PENGARUH T-JUNCTION SEBAGAI ALAT PEMISAH KEROSENE-AIR

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH WATER CUT PADA INLET T-JUNCTION TERHADAP EFISIENSI PEMISAHAN KEROSENE-AIR

EFISIENSI PEMISAHAN KEROSENE-AIR DI T-JUNCTION DENGAN POSISI SUDUT SIDE ARM 45 0

EFISIENSI PEMISAHAN KEROSENE-AIR DI T-JUNCTION DENGAN POSISI SUDUT SIDE ARM 45 0

VISUALISASI POLA ALIRAN DI INLET T- JUNCTION DENGAN VARIASI SUDUT PADA PROSES PEMISAHAN KEROSENE-AIR

I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

Pengaruh Rasio Diameter T-Junction Terhadap Pemisahan Aliran Kerosen-Air

PENGARUH HAMBATAN DOWNSTREAM TERHADAP KARAKTERISTIK PEMISAHAN FASE KEROSENE-AIR PADA T-JUNCTION 90 O. Abstract

PEMISAHAN ALIRAN KEROSEN-AIR (Pada Variasi Sudut Kemiringan Side Arm vertikal keatas)

Karaktristik Pola Aliran Pemisahan Kerosene-Water Pada Pipa T-Junction Sudut 90 Dan Radius 25 mm Dengan Bahan Pleksiglass

Gambar 1.1 Diagram skematis proses eksplorasi dalam industri perminyakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Liquid Cylindrical Cyclone (LLCC), LLCC menggunakan prinsip Aliran

BAB I PENDAHULUAN. gas, cair dan padat yang disebut dengan fluida tiga fasa.

STUDI EKSPERIMENTAL DAN NUMERIK ALIRAN DUA FASE (AIR-UDARA) MELEWATI ELBOW 60 o DARI PIPA VERTIKAL MENUJU PIPA DENGAN SUDUT KEMIRINGAN 30 o

STUDI EKSPERIMEN STRUKTUR ANTAR MUKA ALIRAN STRATIFIED PADA ALIRAN DUA FASA ADIABATIS SEARAH BERDASAR NILAI BEDA TEKANAN

Studi Eksperimental Separasi Air dan Minyak pada Liquid- Liquid Cylindrical Cyclone (LLCC)

BAB II LANDASAN TEORI. bisa mengalami perubahan bentuk secara kontinyu atau terus-menerus bila terkena

STUDI EKSPERIMENTAL DAN NUMERIK KARAKTERISTIK ALIRAN DUA FASE AIR-UDARA MELEWATI ELBOW 75⁰ DARI PIPA VERTIKAL MENUJU PIPA DENGAN SUDUT KEMIRINGAN 15

STUDI EKSPERIMENTAL DAN NUMERIK ALIRAN DUA FASE ( AIR - UDARA ) MELEWATI ELBOW 30 DARI PIPA VERTIKAL MENUJU PIPA DENGAN SUDUT KEMIRINGAN 60

Bab 2 Aliran Multifasa pada Jaringan Pipa Produksi

KAJI EKSPERIMENTAL ALIRAN DUA FASE AIR-CRUDE OIL MELEWATI PIPA SUDDEN EXPANSION

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Observasi Pola Aliran Dua Fase Air-udara Berlawanan Arah pada Pipa Kompleks ABSTRAK

Jl. Grafika No. 2 Yogyakarta 55281, Indonesia ABSTRAK

Penentuan Sub-sub Pola Aliran Stratified Air-Udara pada Pipa Horisontal Menggunakan Pengukuran Tekanan

Simulasi Pola Aliran dalam Tangki Berpengaduk menggunakan Side-Entering Impeller untuk Suspensi Padat-Cair

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

POSITRON, Vol. IV, No. 2 (2014), Hal ISSN :

Gambar 3-15 Selang output Gambar 3-16 Skema penelitian dengan sudut pipa masuk Gambar 3-17 Skema penelitian dengan sudut pipa masuk

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Jurnal Teknika ATW_Edisi 08 1

Analisa Pengaruh Penambahan Serat Bambu dan Serat Kelapa Terhadap Nilai Minor Losses pada Pipa Spiral Lengkung

