FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Diabetes Melitus disebut juga the silent killer merupakan penyakit yang akan

Truly Dian Anggraini, Ervin Awanda I Akademi Farmasi Nasional Surakarta Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan meningkatnya glukosa darah sebagai akibat dari

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat PTM mengalami peningkatan dari 42% menjadi 60%. 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Nidya A. Rinto; Sunarto; Ika Fidianingsih. Abstrak. Pendahuluan

ABSTRAK PREVALENSI DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Diabetes melitus (DM) merupakan suatu penyakit yang banyak dialami oleh

BAB I PENDAHULUAN UKDW. masyarakat. Menurut hasil laporan dari International Diabetes Federation (IDF),

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus menurut American Diabetes Association (ADA) 2005 adalah

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) adalah gangguan metabolisme kronik yang

BAB 1 PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang telah diproduksi secara efektif. Insulin merupakan

BAB I PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas PTM semakin meningkat baik di negara maju maupun

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan survei yang dilakukan World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

GAMBARAN PENGENDALIAN KADAR GULA DARAH DAN HbA1C PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 YANG DIRAWAT DI RSUP SANGLAH PERIODE JANUARI-MEI 2014 ABSTRAK

Kedokteran Universitas Lampung

BAB I PENDAHULUAN. manifestasi berupa hilangnya toleransi kabohidrat (Price & Wilson, 2005).

BAB I PENDAHULUAN UKDW. insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. DM merupakan penyakit degeneratif

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

Profil Pengendalian Diabetes Melitus Tipe 2 Di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Arifin Achmad Pekanbaru

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetic foot merupakan salah satu komplikasi Diabetes Mellitus (DM).

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut Global Report On Diabetes yang dikeluarkan WHO pada tahun

Hubungan Kadar Gula Darah dengan Glukosuria pada Pasien Diabetes Mellitus di RSUD Al-Ihsan Periode Januari Desember 2014

BAB I PENDAHULUAN. menempati peringkat kedua dengan jumlah penderita Diabetes terbanyak setelah

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang diproduksi dengan efektif ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. insulin yang tidak efektif. Hal ini ditandai dengan tingginya kadar gula dalam

KECENDERUNGAN PENDERITA RETINOPATI DIABETIK

HUBUNGAN ANTARA HBA1C DENGAN KADAR HDL PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2

BAB I PENDAHULUAN. utama bagi kesehatan manusia pada abad 21. World Health. Organization (WHO) memprediksi adanya kenaikan jumlah pasien

BAB I PENDAHULUAN UKDW. kasus terbanyak yaitu 91% dari seluruh kasus DM di dunia, meliputi individu

DAFTAR ISI. LEMBAR PERSETUJUAN... ii. PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... v. ABSTRAK... vi. ABSTRACT... vii. RINGKASAN... viii. SUMMARY...

PREVALENSI RETINOPATI DIABETIKA PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI POLIKLINIK PENYAKIT DALAM RSUP SANGLAH DENPASAR

I. PENDAHULUAN. sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi fungsi insulin dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan umat manusia pada abad ke 21. Diabetes mellitus (DM) adalah suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. yang saat ini makin bertambah jumlahnya di Indonesia (FKUI, 2004).

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolik. dari metabolisme karbohidrat dimana glukosa overproduksi dan kurang

BAB I PENDAHULUAN. metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Diabetes Melitus atau kencing manis, seringkali dinamakan

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakaan lebih dari 360 juta orang dan diperkirakan akan naik lebih dari dua kali

KEPATUHAN PERAWATAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes melitus (DM) adalah penyakit kronis yang mengacu pada

BAB I PENDAHULUAN. irritabilitas, poliuria, polidipsi dan luka yang lama sembuh (Smeltzer & Bare,

I. PENDAHULUAN. cukup tinggi di dunia. World Health Organization (WHO) tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme

BAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran/polusi lingkungan. Perubahan tersebut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, baik secara global, regional, nasional dan lokal (Depkes, 2013).

