BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai ajarannya. Ajaran serta aturan-aturan yang telah di atur dalam Islam

dokumen-dokumen yang mirip
STUDI KOMPARATIF PENDAPAT ULAMA TENTANG KADAR SUSUAN YANG MENGHARAMKAN SUATU IKATAN PERNIKAHAN

BAB I PENDAHULUAN. mensyariatkan perkawinan sebagai realisasi kemaslahatan primer, yaitu

TINJAUAN MAQASHID AL-SYARI AH SEBAGAI HIKMAH AL-TASYRI TERHADAP HUKUM WALI DALAM PERNIKAHAN

SIAPAKAH MAHRAMMU? 1

BAB I PENDAHULUAN. kalangan manusia, tetapi juga terjadi pada tumbuhan maupun hewan. Perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan memerlukan kematangan dan persiapan fisik dan mental karena

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PERKAWINAN. perkawinan, tujuan hak dan kewajiban dalam perkawinan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, baik bagi

BAB I PENDAHULUAN. yang wajar dan dalam ajaran nabi, pernikahan ditradisikan menjadi sunnah beliau. dan Anas melihatnya, dan beliau bersabda:

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agama

BAB IV ANALISIS TERHADAP PELAKSANAAN PERNIKAHAN WANITA HAMIL DI LUAR NIKAH DI KUA KECAMATAN CERME KABUPATEN GRESIK

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG PENARIKAN KEMBALI HIBAH OLEH AHLI WARIS DI DESA SUMOKEMBANGSRI KECAMATAN BALONGBENDO KABUPATEN SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. suatu keluarga melalui sebuah pernikahan, dari sebuah pernikahan inilah

BAB I PENDAHULUAN. ajaran yang sangat sempurna dan memuat berbagai aspek-aspek kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Perjanjian dalam Islam menjadi hal yang harus dipatuhi, hal ini

H.M.A Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat Kajian Fikih Nikah Lengkap (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h.6

BAB III TINJAUAN TEORITIS TENTANG ISBAT NIKAH. Mengisbatkan artinya menyungguhkan, menentukan, menetapkan

BAB I PENDAHULUAN. menginginkan bahagia dan berusaha agar kebahagiaan itu tetap menjadi

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupannya. Apabila ada peristiwa meninggalnya seseorang yang

BAB I PENDAHULUAN. wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELARANGAN NIKAH DIKALANGAN KIAI DENGAN MASYARAKAT BIASA DI DESA BRAGUNG KECAMATAN GULUK-GULUK KABUPATEN SUMENEP

Siapakah Mahrammu? Al-Ustadz Abu Muhammad Dzulqarnain

Prosiding Peradilan Agama ISSN:

BAB IV NASAB DAN PERWALIAN ANAK HASIL HUBUNGAN SEKSUAL SEDARAH (INCEST) DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI BARANG SERVIS DI TOKO CAHAYA ELECTRO PASAR GEDONGAN WARU SIDOARJO

BAB III Rukun dan Syarat Perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. berpasang-pasangan termasuk di dalamnya mengenai kehidupan manusia, yaitu telah

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan ini. Salah satu jalan dalam mengarungi kehidupan adalah dengan

BAB I PENDAHULUAN. jalan pernikahan. Sebagai umat Islam pernikahan adalah syariat Islam yang harus

BAB I PENDAHULUAN. bermakna perbuatan ibadah kepada Allah SWT, dan mengikuti Sunnah. mengikuti ketentuan-ketentuan hukum di dalam syariat Islam.

BAB IV ANALISIS URF TERHADAP PEMBERIAN RUMAH KEPADA ANAK PEREMPUAN YANG AKAN MENIKAH DI DESA AENG PANAS KECAMATAN PRAGAAN KABUPATEN SUMENEP

STUDI KOMPARASI TENTANG PENARIKAN HIBAH DALAM PASAL 212 KHI DAN PASAL 1688 KUH PERDATA

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama yang lengkap dan bersifat universal, berisikan ajaran-ajaran

BAB IV ANALISIS YURUDIS TERHADAP KEBIJAKAN KEPALA DESA YANG MENAMBAH USIA NIKAH BAGI CALON SUAMI ISTRI YANG BELUM

segera melaksanakannya. Karena perkawinan dapat mengurangi kemaksiatan, baik

BAB IV. PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PUTUSAN NOMOR 732/Pdt.G/2008/PA.Mks DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

