I. PENDAHULUAN. bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, cerdas, kreatif, terampil, dan

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan pokok manusia dan memegang peranan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan manusia yang

I. PENDAHULUAN. Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berilmu, kreatif, mandiri, serta mampu

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan pembangunan,

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha yang mempunyai tujuan, yang dengan. didik (Sardiman, 2008: 12). Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman yang semakin pesat menuntut adanya sumber daya manusia. Salah satu wahana untuk meningkatkan kualitas sumber daya

A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Matematika sebagai salah satu ilmu dasar, mempunyai peranan yang sangat

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di negara Indonesia dilakukan dalam upaya meningkatkan mutu

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu bagian terpenting dalam suatu pembangunan,

I. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam meningkatkan dan mengembangkan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu hal yang penting untuk kemajuan

I. PENDAHULUAN. dirinya sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Pendidikan juga

I. PENDAHULUAN. melalui proses pembelajaran. Hal ini tercantum dalam Undang-Undang Republik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan menentukan kualitas sumber daya manusia di suatu negara,

I. PENDAHULUAN. Hal ini sesuai dengan UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

(PTK Pada Siswa Kelas VIII B SMP Muhammadiyah 10 Surakarta)

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang- Undang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha untuk menumbuhkembangkan potensi SDM melalui

I. PENDAHULUAN. kesejahteraan hidup. Pentingnya pendidikan di Indonesia tercermin dalam

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan sangat penting dalam kehidupan karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia (SDM), karena sumber daya yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Di era-globalisasi saat ini kita dituntut untuk siap dalam bersaing dalam segala hal khusunya dalam bidang

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. serta bertanggung jawab. Salah satu cara memperoleh sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. teknologi. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana digariskan dalam Pasal 3 Undang-Undang Republik. RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas).

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Undang No.20 tahun 2003). Pendidikan memegang peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses pengembangan daya nalar, keterampilan, dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. pendidikan di Indonesia, agar siswa memiliki pola pikir yang sistematis dan

BAB I PENDAHULUAN. Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berbudi pekerti luhur memiliki

I. PENDAHULUAN. kehidupan tersebut maka seseorang harus banyak belajar. Proses belajar yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di era globalisasi yang semakin berkembang menuntut adanya

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang sangat penting bagi perkembangan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah hal yang penting bagi setiap manusia, karena dengan pendidikan

I. PENDAHULUAN. kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan manusia yang bertakwa

BAB I PENDAHULUAN. karakter kuat, berpandangan luas ke depan untuk meraih cita-cita yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. manusia dan masyarakat suatu bangsa. Pendidikan diharapkan mampu

BAB I PENDAHULUAN. yang sedang terjadi dengan apa yang diharapkan terjadi.

I. PENDAHULUAN. Dunia pendidikan di Indonesia dewasa ini sedang mengalami krisis, yang harus dijawab oleh dunia pendidikan. Jika proses-proses

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini sangat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan suatu bangsa guna

I. PENDAHULUAN. Pendidikan dilakukan secara terencana dalam mewujudkan proses pembelajaran agar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. kehidupan sehingga diperlukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan Negara Indonesia termuat dalam pembukaan UUD

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia melalui kegiatan pembelajaran. Undang-Undang

1. PENDAHULUAN. menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

I. PENDAHULUAN. merupakan sarana yang sangat baik dalam pembinaan sumberdaya manusia.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. berbudi pekerti, dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa. penentu kebijakan. Upaya peningkatan mutu pendidikan ini ditujukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. akan berusaha untuk mengaktualisasi pengetahuannya tersebut di dalam. latihan, bagi pemerannya dimasa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya merupakan proses pengembangan sumber daya

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER DAN THINK PAIR SHARE TERHADAP HASIL BELAJAR

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam

BAB I PENDAHULUAN. Akan tetapi yang perlu diingat bahwa pendidikan akan berhasil dengan. negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Setiap anak diberikan berbagai bekal sejak lahir seperti berbagai aspek

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku pada diri pribadinya. Perubahan tingkah laku inilah yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Saat ini pembangunan bidang pendidikan merupakan bagian yang sangat

I. PENDAHULUAN. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menuntut perubahan. berlangsung sesuai dengan tujuan yang diharapkan (Trianto, 2007:3).