Hasil HbA1C dan Karakteristik Frekuensi Persentase (%)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Jogja yang merupakan rumah sakit milik Kota Yogyakarta. RS Jogja terletak di

I. PENDAHULUAN. cukup besar di Indonesia. Hal ini ditandai dengan bergesernya pola penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus (DM) adalah penyakit akibat adanya gangguan

I. PENDAHULUAN. usia harapan hidup. Dengan meningkatnya usia harapan hidup, berarti semakin

BAB I PENDAHULUAN. insulin atau keduanya (American Diabetes Association [ADA] 2010). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah. Diabetes melitus tipe 2 adalah sindrom metabolik. yang memiliki ciri hiperglikemia, ditambah dengan 3

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu penyakit metabolik yang

BAB 1 PENDAHULUAN. komprehensif pada self-management, dukungan dari tim perawatan klinis,

ABSTRACT ABSTRAK RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan pengetahuan keluarga yang baik dapat menurunkan angka prevalensi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KONTROL GLIKEMIK PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI PUSKESMAS JAYABARU KOTA BANDA ACEH

PROFIL PENDERITA DIABETES RAWAT JALAN DAN RAWAT INAP RSUD MANDAU DURI TAHUN 2015 E R M A N F A U Z I S P. P D

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat semakin meningkat. Salah satu efek samping

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I. Pendahuluan. diamputasi, penyakit jantung dan stroke (Kemenkes, 2013). sampai 21,3 juta orang di tahun 2030 (Diabetes Care, 2004).

DIABETES MELITUS (TIPE 2) PADA USIA PRODUKTIF DAN FAKTOR-FAKTOR RESIKO YANG MEMPENGARUHINYA (STUDI KASUS DI RSUD Dr. SOEROTO KABUPATEN NGAWI)

CIRI-CIRI KARAKTERISTIK PENDERITA DIABETES MELITUS DENGAN OBESITAS DI POLIKLINIK ENDOKRIN RSUP DR KARIADI SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

I. PENDAHULUAN. 2004). Penyakit ini timbul perlahan-lahan dan biasanya tidak disadari oleh

BAB I PENDAHULUAN. modernisasi terutama pada masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi

BAB I PENDAHULUAN. insulin dependent diabetes melitus atau adult onset diabetes merupakan

BAB I PENDAHULUAN. insulin, atau kedua-duanya. Diagnosis DM umumnya dikaitkan dengan adanya gejala

BAB I PENDAHULUAN. insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada diabetes

BAB I PENDAHULUAN UKDW. insulin dan kerja dari insulin tidak optimal (WHO, 2006).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. insulin atau keduanya (American Diabetes Association [ADA] 2004, dalam

Tami Endriani Pardede Dani Rosdiana Erwin Christianto /

Angka Kejadian Diabetes Melitus Tidak Terdiagnosis pada Masyarakat Kota Pekanbaru. Puji Artanti Huriatul Masdar Dani Rosdiana

BAB I PENDAHULUAN. menurun dan setelah dibawa ke rumah sakit lalu di periksa kadar glukosa

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh kelainan sekresi insulin, ketidakseimbangan antara suplai dan

INTISARI GAMBARAN KUALITAS HIDUP DAN KADAR GULA DARAH PASIEN DIABETES MELITUS RAWAT JALAN DI RSUD ULIN BANJARMASIN

HUBUNGAN KARAKTERISKTIK PASIEN DENGAN TINGKAT KEPATUHAN DALAM MENJALANI TERAPI DIABETES MELITUS DI PUSKESMAS TEMBUKU 1 KABUPATEN BANGLI BALI 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. masalah utama dalam dunia kesehatan di Indonesia. Menurut American. Diabetes Association (ADA) 2010, diabetes melitus merupakan suatu

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Diabetes Melitus (DM) adalah suatu penyakit kronis yang terjadi baik ketika

BAB I PENDAHULUAN. merealisasikan tercapainya Millenium Development Goals (MDGs) yang


BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan suatu penyakit metabolik kronik yang ditandai dengan kondisi

BAB I PENDAHULUAN. Menurut International Diabetes Federation (IDF, 2015), diabetes. mengamati peningkatan kadar glukosa dalam darah.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Pola Komplikasi Kronis Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Rawat Inap di Bagian Penyakit Dalam RS. Dr. M. Djamil Padang Januari Desember 2012

BAB I PENDAHULUAN. terbesar dari jumlah penderita diabetes melitus yang selanjutnya disingkat

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KADAR GULA DARAH PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KARANGANYAR NASKAH PUBLIKASI

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar

Transkripsi:

