BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan dalam 4 bulan yaitu dari bulan Oktober 2014

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dalam 4 bulan yaitu dari bulan Agustus 2014 sampai

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai selesai. Penelitian

DAFTAR GAMBAR. Gambar 2.1. Magnesium dan Rumus Kimianya.. Gambar 2.2. Komponen Utama Mesin Bubut. Gambar 2.3. Proses Pada Mesin Bubut...

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Material Jurusan Teknik Mesin Universitas Lampung. Adapun bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah :

BAB I. PENDAHULUAN. keseluruhan juga akan berkurang, sehingga akan menghemat pemakaian bahan

PENGUKURAN KEKASARAN PROFIL PERMUKAAN BAJA ST37 PADA PEMESINAN BUBUT BERBASIS KONTROL NUMERIK

Analisa Nilai Kekasaran Permukaan Paduan Magnesium AZ31 Yang Dibubut Menggunakan Pahat Potong Berputar

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Proses Produksi Jurusan Teknik

BAB III METODE PENELITIAN. Mulai. Studi Pustaka. Persiapan Spesimen dan Peralatan. Permesinan dengan Kondisi Permesinan Kering dan Basah

PROSES FREIS ( (MILLING) Paryanto, M.Pd.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian sekaligus pengambilan data dilakukan di Laboratorium Produksi dan

PENGARUH PARAMETER PEMOTONGAN TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN PADA PROSES BUBUT BAJA AISI 1045

PENGARUH TEBAL PEMAKANAN DAN KECEPATAN POTONG PADA PEMBUBUTAN KERING MENGGUNAKAN PAHAT KARBIDA TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN MATERIAL ST-60

BAB li TEORI DASAR. 2.1 Konsep Dasar Perancangan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Universitas Lampung. Sedangkan waktu penelitian dilaksanakan pada rentang

BAB III METODOLOGI. Pembongkaran mesin dilakukan untuk melakukan pengukuran dan. Selain itu juga kita dapat menentukan komponen komponen mana yang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juli Penelitian ini

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Lab.Proses Produksi, CNC dan material teknik

III. METODE PENELITIAN. Penelitian sekaligus pengambilan data dilakukan di Laboratorium Produksi dan

BAB II LANDASAN TEORI

III. METODOLOGI PENELITIAN. dan pengujian untuk merancang sistem operasi pemesinan magnesium dengan

ANALISIS KEAUSAN PAHAT TERHADAP KUALITAS PERMUKAAN BENDA KERJA PADA PROSES PEMBUBUTAN

OPTIMASI PARAMETER PEMESINAN TANPA FLUIDA PENDINGIN TERHADAP MUTU BAJA AISI Jl. Jend. Sudirman Km 3 Cilegon,

M O D U L T UT O R I A L

TAHAP AWAL PEMBUATAN PEMBUBUTAN HOUSE BEARING RODA ROLI

DESAIN DAN PABRIKASI GERINDA TOOLPOST PADA MESIN BUBUT KONVENSIONAL

SURAT KETERANGAN No : 339C /UN /TU.00.00/2015

MATERI KULIAH PROSES PEMESINAN KERJA BUBUT. Dwi Rahdiyanta FT-UNY

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Gambar 3.1 Baja AISI 4340

III. METODOLOGI PENELITIAN. waktu pada bulan Oktober hingga bulan Maret Peralatan dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini :

FM-UII-AA-FKU-01/R0 MESIN BUBUT 2.1. TUJAN PRAKTIKUM

Momentum, Vol. 12, No. 1, April 2016, Hal. 1-8 ISSN , e-issn

Studi Eksperimental tentang Pengaruh Parameter Pemesinan Bubut terhadap Kekasaran Permukaan pada Pemesinan Awal dan Akhir

MEKANIKA Volume 12 Nomor 1, September Keywords : Digital Position Read Out (DRO)

PROSES PEMBUBUTAN LOGAM. PARYANTO, M.Pd.

