BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang Undang Dasar Repubik Indonesia (UUD 1945) Pasal 1 ayat (3).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945, telah ditegaskan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan mengatur tata tertib dalam kehidupan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia adalah negara berdasarkan UUD 1945 sebagai konstitusi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Agar hukum dapat berjalan dengan baik pelaksanaan hukum

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan tanpa kecuali. Hukum merupakan kaidah yang berupa perintah

BAB I PENDAHULUAN. Pertama, hal Soerjono Soekanto, 2007, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Raja Grafindo Persada, Cetakan

BAB I PENDAHULUAN. kekerasan. Tindak kekerasan merupakan suatu tindakan kejahatan yang. yang berlaku terutama norma hukum pidana.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Praperadilan merupakan lembaga baru dalam dunia peradilan di

BAB I PENDAHULUAN. yang telah tercakup dalam undang-undang maupun yang belum tercantum dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan tindak pidana dalam kehidupan masyarakat di

BAB I PENDAHULUAN. tercipta pula aturan-aturan baru dalam bidang hukum pidana tersebut. Aturanaturan

Presiden, DPR, dan BPK.

BAB I PENDAHULUAN. peradilan adalah untuk mencari kebenaran materiil (materiile waarheid)

BAB I PENDAHULUAN. pidana yang diancamkan terhadap pelanggaran larangan 1. Masalah pertama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hukum berkembang mengikuti perubahan zaman dan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. dalam hal dan menurut tata cara yang diatur dalam undang-undang untuk

BAB I PENDAHULUAN. ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan

BAB I PENDAHULUAN. Perbuatan yang oleh hukum pidana dilarang dan diancam dengan pidana

BAB I PENDAHULUAN. mendukung pelaksanaan dan penerapan ketentuan hukum pidana materiil,

BAB I PENDAHULUAN. pengadilan yang dilakukan oleh aparat penegak hukum. pemeriksaan di sidang pengadilan ada pada hakim. Kewenangan-kewenangan

I. PENDAHULUAN. hukum sebagai sarana dalam mencari kebenaran, keadilan dan kepastian hukum. Kesalahan,

BAB I PENDAHULUAN. 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 amandemen ke-iii. Dalam Negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Agar hukum dapat berjalan dengan baik, maka berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. Perbuatan tersebut selain melanggar dan menyimpang dari hukum juga

BAB I PENDAHULUAN. paling dominan adalah semakin terpuruknya nilai-nilai perekonomian yang

BAB I PENDAHULUAN. perbuatan menyimpang yang ada dalam kehidupan masyarakat. maraknya peredaran narkotika di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Ketentuan Pasal 184 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara republik Indonesia adalah negara hukum, berdasarkan pancasila

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, sehingga harus diberantas 1. hidup masyarakat Indonesia sejak dulu hingga saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. tertib, keamanan dan ketentraman dalam masyarakat, baik itu merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam Penjelasan Undang Undang Dasar 1945, telah dijelaskan

BAB I PENDAHULUAN. dapat diungkap karena bantuan dari disiplin ilmu lain. bantu dalam penyelesaian proses beracara pidana sangat diperlukan.

BAB I PENDAHULUAN. sekali terjadi, bahkan berjumlah terbesar diantara jenis-jenis kejahatan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. (rechtsstaat), tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka (machtsstaat). Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. maraknya penggunaan media elektronik mulai dari penggunaan handphone

BAB I PENDAHULUAN. informasi dan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. negara hukum. Negara hukum merupakan dasar Negara dan pandangan. semua tertib hukum yang berlaku di Negara Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak merupakan genersi penerus bangsa di masa yang akan datang,

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam pergaulan di tengah kehidupan masyarakat dan demi kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. lazim disebut norma. Norma adalah istilah yang sering digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Di masa sekarang ini pemerintah Indonesia sedang giat-giatnya

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MEDAN AREA

BAB I PENDAHULUAN. Tercatat 673 kasus terjadi, naik dari tahun 2011, yakni 480 kasus. 1

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perubahan tersebut ditegaskan bahwa ketentuan badan-badan lain

BAB I PENDAHULUAN. melalui media massa maupun media elektronik seperti televisi dan radio.