TINGKAT PENGENDALIAN DIABETES MELITUS TIPE 2 BERDASARKAN HBA1C DI POLIKLINIK METABOLIK ENDOKRIN RSUD ARIFIN ACHMAD PEKANBARU Sukamto 1 Fridayenti 2 Jazil Karimi 3 1 Penulis untuk korespondensi: Fakultas Kedokteran Universitas Riau Alamat: Jl. Diponegoro No. 1, Pekanbaru, E-mail: dr.sukamto92@yahoo.com 2 Bagian Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Riau 3 Bagian Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Riau ABSTRACT Diabetes mellitus (DM) is a group of metabolic diseases, the characteristic is hyperglycemia that causes by abnormality of insulin secretion, insulin action or both of it. Unoptimal controlling of DM may causes metabolic disorders and cronic vascular disorders. The aim of this study was to know the Level Controlling of Type 2 Diabetes Mellitus Base on HbA1c in Department of Metabolic Endocrinology Arifin Achmad General Hospital Pekanbaru. The type of research was cross sectional descriptive. The samples are patients with type 2 DM according to inclusion criteria as 38 respondents. In this study, Respondents took HbA1c examination with HPLC method to evaluate the level of controlling DM. In this study it was found that the level controlling of DM type 2 of 36 respondents were in poor and moderate control criteria with the percentage of poor control was 63% and percentage of moderate control was 32%. Respondents who the level controlling of DM type 2 in good control criteria only 2 patients with percentage as 5%. From this study, it can be concluded that the level controlling of type 2 DM base on HbA1c in metabolic endocrinology Arifin Achmad General Hospital Pekanbaru is poor and moderate. Keywords : Type 2 diabetes mellitus, Level of Controlling Type 2 Diabetes Mellitus, HbA1c PENDAHULUAN Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya yang berkaitan dengan faktor genetik dan lingkungan. Diabetes Melitus merupakan penyakit menahun yang akan diderita seumur hidup. 1 Saat ini jumlah penderita DM di Indonesia meningkat. 1,2 World Health Organisation (WHO) memprediksi kenaikan jumlah penderita DM di Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 23.,2,3 1

Tingginya jumlah penderita DM di Indonesia menjadikan Indonesia menduduki peringkat keempat di dunia setelah China, India dan Amerika Serikat. 3 Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) pada tahun 27 oleh Departemen Kesehatan, menunjukkan bahwa prevalensi DM di Riau menduduki peringkat ketiga nasional setelah Kalimantan Barat dan Maluku Utara dengan persentase 1,4 % dari total penderita DM di Indonesia. 4 Diabetes Melitus adalah penyakit menahun yang akan diderita seumur hidup dan dalam perjalanan penyakit DM dapat ditemukan komplikasi akut dan menahun. Penelitian yang dilakukan oleh International Diabetes Management Practices Study (IDMPS) pada tahun 211 dengan 674 pasien DM tipe 2 menunjukkan bahwa lebih dari 5% responden mengalami komplikasi neuropati dan lebih dari 3% responden mengalami retinopati dan nefropati. 5 Beberapa penelitian epidemiologis dalam skala besar dan jangka lama oleh the United Kingdom Prospective Diabetes Study (UKPDS) telah membuktikan bahwa dengan memperbaiki hiperglikemia maka peluang terjadinya komplikasi kronik DM dapat diminimalisir. 5 Pengendalian penyakit DM yang tidak optimal dapat menyebabkan gangguan metabolik akut dan gangguan kronik pada vaskuler seperti Ketoasidosis Diabetik (KAD), makroangiopati, mikroangiopati, neuropati, hipertensi, obesitas dan dislipidemia. 1,6 Faktor yag dapat digunakan dalam menilai pengendalian DM adalah HbA1C, gula darah puasa (GDP), glukosa darah 2 jam, kolesterol, indeks massa tubuh, dan tekanan darah. 1 American Diabetic Association (ADA) menyarankan pengendalian DM berdasarkan kadar HbA1c karena dapat mengambarkan rerata gula darah selama 2-3 bulan terakhir sehingga bisa dijadikan untuk perencanaan pengobatan. 7 HbA1c merupakan ikatan molekul glukosa pada hemoglobin secara nonenzimatik melalui proses glikasi post tranlasi. 6,8 Hemoglobin yang terglikasi terlihat dalam beberapa asam amino HbA yang terdiri dari HbA1a, HbA1b dan HbA1c. Komponen yang terpenting dari glikasi hemoglobin tersebut dalam penyakit DM adalah HbA1c. 8 HbA1c digunakan sebagai patokan utama untuk pengendalian DM karena HbA1c dapat mengambarkan kadar gula darah dalam rentang 1 3 bulan karena usia sel darah merah yang terikat oleh molekul glukosa adalah 12 hari. 6 American Diabetic Association (ADA) merekomendasikan kriteria pengendalian DM berdasarkan kadar HbA1c adalah dibawah 7%, gula darah puasa (GDP) berkisar 7-13 mg/dl (3,9-7,2 mmol/l), dan glukosa 2 jam postprandial (glukosa 2jam PP) < 18 mg/dl (<1 mmol/l). 7 Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) 211 juga melaporkan tingkat pencapaian pengendalian DM di Indonesia berdasarkan rerata kadar HbA1c sebesar 8%. Angka ini masih jauh diatas target yang diinginkan yaitu sebesar 7%. Penurunan kadar HbA1c sebesar 1% dapat mengurangi komplikasi mikrovaskular sebesar 35%. Pada pasien yang telah mencapai kriteria pengendalian DM, ADA merekomendasikan melakukan pemeriksaan HbA1c 2 kali setahun. Pemeriksaan HbA1c dianjurkan lebih sering dilakukan pada pasien DM 2