Perzinahan dan Hukumnya SEPUTAR MASALAH PERZINAHAN DAN AKIBAT HUKUMNYA

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan dalam Islam merupakan anjuran bagi kaum muslimin. Dalam undang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. menghimpit, menindih atau berkumpul, sedangkan arti kiasanya ialah watha

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN WASIAT DENGAN KADAR LEBIH DARI 1/3 HARTA WARISAN KEPADA ANAK ANGKAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia diciptakan Allah SWT yang pada hakikatnya sebagai makhluk

BAB IV ANALISIS TERHADAP TAFSIR TAFSIR FIDZILAL ALQURAN DAN TAFSIR AL-AZHAR TENTANG SAUDARA SEPERSUSUAN

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP LARANGAN PERKAWINAN JILU DI DESA DELING KECAMATAN SEKAR KABUPATEN BOJONEGORO

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perempuan pastilah yang terbaik untuk mendampingi lelaki, sebagaimana

SKRIPSI PERTIMBANGAN HAKIM MENETAPKAN WALI ADHAL DALAM PERKAWINAN BAGI PARA PIHAK DI PENGADILAN AGAMA KELAS 1A PADANG

PEMBEBASAN NAFKAH SEMENTARA DALAM PERKAWINAN DI DESA MOJOKRAPAK KECAMATAN TEMBELANG

BAB IV ANALISIS TENTANG STATUS PERWALIAN ANAK AKIBAT PEMBATALAN NIKAH

BAB I PENDAHULUAN. semua mahluk, baik manusia, hewan maupun tumbuhan. Seperti firman Allah

BAB I PENDAHULUAN. umat manusia untuk menikah, karena menikah merupakan gharizah insaniyah (naluri

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PEMBIAYAAN MURA<BAH{AH DI BMT MADANI TAMAN SEPANJANG SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. hidup atau sudah meninggal, sedang hakim menetapkan kematiannya. Kajian

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP LARANGAN NIKAH TUMBUK DESA DI DESA CENDIREJO KECAMATAN PONGGOK KABUPATEN BLITAR

BAB I PENDAHULUAN. waris, dalam konteks hukum Islam, dibagi ke dalam tiga golongan yakni: 3

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, perseorangan maupun

BAB IV KELEBIHAN DAN KELEMAHAN MANHAJ. sama, pengambilan hukum yang dilakukan oleh lembaga Dewan Hisbah yang

BAB I PENDAHULUAN. anak. Selain itu status hukum anak menjadi jelas jika terlahir dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan pada dasarnya merupakan perilaku makhluk ciptaan. TuhanYang Maha Esa yang tidak hanya terbatas pada diri seorang manusia

BAB I PENDAHULUAN. Demikian menurut pasal 1 Undang-Undang No.1 Tahun 1974 tentang. manusia dalam kehidupannya di dunia ini. 1

BAB I PENDAHULUAN. benar, salah satunya adalah larangan menikah dengan orang-orang tertentu.

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara tentang warisan menyalurkan pikiran dan perhatian orang ke arah suatu

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa hidup bersama dengan orang lain. Naluri untuk hidup bersama

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia, baik hubungan dengan Allah swt. maupun hubungan dengan

MAHRAM. Pertanyaan: Jawaban:

BAB IV. ANALISIS DASAR DAN PERTIMBANGAN MAJELIS HAKIM DALAM PENETAPAN PENGADILAN AGAMA BLITAR NO. 0187/Pdt.P/2014/PA.BL

Fatawa Ar-Radha ah: Menyusu dengan Isteri Pertama Paman, Apakah Mahram dengan Anak Paman dari Isteri Kedua? (Asy- Syaikh Shalih Al-Fauzan)

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kehidupan rumah tangga yang sakinah, mawadah wa rahmah. 3 Agar

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Allah SWT dari kaum laki-laki dan perempuan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HAK KHIYA>R PADA JUAL BELI PONSEL BERSEGEL DI COUNTER MASTER CELL DRIYOREJO GRESIK

A. Analisis faktor penyebab nushu>z nya istri karena ketidakmampuan suami. memberi nafkah

BAB II KRITERIA ANAK LUAR NIKAH DALAM KOMPILASI HUKUM ISLAM DAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA

MAKNA DUA KALIMAT SYAHADAT DAN KONSEKUENSINYA

BAB I PENDAHULUAN. boleh diadakan persetujuan untuk meniadakannya 1. Diakui secara ijma

A. Pertimbangan Hukum Hakim dalam Perkara Perceraian Putusan. mediator yang tujuannya agar dapat memberikan alternatif serta solusi yang terbaik

