan nilai keakuratan yang cukup baik karena nilai tersebut lebih kecil dari limit maksimum kesalahan rata-rata yaitu 0,5 piksel.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III PENGOLAHAN DATA. Pada bab ini akan dibahas tentang aplikasi dan pelaksanaan penelitian yang dilakukan dalam tugas akhir ini.

III. METODE PENELITIAN. Tampak pada bulan Januari September Resort Pugung Tampak memiliki luas

III. METODE PENELITIAN

BAB IV ANALISIS 4.1 Analisis Terhadap Citra Satelit yang digunakan 4.2 Analisis Terhadap Peta Rupabumi yang digunakan

LAPORAN PRAKTIKUM MATA KULIAH PENGOLAHAN CITRA DIGITAL

BAB III METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE

PENGUKURAN GROUND CONTROL POINT UNTUK CITRA SATELIT CITRA SATELIT RESOLUSI TINGGI DENGAN METODE GPS PPP

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE

3 METODE. Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB 4. METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI 3.1 Waktu Penelitian 3.2 Lokasi Penelitian

Perumusan Masalah Bagaimana kondisi perubahan tutupan lahan yang terjadi di daerah aliran sungai Ciliwung dengan cara membandingkan citra satelit

Gambar 7. Lokasi Penelitian

SISTEM INFORMASI SUMBER DAYA LAHAN

Bab I Pendahuluan I.1. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

Orientasi adalah usaha peninjauan untuk menentukan sikap (arah, tempat, dan sebagainya) yang tepat dan benar (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1989).

BAB III METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pembuatan Tampilan 3D DEM SRTM

Deteksi Perubahan Garis Pantai Pulau Gili Ketapang Kabupaten Probolinggo

III. METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODA. Gambar 3.1 Intensitas total yang diterima sensor radar (dimodifikasi dari GlobeSAR, 2002)

III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

III. METODOLOGI. Gambar 1. Peta Administrasi Kota Palembang.

3. METODE PENELITIAN. 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2000 TENTANG TINGKAT KETELITIAN PETA UNTUK PENATAAN RUANG WILAYAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Evaluasi Kesesuaian Tutupan Lahan Menggunakan Citra ALOS AVNIR-2 Tahun 2009 Dengan Peta RTRW Kabupaten Sidoarjo Tahun 2007

TUGAS AKHIR JURUSAN TEKNIK GEOMATIKA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUIH NOPEMBER SURABAYA

Pemetaan Perubahan Garis Pantai Menggunakan Citra Penginderaan Jauh di Pulau Batam

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

III METODE PENELITIAN

BAB 3. PENDEKATAN DAN METODOLOGI

BAB III METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

3. BAHAN DAN METODE. Penelitian yang meliputi pengolahan data citra dilakukan pada bulan Mei

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISA TUTUPAN LAHAN TERHADAP RENCANA INVESTASI DI KECAMATAN LABANG, KABUPATEN BANGKALAN PASCA SURAMADU DENGAN CITRA SPOT-5

Analisis Ketelitian Geometric Citra Pleiades 1A untuk Pembuatan Peta Dasar Lahan Pertanian (Studi Kasus: Kecamatan Socah, Kabupaten Bangkalan)

ACARA IV KOREKSI GEOMETRIK

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III PEMBAHASAN. 3.1 Data. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa :

BAB III BAHAN DAN METODE

KOREKSI GEOMETRIK. Tujuan :

Bab I Pendahuluan I.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

Sistem Informasi Geografis (SIG) Geographic Information System (SIG)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kawasan pesisir sangat luas,

Analisa Kondisi Ekosistem Mangrove Menggunakan Data Citra Satelit Multitemporal dan Multilevel (Studi Kasus: Pesisir Utara Surabaya)

ANALISA PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN WILAYAH SURABAYA BARAT MENGGUNAKAN CITRA SATELIT QUICKBIRD TAHUN 2003 DAN 2009

Mekanisme Persetujuan Peta untuk RDTR. Isfandiar M. Baihaqi Diastarini Pusat Pemetaan Tata Ruang dan Atlas Badan Informasi Geospasial

BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN

1.2 Tujuan. 1.3 Metodologi

BAHAN DAN METODE. Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian

III. BAHAN DAN METODE

PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR PENGELOLAAN DATA DAN INFORMASI GEOSPASIAL INFRASTRUKTUR

Oleh: Irwandy Syofyan, Rommie Jhonerie, Yusni Ikhwan Siregar ABSTRAK

METODE PENELITIAN. Badan Pusat Statistik Kabupaten Bengkalis

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

STUDI TENTANG IDENTIFIKASI LONGSOR DENGAN MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT DAN ASTER (STUDI KASUS : KABUPATEN JEMBER)