tipe 1 ataupun pasien yang pengendalian DM tidak adekuat yaitu 3-4 kali setahun. 1,7 Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang tingkat pengendalian diabetes melitus tipe 2 berdasarkan HbA1c pada pasien poliklinik metabolik endokrin RSUD Arifin Achmad Pekanbaru. METODOLOGI PENELITIAN Desain penelitian ini adalah cross sectional study dengan penyajian data secara deskriptif. Penelitian ini telah dilakukan pada tanggal 4 Juli - 7 Oktober 213 di Poliklinik Metabolik Endoktrin RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, Laboratorium Sentral RSUD Arifin Achmad Pekanbaru dan Laboratorium Klinik Thamrin Pekanbaru. Sampel penelitian ini adalah penderita DM tipe 2 yang menjalani rawat jalan di Poliklinik Metabolik Endokrin RSUD Arifin Achmad Pekanbaru yang menggunakan purposive sampling yaitu sampel diambil dari semua subyek yang datang dan memenuhi kriteria inklusi sampai jumlah subyek terpenuhi. Kriteria inklusi penelitian ini adalah responden yang telah dalam 3 bulan terakhir ini menjalani pengobatan DM dan telah terdiagnosis DM. Besar sampel pada penelitian ini diperoleh dengan menggunakan rumus deskriptif kategorik Hasil penelitian diperoleh dari hasil pemeriksaan laboratorium dan hasil pengisian data dimana hasil pemeriksaan HbA1c, gula darah puasa (GDP) dan gula darah 2 jam post prandial (GD 2 jam PP) diperoleh melalui pemeriksaan laboratorium sedangkan umur, jenis kelamin dan lama menderita DM diperoleh dari hasil pengisian data melalui wawancara. Data diolah dan dianalisis secara deskriptif. Data disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi (tabel atau grafik). Penelitian ini sudah dilaksanakan setelah dinyatakan lulus kaji etik dan mendapat pernyataan lulus kaji etik sesuai nomor surat 212/UN19.1.28/UEPKK/213. HASIL PENELITIAN Jumlah responden dalam penelitian ini berjumlah 38 orang dengan karakteristik seperti yang dapat dilihat pada tabel 1. Pada tabel 1 didapatkan bahwa kelompok umur penderita DM tipe 2 yang terbanyak diderita oleh responden adalah umur 6-69 tahun sebesar 39,6%, jenis kelamin yang terbanyak dari penelitian ini adalah perempuan dengan jumlah responden sebesar 6,5 % dan lama menderita DM tertinggi pada responden yang didapatkan dari penelitian ini adalah 1-5 tahun sebesar 5%. Hasil penelitian pada tabel 1 didapatkan kelompok umur 6-69 tahun sebesar 39,6%. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Lesi Kurnia Putri tahun 212 di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru bahwa kelompok umur 6-69 tahun sebesar 28,1%. 9 Berdasarkan WHO, setelah seseorang mencapai umur 3 tahun akan terjadi peningkatan kadar GDP sebesar 1-2% per tahun dan glukosa 2 jam PP sebesar 5,6-13 mg/dl. Prevalensi responden yang mempunyai riwayat DM cenderung meningkat dengan bertambahnya usia, hal ini disebabkan semakin lanjut usia maka pengeluaran insulin oleh pankreas juga semakin berkurang. 1 Namun prevalensi pada 3