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting sebagai sarana yang tepat untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. yang mana didalamnya terdapat pembelajaran tentang tingkah laku, norma

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu faktor yang menentukan kemajuan bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. menjadi manusia yang mandiri, bertanggung jawab, kreatif, berilmu, sehat,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting untuk menjamin

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERJASAMA SISWA SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas, pendidikan memegang

I. PENDAHULUAN. Menurut Hasbullah (2009:2). Kegiatan pokok dalam keseluruhan proses pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. manusia, supaya anak didik menjadi manusia yang berkualitas, profesional,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. bermartabat, menjunjung tinggi harkat kemanusiaan dan menekankan. Akan tetapi yang perlu diingat bahwa pendidikan akan berhasil dengan

BAB I PENDAHULUAN. latihan. Pendidikan memberikan peranan yang sangat besar dalam menciptakan

I. PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional diatur dalam pasal 3 Undang-undang No. 20 Tahun

I. PENDAHULUAN. taraf hidup manusia. Sebagaimana disebutkan dalam Undang-undang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. karena belajar merupakan kunci untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Tanpa

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan manusia yang bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, cerdas, kreatif, terampil, dan produktif. Hal tersebut tercantum di dalam UU Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 bahwa tujuan pendidikan nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berilmu, kreatif, sehat jasmani dan rohani, berkepribadian yang mantap dan mandiri, serta bertanggung jawab. Pendidikan merupakan upaya sadar yang dilakukan agar peserta didik atau siswa dapat mencapai tujuan tertentu dan juga proses aktualisasi peserta didik melalui berbagai pengalaman belajarnya. Pendidikan dapat ditempuh melalui jalur formal dan nonformal. Pendidikan formal dilakukan melalui proses belajar di sekolah. Kegiatan pokok dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah adalah kegiatan pembelajaran, hal ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan salah satunya tergantung kepada proses pembelajaran yang dialami siswa. Penyelenggaraan pendidikan tidak lepas dari tujuan pendidikan yang hendak dicapai, karena tercapai tidaknya tujuan

pendidikan merupakan tolak ukur dari keberhasilan penyelenggaraan pendidikan. Guru sebagai pendidik memegang peranan yang penting dalam kegiatan pembelajaran. Guru tidak hanya dituntut untuk memiliki kemampuan dalam pengalaman teoritis tetapi juga harus memiliki kemampuan praktis. Kedua hal ini sangat penting karena seorang guru dalam kegiatan pembelajaran bukan hanya berperan untuk menyampaikan materi saja tetapi juga harus berusaha agar mata pelajaran yang sedang disampaikan menjadi kegiatan pembelajaran yang menyenangkan dan mudah dipahami bagi siswa. Apabila guru tidak dapat menyampaikan materi dengan tepat dan menarik, dapat menimbulkan kesulitan belajar bagi siswa, sehingga hasil belajar tidak optimal. Refleksi keseluruhan dari pembelajaran ditunjukkan oleh hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Namun kenyataannya dalam pembelajaran untuk memperoleh hasil yang sesuai dengan tujuan tidaklah mudah. Dalam kegiatan pembelajaran di sekolah sering dijumpai beberapa masalah. Antara lain beberapa siswa mempunyai nilai kurang optimal dalam sejumlah mata pelajaran, khususnya pada pelajaran matematika. Faktor tersebut dikarenakan kurang optimalnya interaksi siswa dalam pembelajaran yang mengakibatkan kurang adanya saling membantu dalam pembelajaran matematika. Dengan demikian pembelajaran matematika hanya sebatas menyimak, dan menulis apa yang guru jelaskan. Untuk hasil yang optimal maka pada pembelajaran matematika, guru perlu mengarahkan siswanya agar terlibat langsung dalam pembelajaran. Sehingga diharapkan siswa dapat menguasai matematika yang sangat berperan penting dalam kehidupan.