VARIASI HAMBATAN DOWNSTREAMKE SIDE ARM T- JUNCTION SUDUT 45 O PADA SALURAN MIRING TERHADAP KARAKTERISTIK PEMISAHAN KEROSENE - AIR

BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN

Proses Pengosongan Mixer Batch Larutan Cat Densitas 1,66; Viskositas 110 Cp; Volume Liter Ke Hopper Pengalengan Selama 20 Menit

PENGARUH VARIASI VOLUME TABUNG TEKAN TERHADAP EFISIENSI PADA POMPA HIDRAM

BAB I PENDAHULUAN. industri, transportasi, perkapalan, maupun bidang keteknikan lainnya. Namun

POLA ALIRAN DUA FASE (AIR+UDARA) PADA PIPA HORISONTAL DENGAN VARIASI KECEPATAN SUPERFISIAL AIR

PERBANDINGAN PENGARUH TEMPERATUR SOLAR DAN BIODIESEL TERHADAP PERFORMA MESIN DIESEL DIRECT INJECTION PUTARAN KONSTAN

PENGUJIAN PENGARUH VARIASI HEAD SUPPLY DAN PANJANG LANGKAH KATUP LIMBAH TERHADAP UNJUK KERJA POMPA HIDRAM

KOEFISIEN PERPINDAHAN KALOR DUA FASA UDARA DAN AIR SEARAH DALAM PIPA VERTIKAL PADA DAERAH ALIRAN KANTUNG (SLUG FLOW)

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II MODUL 3 CONDENSING VAPOR

BAB II LANDASAN TEORI

Pengaruh Variasi Diameter Injektor Konvergen Udara Terhadap Fenomena Flooding Dalam Aliran Dua Fase Gas-Cair Berlawanan Arah Pada Pipa Vertikal

Karakterisasi Pressure Drops Pada Aliran Bubble dan Slug Air Udara Searah Vertikal Ke Atas Melewati Sudden Contraction

FORMULASI PENGETAHUAN PROSES MELALUI SIMULASI ALIRAN FLUIDA TIGA DIMENSI

Analisa Pengaruh Penambahan Rambut dan Serat Pisang Terhadap Nilai Minor Losses pada Pipa Spiral Lengkung

PENINGKATAN UNJUK KERJA KETEL TRADISIONAL MELALUI HEAT EXCHANGER

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008

FISIKA STATIKA FLUIDA SMK PERGURUAN CIKINI

STUDI DISTRIBUSI TEKANAN ALIRAN MELALUI PENGECILAN SALURAN SECARA MENDADAK DENGAN BELOKAN PADA PENAMPANG SEGI EMPAT

Pengaruh Viskositas terhadap Aliran Fluida Gas-Cair melalui Pipa Vertikal dengan Perangkat Lunak Ansys Fluent 13.0

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

SEMINAR NASIONAL ke 8 Tahun 2013 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

STUDI EKSPERIMEN MENGENAI SUB-SUB POLA ALIRAN STRATIFIED PADA ALIRAN DUA FASA SEARAH BERDASAR FLUKTUASI BEDA TEKANAN PADA PIPA HORISONTAL

BAB V Hasil Komputasi, Simulasi, dan Analisis

FIsika FLUIDA DINAMIK

DETEKSI MULAI TERBENTUKNYA ALIRAN CINCIN PADA PIPA HORISONTAL MENGGUNAKAN SENSOR ELEKTRODE Hermawan

STUDI VISUALISASI POLA ALIRAN DUA FASE AIR-UDARA PADA VERTICAL UPWARD CIRCULAR MINI-CHANNEL

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisa aliran berkembang..., Iwan Yudi Karyono, FT UI, 2008

PROSIDING TEKNIK MESIN

(Indra Wibawa D.S. Teknik Kimia. Universitas Lampung) POMPA

Ditulis Guna Melengkapi Sebagian Syarat Untuk Mencapai Jenjang Sarjana Strata Satu (S1) Jakarta 2015