usia 69 tahun ke atas semakin menurun, kemungkinan pada kelompok tersebut responden DM berkomplikasi berat sehingga tak bisa datang ketempat pemeriksaan atau kemungkinan pada kelompok tersebut sebagian besar sudah meninggal. Tabel 1 Karakteristik responden DM tipe 2 di Poliklinik Metabolik Endokrin RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Karakteristik Jumlah % Umur 3-39 tahun 2 5,1 4-49 tahun 7 18,5 5-59 tahun 12 31,7 6-69 tahun 15 39,6 7 tahun Total 2 38 5,1 1 Jenis Kelamin Laki-laki 15 39,5 Perempuan Total 23 38 6,5 1 Lama Menderita DM 1-5 tahun 19 5 6-1 tahun 12 31,6 >1 tahun Total 7 38 18,4 1 Pada tabel 1 didapatkan jenis kelamin perempuan sebesar 6,5%. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Romadhiati tahun 26 di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru periode 23-24 bahwa jenis kelamin perempuan sebesar 56,7% dan penelitian Lesi Kurnia Putri tahun 212 di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru bahwa jenis kelamin perempuan sebesar 58,3%. 9,11 Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Chen et al di Taiwan pada tahun 212 didapatkan jenis kelamin perempuan sebesar 66,7%. 12 Angka kejadian DM tipe 2 bervariasi antara kedua jenis kelamin dalam satu populasi dengan populasi yang lain dan perbedaan ini tidak bermakna kecuali dipengaruhi oleh aktivitas fisik yang kurang dan adanya obesitas sentral. 13 Pada tabel 1 didapatkan lama menderita DM 1-5 tahun sebesar 5%. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Lesi Kurnia Putri pada tahun 212 di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru bahwa lama menderita DM 1-5 tahun sebesar 52,1%. 9 Menurut Alwi yang dikutip dari penelitian Romadhiati tahun 26 di RSUD Arifin Achmad periode 23-24 bahwa makin lama seseorang menderita DM akan makin meningkat terjadinya komplikasi berupa kerusakan pembuluh-pembuluh darah di seluruh tubuh sehingga makin memperberat gangguan fungsi organ-organ vital. Keadaan ini makin menurunkan kualitas hidup penderita DM. 11 Hal ini disebabkan karena diabetes sering tidak terdeteksi atau mulai terjadinya diabetes adalah 7 tahun sebelum diagnosis ditegakkan sehingga angka morbiditas dan mortalitas dini terjadi pada kasus yang tidak terdeteksi. 14 4

Pada tabel 2 dapat dilihat tingkat capaian pengendalian DM tipe 2 di Poliklinik Metabolik Endokrin RSUD Arifin Achmad Pekanbaru yang didapat dalam penelitian ini dengan pemeriksaan kadar HbA1c. Tabel 2 Capaian pengendalian DM tipe 2 berdasarkan HbA1c di Poliklinik Metabolik Endokrin berdasarkan kriteria PERKENI 26 Kriteria Jumlah Responden TOTAL Pengendalian DM Berdasarkan umur berdasarkan HbA1c 3-39 4-49 5-59 6-69 >7 N % Baik - - 1 1-2 5% Sedang - 2 3 7 1 13 32% Buruk 2 5 7 8 1 23 63% Pada tabel 2 dapat dilihat bahwa capaian pengendalian DM pada penderita DM tipe 2 berdasarkan HbA1c di Poliklinik Metabolik Endokrin RSUD Arifin Achmad Pekanbaru dimana didapatkan 95% responden berada pada tingkat pengendalian buruk dan sedang dengan kriteria pengendalian buruk sebesar 63%, kriteria pengendalian sedang sebesar 32% dan hanya 5% responden dengan kriteria pengendalian baik yang juga dapat dilihat pada diagram di bawah ini. Kriteria pengendalian baik Kriteria pengendalian sedang Kriteria Pengendalian buruk Gambar 1. Tingkat capaian pengendalian DM tipe 2 berdasarkan HbA1c di Poliklinik Metabolik Endokrin RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Pencegahan komplikasi kronik pada pasien DM dapat dilakukan dengan mencapai target pengendalian DM yang baik pada penderita DM terutama berdasarkan kadar HbA1c. Pada penelitian ini didapatkan bahwa kadar HbA1c dalam tingkat pengendalian status baik dan sedang sebesar 5% dan 32%. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Lesi Kurnia Putri pada tahun 212 dimana didapatkan bahwa capaian pengendalian DM tipe 2 di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru untuk kadar GDP dan glukosa 2 jam PP dalam status baik adalah sebesar 16,7% dan 1,4%, sedangkan yang 5

