Penggunaan Refrigeran R22 dan R134a pada Mesin Pendingin. Galuh Renggani Wilis, ST.,MT

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH KECEPATAN UDARA PENDINGIN KONDENSOR TERHADAP KOEFISIEN PRESTASI AIR CONDITIONING

Seminar Nasional Mesin dan Industri (SNMI4) 2008 ANALISIS PERBANDINGAN UNJUK KERJA REFRIGERATOR KAPASITAS 2 PK DENGAN REFRIGERAN R-12 DAN MC 12

PENGARUH KECEPATAN PUTAR POROS KOMPRESOR TERHADAP PRESTASI KERJA MESIN PENDINGIN AC

PENGARUH MEDIA PENDINGIN AIR PADA KONDENSOR TERHADAP KEMAMPUAN KERJA MESIN PENDINGIN

BAB II LANDASAN TEORI

HUBUNGAN TEGANGAN INPUT KOMPRESOR DAN TEKANAN REFRIGERAN TERHADAP COP MESIN PENDINGIN RUANGAN

PENGARUH JENIS REFRIGERANT DAN BEBAN PENDINGINAN TERHADAP KEMAMPUAN KERJA MESIN PENDINGIN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Definisi Pengkondisian Udara

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian Sistem Heat pump

BAB II LANDASAN TEORI. Refrigerasi merupakan suatu media pendingin yang dapat berfungsi untuk

Sistem pendingin siklus kompresi uap merupakan daur yang terbanyak. daur ini terjadi proses kompresi (1 ke 2), 4) dan penguapan (4 ke 1), seperti pada

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

Studi Eksperimen Pemanfaatan Panas Buang Kondensor untuk Pemanas Air

Heroe Poernomo 1) Jurusan Teknik Permesinan Kapal, Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya, Indonesia

KAJI EKSPERIMENTAL KARAKTERISTIK TERMODINAMIKA DARI PEMANASAN REFRIGERANT 12 TERHADAP PENGARUH PENDINGINAN

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu mesin refrigerasi akan mempunyai tiga sistem terpisah, yaitu:

ANALISA PERBANDINGAN PERFORMANSI MESIN PENDINGIN KOMPRESI UAP MENGGUNAKAN R22 DAN R134a DENGAN KAPASITAS KOMPRESOR 1 PK

PENGARUH STUDI EKSPERIMEN PEMANFAATAN PANAS BUANG KONDENSOR UNTUK PEMANAS AIR

ROTASI Volume 7 Nomor 3 Juli

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISA KINERJA MESIN REFRIGERASI RUMAH TANGGA DENGAN VARIASI REFRIGERAN

KAJI EKSPERIMENTAL KARAKTERISTIK PIPA KAPILER DAN KATUP EKSPANSI TERMOSTATIK PADA SISTEM PENDINGIN WATER-CHILLER

STUDI EKSPERIMEN PENGGUNAAN LPG SEBAGAI FLUIDA PENDINGIN PENGGANTI REFRIGERANT R22 PADA MESIN PENGKONDISIAN UDARA

LAPORAN AKHIR FISIKA ENERGI II PEMANFAATAN ENERGI PANAS TERBUANG PADA MESIN AC NPM : NPM :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. temperatur di bawah 123 K disebut kriogenika (cryogenics). Pembedaan ini

MULTIREFRIGERASI SISTEM. Oleh: Ega T. Berman, S.Pd., M,Eng

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Rumusan Masalah

SISTEM REFRIGERASI. Gambar 1. Freezer

PENENTUAN EFISIENSI DAN KOEFISIEN PRESTASI MESIN PENDINGIN MERK PANASONIC CU-PC05NKJ ½ PK

Bab IV Analisa dan Pembahasan

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 sistem Blast Chiller [PT.Wardscatering, 2012] BAB II DASAR TEORI

PERBANDINGAN UNJUK KERJA FREON R-12 DAN R-134a TERHADAP VARIASI BEBAN PENDINGIN PADA SISTEM REFRIGERATOR 75 W

BAB II MESIN PENDINGIN. temperaturnya lebih tinggi. Didalan sistem pendinginan dalam menjaga temperatur