Indeks Vegetasi Bentuk komputasi nilai-nilai indeks vegetasi matematis dapat dinyatakan sebagai berikut :

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

Aninda Nurry M.F., Ira Mutiara Anjasmara Jurusan Teknik Geomatika FTSP-ITS, Kampus ITS Sukolilo, Surabaya,

MATERI DAN METODE. Prosedur

BAB IV PENGOLAHAN DATA

Analisis Ketelitian Geometric Citra Pleiades 1B untuk Pembuatan Peta Desa (Studi Kasus: Kelurahan Wonorejo, Surabaya)

REGISTRASI PETA TUTORIAL I. Subjek Matter: 1.1 GEOFERENSING 1.2 COORDINAT GEOMETRIK (COGO)

III METODOLOGI. Gambar 2. Peta lokasi penelitian.

Karena tidak pernah ada proyek yang dimulai tanpa terlebih dahulu menanyakan: DIMANA?

BAB III BAHAN DAN METODE

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

STUDI PERUBAHAN GARIS PANTAI DI TELUK BANTEN MENGGUNAKAN CITRA SATELIT LANDSAT MULTITEMPORAL

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.59/Menhut-II/2013 TENTANG TATA CARA PENETAPAN BATAS DAERAH ALIRAN SUNGAI

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN: ( Print) A-572

PENGGUNAAN CITRA SATELIT RESOLUSI TINGGI UNTUK PEMBUATAN PETA DASAR SKALA 1:5.000 KECAMATAN NGADIROJO, KABUPATEN PACITAN

III. BAHAN DAN METODE

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

Transkripsi:

III. METODOLOGIPENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini telah dilakukan tepatnya pada Agustus 2008, namun penyusunan laporan kembali dilakukan pada bulan Agustus hingga September 2009. Pengamatan lapangan dilakukan di sepanjang garis pantai Pulau Rangsang Kabupaten Kepulauan Meranti, Provinsi Riau. Peta lokasi penelitian dapat dilihat pada Lampiran 1. 3.2. Bahan dan Alat Untuk menjawab tujuan penelitian maka dibutuhkan data yang mampu merekam kejadian dengan serf waktu yang konsisten. Untuk itu diperlukan data yang direkam oleh satelit. Citra satelit yang digunakan adalah Landsat 5 TM tahun 1992 dan Landsat 7 ETM+ tahun 2002, path/row 126/59 dan memiliki sistem proyeksi NUTM zona 48. Secara spesiflk dalam pengolahan data tidak ada yang berbeda dari kedua data tersebut. Hanya pada Landsat 7 ETM+ memiliki tambahan data pankromatik dengan resolusi spasial 15 meter dan pemisahan panjang gelombang panas pada dua interval panjang gelombang. Sedangkan untuk karakteristik lainnya sama. Disamping itu juga digunakan data spasial lainnya berupa peta dijital Rupa Bumi Indonesia (RBI) Pulau Ransang skala 1:50.000. yang terdiri dari 6 lembar, Terdiri dari lembar 091712, 091722; 09173, 091653, 091654 dan091663. Peta digital RBI terdiri dari; jalan, garis pantai, sungai, kontur, bangunan dan pemukiman. Diperoleh dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bengkalis, dalam format ESRI Shapefile (.shp). Sementara data lainnya berupa berupa gambar, tekstual, grafik dan bentuk lainnya diperoleh secara langsung ataupun tidak langsung, baik dari hasil pengamatan lapangan maupun dari institusi dan instansi terkait dengan penelitian ini.

12 Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari, Prangkat pengolah data berupa seperangkat komputer personal dengan spesiflkasi: prosesor Intel Core 2 Duo Extrem E6300 MHz, RAM 2 GB, media penyimpanan 500 GB, VGA Card 512 MB. Perangkat perekam posisi GPS (Global Positioning System) Garmin 76 CSx, perekam gambar, NIKON D60 serta peralatan tulis, mistar gulung 50 meter untuk pengamatan kondisi lapangn. 3.3. Metode Penelitiaan Dalam proses pengerjaan penelitian, dilalui dua tahapan yaitu: pengolahan data spasial berupa pengolahan citra satelit. Hasil pengolahan tersebut digunakan untuk melakukan pengamatan lapangan serta validasi dan verifikasi citra satelit. Adapun tahapannya sebagai berikut. Pengamatan perubahan garis pantai dengan menggunakan citra satelit melalui tahapan sebagai berikut: 3.3.1. Pengolahan Data Spasial 1. Pra Pengolahan Data Pra pengolahan citra dilakukan untuk mendapatkan citra dengan koordinat dalam suatu sistem koordinat tertentu. Tahapan ini terdiri dari beberapa proses antara lain pemotongan citra awal, koreksi geometrik, cek akurasi koreksi geometrik, pemotongan citra berdasarkan area studi, serta menghilangkan awan dan bayangan awan. 2. Koreksi Geometrik Koreksi geometrik dilakukan untuk memperbaiki dan menyesuaikan efek rotasi bumi pada sumbunya selama pengambilan citra dan untuk meregistrasi citra tersebut pada sistem koordinat yang sudah diketahui, dalam penelitian ini sistem koordinat yang digunakan adalah Universal Transverse Mercator (UTM). Dalam koreksi geometrik terdiri dari beberapa tahapan, yaitu penentuan titik- titik kontrol,