BAB I PENDAHULUAN. hukum, tidak ada suatu tindak pidana tanpa sifat melanggar hukum. 1

BAB I PENDAHULUAN. hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya. 1. perundang-undangan lain yang mengatur ketentuan pidana di luar KUHP

BAB I PENDAHULUAN. dengan pemeriksaan oleh Ankum yang menangani pelanggaran disiplin.

BAB I PENDAHULUAN. semua warga negara bersama kedudukannya di dalam hukum dan. peradilan pidana di Indonesia. Sebelum Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tegaknya negara hukum menjadi tugas dan tanggung jawab dari

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang pengaruhnya sangat luas. Perubahan-perubahan yang

BAB I PENDAHULUAN. terdakwa melakukan perbuatan pidana sebagaimana yang didakwakan Penuntut. tahun 1981 tentang Kitab Hukum Acara Pidana.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

dikualifikasikan sebagai tindak pidana formil.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan wujud penegakan hak asasi manusia yang melekat pada diri. agar mendapatkan hukuman yang setimpal.

PERAN DAN KEDUDUKAN AHLI PSIKIATRI FORENSIK DALAM PENYELESAIAN PERKARA PIDANA

III. METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini penulis melakukan dua pendekatan yaitu :

BAB I PENDAHULUAN. pada Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia yang berbunyi Negara Indonesia adalah Negara Hukum.

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan amanat dari Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam dirinya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat tidak pernah lepas dengan. berbagai macam permasalahan. Kehidupan bermasyarakat akhirnya

I. PENDAHULUAN. Hak asasi manusia merupakan dasar dari kebebasan manusia yang mengandung

BAB I PENDAHULUAN. pribadi maupun makhluk sosial. Dalam kaitannya dengan Sistem Peradilan Pidana

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bukti yang dibutuhkan dalam hal kepentingan pemeriksaan suatu

BAB I PENDAHULUAN. mampu memimpin serta memelihara kesatuan dan persatuan bangsa dalam. dan tantangan dalam masyarakat dan kadang-kadang dijumpai

BAB I PENDAHULUAN. makmur yang merata materiil dan spirituil berdasarkan Pancasila dan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. positif Indonesia lazim diartikan sebagai orang yang belum dewasa/

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses peradilan yang sesuai dengan prosedur menjadi penentu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemeriksaan suatu perkara pidana di dalam suatu proses peradilan pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap bangsa mempunyai kebutuhan yang berbeda dalam hal

III. METODE PENELITIAN. satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan cara menganalisanya 1

BAB I PENDAHULUAN. diperiksa oleh hakim mengenai kasus yang dialami oleh terdakwa. Apabila

I. PENDAHULUAN. dirasakan tidak enak oleh yang dikenai oleh karena itu orang tidak henti hentinya

BAB I PENDAHULUAN. sering terjadi penyimpangan-penyimpangan terhadap norma-norma pergaulan. tingkat kejahatan atau tindak pidana pembunuhan.

I. PENDAHULUAN. Hukum merupakan seperangkat aturan yang diterapkan dalam rangka menjamin

BAB I PENDAHULUAN. baik. Perilaku warga negara yang menyimpang dari tata hukum yang harus

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang. Sebagai

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan Negara Indonesia adalah Negara hukum. 1 Adapun tujuan

BAB I PENDAHULUAN. dinyatakan bersalah dan dijatuhi pidana. hubungan seksual dengan korban. Untuk menentukan hal yang demikian

BAB I PENDAHULUAN. Pidana (KUHAP) adalah seorang yang karena perbuatannya atau keadaannya,

BAB I PENDAHULUAN. Penyelidikan merupakan bagian yang tidak dapat di pisahkan dari. penyidikan, KUHAP dengan tegas membedakan istilah Penyidik dan