Analisa Performansi Sistem Pendingin Ruangan dan Efisiensi Energi Listrik padasistem Water Chiller dengan Penerapan Metode Cooled Energy Storage

REFRIGERAN & PELUMAS. Catatan Kuliah: Disiapakan Oleh; Ridwan

BAB III PERANCANGAN SISTEM

Pengaruh Pipa Kapiler yang Dililitkan pada Suction Line terhadap Kinerja Mesin Pendingin

Bab IV Analisa dan Pembahasan

BAB II DASAR TEORI Prinsip Kerja Mesin Refrigerasi Kompresi Uap

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Blood Bank Cabinet

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

Ahmad Farid* dan Moh. Edi.S. Iman Program Studi Teknik Mesin, Universitas Pancasakti Tegal Jl. Halmahera km 1, Tegal *

ANALISA KEBUTUHAN BEBAN PENDINGIN DAN DAYA ALAT PENDINGIN AC UNTUK AULA KAMPUS 2 UM METRO. Abstrak

UNJUK KERJA MESIN PENDINGIN KOMPRESI UAP PADA BEBERAPA VARIASI SUPERHEATING DAN SUBCOOLING

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Pendinginan Tidak Langsung ( Indirect Cooling System 2.2 Secondary Refrigerant

Gambar 5. Skematik Resindential Air Conditioning Hibrida dengan Thermal Energy Storage

BAB II LANDASAN TEORI

PENGARUH PERUBAHAN PUTARAN KOMPRESOR SERTA MASSA REFRIGRANT TERHADAP COP MESIN PENDINGIN KOMPRESI UAP

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II DASAR TEORI. perpindahan kalor dari produk ke material tersebut.

Gambar 2.21 Ducting AC Sumber : Anonymous 2 : 2013

ANALISA VARIASI BEBAN PENDINGIN UDARA KAPASITAS 1 PK PADA RUANG INSTALASI UJI DENGAN PEMBEBANAN LAMPU. Mustaqim, Rusnoto, Slamet Subedjo ABSTRACT

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 16 Nomor ISSN

Tugas akhir Perencanan Mesin Pendingin Sistem Absorpsi (Lithium Bromide) Dengan Tinjauan Termodinamika

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) 2013 ISSN X

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

UJI EKSPERIMENTAL MESIN PENDINGIN BERPENDINGIN UDARA, DENGAN MENGGUNAKAN REFRIGERAN R22 DAN REFRIGERAN R407C.

BAB II. Prinsip Kerja Mesin Pendingin

Laporan Tugas Akhir 2012 BAB II DASAR TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan sistem pengkondisian udara pada saat ini bukan lagi. merupakan suatu kemewahan, namun telah menjadi kebutuhan yang harus

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori. 2.1 AC Split

PENGUJIAN UNJUK KERJA SOLAR ASSISTED HEAT PUMP WATER HEATER. MENGGUNAKAN HFC-134a DENGAN VARIASI INTENSITAS RADIASI

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISA PERUBAHAN DIAMETER PIPA KAPILER TERHADAP UNJUK KERJA AC SPLIT 1,5 PK. Abstrak

BAB II DASAR TEORI 2012

STUDI KINERJA MESIN PENGKONDISI UDARA TIPE TERPISAH (AC SPLIT) PADA GERBONG PENUMPANG KERETA API EKONOMI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Air Conditioning (AC) adalah suatu mesin pendingin sebagai sistem pengkondisi

BAB II DASAR TEORI. Tabel 2.1 Daya tumbuh benih kedelai dengan kadar air dan temperatur yang berbeda

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Cooling Tunnel

SISTEM PENGKONDISIAN UDARA (AC)