3 Matematika merupakan Pengetahuan dasar yang dimiliki siswa pada tingkatan sekolah menengah diantaranya adalah membaca, menulis, dan berhitung. Pengetahuan dasar berhitung telah dikembangkan dalam dunia pendidikan melalui pelajaran matematika. Matematika sebagai salah satu ilmu dasar mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari yang mendukung kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sehingga, matematika merupakan salah satu mata pelajaran pokok di sekolah yang diajarkan pada setiap jenjang pendidikan mulai dari sekolah dasar, sekolah lanjutan, sampai dengan perguruan tinggi. Matematika perlu dipelajari oleh siswa karena melalui matematika siswa dapat menumbuhkembangkan pola berfikir logis, sistematis, obyektif, kritis dan rasional seiring dengan peningkatan mutu pembelajaran. Oleh karena itu, perlu dilakukan perbaikan-perbaikan dalam peningkatan mutu pembelajaran matematika di sekolah. Mengingat pentingnya peningkatan mutu pembelajaran, maka kegiatan pembelajaran diupayakan dapat meningkatkan antusiasme siswa, sehingga siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran. Salah-satunya dengan memvariasikan model pembelajaran. Dalam proses pembelajaran guru dituntut menghindarkan kejenuhan dan tekanan belajar dengan memvariasikan model pembelajaran. Pembelajaran kovensional yang diterapkan oleh guru selama ini diduga belum menciptakan suasana belajar yang melibatkan siswa secara optimal. Pemilihan pembelajaran melalui kerja kelompok merupakan upaya yang banyak melibatkan siswa secara langsung dalam pembelajran. Pembelajaran konvensional pada saat ini masih mendominasi sekolah di

Bandar Lampung, salah satunya SMAN 13 Bandar Lampung. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru Matematika kelas XI SMAN 13 Bandar Lampung, diperoleh informasi bahwa pembelajaran matematika yang dilakukan guru pada umumnya masih menggunakan pembelajaran konvensional. Dalam pembelajaran matematika di kelas peran guru lebih dominan, rumus atau konsep diterangkan, kemudian siswa dilatih menggunakan rumus tersebut secara individu. Kegiatan pembelajaran diawali dengan guru menjelaskan materi pelajaran, memberikan contoh soal dan langkahlangkah pengerjaannya, kemudian guru memberi latihan soal kepada siswa. Pembelajaran ini menggambarkan suatu kegiatan guru yang aktif memberikan informasi, sedangkan kegiatan siswa hanya menyimak, mencatat, dan mengerjakan tugas. Dalam pelaksanaan pembelajaran, SMAN 13 Bandar Lampung masih jarang dilakukan pembentukan kelompok kecil. Sehingga siswa tidak terlibat langsung dalam pembelajaran. Berdasarkan uraian di atas, pelaksanaan pembelajaran masih didominasi oleh guru dan siswa masih pasif. Hal ini berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Salah satu upaya yang digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa diantaranya dengan memberikan pengalaman belajar melalui variasi model pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif tipe NHT tumbuh dari suatu tradisi pendidikan yang menekankan berpikir dan latihan bertindak demokratis, pembelajaran aktif, perilaku kooperatif, dan menghormati perbedaan dalam masyarakat multibudaya. Dalam pelaksanaannya pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat merubah peran guru dari peran terpusat pada guru ke peran pengelola aktivitas

5 kelompok kecil. Sehingga dengan demikian peran guru yang selama ini monoton akan berkurang dan siswa akan semakin terlatih untuk menyelesaikan berbagai permasalahan. Baik permasalahan yang sederhana maupun yang komplek. Siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen dari segi kemampuan akademiknya, sehingga siswa yang kurang paham dengan materi pelajaran dapat berdiskusi dengan anggota kelompoknya. Dengan demikian siswa dapat belajar berkomunikasi dengan anggota kelompok lainnya. Setiap anggota kelompok memiliki tanggung jawab dan ketergantungan positif terhadap tugas yang diberikan oleh guru. Dalam pembelajaran kooperatif tipe NHT siswa lebih bertanggungjawab terhadap tugas yang diberikan karena dalam proses pembelajaran, siswa dalam setiap kelompok diberi nomor yang berbeda. Setiap siswa diberikan tugas untuk menyelesaikan soal yang sesuai dengan nomor anggota mereka. Tetapi pada umumnya mereka harus mampu mengetahui dan menyelesaikan semua soal yang ada dalam Lembar Kerja Kelompok (LKK). Dalam pembelajaran dengan ini, tiap anggota kelompok memperoleh nomor dan tiap anggota tahu bahwa hanya satu murid yang dipanggil untuk mempresentasikan jawaban. Sehingga setiap anggota harus berusaha untuk mengetahui jawabannya. Itulah cara mereka memperoleh poin tanpa memperdulikan nomor berapa yang dipanggil. Hal yang unik dalam pembelajaran ini adalah hanya satu orang yang akan mempresentasikan jawaban tanpa diberitahu sebelumnya. Pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah suatu model pembelajaran yang