PRAPERADILAN SEBAGAI UPAYA KONTROL BAGI PENYIDIK DALAM PERKARA PIDANA

BAB I PENDAHULUAN. Kejahatan adalah suatu permasalahan yang terjadi tidak hanya di dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. adanya jaminan kesederajatan bagi setiap orang di hadapan hukum (equality

BAB I PENDAHULUAN. dapat di pandang sama dihadapan hukum (equality before the law). Beberapa

BAB I PENDAHULAN. dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia dalam Pasal 1 Ayat (3)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Teknologi informasi saat ini semakin berkembang dan berdampak

BAB I PENDAHULUAN. mendorong terjadinya krisis moral. Krisis moral ini dipicu oleh ketidakmampuan

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Undang Dasar 1945, sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 27 ayat (1) UUD 1945, yang

I. PENDAHULUAN. kebebasan, baik yang bersifat fisik maupun pikiran. Oleh karena itu, Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang khususnya berkaitan dengan hukum, moralitas serta ketidakadilan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Melihat perkembangan kepolisian dari hari ke hari memang tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Kesatuan Republik Indonesia sesuai dengan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Hukum adalah sesuatu yang sangat sulit untuk didefinisikan. Terdapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berkembangnya arus modernisasi serta cepatnya perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki derajat yang sama dengan yang lain. untuk memperoleh pendidikan dan pengajaran. Dalam Pasal 2 Undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. berlakunya Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Negara Indonesia merupakan negara hukum sebagaimana yang termuat dalam Undang Undang Dasar Repubik Indonesia (UUD 1945) Pasal 1 ayat (3). Dalam segala aspek kehidupan bernegara dan masyarakat diatur berdasarkan aturan hukum yang berlaku. Hal tersebut mengandung konsekuensi logis bahwa negara Indonesia berpegang pada supremasi hukum, artinya hukum digunakan sebagai dasar dan landasan pijak setiap perbuatan masyarakat atau warga negara termasuk aparat penegak hukum. Terwujudnya supremasi hukum sangat dipengaruhi konsisten dan tidaknya dalam penegakan hukum terhadap nilai nilai, moral, hukum dan kesadaran hukum bagi masyarakat maupun penegak hukum termasuk pemimpin negara. 1 Memaknai hukum sebagai seperangkat peraturan yang mengatur masyarakat, baru akan berarti bila didukung oleh aparat yang tegas dan berdedikasi, dengan sanksi yang tegas dan jelas sehingga tegaknya suatu keadilan dapat dirasakan manfaatnya. Keadilan yang dimaksud adalah keadilan vindikatif(bukan absolut) yang implementasinya menjatuhkan hukuman berdasar prosedur hukum yang jelas dengan alasan yang mendasar serta tidak atas dasarkesetiakawanan, kompromi dan alasan lainnya, yang justru jauh dari rasa keadilan. 2 1 Sadjijono, 2008, POLRI dalam Perkembangan Hukum di Indonesia, LaksBang PRESSindo, Yogyakarta, hlm.59. 2 Moh. Hatta, 2008, Menyongsong Penegakan Hukum Responsif SISTEM PERADILAN PIDANA TERPADU, (Cet. Ke-1) Galangpress, Yogyakarta, hlm.3. 1

2 Dalam memposisikan supremasi hukum secara tegak dengan disokong para penegak hukumnya ke dalam bingkai keadilan sosial yang berperikemanusiaan, maka sudah sewajarnya semua elemen dinegara ini berusaha memperjuangkan terutama dalam peningkatan pelayanan hukum termasuk SDM (sumber daya manusia) yang berkualitas, bukan hanya berpendidikan tinggi tetapi juga dibarengi kepbribadian yang berkualitas. Hal ini penting karena aparat penegak hukum (law enforcement agency) merupakan ujung tombak dalam pelaksanaan penegakan hukum tersebut. 3 Adapun aparat yang memiliki posisi paling strategis dalam penegakan hukum adalah polisi, jaksa dan hakim. Peran aparat penegak hukum, Khususnya polisi sebagaimana diatur dalam Undang Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia yang pada hakekatnya polisi bertugas menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum, perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat. Peran polisi yang bertugas baik sebagai law enforcement agency (aparat penegak hukum) maupun juga sebagai order maintenance officer (pemelihara keamanan dan ketertiban masyarakat) sangatlah dibutuhkan pada situasi konkrit, karena perkembangan dan pertumbuhan manusia yang didukung oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi juga berdampak terhadap perkembangan modus operandi dan teknik dilakukannya kejahatan itu. Banyak kalangan berpikir bahwa pada saat ini kejahatan lebih mengancam dibanding dengan keadaan sebelumnya sehingga masyarakat mengalami keguncangan. Kejahatan selalu menimbulkan reaksi yang keras dari masyarakat. 3 Ibid, hlm.39.