BAB II DASAR TEORI. Pengujian alat pendingin..., Khalif Imami, FT UI, 2008

ROTASI Volume 7 Nomor 4 Oktober

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISA WAKTU SIMPAN AIR PADA TABUNG WATER HEATER TERHADAP KINERJA AC SPLIT 1 PK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir BAB II DASAR TEORI

BAB II TEORI DASAR. 2.1 Pengertian Sistem Tata Udara

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir. Gambar 2.1 Schematic Dispenser Air Minum pada Umumnya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

REDESAIN SISTEM PENGKONDISIAN UDARA PADA ISUZU NEW PANTHER

Peningkatan Waktu Pengeringan dan Laju Pengeringan Pada Mesin Pengering Pakaian Energi Listrik

BAB IV METODE PENELITIAN

Termodinamika II FST USD Jogja. TERMODINAMIKA II Semester Genap TA 2007/2008

BAGIAN II : UTILITAS TERMAL REFRIGERASI, VENTILASI DAN AIR CONDITIONING (RVAC)

PERFORMANSI RESIDENTIAL AIR CONDITIONING HIBRIDA DENGAN STANDBY MODE MENGGUNAKAN REFRIGERAN HCR-22 UNTUK PENDINGIN DAN PEMANAS RUANGAN

BAB II DASAR TEORI. Tugas Akhir Rancang Bangun Sistem Refrigerasi Kompresi Uap untuk Prototype AHU 4. Teknik Refrigerasi dan Tata Udara

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

STUDI SPESIFIKASI TEKNIK WATER CHILLER VAC IEBE

Pengaruh Variasi Putaran Poros Kompresor Terhadap Performansi Sistem Refrigrasi

Transkripsi:

Penggunaan Refrigeran R22 dan R134a pada Mesin Pendingin Galuh Renggani Wilis, ST.,MT ABSTRAKSI Pengkondisian udara disebut juga system refrigerasi yang mengatur temperature & kelembaban udara. Dalam beroperasi system refrigerasi membutuhkan fluida yang mudah menyerap dan melepas kalor, yang disebut refrigeran. Setiap refrigerant memiliki sifat karakteristik yang berbeda yang mempengaruhi efek refrigerasi dan koefeisien prestasi yang dihasilkan. R 22 adalah refrigerant yang memiliki karakteristik yang baik pada mesin pendingin, sedangkan R134 a adalah refrigerant yang lebih ramah terhadap lingkungan. Kedua refrigerant tersebut banyak dijumpai pada penggunaan mesin pendingin baik refrigerator (lemari es) maupun AC (air conditioner). Kedua refrigerant tersebut banyak digunakan karena dapat menghasilkan efek refrigerasi dan COP (koefisien prestasi) yang cukup baik. Dengan dilakukan percobaan pada kedua jenis refrigerant ini, diharapkan dapat menentukan refrigerant yang lebih baik digunakan baik karena efek refrigerasi dan COP (koefisien prestasi) juga ramah terhadap lingkungan. Kata kunci : refrigerant, efek refrigerasi, COP Pendahuluan Teknik refrigerasi saat ini berkembang semakin maju dan digunakan dalam berbagai bidang kehidupan manusia, baik untuk kenyamanan maupun untuk pengawetan makanan. Pengkondisian udara untuk kenyamanan merupakan proses terhadap udara dan mengatur temperature, kelembaban, kebersihan sekaligus distribusinya secara serentak untuk mendapatkan kondisi nyaman yang dbutuhkan oleh penghuni didalamnya. Perkembangan dan penerapan system refrigerasi pada otomobil mengalami peningkatan yang sangat pesat. Banyaknya mobil yang dilengkapi dengan AC (air conditioner) bertujuan untuk menyegarkan udara ruangan. Sistem refrigerasi yang paling sederhana memiliki komponen yaitu kompresor, kondensor, katup ekspansi dan evaporator. Dalam beroperasi, system refrigerasi membutuhkan fluida yang mudah menyerap dan melepas kalor. Refrigeran atau bahan pendingin adalah fluida yang digunakan untuk menyerap panas melalui perubahan fase dari cair menjadi gas (evaporasi) dan membuang panas melalui perubahan fase dari gas ke cair (kondensasi) sehingga secara umum dapat dikatakan sebagai pemindah panas dalam sistem pendingin. Setiap refrigerant memiliki sifat karakteristik termodinamika yang berbeda, yang akan mempengaruhi efek refrigerasi dan koefisien prestasi (COP) dari refrigerant itu sendiri. R22 merupakan refrigerant jenis CFC ( cloro fluoro carbon) yang memiliki sifat yang baik dari segi teknik seperti punya kestabilan yang tinggi, tidak mudah terbakar dan mudah diperoleh, sedangkan R134a adalah jenis refrigerant HFC (hidro fluoro carbon) yang lebih ramah terhadap lingkungan. Permasalahan Refrigeran R22 memiliki sifat yang baik, demikian juga R134a memiliki sifat lebih ramah terhadap lingkungan. Bagaimana koefisien prestasi kedua refrigerant tersebut jikan digunakan pada mesin pendingin dengan variasi beban pendinginannya? Prinsip Kerja Mesin Pendingin Prinsip kerja mesin pendingin adalah refrigerant keluar dari katup ekspansi, masuk ke dalam pipa pipa evaporator. Di dalam evaporator refrigerant mulai menguap, hal ini disebabkan karena terjadi penurunan tekanan yang mengakibatkan titik didih refrigerant menjadi lebih rendah. Sehingga refrigerant menguap. Dalam evaporator terjadi perubahan fase refrigerant dari cair menjadi gas. Kemudian refrigerant dalam bentuk gas tersebut dialirkan ke kondensor. Refrigeran yang mengalir ke kondensor mempunyai tekanan dan temperature tinggi. Di kondensor