memungkinkan siswa untuk lebih aktif dan bertanggung jawab penuh dalam memahami materi pelajaran baik secara kelompok maupun individual. Guru tidak lagi mendominasi proses pembelajaran dan hanya bertindak sebagai fasilitator. Selama pembelajaran siswa dilibatkan secara langsung sehingga masing-masing siswa memperoleh pengetahuan dan pengalaman belajarnya. Sesuai Lundgren (dalam Ibrahim 2000: 18), bahwa pembelajaran kooperatif tipe NHT bermanfaat bagi siswa untuk menjadikan rasa harga diri siswa menjadi lebih tinggi, perilaku mengganggu menjadi lebih kecil, konflik antara pribadi berkurang, pemahaman yang lebih mendalam, meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi, dan yang paling penting hasil belajar mejadi lebih tinggi. Berdasarkan uraian di atas model pembelajaran kooperatif tipe NHT memiliki peran penting terhadap hasil belajar. Diperkuat oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa pendidikan matematika Universitas Lampung, diantaranya adalah Made (2010) dan Chandra (2010). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Made pada kelas VII di SMP Bina Seputih Agung dengan objek penerima tindakan siswa kelas VII A yang sebelumnya masih menggunakan model pembelajaran kovensional, setelah ia menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dikelas tersebut, siswa yang tuntas (KKM) sebelumnya 41,9% meningkat menjadi 70,9%, sehingga ia menyimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Kemudian dilanjutkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Chandra pada kelas VI di SMP Surya Darma 2, dengan objek penerima tindakan merupakan siswa kelas VI A, yang sebelumnya juga masih

7 menggunakan model pembelajaran konvensional, setelah ia menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT di kelas tersebut, siswa yang tuntas (KKM) sebelumnya 47,06% meningkat menjadi 71,14%, sehingga ia menyimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Dari hasil penilitian Made, dan Chandra bahwa model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan hasil belajar. Dengan model pembelajaran ini, diharapkan siswa lebih bersemangat dalam mengikuti proses pembelajran. Sehingga siswa lebih termotivasi untuk mempelajari materi atau konsep yang diajarkan serta melatih kemampuan yang mereka miliki, sehingga pada akhirnya dapat berpengaruh positif terhadap hasil belajar matematika. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah pembelajaran kooperatif tipe NHT berpengaruh positif terhadap hasil belajar matematika? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap hasil belajar matematika. D. Manfaat Penelitian

Melalui penelitian ini diharapkan : 1) Bagi siswa, melalui penelitian ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan siswa tentang cara belajar matematika dalam upaya untuk meningkatkan hasil belajar matematika. 2) Bagi guru, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan dapat membuka wawasan guru akan keberagaman model pembelajaran yang dapat dipilih dan dimanfaatkan dalam proses pembelajaran. 3) Bagi sekolah, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan bagi pihak sekolah dalam usaha meningkatkan hasil belajar matematika siswa. E. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini sebagai berikut: 1) Pengaruh diartikan sebagai daya atau dampak yang timbul dari sesuatu yang berkekuatan atau dominan. Sesuatu yang berkekuatan dalam penelitian ini adalah penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT. Hal yang dilihat sebagai pengaruh dalam penelitian ini adalah signifikansi perbedaan rata-rata nilai tes hasil belajar siswa yang menggunakan penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan pembelajaran konvensional. 2) Pembelajaran kooperatif tipe NHT yaitu pembelajaran kooperatif yang memiliki empat struktur langkah kegiatan utama yaitu penomoran, pengajuan pertanyaan, berpikir bersama dan pemberian jawaban. Setiap siswa dalam kelompok memiliki nomor yang berbeda dan kemampuan

9 akademik yang heterogen. 3) Pembelajaran tidak kooperatif, dalam hal ini adalah pembelajaran konvensional yaitu pembelajaran yang terpusat pada guru, guru aktif memberikan informasi sedangkan siswa hanya menyimak, mencatat, dan mengerjakan tugas. 4) Hasil belajar yang dimaksud adalah kemampuan kognitif siswa setelah mempelajari matematika pokok bahasan sukubanyak (polinomial) yang ditunjukkan dengan nilai tes hasil belajar.