KAJI EKSPERIMENTAL ALIRAN DUA FASE WATER-CRUDE OIL MELEWATI PIPA SUDDEN EXPANSION HORISONTAL BERPENAMPANG LINGKARAN

PENGUJIAN PENGARUH VARIASI HEAD SUPPLY DAN PANJANG LANGKAH KATUP LIMBAH TERHADAP UNJUK KERJA POMPA HIDRAM

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Penelitian

LABORATORIUM PERLAKUAN MEKANIK

I. Pendahuluan. A. Latar Belakang. B. Rumusan Masalah. C. Tujuan

SIMULASI CFD ALIRAN ANNULAR

UJI PERFORMANSI POMPA BILA DISERIKAN DENGAN KARAKTERISTIK POMPA YANG SAMA

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH VARIASI PITCH COILED TUBE TERHADAP NILAI HEAT TRANSFER DAN PRESSURE DROP PADA HELICAL HEAT EXCHANGER ALIRAN SATU FASA

ANALISIS DEBIT FLUIDA PADA PIPA ELBOW 90 DENGAN VARIASI DIAMETER PIPA

NASKAH PUBLIKASI PENGARUH VARIASI DIAMETER KATUP BUANG TERHADAP DEBIT DAN EFISIENSI PADA POMPA HIDRAM

Studi Eksperimen Pengaruh Area Ratio dan Throat Ratio Terhadap Kinerja Liquid Jet Gas Pump

FLOWLINE, MANIFOLD DAN SEPARATOR (1)

Visualisasi Mekanisme Flooding Aliran Counter-Current Air- Udara pada Simulator Hotleg Dengan L/D=50

MODUL- 2. HIDRODINAMIKA Kode : IKK.365 Materi Belajar -2

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... PRAKATA... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

UJI EKSPERIMENTAL OPTIMASI LAJU PERPINDAHAN KALOR DAN PENURUNAN TEKANAN PENGARUH JARAK BAFFLE

KLASIFIKASI SISTEM PEMBUANGAN. Klasifikasi berdasarkan jenis air buangan:

Pengaruh Variasi Sudut Water Injector Berbentuk Diffuser Terhadap Fenomena Flooding Pada Aliran Dua Fase Cair Udara Vertikal Berlawanan Arah

Publikasi Online Mahsiswa Teknik Mesin Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya Volume 1 No. 1 (2018)

Soal No. 2 Seorang anak hendak menaikkan batu bermassa 1 ton dengan alat seperti gambar berikut!

METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan Penelitian. Prosedur Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

FULL DEVELOPMENT OF PIPELINE NETWORKING AT X FIELD

ANALISA BESARAN NILAI EFISIENSI POMPA (P3) PADA MESIN MIXER DI LINE 2 PT. CCAI

Radiasi ekstraterestrial pada bidang horizontal untuk periode 1 jam

BAB V PEMILIHAN KOMPONEN MESIN PENDINGIN

OPTIMALISASI PEROLEHAN MINYAK MENGGUNAKAN PEMISAHAN SECARA BERTAHAP

Selvi Eka Puspitasari Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Totok Soehartanto, DEA.

PERANCANGAN HIDRAN DAN GROUNDING TANGKI DI STASIUN PENGUMPUL 3 DISTRIK 2 PT.PERTAMINA EP REGION JAWA FIELD CEPU. Aditya Ayuningtyas

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Pompa Air Energi Termal dengan Fluida Kerja Petroleum Eter. A. Prasetyadi, FA. Rusdi Sambada

KEHILANGAN HEAD ALIRAN AKIBAT PERUBAHAN PENAMPANG PIPA PVC DIAMETER 12,7 MM (0,5 INCHI) DAN 19,05 MM (0,75 INCHI).

SIMULASI CFD ALIRAN STRATIFIED AIR-UDARA SEARAH PADA PIPA HORISONTAL

STUDI EKSPERIMENTAL ALIRAN CAMPURAN AIR-CRUDE OIL MELEWATI PIPA PENGECILAN MENDADAK HORIZONTAL BERPENAMPANG LINGKARAN

PENGURANGAN INTENSITAS FLUKTUASI TEKANAN PADA PEMBESARAN MENDADAK ALIRAN UDARA AIR SEARAH HORISONTAL DENGAN PENEMPATAN RING

Transkripsi:

A.4. Pengaruh T-Junction Sebagai Alat Pemisah Kerosene-Air PENGARUH T-JUNCTION SEBAGAI ALAT PEMISAH KEROSENE-AIR Ega Taqwali Berman Jurusan Pendidikan Teknik Mesin, FPTK Universitas Pendidikan Indonesia, Jl. Dr. Setiabudi No. 207 Bandung 4054 Tel dan Fax (022) 202062 E-mail: kkega_refac@yahoo.com Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efisiensi pemisahan fasa (kerosene-air) ketika T-junction digunakan sebagai alat pemisah fasa. Pengujian dilakukan pada seksi uji dari bahan kaca dengan ukuran diameter dalam inchi dan posisi sudut side arm 90 0. Data pengujian diukur pada variasi water cut 42%, 58% dan 64%. Untuk memperoleh variasi water cut dilakukan dengan cara mengatur kecepatan superfisial kerosene dan air. Kecepatan superfisial kerosene (J k ) dan kecepatan superficial air (J w ) yang dialirkan dalam seksi uji diatur dengan menggunakan katup dan diukur dengan menggunakan flow meter pada kisaran nilai, J k = 0,08 m/s 0,4 m/s dan J w = 0,5 m/s 0,58 m/s. Hasil penelitian diperoleh efisiensi pemisahan yang bagus terjadi pada water cut 64% dan J mix = 0,2 m/s, yaitu sebesar 82 % dan fraksi massa yang terpisahkan sebesar 0,26 dengan kualitas kerosene di inlet sebesar 0,2. Efisiensi tertinggi untuk setiap water cut dapat dicapai ketika fraksi massa yang terpisahkan dikondisikan nilainya mendekati kualitas di inlet. Kata kunci : T-junction, kerosene-air, alat pemisah. Pendahuluan Aliran dua fasa dan multifasa biasanya banyak digunakan diberbagai aplikasi sistem perpipaan di industri, diantaranya pada proses produksi dan distribusi minyak dan gas. Di lokasi pengeboran minyak lepas pantai (offshore), alat pemisah (separator) diperlukan untuk memisahkan minyak mentah (crude oil) dari unsur-unsur lain (gas, air, lumpur, dsb.) yang terkandung dalam perut bumi. Separator yang umum digunakan adalah suatu bejana (vessels) besar yang terbuat dari baja, yang pembuatannya memerlukan biaya yang sangat mahal dan diperlukan tempat yang luas untuk lokasi peletakannya. Selain itu, besarnya resiko yang ditimbulkan dari material yang mudah terbakar yang tersimpan di dalam vessels harus diminimalkan. Oleh karena itu, diperlukan separator yang lebih sederhana instalasinya, murah dalam pembuatannya, compact bentuknya dan aman penggunaannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efisiensi pemisahan fasa (kerosene-air) ketika T-junction digunakan sebagai alat pemisah fasa. Ketika aliran dua fasa cair-cair yang tidak dapat bercampur mengalir melewati T-juntion jarang sekali keduanya terbagi dalam rasio yang sama, gambar. Adakalanya semua cairan mengalir semua ke cabang vertikal (side arm/branch) namun diwaktu lain semua cairan mungkin saja mengalir menuju cabang horisontal (run arm). Fenomena seperti ini disebut dengan istilah Fenomena maldistribusi fasa. X Inlet Δ P, 2 X X 2 Δ P,2 Run arm Gambar Variabel aliran dua fasa di T-junction (Wren dan Azzopardi, 2004) Maldistribusi fasa mempunyai konsekuensi yang negatif dan positif terhadap peralatan yang digunakan. Pada sisi yang negatif, terjadinya maldistribusi fasa akan menyebabkan penurunan efisiensi pada peralatan yang digunakan dibagian downstream dari T-junction (Conte & Azzopardi, Side arm A.4. Pengaruh T-Junction Sebagai Alat Pemisah Kerosene-Air A.8