refrigerant didinginkan oleh udara luar yang mengelilingi kondensor sehingga refrigerant menjadi cair kembali. Siklus ini berlangsung terus menerus berulang ulang sehingga didapat temperature yang diinginkan. Sistem Kompresi Uap Pada sebuah siklus kompresi uap ideal refrigerant dalam kondisi uap jenuh sebelum masuk ke dalam kondensor untuk melepas kalor sehingga terjadi kondensasi sampai kondisi cairan jenuh dan masuk ke katup ekspansi untuk proses throttling sampai ke tekanan evaporator. Refrigeran yang dalam kondisi cairan jenuh ini kemudian masuk ke evaporator untuk menyerap kalor dari lingkungan sehingga terjadi proses evaporasi. Gambar Siklus Kerja Mesin Pendingin Gambar Siklus Kompresi Uap dengan Diagram P-h Faktor dan besaran yang mempengaruhi proses mendinginkan udara untuk mencapai temperature dan kelembaban yang sesuai dengan yang dipersyaratkan: 1. Laju aliran massa refrigerant (m ref ) 2. Kapasitas Kompresor ( Q kom) 3. Kapasitas Kondensor ( Q kon) 4. Efek Refrigerasi (h ref ) Gambar Siklus Kompresi Uap dengan Diagram T-s 5. Laju aliran kalor pendingin 6. Coefficient of performance (COP) Dimana :