OPTIMASI KEKASARAN PADA COPY TURNING DENGAN VARIASI PARAMETER KEDALAMAN PEMAKANAN, KECEPATAN POTONG DAN GERAK MAKAN

SMK PGRI 1 NGAWI TERAKREDITASI: A

Analisa Pengaruh Gerak Makan Dan Putaran Spindel Terhadap Keausan Pahat Pada Proses Bubut Konvensional

PENGARUH VARIASI PUTARAN SPINDEL DAN KEDALAMAN PEMOTONGAN TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN BAJA ST 60 PADA PROSES BUBUT KONVENSIONAL

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Kata kunci: Proses Milling, Variasi Kecepatan Putar dan Kedalaman Makan, Surface Roughness

PENGARUH FEEDING DAN SUDUT POTONG UTAMA TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN LOGAM HASIL PEMBUBUTAN RATA PADA MATERIAL BAJA ST 37

I. PENDAHULUAN. Proses permesinan merupakan proses manufaktur dimana objek dibentuk

ANALISIS UMUR PAHAT DAN BIAYA PRODUKSI PADA PROSES DRILLING TERHADAP MATERIAL S 40 C

BEKERJA DENGAN MESIN BUBUT

PENGARUH PERUBAHAN KECEPATAN PEMAKANAN TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN PADA PROSES PEMBUBUTAN

JURNAL FEMA, Volume 1, Nomor 4, Oktober 2013 UNJUK KERJA VORTEX TUBE COOLER PADA PEMESINAN BAJA ST41

III. METODOLOGI PENELITIAN. Universitas Lampung. Sedangkan estimasi waktu penelitian dikisarkan

BAB IV PENGUJIAN ALAT GERINDA SILINDRIS DAN ANALISA

BAB II LANDASAN TEORI

SOAL LATIHAN 2 TEORI KEJURUAN PEMESINAN

28 Gambar 4.1 Perancangan Produk 4.3. Proses Pemilihan Pahat dan Perhitungan Langkah selanjutnya adalah memilih jenis pahat yang akan digunakan. Karen

9 perawatan terlebih dahulu. Ini bertujuan agar proses perawatan berjalan sesuai rencana. 3.2 Pengertian Proses Produksi Proses produksi terdiri dari

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS PEMOTONGAN RODA GILA (FLY WHEEL) PADA PROSES PEMESINAN CNC BUBUT VERTIKAL 2 AXIS MENGGUNAKAN METODE PEMESINAN KERING (DRY MACHINING)

Pengaruh Jenis Pahat dan Cairan Pendingin

PERBANDINGAN TINGKAT KEKASARAN DAN GETARAN PAHAT PADA PEMOTONGAN ORTHOGONAL DAN OBLIQUE AKIBAT SUDUT POTONG PAHAT

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. pemesinan. Berikut merupakan gambar kerja dari komponen yang dibuat: Gambar 1. Ukuran Poros Pencacah

SOAL LATIHAN 2 TEORI KEJURUAN PEMESINAN

BAB II Mesin Bubut I II. 1. Proses Manufaktur II

STUDI PENGARUH SUDUT POTONG (Kr) PAHAT KARBIDA PADA PROSES BUBUT DENGAN TIPE PEMOTONGAN OBLIQUE TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN

BAB III PERAWATAN MESIN BUBUT PADA PT.MITSUBA INDONESIA

BAB 3 PROSES FRAIS (MILLING)

BUKU 3 PROSES FRAIS (MILLING) Dr. Dwi Rahdiyanta

Proses Gerinda. Paryanto, M.Pd. Jur. PT. Mesin FT UNY

PROSES BUBUT (Membubut Tirus, Ulir dan Alur)

BAB 3 RANCANGAN DAN PELAKSANAAN PERCOBAAN

RENCANA IMPLEMENTASI MEMBUBUT DI LABORATORIUM PRODUKSI JURUSAN MESIN. Oleh: Nama : Dwi Pujo L NIM : Prodi : PTMSI

BAB II MESIN BUBUT. Gambar 2.1 Mesin bubut

Studi Pengaruh Sudut Potong Pahat Hss Pada Proses Bubut Dengan Tipe Pemotongan Orthogonal Terhadap Kekasaran Permukaan

BEKERJA DENGAN MESIN BUBUT

PENERAPAN PENILAIAN KEKASARAN PERMUKAAN (SURFACE ROUGHNESS ASSESSMENT) BERBASIS VISI PADA PROSES PEMBUBUTAN BAJA S45C

Parameter Pemotongan pada Proses Pembubutan

MODUL PROSES PEMESINAN I SEKSI MESIN BUBUT. Oleh : Purgiyanto

PENGARUH KECEPATAN PUTAR SPINDLE (RPM) DAN JENIS SUDUT PAHAT PADA PROSES PEMBUBUTAN TERHADAP TINGKAT KEKASARAN BENDA KERJA BAJA EMS 45