200). Sisi positifnya, maldistribusi fasa yang terjadi dapat digunakan sebagai alat yang berguna pada proses industri, yaitu sebagai partial separator phase (Azzopardi dkk., 2002). Yang dkk. (2006) melakukan eksperimen pemisahan fasa cairan-cairan pada horisontal T-junction dan vertikal upward side arm dengan menggunakan fluida kerja kerosene-air dan fokus penelitiannya pada pola aliran di inlet T-junction. Pada tahun berikutnya Yang dkk. (2007) melakukan penelitian yang sama tentang maldistribusi fasa dengan data yang diukur berdasarkan pada besarnya aliran fraksi massa yang keluar dari side arm, mereka juga menyatakan bahwa pemisahan fasa dapat diukur berdasarkan pada fraksi massa yang berbeda-beda, persentase air di dalam campuran (water cut), dan kecepatan superficial campuran pada pola aliran yang berbedabeda. Efisiensi pemisahan Secara umum, hasil dari pemisahan fasa di T-Junction ditunjukkan dengan menggunakan perbandingan fraksi dari fasa satu dengan fasa yang lainnya yang meninggalkan inlet menuju side arm, seperti ditunjukan oleh gambar 2. Gambar 2 Kriteria untuk menunjukkan pemisahan fasa di T-junction (Yang dkk., 2006). Fraksi kerosene dan air yang meninggalkan inlet menuju side arm dapat ditulis sebagai berikut : k Fk = () k w Fw = (2) m & w Jarak dari garis pemisah ke titik data ditulis sebagai berikut: L = ( Fk Fw). Sinα () Efisiensi pemisahan didefinisikan sebagai perbandingan antara pemisahan aktual dengan pemisahan sempurna (L max = sin α), maka dapat ditulis sebagai berikut : L η = = Fk Fw (4) L max Pemisahan ideal Kerosene akan dominan berada di side arm jika titik datanya terletak di bagian bawah garis diagonal dari gambar 2 dan begitu juga sebaliknya dengan air. Untuk hal tersebut, di gambar 2 ada dua garis data untuk pemisahan ideal. Garis data pertama adalah jika fraksi massa yang masuk ke side arm meningkat, yaitu pada absisnya, dan garis kedua adalah garis vertikal yang berhadapan dengan ordinatnya. Untuk titik yang berada tepat di pojok, yaitu kerosene murni dan air murni yang terletak di side arm dan run arm. Ini berarti bahwa kualitas massa kerosene di side arm, x =, Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi 200 Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim Semarang A.9

A.4. Pengaruh T-Junction Sebagai Alat Pemisah Kerosene-Air dan kualitas massa di run, x 2 = 0. Sementara itu, efisiensi pemisahan yang didapat untuk yang ideal adalah 00 %. Ketika efisiensi yang ideal terjadi, maka fraksi massa yang masuk ke side arm dapat ditulis sebagai berikut : m & = x (5) Untuk garis pemisahan ideal pertama, aliran kerosene murni muncul melalui side arm dan aliran campuran keluar dari run arm. Ini berarti bahwa fraksi air yang menuju side arm, F w = 0, dan kualitas massa, x =, maka sebuah persamaan untuk garis ini dapat ditulis sebagai berikut : η = F = k, di mana x (6) x Untuk garis pemisahan ideal kedua, aliran air murni keluar dari run arm dan aliran campuran muncul dari side arm. Kualitas massa di run, x 2 = 0. sama halnya dengan yang tadi, sebuah persamaan untuk garis ideal ini dapat di tulis sebagai berikut: η = F = w +, di mana x (7) ( x) ( x) Pada kasus yang ditunjukkan ini di mana air murni muncul melalui run arm adalah yang diinginkan. Untuk mengidentifikasi optimalnya kondisi aliran yang naik ke side arm, data pemisahan digambarkan sebagai efisiensi pemisahan (η) versus fraksi massa yang menuju side arm (m /m ) dan ditunjukkan oleh gambar. Gambar Metode penyajian data pemisahan ideal di T-junction (Yang dkk., 2006). Tabel Matriks tes penelitian berdasarkan kondisi di inlet T-junction Data J mix W c J w J k Data J x mix W c J w J k no. (m/s) (%) (m/s) (m/s) no. (m/s) (%) (m/s) (m/s) x # 0.5 42 0.5 0.20 0.5 # 7 0.70 58 0.4 0.29 0.7 # 2 0.48 42 0.2 0.27 0.52 # 8 0.2 64 0.5 0.08 0.2 # 0.60 42 0.26 0.4 0.52 # 9 0.2 64 0.2 0. 0.0 # 4 0.26 58 0.5 0. 0.8 # 0 0.59 64 0.9 0.20 0.0 # 5 0.5 58 0.2 0.4 0.6 # 0.74 64 0.47 0.27 0.2 # 6 0.55 58 0.2 0.2 0.7 Metodologi Semua proses pengujian dilakukan di Laboratorium Mekanika Fluida Jurusan Teknik Mesin dan Industri, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Peralatan yang A.4. Pengaruh T-Junction Sebagai Alat Pemisah Kerosene-Air A.20