3 Publiksi media cetak maupun elektronik gencar meliput kejahatan yang terjadi, termasuk di Indonesia beberapa stasiun televisi menayangkan terjadinya berbagai peristiwa kejahatan street crime seperti pembunuhan, perampokan, penganiayaan dan sebagainya maupun white collar crime seperti korupsi, kejahatan perbankan dan sebagainya. 4 Dalam pencegahan dan pemberantasan kejahatan oleh kepolisian dibutuhkan keprofesionalisan lembaga kepolisian dalam menangulanginya sesuai dengan peraturan peraturan perundangan undangan yang berlaku. Penegakan hukum yang dilakukan oleh polisi harus sesuai dengan aturan hukum acara pidana yang telah ada, yang mempunyai fungsi sebagai alat untuk menyelesaikan segala kepentingan yang berhubungan dengan perbuatan melawan hukum yang diatur dalam hukum pidana. Pada dasarnya hukum acara pidana mengacu pada Undangundang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana (KUHAP) dan undang undang lainnya yang menjadi dasar hukum masing masing. Adanya aturan hukum acara selain untuk melaksanakan hukum pidana materiil juga ditujukan untuk melindungi dan menjamin hak hak individu yang diduga terkait dengan peristiwa tindak pidana, agar terhindar dari tindakan kesewenang wenangan dari aparat penegak hukum. Perlindungan dan jaminan tersebut dimulai sejak pemerikaaan oleh kepolisian hingga sampai pada pelaksanaan pemidanaan. Pemeriksaan di kepolisiaan yang meliputi kegiatan dalam proses penyelesaian perkara pidana 4 Ibid, hlm.41.

4 adalah penyelidikan dan penyidikan. Penyelidikan dalam KUHAP Pasal 1 ayat (5) yang berbunyi : serangkaian tindakan penyelidik untuk mencari dan menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna menentukan dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan menurut cara yang diatur dalam undang-undang. Sedangkan penyidikan dalam KUHAP Pasal 1 ayat (2) yang berbunyi : Serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang undang ini untuk mencari dan mengumpulkan bukti yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya. Selanjutnya yang dapat melakukan penyelidikan dan penyidikan adalah Polisi Negara Repubik Indonesia. Tindakan penyidikan dimaksudkan untuk mencari serta mengumpulkan bukti supaya peristiwa yang diduga tindak pidana tersebut, dapat menjadi terang dan jelas, serta agar dapat menemukan dan menentukan siapa tersangkanya, Menurut KUHAP Pasal 1 ayat (14) tersangka adalah seseorang yang karena perbuatannya atau keadaannya berdasarkan bukti permulaan patut diduga sebagai pelaku tindak pidana, Pasal 17 KUHAP menyebutkan bahwa Perintah penangkapan dilakukan terhadap seorang yang diduga keras melakukan tindak pidana berdasarkan bukti permulaan yang cukup. Pengertian tersangka menurut KUHAP tersebut memiliki konsekuensi logis bahwa bukti permulaan saja belum dapat untuk menetapkan tersangka, namun pada tahap penyidikan untuk