berada dalam status sedang adalah sebesar 15,6% dan 15,6%. 9 Berdasarkan tingkat pencapaian pengendalian DM di Indonesia tahun 28 hanya 32% penderita DM yang tingkat pencapaian pengendalian DM terkendali. Penelitian lain yang diselenggarakan oleh The International Diabetes Management Practices Study (IDMPS) pada tahun 26, yang merupakan suatu penelitian potong lintang dengan jumlah responden sebanyak 674 pasien melaporkan bahwa rata-rata pencapaian kadar HbA1c adalah sebesar 8,27% dan hanya 37,4% pasien yang mencapai target HbA1c kurang dari 7%. Sebagian besar pasien diabetes tipe 2 tidak mencapai target glikemik sesuai rekomendasi. 5 Rendahnya tingkat capaian pengendalian DM tipe 2 berdasarakan HbA1c di RSUD Arifin Achmad juga dikarenakan oleh penderita DM tipe 2 yang datang berobat rata-rata sudah di atas 5 tahun dengan persentase sebesar 76,4%. Penurunan aktifitas fisik pada pasien di atas 5 tahun sudah berkurang secara signitifan. Sedangkan penelitian membuktikan bahwa dari 4 pilar tatalaksana DM yaitu edukasi, latihan jasmani, TNM, dan terapi farmakologi yang paling mempengaruhi keberhasilan tatalaksana DM adalah latihan jasmani. Latihan jasmani mempengeruhi keberhasilan pengelolaan DM tipe 2 sebesar 4%. 12 Hal ini mengambarkan masih rendahnya tingkat capaian pengendalian DM pada pasien DM tipe 2 di Poliklinik Metabolik Endokrin RSUD Arifin Achmad Pekanbaru. Sedangkan Pengendalian DM yang tidak optimal dapat menyebabkan gangguan metabolik akut dan gangguan kronik pada vaskuler seperti Ketoasidosis Diabetik (KAD), makroangiopati, mikroangiopati, neuropati, hipertensi, obesitas dan dislipidemia. 3,7 Dalam penatalaksanaan DM, selain dokter dan tenaga medis lainnya, peran pasien serta keluarga sangat penting. Edukasi kepada pasien dan keluarganya bertujuan untuk memberikan pemahaman mengenai penatalaksanaan DM sehingga membantu meningkatkan keikutsertaan keluarga dalam usaha memperbaiki hasil pengelolaan, terutama pada penderita DM usia lanjut. 1 Tabel 3 Gambaran kadar GDP dan GD 2 jam PP berdasarkan kadar HbA1c capaian pengendalian DM tipe 2 di Poliklinik Metabolik Endokrin RSUD AA Pekanbaru berdasarkan kriteria PERKENI 26 Kriteria Pengendalian DM berdasarkan HbA1c Jumlah Capaian GDP (Responden) Jumlah Capaian GD 2 jam PP (Responden) Baik Sedang Buruk Baik Sedang Buruk GDP Rerata kadar GDP dan GD 2 Jam PP (mg/dl) GD 2 Jam PP Baik - 1 1 - - 2 139 219 Sedang 2 3 8 3 4 6 136 171,5 Buruk Total Persentase (%) - 2 5,1 1 5 13,2 22 31 81,7-3 7,8-4 1,5 23 31 81,7 236,4 36,5 6