BAB I PENDAHULUAN. Hukum Perdata dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

SIAPAKAH MAHRAMMU? Mahram adalah orang yang haram untuk dinikahi karena hubungan nasab atau hubungan susuan atau karena ada ikatan perkawinan1)

BAB I PENDAHULUAN. manusia, bukan hanya antara suami istri dan keturunannya tapi juga. juga merupakan jalan yang ditetapkan oleh Islam untuk mengatur

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENARIKAN KEMBALI HIBAH BERSYARAT DI DUSUN MOYORUTI DESA BRENGKOK KECAMATAN BRONDONG KABUPATEN LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. nafsu syahwat semata, melainkan memiliki tujuan yang lebih dari itu di antaranya

BAB IV. A. Pendapat Tokoh Agama Tentang Pernikahan Ayah dengan Anak Tiri Dusun Balongrejo Desa Badas Kecamatan Sumobito Kabupaten Jombang

BAB IV ANALISIS TERHADAP ANAK TEMUAN (AL-LAQITH) MENURUT HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF

BAB IV ANALISIS. A. Analisis Terhadap Modernisasi Mahar Nikah di KUA Jambangan Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan kebutuhan kodrat manusia, setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. Sunnah Allah, berarti menurut qudrat dan iradat Allah dalam penciptaan alam ini,

BAB I PENDAHULUAN. perbuatan yang bernilai ibadah adalah perkawinan. Shahihah, dari Anas bin Malik RA, Ia berkata bahwa Rasulullah SAW

BUYUT POTROH SEBELUM PROSESI AKAD NIKAH DI DESA

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN. Dari Penelitian yang penulis lakukan dilapangan 8 (delapan) orang responden. 1) Nama : KH.

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK BAGI HASIL DENGAN PEMBAGIAN TETAP DARI PEMBIAYAAN MUSYARAKAH DI KJKS KUM3 RAHMAT SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. tersebut diucapkan sebagai bentuk perjanjian suami atas isterinya, diucapkan

BAB I PENDAHULUAN. Segi kehidupan manusia yang telah diatur Allah dapat dikelompokkan

TINJAUAN YURIDIS ANAK DILUAR NIKAH DALAM MENDAPATKAN WARISAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

BAB I PENDAHULUAN. Rasulullah SAW juga telah memerintahkan agar orang-orang segera

BAB IV KOMPARASI ANTARA HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TERHADAP STATUS PERKAWINAN KARENA MURTAD

BAB I PENDAHULUAN. semua makhluk Tuhan, baik pada manusia, hewan, maupun tumbuh-tumbuhan. 1

BAB I PENDAHULUAN. untuk selamanya. Tetapi adakalanya karena sebab-sebab tertentu bisa

BAB IV. terjadinya, secara garis besar fasakh dapat dibagi menjadi 2 sebab, yaitu:

BAB II PRINSIP-PRINSIP HUKUM TENTANG HADHANAH. yang masih kecil setelah terjadinya putus perkawinan. 1

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BABA V PENUTUP A. KESIMPULAN. Dari beberapa penjelasan yang diuraikan di muka terhadap

BAB IV. ANALISIS YURIDIS TERHADAP PENOLAKAN HAK ASUH ANAK DI PA.MOJOKERTO DALAM PUTUSAN NOMOR 1298/PDT.G/2014/PA.Mr

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam Sebagai Agama yang rahmatan lil alamin selalu memperhatikan nilai-nilai ajarannya. Ajaran serta aturan-aturan yang telah di atur dalam Islam sangat memperhatikan kemaslahatan umatnya, terutama dalam hal pernikahan. Dalam hukum perkawinan sebelum dilangsungkannya suatu pernikahan seorang diharuskan untuk memperhatikan larangan-larangan dalam berhubungan untuk menjaga keturunan. Undang-undang No.1 Tahun 1974 tentang Perkawinan disebutkan bahwa perkawinan adalah ikatan lahir dan batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. 1 Perkawinan tidak cukup hanya bersandar pada ajaran Allah dalam Al-quran dan as-sunnah yang sifatnya global, tetapi perkawinan berkaitan pula dengan hukum suatu negara. Perkawinan baru dinyatakan sah apabila menurut hukum Allah dan hukum negara telah memenuhi rukun dan syaratnya 2 Hukum Islam, terdapat dua bentuk larangan perkawinan, yaitu larangan perkawinan untuk selamanya (mu abbad) dan larangan perkawinan yang hlm.30-31 1 UU No.1/1974 Pasal 1 Ayat (1). 2 Syamsul Falah dkk, Hukum perdata Islam di Indonesia (Bandung: Pustaka Setia, 2011), 1