dipakai dalam eksperimen ini ditunjukkan oleh Gambar 4. Fluida kerja yang digunakan adalah kerosene (densitas = 89 kg/m dan viskositas = 0,0092 kg/ms) dan air (densitas = 998 kg/m dan viskositas = 0,0002 kg/ms). D Seksi uji C C Run Side arm Inlet Phase mixer T- junction G G D B B B Keterangan: A : Katup by-pass B : Katup pengatur laju aliran C : Katup pembagi aliran D : Katup pengosongan G : Flow meter P : Pompa Kerosene Gambar 4 Skema peralatan penelitian A P Air A P Pipa uji yang digunakan terbuat dari bahan kaca yang berdiameter dalam inci dengan panjang tiap segmen: pipa utama horisontal,2 m, pipa side arm 0,6 m, dan pipa run arm,5 m. Seksi uji yang digunakan adalah T-junction dengan posisi sudut side arm θ = 90 0 dari arah horisontal. Pada tahap awal, kerosene terlebih dahulu dipompakan dari tangki penampungan ke dalam pipa saluran sampai penuh, selanjutnya air dipompakan dari tangki penampungan ke dalam pipa saluran sehingga kerosene dan air akan bercampur di dalam mixer. Setelah kerosene dan air bercampur di dalam mixer, kemudian laju aliran keduanya diatur dengan menggunakan katup dan diukur dengan flow meter dengan nilai besaran sesuai dengan matriks tes penelitian pada Tabel. Aliran campuran kemudian mengalir menuju seksi uji dan besarnya fraksi massa campuran yang keluar dari kedua outlets diukur. Pengukuran dilakukan dengan cara menampung fraksi massa campuran yang keluar dari masing-masing outlets secara bersamaan selama waktu yang telah ditentukan, kemudian di masukkan ke dalam tangki ukur. Fraksi massa campuran yang sudah selesai diukur selanjutnya dipisahkan di separator, setelah terpisah kerosene dan air kemudian dimasukkan kembali ke tangki penampungan untuk digunakan lagi pada pengambilan data selanjutnya. Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi 200 Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim Semarang A.2

A.4. Pengaruh T-Junction Sebagai Alat Pemisah Kerosene-Air Gambar 5 Proses pemisahan kerosene-air di T-junction. Hasil dan Pembahasan Data hasil pemisahan fasa disajikan berdasarkan perbandingan fraksi kerosene dan fraksi air yang mengalir ke side arm pada kondisi water cut 42 %, 58 % dan 64 %. Hasil pemisahan kerosene-air di T-junction pada posisi sudut side arm θ = 90 0, menunjukkan kerosene lebih mudah mengalir ke side arm. Gambar 5 menunjukkan proses pemisahan kerosene-air di T-junction. Gambar 6 menyajikan data hasil eksperimen pemisahan kerosene-air di T-junction. Pada water cut 42 % (gambar 6a), ketika fraksi air yang mengalir di side arm sekitar 0 % pada kecepatan superficial campuran 0,48 m/s, maka sekitar 48 % fraksi kerosene dialirkan menuju side arm dan pada kecepatan superficial campuran 0,5 m/s, maka sekitar 58 % fraksi kerosene yang dialirkan ke side arm. Pemisahan yang baik terjadi pada kecepatan superficial campuran yang rendah dimana sebagian besar fraksi kerosene mengalir menuju side arm yaitu sebesar 0,58 (gambar 7a). Ketika kecepatan superfisial campuran bertambah maka fraksi kerosene yang mengalir menuju side arm akan berkurang sehingga efek pemisahan menjadi tidak baik. Kondisi ini berlaku juga untuk kondisi water cut yang berbeda. (a) (b) (c) Gambar 6 Hasil pemisahan kerosene-air di T-junction. (a) Wc 42 %, (b) Wc 58 % dan (c) Wc 64 %. (a) (b) (c). A.4. Pengaruh T-Junction Sebagai Alat Pemisah Kerosene-Air A.22