Pada tabel 3 mengambarkan bahwa kadar GDP dan GD 2 jam PP berdasarkan kadar HbA1c capaian pengendalian DM tipe 2 di Poliklinik Metabolik Endokrin RSUD AA pekanbaru. Pada tabel 3 dapat dilihat bahwa kadar GDP dan GD 2 jam PP berdasarkan kadar HbA1c capaian Capaian Pengendalian GDP baik Capian Pengendalian GDP buruk pengendalian DM tipe 2 di Poliklinik Metabolik Endokrin RSUD AA pekanbaru dimana didapatkan tingkat pengendalian DM tipe 2 berdasarkan GDP dan GD 2 jam PP sebesar 81,7% responden berada pada capaian pengendalian buruk yang juga dapat dilihat pada diagram dibawah ini. Capaian Pengendalian GDP sedang 95,5 5 5 61,5 15,4 23,1 4,5 Capaian Pengendalian HbA1c baik Capaian Pengendalian HbA1c sedang Capaian Pengendalian HbA1c buruk Gambar 2. Gambaran Capaian Pengendalian GDP berdasarkan capaian pengendalian HbA1c 1 Capaian Pengendalian GD 2 Jam PP baik Capaian pengendalian GD 2 Jam PP sedang Capaian pengendalian GD 2 jam PP buruk 23,1 3,8 46,1 6,5 Capaian Pengendalian HbA1c Baik Gambar 3. Gambaran Capaian Pengendalian GD 2 Jam PP berdasarkan capaian pengendalian HbA1c Pada tabel 4.3 juga dapat dilihat rerata kadar GDP dan GD 2 Jam PP berdasarkan capaian pengendalian HbA1c di poliklinik metabolik endokrin RSUD Arifin Achmad Pekanbaru dimana didapatkan rerata kadar GDP pada capaian pengendalian berdasarkan kadar HbA1c dengan kriteria Capian Pengendalian HbA1c sedang Capaian Pengendalian HbA1c Buruk pengendalian baik, sedang dan buruk adalah 139 mg/dl, 136 mg/dl dan 236,4 mg/dl sedangkan rerata kadar GD 2 Jam PP pada capaian pengendalian berdasarkan kadar HbA1c dengan kriteria pengendalian baik, sedang dan buruk adalah 219 mg/dl, 171,5 mg/dl dan 36,5 mg/dl. 7

Hasil penelitian pada tabel 3 didapatkan bahwa hanya 5,1% responden yang berada pada capaian pengendalian baik berdasarkan GDP dan 7,8% responden yang berada pada capaian pengendalian baik berdasarkan GD 2 Jam PP. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Lesi Kurnia Putri tahun 212 di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru dengan 16,7 % responden berada pada kriteria pengendalian baik berdasarkan GDP dan 1,4% responden berada pada capaian pengendalian baik berdasarkan GD 2 Jam PP. 19 Sedangkan tingkat pengendalian DM tipe 2 berdasarkan GDP dan GD 2 jam PP sebesar 81,7% responden berada pada capaian pengendalian buruk. Pada tabel 3 juga dapat dilihat rerata kadar GDP dan GD 2 Jam PP berdasarkan capaian pengendalian HbA1c di poliklinik metabolik endokrin RSUD Arifin Achmad Pekanbaru dimana didapatkan rerata kadar GDP dan GD 2 Jam PP berdasarkan kadar HbA1c dengan kriteria pengendalian baik adalah sebesar 139 mg/dl dan 219 mg/dl. Hasil penelitian ini sesuai dengan data yang didapatkan dari konsensus American Diabetes Asosiation (ADA) dan European Association for the Study of Diabetes (EASD) dimana untuk dapat mencapai target HbA1C, diperlukan target kadar gula darah puasa 7-13 mg/dl dan kadar gula postprandial <18 mg/ dl. 15 KESIMPULAN Simpulan dari penelitian yang dilakukan di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Arifin Achmad Pekanbaru 4 Juli 7 Oktober 213 sebagai berikut : 1. tingkat capaian pengendalian DM tipe 2 berdasarkan kadar HbA1c di poliklinik metabolik endokrin RSUD Arifin Achmad Pekanbaru berdasarkan Kriteria PERKENI 26 dengan kriteria tingkat pengendalian baik sebesar 5% 2. tingkat capaian pengendalian DM tipe 2 berdasarkan kadar HbA1c di poliklinik metabolik endokrin RSUD Arifin Achmad Pekanbaru berdasarkan Kriteria PERKENI 26 dengan kriteria tingkat pengendalian sedang sebesar 32% 3. tingkat capaian pengendalian DM tipe 2 berdasarkan kadar HbA1c di poliklinik metabolik endokrin RSUD Arifin Achmad Pekanbaru berdasarkan Kriteria PERKENI 26 dengan kriteria tingkat pengendalian buruk sebesar 63% SARAN Berdasarkan hasil penelitian, penulis memberikan saran sebagai berikut : 1. Diharapkan kerjasama antara klinisi dan penderita DM tipe 2 dalam manajemen penatalaksaan DM tipe 2 sehingga bisa mencapai kriteria pengendalian yang maksimal 2. Diharapkan penelitian ini dilanjutkan untuk mengetahui penyebab rendahnya tingkat capaian pengendalian DM tipe 2 di poliklinik RSUD Arifin Achmad dikaitkan 8