2 berlaku untuk sementara waktu disebabkan oleh hal tertentu (muwaqqat) 3. Meskipun suatu perkawinan telah memenuhi seluruh rukun dan syarat yang telah ditentukan, belum tentu perkawinan tersebut sah karena masih ada hal yang dapat menghalangi suatu perkawinan 4. Kompilasi Hukum Islam (KHI) Pasal 39 menunjukan bahwa seorang pria dan seorang wanita dilarang melangsungkan perkawinan disebabkan oleh beberapa hal, antara lain: pertalian nasab, pertalian kerabat semenda, dan pertalian susuan. Adapun larangan karena sebab susuan adalah: 5 a. Karena pertalian sesuan dengan wanita yang menyusuinya dan seterusnya menurut garis lurus ke atas. b. Karena pertalian sesusuan dengan wanita sesusuan dan seterusnya menurut garis lurus ke bawah. c. Karena pertalian sesusuan dengan seorang wanita saudara sesusuan dan kemenakan sesusuan ke bawah. d. Karena pertalian sesusuan dengan seorang wanita bibi sesusuan dan nenek bibi sesusuan keatas. e. Karena pertalian susuan dengan anak yang disusui oleh istri dan keturunannya. Pada hakikatnya, seorang ibu yang sudah dikarunia anak memiliki kewajiban untuk memelihara dan menyusui anaknya dengan ASI selama dua tahun bagi yang ingin menyempurnakan susuannya, namun Islam membolehkan sang Ibu menyusukan bayi kepada orang lain. Wanita yang menyusuai anak tersebut mempunyai kedudukan sama seperti ibunya sendiri dan haram baginya dikawini oleh orang yang pernah disusuinya. 3 Sayyid Sabiq: Fikih Sunnah (alih bahasa oleh Drs. Mohammad Thalib), penerbit (Bandung: PT Al Ma arif).hlm.61. 4 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia Antara Fiqh Munakahat dan Undang-undang Perkawinan, cet.ke-1(jakarta: Kencana,2006), hlm.109-110. 5 Inpres no 1 tahun 1991, Kompilasi Hukum Islam. Mahkamah Agung RI Direktorat jendral Badan Peradilan Agama 2005.hlm.28

3 Adanya hubungan persusuan ini muncul setelah terpenuhi beberapa syarat, yang setiap syarat itu menjadi perbincangan dikalangan ulama, diantaranya persoalan usia anak yang menyusu. Jumhur ulama berpendapat bahwa anak yang menyusu maksimal masih berumur dua tahun, karena dalam masa tersebut air susu ibu akan menjadi pertumbuhannya batas maksimal masa dua tahun ini berdasarkan pada sabda Nabi yang bunyinya حد ثنا قتي بت حد ثنا أبو عوانت عن ىشام ب ن عز وة عن أبيو عن فاطوت بن ت ال ون ذر عن أ م سلوت قالت قال رسول هللا صل ي هللا علي و وسل ن الرضاع اال في ال حو لي ن )رواه التزهذى) Artinya: Telah mengabarkan kepadaku dari Qutaibah dari Abu Awanah dari Hisyam bin Urwah dari bapaknya dari Fatimah bin Al-Mundzir dari Ummi Salamah telah berkata: Rasulullah Saw. Telah bersabda: tidak ada hubungan persusuan kecuali dalam masa dua tahun. (HR. Turmudzi). 6 Jadi apabila seorang anak menyusu kepada orang lain berapa banyak kah air susu yang dapat menjadikan mahram antara si anak dan ibu yang menyusuinya. Dalam hal ini Imam Malik berpendapat bahwa jika terjadi penyusuan walaupun hanya sekali tetap menjadikan mahram,sedangkan Imam Syafii menyatakan persusuan tidak dianggap sempurna dan karenanya tidak menimbulkan hubungan mahram antara yang menyusui dan disusui kecuali dengan berlangsungnya paling sedikit lima kali susuan. 7 Berdasarkan masalah di atas, penulis mengangkat tema ini dengan judul: Studi 6 Tirmidzi bin Muhammad bin isa bin Saurah bin Musa, hadis No. 1072, Sunan Tirmidzi, dalam Apk Girfa Esuite. 7 Al-Hasybi, Muhammad Bagir: Fiqh Praktis,cet.1 (2002)(Mizan:Bandung).hlm.17