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. hasil yang baik sesuai ukuran dan dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Ukuran poros : Ø 60 mm x 700 mm

PENGARUH KECEPATAN POTONG PADA PROSES PEMBUBUTAN TERHADAP SURFACE ROUGHNESS DAN TOPOGRAFI PERMUKAAN MATERIAL ALUMINIUM ALLOY

PBAB II MESIN BUBUT. (Laboratorium Teknik Industri Universitas Gunadarma, 2011) Gambar 2.1 Mesin Bubut

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Berbagai proses pemesinan dilakukan guna mengubah bahan baku

Menentukan Peralatan Bantu Kerja Dengan Mesin Frais

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Proses Pemesinan Milling dengan Menggunakan Mesin Milling 3-axis

LAMPIARN 1.4 TEST UJI COBA INSTRUMEN. Mata Pelajaran Tingkat/Semester : XI/ Hari / Tanggal :... Waktu. : 60 menit Sifat Ujian

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA. Dari pengujian yang telah dilakukan, diperoleh kondisi pemotongan yang

PENGARUH SUDUT GARUK PAHAT BUBUT TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN PADA PROSES PEMBUBUTAN

Melakukan Pekerjaan Dengan Mesin Frais

TURBO Vol. 6 No p-issn: , e-issn: X

PENGARUH PARAMETER POTONG TERHADAP DIAMETER PITS ULIR METRIK

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Turbin blade [Gandjar et. al, 2008]

BAB 3 PERALATAN DAN PROSEDUR PENELITIAN

Jumlah Halaman : 20 Kode Training Nama Modul` Simulation FRAIS VERTIKAL

PENGARUH KETEBALAN PEMAKANAN TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN PADA MATERIAL S45C

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Mesin bubut (Turning machine) adalah suatu jenis mesin perkakas

Perancangan Peralatan Bantu Pembuatan Roda Gigi Lurus dan Roda Gigi Payung Guna Meningkatkan Fungsi Mesin Bubut

MODUL CNC MILLING DENGAN SWANSOFT CNC SIMULATOR

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Teknologi Mekanik Universitas Lampung, yang meliputi beberapa proses sebagai berikut:

PENGARUH VARIASI PUTARAN BENDA KERJA DAN PUTARAN TOOL MENGGUNAKAN METODE PEMAKANAN TANGENSIAL PADA PROSES TURN-MILLING TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN

Pengaruh Kecepatan Putar Terhadap Kekasaran Permukaan Kayu Medang pada Proses Pembubutan

BABV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Untuk dapat mengetahui penyimpangan titik nol jig pada mesin CNC

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu Dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan dalam 4 bulan yaitu dari bulan Oktober 2014 sampai dengan Januari 2014. Penelitian akan dilakukan di Laboratorium Teknik Produksi dan Laboratorium CNC/CAM Fakultas Teknik Universitas Lampung. Tabel 3.1 Rencana kegiatan penelitian Kegiatan Oktober November Desember Januari 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Studi Literature 2 3 4 Penyelesaian pembuatan Hoder Rotary Persiapan alat dan bahan pengujian Pengujian dan pengambilan data ` 5 Pengolahan data 6 Pembuatan laporan akhir 34

3.2 Alur Penelitian Secara garis besar, alur pelaksanaan penelitian ditunjukkan padaflowchart berikut ini: Mulai Studi Literatur: a. Pemesinan kering magnesium, b. Sistem pahat putar, c. Magnesium AZ31, d. Analisa nilai kekasaran Setting mesin bubut dan memasang magnesium pada mesin Melakukan pemesinan bubut: Kondisi pemotongan: -Vw =,, 100, 1, 200 m/min - Vt =,, m/menit - f = 0,05 dan 0,1 mm/rev - d= 0,2 mm 1. Mengukur nilai kekasaran menggunakan alat surface tester ( Ra dan Rz) 2. Mengambil gambar profil permukaan menggunakan kamera microscop USB Data hasil pengujian berupa nilai kekasaran dari setiap parameter permesinan yang digunakan disatukan dalam bentuk tabel untuk mengetahui nilai kekerasan yang terendah dan tertinggi. Analisa data dan pembahasan Simpulan dan saran Selesai Gambar 3.1 Flowchart Penelitian 35