13 tranformasi dan konversi koordinat citra, serta interpolasi perhitungan ulang nilai digital dalam citra hasil transformasi. Tahap pertama adalah menentukan titik- titik kontrol yang mudah ditemukan pada citra dan koordinat UTM yang sudah diketahui. Dalam penelitian ini, koordinat UTM diperoleh dari peta topografi dalam format digital yaitu peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) skala 1 : 50.000. Datum yang digunakan adalah World Geodetic System 1984 (WGS 84), dengan sistem proyeksi Transverse Mercator (UTM) bagian selatan zone 48. Titik GCP (Ground Control Point) ditentukan dengan acuan titiktitik tersebut tersebar merata pada area yang tercakup dalam citra yang akan dikoreksi sehingga citra yang diperoleh memiliki kekuatan geometrik yang sama di setiap area pada citra. Tahap selanjutnya setelah titik kontrol diidentifikasi, dilakukan tranformasi yang akan mengkonversi koordinat citra menjadi UTM. Dalam penelitian ini, digunakan transformasi polinomial orde satu. Tahap terakhir adalah menghitung ulang nilai digital untuk piksel dalam citra hasil transformasi (output) berdasarkan nilai pixel dalam citra sebelum transformasi (input). Resolusi spasial dari citra tersebut bisa dimodifikasi dalam proses ini Dalam peneltian ini, digunakan interpolasi nearest neighbour. Metode ini memberikan nilai kecerahan dari pixel terdekat dalam citra input ke pixel dalam citra output. 3. Pemisahan Awan dan Bayangan Awan Sebelum melakukan pengolahan data untuk citra scene 122/065, awan dan bayangan awan harus dihilangkan terlebih dulu. Hal ini dilakukan dengan menjadikan nilainya null. 3. Deteksi Perubahan Garis Pantai Untuk mendeteksi garis perubahan garis pantai digunakan teknik RedGreen Method. Teknik ini menggabungkan dua layer yang terdiri dari layer merah dan hijau. Layer-layer tersebut berisikan data yang sama untuk tahun yang berbeda. Pada layer merah (red) menampung data tahun 1992 dan layer hijau (green) menampung data tahun 2002. Hasil pencampuran warna (aditif), merah dan kuning

14 mengindikasian perubahan. Data yang cenderung merah dan merah mengindikasikan perubahan obyek atau fenomena yang bertambah, misainya pada suatu tempat pada tahun 1992 obyeknya adalah lahan terbuka, kemudian pada tahun 2002 lahan terbuka tersebuh telah ditumbuhi mangrove maka perubahan tersebut diindikasikan oleh warna merah atau cenderung merah. Warna hijau cenderung hijau mengindikasikan obyek atau fenomera yang berkurang, misainya pada suatu lokasi pada tahun 1992 obyeknya adalah mangrove dan pada tahun 2002 obyek mangrove tersebut telah berubah menjadi lahan terbuka. Sedangkan obyek-obyek yang cenderung kuning dan kuning mengindikasikan obyek yang cenderung tetap atau tidak berubah. Layer red dan green pada RedGreen method diisikan band 4 dengan tahun yang berbeda, band tersebut memiliki kepekaan untuk membedakan air dan non air dan biasa digunakan dalam proses masking layer daratan dan perairan. 3.3.2. Pengamatan Lapangan Untuk mengamati kondisi dan verifikasi data citra satelit di lapangan dilakukan dengan metode Survei Cepat Terintegrasi Wilayah Pesisir (Rapid Integrated Survey for Coastal Area), yaitu suatu metode untuk inventarisasi sumberdaya alam wilayah kepesisiran yang dapat dilakukan secara cepat (rapid) dan tepat (accurate), bersifat menyeluruh (universal), dapat diterapkan kapan saja (multitemporal) di semua tipe wilayah kepesisiran (multi coastal area). Metode ini mengintegrasikan banyak aspek (multiaspect) dan antar disiplin ilmu (multidiciplinary), dan hasilnya dapat digunakan oleh semua pengguna data (multisectoral) sebagai dasar perumusan potensi dan masalah dalam rangka pengelolaan wilayah kepesisiran (problem solving oriented) (Gunawan, et al., 2005). Prinsip dasar survei cepat terintegrasi menggunakan prinsip model triangulasi (Triangulation Model), yaitu model survei yang memadukan tiga teknik survei dalam