5 dilakukannya penangkapan dibutuhkan lebih daripada bukti permulaan yaitu bukti permulaan yang cukup. Secara yuridis formal mengenai perlindungan dan jaminan terhadap hak seseorang atas asas praduga tak bersalah dan setiap individu mempunyai kedudukan yang sama dihadapan hukum, belum seutuhnya terlindungi dan terjamin didalam KUHAP. Pada kenyataan yang menunjukan bahwa ada ketidaksamaan dalam proses hukum dan masih adanya diskriminasi dalam proses hukum yang berjalan, akibatnya dalam bidang penegakan hukum sering dirasakan ketidakobjektifan, penerapan hukum yang tidak memberikan kepastian hukum dan yang tidak mengacu pada rasa keadilan. Apabila penerapan hukum yang demikian terjadi terus menerus dalam waktu yang lama, maka dapat dipastikan akan terjadi suatu akibat yang fatal yaitu anggapan bahwa dalam proses peradilan di kepolisian tidak ada kepastian hukum. Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis secara khusus tertarik melakukan penelitian hukum terhadap penentuan tersangka dalam tindak pidana pembunuhan, oleh karena itu judul penulisan skripsi ini adalah Penentuan Tersangka Berdasarkan Bukti Permulaan Yang Cukup Untuk Mengungkap Tindak Pidana Pembunuhan. B. Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas maka dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimanakah penentuan tersangka dalam tindak pidana pembunuhan?

6 2. apakah kendala yang dialami polisi dalam menentukan tersangka tindak pidana pembunuhan? C. Tujuan penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian hukum ini adalah : 1. Untuk memperoleh data tentang penentuan tersangka dalam tindak pidana pembunuhan. 2. Untuk memperoleh data tentang kendala yang dialamipolisi dalam menentukan tersangka tindak pidana pembunuhan. D. Manfaat penelitian Manfaat yang diharapkan Penulis dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat teoritis : a. Untuk mendalami teori-teori yang telah penulis peroleh selama menjalani kuliah strata satu di Fakultas Hukum Universitas Atma Jaya Yogyakarta. b. Diharapkan hasil penelitian dapat memberikan sumbangan pemikiran dan landasan teoritis bagi masyarakat umum, aparat penegak hukum, perguruan tinggi dan pemerintah dalam pengembangan ilmu hukum pada umumnya serta hukum acara pidana khususnya.

7 c. Sebagai salah satu sarana untuk menambah referensi dan literatur yang dapat digunakan untuk melakukan kajian hukum dan penulisan ilmiah bidang hukum selanjutnya. 2. Manfaat praktis : a. Guna memberi jawaban atas permasalahan yang akan diteliti. b. Guna mengembangkan penalaran dan membentuk pola pikir yang dinamis serta untuk mengetahui sejauh mana kemampuan penulis dapat menerapkan ilmu yang telah diperoleh. c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan dan membantu penelitian bagi pihak-pihak yang terkait dengan masalah yang diteliti. d. Bagi Universitas Atma Jaya, penelitian ini dapat menambah pembendaharaan bacaan ilmiah dan memberi masukan bagi pihak yang berminat untuk memperdalam masalah yang diteliti. E. Keaslian penelitian Penelitian dengan judul Penentuan Tersangka Berdasarkan Bukti Permulaan Yang Cukup Untuk Mengungkap Tindak Pidana Pembunuhan merupakan karya asli penulis. Penelitian ini bukan merupakan duplikasi ataupun plagiasi dari hasil karya penulis lain. Dalam mengutip hasil karya pendapat orang lain, saya selaku peneliti juga mencantumkan sumber sumber yang saya peroleh dengan menuangkannya didalam catataan kaki(footnote), bahwa sumber tersebut merupakan pelengkap untuk menunjang penelitian ini agar mendapat hasil yang