Sifat Refrigeran Ideal Syarat karakteristik refrigerant yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut : 1. Tekanan Penguapan Karakteristik refrigerant sebaiknya menguap pada tekanan lebih tinggi dari tekanan atmosfir, sehingga dapat dicegah terjadinya kebocoran udara luar masuk pada system refrigerant. 2. Tekanan Pengembunan Refrigeran sebaiknya memiliki tekanan pengembunan rendah karena perbandingan kompresinya menjadi lebih rendah sehingga penurunan prestasi kompresor dapat dihindarkan. 3. Kalor Laten Penguapan Refrigeran yang memiliki kalor laten penguapan lebih tinggi akan lebih menguntungkan karena untuk kapasitas refrigerant yang sama dapat menghasilkan efek refrigerasi yang lebih besar. 4. Volume spesifik Volume spesifik gas refrigerant yang kecil akan memungkinkan penggunaan kompresor dengan volume langkah torak yang lebih kecil sehingga untuk kapasitas refrigerant yang sama ukuran unit refrigerasi yang digunakan menjadi semakin kecil. 5. Konduktifitas Thermal Refrigeran yang baik memiliki konduktivitas yang besar sehingga bisa lebih efisien dalam pemakaian kondensor dan evaporator. 6. Viskositas Viskositas refrigerant dalam fase gas maupun cair sebaiknya rendah agar tahanan aliran refrigerasi dalam pipa menjadi sekecil mungkin. 7. Susunan Kimia Refrigeran yang memiliki susunan kimia yang stabil, tidak terurai setiap kali diembunkan dan diuapkan. 8. Tidak mudah terbakar atau meledak bila bercampur dengan udara. 9. Tidak berbau merangsang dan tidak beracun. 10. Tidak menyebabkan korosi pada mesin dan mudah terdeteksi bila terjadi kebocoran. 11. Mempunyai titik beku rendah. 12. Perbedaan antara tekanan penguapan dan tekanan pengembunan harus sekecil mungkin. 13. Harganya tidak mahal dan mudah diperoleh. Perbandingan Sifat Refrigeran R22 dan R134a R22 merupakan refrigerant jenis CFC (cloro fluoro carbon). Sedangkan R134a adalah refrigerant jenis HFC(Hidro Fluoro Carbon) yang lebih ramah terhadap lingkungan. Perbandingan karakteristik R22 dan R134a dapat dilihat pada table berikut: Metodologi Penelitian Penelitian ini menggunakan peralatan uji berupa mesin pengkondisian udara dengan motor penggerak kompresor berkapasitas 2 HP A. Bagian bagian utama dari peralatan ini adalah :

1. Kompresor : Kompresor AC mobil merk Sanden 2. Kondensor : Kondensor koil bersirip 3. Evaporator : Evaporator merk sanden 4. Alat ekspansi : Katup ekspansi termostatik 5. Saringan (filter dryer) 6. Kipas Udara 7. Orifice : Tembaga berlubang berdiameter kecil 4,95 dan diameter besar 19 mm. Lubang sisi masuk dan sisi keluar 4 mm untuk pengukuran beda tekanan. Jarak lubang ke plat orifice masing masing 2,5 mm. B. Alat Ukur yang digunakan : 1. Termometerl Digital 2. Alat Pengukur Tekanan 3. Higrometer Digital 4. Alat Pengukur kecepatan udara (anemometer) 5. Tachometer 6. Stopwatch C. Parameter yang diukur Gambar seksi uji 1. Tekanan dan temperature masuk kompresor (P 1 T 1 ), Tekanan dan temperature masuk kondensor (P 2 T 2 ), Tekanan dan temperature keluar kondensor (P 3 T 3 ), Tekanan dan temperature masuk evaporator (P 4 T 4 ) 2. Beda Tekanan yang terjadi di orifice ( P=P 3 -P 5 ) D. Ruangan yang didinginkan Gambar Dimensi ruang Langkah langkah Pengambilan Data : 1. Mencatat kondisi awal yang meliputi kelembaban dan temperature dan tekanan, disemua titik sebelum mesin dihidupkan. 2. Setting thermostart dan fan dahulu pada evaporator sesuai dengan yang dikehendaki. 3. Menyalakan lampu dalam ruang sesuai dengan pembebanan yang telah ditentukan untuk beberapa percobaan.