15 satu kesatuan yang tak terpisahkan antara data dan informasi lapangan dan interview semi terstruktur, yang dijalin oleh diskusi yang intensif. Adapun prinsip-prinsip dasar tersebut adalah sebagai berikut: 1. Inventaris data dan informasi sekunder Dokumen/data non-spasial, berupa laporan penelitian dan hasil kajian terdahulu, yang resmi maupun tidak resmi mengenai sumberdaya alam wilayah kepesisiran, baik dalam aspek abiotik, biotik maupun kultural. Termasuk dalam hal ini adalah buku-buku, artikel, jurnal dan publikasi ilmiah yang dikeluarkan oleh instansi resmi, baik pemerintah maupun swasta. Dokumen spasial, merupakan sumber data yang memberikan informasi jenis dan sebaran parameter-parameter tertentu yang berkaitan dengan sumberdaya alam dalam kerangka ruang. Termasuk dalam kategori ini adalah : peta-peta, foto udara, citra satelit dan Iain-lain. Dokumen lainnya, yang tidak termasuk dalam dua kategori di atas, antara lain : video, slide, dan dokumentasi audio-visual lainnya. 2. Observasi Lapangan Observasi lapangan dilakukan untuk memperoleh data primer yang langsung bersumber dari kajian objek, yang lebih diarahkan untuk melakukan pengecekan akurasi data sesuai kondisi lapangan, up-dating data dan informasi, serta melengkapi kekurangan. Cara-cara yang dapat dilakukan adalah pengamatan dan pengukuran langsung dan interpretasi data sekunder (peta, foto udara, citra, model). Instrumen utama yang dipakai dalam survei cepat adalah checklist faktor-faktor yang berpengaruh terhadap abrasi. 3. Wawancara semi terstruktur Berfungsi untuk menggantikan angket-angket survei yang terstruktur dengan penekanan pada pendalaman informasi dan lokasi terjadinya abrasi. Yang

16 diwawancarai umumnya adalah tokoh kunci (penduduk asli), atau kelompok terpilih (terfokus, misal nelayan), kombinasi berbagai kelompok. 4. Diskusi Diskusi dapat dilakukan secara internal tim dan eksternal, yang berupaya untuk mencari kesepahaman, keseragaman, dan keterpaduan, keterbukaan, dan sinkronisasi, sehingga dapat dihasilkan model pengelolaan yang terpadu. Komponen-komponen lingkungan yang akan disurvei dengan metode survei cepat terintegrasi adalah sebagai berikut. 1. Survei Komponen Abiotik Komponen ini dibagi dalam 4 (empat) komponen utama, yaitu geomorfologi pesisir, tanah dan penggunaan lahan, oseanografi dan hidrologi. Indikator untuk komponen abiotik dapat diperoleh melalui : pengukuran dan pengamatan langsung di lapangan terhadap pantai yang terabrasi, maupun berdasar data sekunder dan/atau wawancara semi tersetruktur. 2. Survei Komponen Biotik Komponen biotik menunjukkan kekayaan sumberdaya hayati (keanekaragaman) wilayah kepesisiran, yang meliputi aspek flora dan fauna yang dapat diperoleh dari data sekunder dan pengolahan data spasial. 3. Survei Komponen Kultural Kajian terhadap indikator ini diarahkan untuk memberikan gambaran profil tentang kondisi sosial ekonomi masyarakat, sehingga dapat teridentiflkasi potensi dan permasalahannya. Komponen aspek sosekbud dapat dikelompokkan menjadi 8 (delapan) indikator, yaitu letak atau lokasi geografis, penggunaan lahan, demografi

17 atau kependudukan, aspek sosial ekonomi dan budaya, struktur masyarakat, produksi, infrastruktur, kelembagaan, dan peraturan perundang-undangan. 3.4. Analisa Data Data hasil interpetasi citra dan hasil verifikasinya di lapangan serta hasil pengamatan lapangan dan data dari institusi serta instansi lainnya, kemudian dipilah dan dipilih sesuai dengan kebutuhan analisa data. Selanjutnya ditabulasikan dan kemudian dibahasakan dan dianalisa secara deskriptif sesuai dengan kaidah penulisan ilmiah yang berlaku.