4 Komparatif Pendapat Ulama Tentang Kadar Susuan Yang Mengharamkan Suatu Ikatan Pernikahan. B. Fokus Masalah Penulis melakukan pembatasan masalah guna menghindari adanya penyimpangan dari permasalahan yang ada, sehingga penulisan dapat lebih terfokus dan tidak melebar dari pokok permasalahan yang ada serta penelitian yang dilakukan menjadi lebih terarah dalam mencapai sasaran yang diharapkan. Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah mengenai Studi Komparatif Pendapat Ulama Tentang Kadar Susuan Yang Mengharamkan Suatu Ikatan Pernikahan. C. Rumusan Masalah Dengan memperhatikan latar belakang masalah maka yang menjadi perumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pandangan Ulama terhadap kadar susuan yang mengharamkan pernikahan. D. Definisi Oprasional 1. Kadar: Menurut Kamus besar bahasa Indonesia Kadar dapat berarti kandungan atau bobot suatu satuan, misalnya per liter, per gram, namun dalam penelitian ini suatu kadar utu bermakna banyaknya suatu susuan 8 8 Dep Diknas,Kamus Besar Bahasa Indonesia,(Jakarta: Balai pustaka,2007), edisi ketiga, hlm.488

5 2. Susuan: Susuan atau menyusu yaitu mengisap air susu dari buah dada atau tetek, masuknya air susu melalui tenggerokan seorang anak 9 3. Ikatan: Menurut Kamus besar bahasa Indonesia Ikatan yaitu gabungan, hubungan atau perserikatan 10 4. Pernikahan: Pernikahan disini adalah bersatunya dua insan dengan jenis yang berbeda yaitu laki-laki dan perempuan yang menjalin suatu ikatan dengan perjanjian atau akad. 11 Berdasarkan pengertian diatas maka secara oprasional dapat didefinisikan sebagai seberapa banyaknya susu yang masuk melalui tenggorokan si anak yang dapat mrngharamkan hubungan pernikahan antara laki-laki dan perempuan dalam pernikahan. E. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui pandangan hukum islam terhadap kadar susuan yang mengharamkan suatu ikatan pernikahan Sedangkan kegunaan penelitian ini adalah: a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran dalam rangka memperkaya khazanah ilmu pengetahuan khususnya yang berkaitan dengan masalah susuan (rada ah) b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan terhadap lapisan masyarakat islam untuk mengetahui kadar-kadar dan batasan 9 Dep Diknas,Kamus Besar Bahasa Indonesia,hlm.1111 10 Dep Diknas,Kamus Besar Bahasa Indonesia,hlm.420 11 Ghazaly Rahman Abd,Fiqh munakahat,(bogor, Prenada Media,2003),hlm 7

6 menyusui yang dapat menjadikan mahrom sehingga dilarangnya suatu ikatan pernikahan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Relevan Berdasarkan penelusuran penelitian-penelitian yang ditemukan, terdapat beberapa penelitian yang membahas tentang susuan atau rada ah antara lain: 1. Skripsi yang ditulis oleh Fathatul Mardiyah, yang berjudul Rada ah Sebagai Sebab Keharaman Nikah Menurut Ibnu Hazm. Skripsi ini meneliti tentang pendapat Ibnu Hazm tentang sifat Rada ah yang menjadi sebab keharaman pernikahan dan metode istimbat hukum yang digunakan serta bagaimana relevansi pendapat Ibnu Hazm tersebut dengan konteks kekinian. Hasil penelitian menjelaskan bahwa menurut Ibnu Hazm, sifat Rada ah yang menyebabkan keharaman nikah adalah Rada ah yang dilakukan dengan cara langsung yang mengisap pada payudara, minimal lima kali penyusuan yang terpisah dan dapat mendatangkan rasa kenyang, tidak ada batasan usia dalam penyusuan yang menjadikan larangan nikah. Ibnu Hazm berpendapat bahwa Rada;ah yang menjadi sebab keharaman nikah hanyalah melalui cara menetek, dengan menggunakan hadis-hadis yang dianggap sahih. 2. Skripsi yang ditulis oleh Tati Farikha, yang berjudul Implikasi Bank ASI Terhadap Mahrom Rada. Skripsi ini meneliti tentang bagaimana implikasi bank ASI terhadap hukum perkawinan yang melarang pernikahan karena adanya hubungan susuan (mahram rada ah). Hasil penelitian menjelaskan 7