dalam 4 pilar penatalaksanaan DM yaitu edukasi, terapi nutrisi medis (TNM), latihan jasmani dan terapi farmakologi 3. Diharapkan peran pasien serta keluarga dalam membantu memperbaiki hasil pengelolaan DM tipe 2, terutama pada penderita DM usia lanjut. UCAPAN TERIMAKASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada keluarga penulis terutama kepada ayahanda penulis, bapak Lim A Tjong yang senantiasa memotivasi penulis untuk menjadi dokter yang baik. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada dr. Fridayenti,Sp.PK dan dr. Jazil Karimi,Sp.PD-KEMD-FINASIM selaku Pembimbing, dr. Fatmawati,Sp.PK dan dr. Ligat Pribadi Sembiring,Sp.PD-FINASIM selaku dosen penguji, dan dr. Lilly Haslinda,M.Biomed selaku supervisi yang telah memberikan waktu, pikiran, perhatian, bimbingan, ilmu, petunjuk, nasehat, motivasi dan dorongan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini. DAFTAR PUSTAKA 1. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI). Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia 211. 2. Campbell RK, Martin TM. The cronic Burden of Diabetes. American Journal of Management Care 29: 15 S2:48-S254. 3. Wild S, Roglic G, Green A, Sicree R, King. Global prevalence of diabetes: estimates the year 2 and projections to 23. Diabetes Care. 24;27:147-153. 4. Depatemen Kesehatan Republik Indonesia. Profil kesehatan Indonesia 28. Jakarta: Depkes RI; 29 5. Soewondo Pradana. Kondisi Pengelolaan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia. J Indon Med Assoc, Volum: 61, Nomor: 12. Desember 211 6. Chugh,SN. Jaypee Gold Standard Mini Atlas Series DIABETES. Edisi 1. India: Jaypee Brothers Medical Publishers. 211. 7. American Diabetes Association: Standards of Medical Care in Diabetes 28 (Position Statement). Diabetes Care 28; 31 S12-54. 8. Pemeriksaan HbA1c secara Ioexchange HPLC. PPDS 1 Patologi Klinik FK UNS Surakarta. 212 Jan. (diakses tanggal 11 Aprilc 213) Available from : http://www.slideshare.net/endan gfrida/pemeriksaan-hb-a1csecara-ion-exchange-hplc-2 9. Putri, L.K. Gambaran penggunaan jenis obat antidiabetes dan pengetahuan pasien diabetes melitus tipe 2 di poliklinik penyakit dalam RSUD Arifin Achmad Pekanbaru [Skripsi]. Fakultas Kedokteran Universitas Riau. 212 1. Dunstan DW, Zimmet PZ, Welborn TA, De Courten MP, Cameron AJ, Sicree RA, et al. The rising prevalence of diabetes and impaired glucose tolerance: The Australian Diabetes, Obesity and Lifestyle Study. Diabetes Care. 22;25:829-834. 11. Romadhiati. Karakteristik penderita diabetes melitus tipe 2 dengan komplikasi kronik yang 9

dirawat di instalasi rawat jalan bagian penyakit dalam RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau periode 23-24 [Skripsi]. Pekanbaru: Fakultas Kedokteran Universitas Riau; 26. 12. Chen, Tseng, Huang, Chuang. The barriers to initiating insulin therapy among people with type 2 diabetes in Taiwan- a qualitative study. J Diabetes Metab. 212; Volume 3 number 5: 1-4 13. Nita Y. Yuda A. Nugraheni G. Pengetahuan pasien tentang diabetes melitus dan obat antidiabetes oral. Jurnal farmasi Indonesia. 212; 6: 38-47. 14. Achmad YSU. Hubungan antara 4 pilar pengelolaan diabetes melitus dengan keberhasilan pengelolaan diabetes melitus tipe 2.[Skripsi] Semarang:Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro; 211. 15. McCulloh DK. Management of persistent hyperglycemia in type 2 diabetes mellitus. 21. Available from: [Cited 27 Okt 213] http://www.uptodate.com/home/ content/topic.do?topickey=diab etes/2434 1