8 maksimal. Selain itu penulis juga memamarkan beberapa penelitian pernah dilakukan sebelumnya oleh penulis terdahulu, diantaranya : 1. Pertimbangan Polisi Dalam Menentukan Tindak Pidana dan Tersangka Berdasarkan Bukti Permulaan Yang Cukup Dalam Penyalahgunaan Narkotika. Ditulis oleh Indranas Gaho, NPM : 090510165, Fakultas Hukum Universitas Atma Jaya Yogyakarta. a. Rumusan masalah : Bagaimana pertimbangan polisi dalam menentukan tindak pidana dan tersangka berdasarkan bukti permulaan yang cukup dalam penyalahgunaan narkotika?, dan Hambatan apakah yang dihadapi dalam proses penyelidikan dan penyidikan oleh polisi untuk menentukan seorang yang diduga atau tersangka sebagai pelaku atau korban penyalahgunaan narkotika? b. Tujuan penelitian : Secara objektif tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh data tentang bagaimana pertimbangan polisi dalam menentukan tindak pidana dan tersangka berdasarkan bukti permulaan yang cukup dalam penyalahgunaan narkotika dan hambatan apakah yang timbul dalam penyidikan oleh polisi pada kasus penyalahgunaan narkotika tersebut? c. Hasil Penelitian : Berdasarkan hasil penelitian penulis, pertimbangan Polisi dalam menentukan tindak pidana dan tersangka penyalahgunaan narkotika apabila telah ditemukan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah sebagaimana

9 ditegaskan menurut undang-undang yang telah diatur dalam Pasal 184 ayat (1) KUHAP yakni keterangan saksi, keterangan ahli, surat, petunjuk dan keterangan terdakwa. Alat bukti permulaan sebagai dasar pertimbangan bagi polisi dalam menentukan tindak pidana dan tersangka sebagai pelaku atau sebagai korban penyalahgunaan narkotika. Hambatan yang dihadapi dalam proses penyelidikan dan penyidikan oleh polisi untuk menentukan seorang yang diduga atau tersangka sebagai pelaku atau korban penyalahgunaan narkotika antara lain: Faktor sumber daya manusia, Faktor anggaran yang dana minim, dan Faktor waktu khusus. 2. Pengumpulan Alat Bukti Dan Barang Bukti Pada Tahap Penyidikan Dalam Kasus Pembunuhan. Ditulis oleh Ilona Uropmabin, NPM : 080509793, Fakultas Hukum Universitas Atma Jaya Yogyakarta. a. Rumusan masalah : Bagaimana cara pengumpulan alat bukti dan barang bukti pada tahap penyidikan dalam kasus pembunuhan?, Apa kendala yang dialami pihak kepolisian dalam mencari alat buktidan barang bukti pada tahap penyidikan dalam kasus pembunuhan? b. Tujuan penelitian : Untuk mengetahui cara pengumpulan alat bukti dan barang bukti pada tahap penyidikan dalam kasus Pembunuhan dan Untuk mengetahui kendala yang dialami

10 kepolisian pada proses pengumpulan alat bukti dan barang bukti dalam kasus pembunuhan. c. Hasil penelitian : Dari pembahasan penulisan skripsi dengan judul Pembuktian Pada Tahap Penyidikan Dalam Kasus Pembunuhan dapat disimpulkan : Pengumpulan alat bukti dan barang bukti pada tahap penyidikan dalam kasus pembunuhan Sertu Santoso dengan nomor surat No.Pol:B/04/III/2013/Ditreskrimum, Laboratoris Kriminalistik, surat No.Pol:B/05/III/2013/Ditreskrimum dilakukan dengan menggunakan alat bukti surat, saksi, dan petunjuk sehingga penyidik yakin bahwa para pelaku pembunuhan adalah Diki dkk. Dan Kendala yang dialami pihak Kepolisian pada proses pengumpulan alat butki dan barang bukti dalam kasus pembunuhan Sertu Santoso karena tersangka telah meninggal dunia setelah dipindahkan dari tahanan Polda DIY ke tahanan LP Cebongan sehingga penyidik kekurangan alat bukti. F. Batasan konsep Agar mempermudah pemahaman dalam penulisan hukum ini, maka berikut ini disampaikan batasan-batasan konsep atau pengertian-pengertian istilah yang berhubungan dengan obyek yang diteliti. Berikut batasan-batasan konsep dalam penelitian ini : 1. Polisi