4. Motor listrik dihidupkan, cek ada tidaknya kebocoran pada pipa pipa dan sambungan sambungan. 5. Jika tidak terjadi kebocoran, menunggu sampai kondisi mesin stabil 6. Setelah kondisi mesin stabil ambil data dari parameter parameter yang telah ditentukan, yaitu : Hasil Penelitian dan Pembahasan Pada penelitian yang telah dilakukan, didapatkan data- data yang menunjukkan temperature dan tekanan ditiap titik dalam system pendingin. Data data tersebut kemudian diplotkan tekanan dan suhu pada sisi masuk dan keluar evaporator, kompresor, kondensor, katup ekspansi dan orifice. 7. Mengulangi langkah langkah diatas untuk pembebanan lampu berikutnya dan diganti dengan jenis refrigerant yang berbeda. ke dalam diagram entalphi dari masing masing refrigerant. Harga entalphi digunakan pada perhitungan laju aliran massa refrigerant untuk mencari kapasitas evaporator, kerja kompresor, koefisien prestasi mesin (COP). 1. Perhitungan Hasil Penelitian Refrigeran R22 Gambar Grafik tekanan entalphi R22 Perbedaan Siklus nyata dan ideal terletak pada penurunan tekanan didalam kondensor dan evaporator dalam pembawah dinginan (subcooling).pemanasan lanjut (superheated) terjadi setelah melewati evaporator. 2. Perhitungan Hasil Penelitian Refrigeran R134a Gambar : Grafik tekanan entalphi R134a Menunjukkan bahwa siklus uap nyata mengalami subcooling dan superheated. 3. Pembahasan Hasil Perhitungan (diambil data pada suhu 31- o,pembebanan 500 watt) Tabel Data R22 pada suhu 31 o C

Grafik Perbandingan Kapasitas Evaporasi(Q evap) R22 dan R134a Grafik Perbandingan Koefisien Prestasi (COP) R22 dan R134a Tabel Data R134a pada Suhu 31 o C

1. Perbandingan Kapasitas Evaporator R22 dan R134a. Diambil Kapasitas Evaporator R22 dan R134a pada suhu 31 o C 500 watt. Kapasitas Evaporator R22 yaitu 40,097kW,lebih besar daripada kapasitas evaporator R134a(28,58 kw) 2. Perbandingan Kerja Kompresor Diambil pada suhu 31 o C dan Pembebanan lampu 500 watt. Kesimpulan Dari hasil Penelitian yang dilakukan pada kedua jenis refrigerant (R22 dan R134a), didapatkan: 1. Siklus Uap nyata dari kedua refrigerant berbeda dengan teori karena pada saat harga entalphi masing masing titik diplotkan dalam grafik, dapat dilihat bahwa daur kompresi uap nyata mengalami uap panas lanjut. 2. Pertambahan beban berpengaruh pada naiknya kerja kompresi tetapi tidak diiringi kenaikan kapasitas Menunjukkan W kom R22 = 11,26 kw, lebih besar disbanding W komp R134a=8,75 kw. 3. Perbandingkan koefisien Prestasi Mesin (COP). Diambil pada suhu 31 o C dan pembebanan 500 watt.didapat bahwa koefisien prestasi dari R22 (3,45) lebih besar daripada R 134a (2,85) evaporasi yang signifikan sehingga COP yang dihasilkan tiap penambahan beban mengalami penurunan. 3. Karakteristik dari R22 dan R134a yang berbeda berpengaruh pada prestasi kerja masing- masing refrigerant. R22 dari segi prestasi kerjanya lebih baik daripada R134a, tetapi R22 tidak ramah lingkungan, sebaliknya, R134a lebih ramah lingkungan tetapi prestasi kerjanya lebih rendah dari R22 Referensi ; ASHRAE, Hand Book Fundamentals Cahyo, 2003, Analisa Sistem Pendingin Water Chiller dengan membandingkan Fluida Kerja R12 dan R22, Semarang Djoyodihardjo, 1994,1994, Dasar dasar Thermodinamika Teknik, PT.Gramedia, Jakarta Kreith F, 1994, Prinsip- prinsip Perpindahan Panas, Erlangga, Jakarta. Stoecker, W.F. and Jerold,W.J,1996, Refrigerasi dan Penyegaran Udara, terjemahan Supratman Hara,Erlangga, Jakarta. Sumanto, 1996, Dasar dasar Mesin Pendingin, Perc, Andi, Yogyakarta. Wiranto, A.,1995, Penyegaran Udara. Pradnya Paramita, Jakarta.