Gambar 7 Efisiensi pemisahan kerosene-air di T-junction. (a) Wc 42 %, (b) Wc 58 % dan (c) Wc 64 %. Gambar 7 menampilkan data efisiensi pemisahan fase yang diperoleh dari penelitian ini yang menunjukkan bahwa fraksi massa yang mengalir ke side arm terletak pada garis pemisahan ideal yang artinya bahwa aliran campuran kerosene dan air mengalir ke side arm. Pada semua kondisi kecepatan superfisial campuran yang rendah, efisiensi pemisahan tertinggi untuk water cut 42% adalah 82% pada fraksi massa yang terpisahkan sebesar 0,44 untuk kerosene yang mengalir ke side arm dengan kualitas kerosene di inlet sebesar 0,5 (gambar 7a). Selanjutnya efisiensi pemisahan tertinggi untuk water cut 58 % adalah 8% pada fraksi massa yang terpisahkan sebesar 0, untuk kerosene yang mengalir ke side arm dengan kualitas kerosene di inlet sebesar 0,8 (gambar 7b) dan efisiensi pemisahan tertinggi untuk water cut 64 % adalah 82% pada fraksi massa yang terpisahkan sebesar 0,26 untuk kerosene yang mengalir ke side arm dengan kualitas kerosene di inlet sebesar 0,2 (gambar 7c). Nilai tertinggi efisiensi pemisahan untuk setiap water cut dapat dicapai ketika fraksi massa yang terpisahkan di T-junction dikondisikan supaya nilainya mendekati kualitas di inlet. Kesimpulan. Pemisahan fasa yang baik terjadi pada pengaturan kecepatan superfisial campuran yang rendah. 2. Semakin tinggi nilai water cut maka efisiensi pemisahan akan semakin tinggi.. Efisiensi tertinggi untuk setiap water cut dapat dicapai ketika fraksi massa yang terpisahkan dikondisikan nilainya mendekati kualitas di inlet. Notasi F x W c J η L α fraksi massa kualitas kerosene laju aliran massa (kg/s) water cut (%) kecepatan superficial (m/s) efisiensi pemisahan (%) Jarak dari garis pemisah ke titik data sudut antara garis diagonal dan garis horisontal Subskrip K W Mix Max 2 kerosene water (air) mixture (campuran) maximum inlet run arm side arm atau branch Ucapan Terima kasih Penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Ir. Indarto, DEA., dan Dr. Deendarlianto, ST., M.Eng., yang telah memberikan bimbingan selama penelitian ini berlangsung, Kepala Lab. Mekanika Fluida Jurusan Teknik Mesin dan Industri FT UGM yang memberikan izin penggunaan fasilitas laboratorium, Dewi Puspitasari, ST., MT., dan Gunawan, ST., yang telah banyak membantu dalam pelaksanaan eksperimen. Daftar Pustaka Azzopardi, B. J., Colman, D. A., Nicholson, D., 2002, Plant application of a T-junction as a partial phase separator, Trans I Chem E, Vol. 80, Part. A, pp. 87-96. Conte, G., Azzopardi, B. J., 200, Film thickness variation about a T-junction, International Journal of Multiphase Flow, Vol. 29, pp. 05-28. Wren,E., Azzopardi, B.J., 2004, Affecting the phase split at a large diameter T-junction by using baffles, International Journal of Multiphase Flow, Vol. 28, pp.85-84. Yang, L., Azzopardi, B. J., Belghazi, A., 2006, Phase separation of liquid-liquid two-phase flow at a T-junction, AIChE Journal, Vol. 52 (), pp. 4-49. Yang, L., Azzopardi, B. J., 2007, Phase split of liquid-liquid two-phase flow at a horizontal T-junction, International Journal of Multiphase Flow, Vol. (2), pp. 207-26. Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi 200 Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim Semarang A.2