11 Polisi adalah salah satu aparat penegak hukum yang berwenang melakukan penyelidikan dan penyidikan dalam lingkup hukum pidana. 2. Penentuan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang di maksud dengan Penentuan adalah proses, cara, perbuatan menentukan. Menentukan adalah membuat menjadi tentu (pasti). 5 Dari pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam hal yang ingin ditentukan itu merupakan sesuatu yang belum pasti. 3. Tersangka Pasal 1 ayat (14) KUHAP menyatakan Bahwa tersangka adalah seseorang yang karena perbuatan atau keadaannya, berdasarkan bukti permulaan patut diduga sebagai pelaku tindak pidana. 4. Bukti permulaan yang cukup Bukti permulaan yang cukup adalah bukti sebagai unsur untuk dilakukannya penyidikan oleh polisi dan upaya lain menurut KUHAP untuk membuat suatu peristiwa menjadi terang dan jelas. 5. Tindak pidana pembunuhan Yang dimaksud dengan tindak pidana pembunuhan adalah suatu perbuatan yang dilakukan secara melawan hukum dengan maksud menghilangkan nyawa orang lain. 5 http://kbbi.web.id/tentu. Diakses Selasa, Tanggal 22 september 2015.

12 G. Metode penelitian Metode peneliti adalah cara untuk menjawab dan memecahkan permasalahan yang timbul dalam perumusan masalah. 1. Jenis penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian hukum normatif yaitu penelitian yang didasarkan pada norma hukum positif, pada penelitian kepustakaan guna memperoleh data sekunder dibidang hukum. 6 2. Sumber data Dalam penelitian hukum normatif ini data yang diperoleh berupa data sekunder yakni bahan pustaka yang berkaitan dengan masalah atau materi penelitian, terdiri dari : a) Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang bersifat mengikat. 7 Data yang diperoleh dari peraturan perundang undangan yang tata urutannya sesuai dengan Tata Cara Pembentukan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku, peraturan perundang-undangan, meliputi : 1. Undang Undang Dasar Republik Indonesia 1945; 2. Undang Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia; 3. Kitab Undang Undang Hukum Pidana (KUHP); 6 Soerjono Soekanto dan Sri mamudji, 2003, Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan Singkat, Cetakan keenam, PT. Raja Grafindo Persada Jakarta, hlm.13. 7 Soerjono Soekanto, 1986, Penghantar Penelitian Hukum, Cetakan ketiga, UI Press, Jakarta, hlm.52.

13 4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana (KUHAP); 5. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2012; 6. Peratutan Pemerintah Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2010 Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana; b) Bahan hukum sekunder adalah bahan bahan hukum yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, seperti misalnya buku buku, hasil hasil penelitian rancangan undang undang, hasil karya dari kalangan hukum, dan sebagainya. 3. Metode pengumpulan data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian skripsi ini adalah : a) Studi kepustakaan : pengumpulan data dilakukan dengan cara studi kepustakaan dengan mengumpulkan dan mempelajari data yang diperoleh dari bahan kepustakaan dan memahami buku buku, peraturan peraturan, literatur, makalah, jurnal, internet dan pendapat yang erat dengan materi yang ditulis terkait dengan penelitian. b) Wawancara : melakukan sesi tanya jawab langsung dengan narasumber untuk dimintai keterangan atau pendapatnya sebagai

14 wakil dari pemerintah untuk memperoleh data yang diperlukan untuk penelitian hukum ini yakni Polda Daerah Istimewa Yogyakarta dan segenap jajaran yang diberi wewenang oleh undang undang. Diwakili oleh Kompol I Wayan Artha Wirawan selaku penyidik dan Kanit JATRANS RESKRIMUM POLDA D.I.Yogyakarta. 4. Metode analisis data Metode analisis yang digunakan untuk penelitian hukum normatif ini adalah dengan menggunakan metode analisis deduktif yang artinya menggunakan ukuran kualitatif yaitu data yang diperoleh dari bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, dijelaskan, diseleksi sesuai dengan topik permasalahan yang diajukan. Data yang diperoleh kemudian diolah berdasarkan kualitasnya selanjutnya diambil kesimpulan dengan metode berpikir deduktif, artinya berdasarkan polapola umum disimpulkan ke hal-hal yang khusus sehingga diperoleh kebenaran yang cukup nyata.