3.3 Bahan Dan Alat Penelitian Adapun bahan yang digunakan dalam penelitan ini adalahpaduan Magnesium AZ31 dengan giameter mm dan panjang 310 mm. Gambar 3.2. Material Magnesium AZ31 1. Material Magnesium AZ31 Material Magnesium memiliki karakterisitik fisik dan thermal sebagai berikut: Tabel 3.2 Karakteristik fisik dan thermal paduan magnesium AZ31 Density [kg/mm 3 ] 1,77 x 10-6 Young s Modulus [kn/mm 2 ] 45,000 Possion s ratio 0.35 Melting temperature [K] 891 Konduktifitas thermal [w/(mk)] 77 + 0.096T Kapasitas Spesifik panas [J/(kgK)] 1000 + 0.666T Koefisien muai panas[k -1 ] 2.48 x 10-5 (Sumber: Jawahir, 2011) 36

Adapun alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Mesin bubut Mesin bubut adalah mesin perkakas manual yang digunakan untuk memotong benda yang berputar. Bubut sendiri merupakan suatu proses pemakanan benda kerja yang sayatannya dilakukan dengan cara memutar benda kerja kemudian dikenakan pada pahat yang digerakkan secara translasi (sejajar dengan sumbu putar dengan benda kerja). Gerakan putar dari benda kerja disebut gerak potong relatif dan gerakan translasi dari pahat disebut gerak makan. Dalam penelitian ini, mesin bubut digunakan untuk melakukan pemesinan terhadap magnesium dengan menggunakan parameter-parameter pengujian yang sudah ditentukan. Kemudian dari proses pemesinan bubut ini hasilnya akan diambil dan diolah menggunakan aplikasi lain. Mesin bubut yang digunakan memiliki spesifikasi seperti yang ditunjukkan pada tabel diberikut, dan ditunjukkan pada gambar 3.3. Gambar 3.3 Mesin bubut Konvensional 37

Tabel 3.3 Spesifikasi mesin bubut konvensional Merk PHINACO Type S-90/200 Motor Main Motor Power: 4 Kw Central High 200 mm Central Distance 7-11 mm Swing Over Bed 400 mm Swing Over Grap 600 mm Swing Over Carriage 370 mm Swing Cross Slide 210 mm 2. Sistem Pahat Putar (Rotary Tool System). Pahat putar (rotary tool) merupakan sistem pahat yang digunakan dalam penelitian ini, dimana mata pisau (cutting edge) akan mengalami proses pendinginan selama periode tanpa pemotongan (non cutting period) dalam satu putaran pahat potong. Hal ini diharapkan bahwa suhu pahat potong akan menurun dibandingkan dengan proses pemesinan bubut pahat diam. Pahat putar iniditempatkan pada dudukan pahat mesin bubut untuk menggantikan sistem pahat bubut diam. 38

Gambar 3.4 Sistem pahat putar (holder rotary) Tabel 3.4 Spesifikasi Rotary Tool Merk motor Jenis Pahat Kecepatan putaran pahat Arah putaran spindel Diameter insert AXUM590-A Insert-Propeller 0-2000 rpm CW/CCW 16 mm dan 20 mm 39

3. Surface tester Alat ini berfungsi untuk mengukur kekasaran dari suatu permukaan. Dengan standar propertis pengukuran Ra, Rz, Rq. Dan dengan ketelitian alat 0.01 μm. Gambar 3.5 Surface tester Tabel 3.5 spesifikasi surface tester Merk Pabrikasi Ketelitian Mitutoyo SJ-210 Japan 0.01 μm 40

4. Kamera Mikroskop USB Kamera Mikroskop USB digunakan untuk mengambil gambar profil permukaan dari material magnesium yang sudah dilakukan proses permesinan. Kamera Mikroskop USB ini memiliki pembesaran hingga 1000 kali. Gambar 3.6 Microskop USB 3.4 Prosedur Penelitian Prosedur dari penelitian memiliki beberapa tahapan diantaranya: 3.4.1 Persiapan bahan Paduan Magnesium AZ31 yang sebelumnya berbentuk balok memanjang dilakukan pembubutan rata sehingga berubah bentuk menjadi silinder dengan diameter mm dan panjang 310mm. Ketika akan melakukan pengujian benda kerja menggunakan mesin bubut maka benda kerja harus diberikan lubang center pada permukaan muka, centering dimaksudkan agar pengujian yang akan berlangsung pada magnesium menjadi lebih stabil. 41

Gambar 3.7 Pengukuran diameter awal Magnesium 3.4.2 Set-up Pemesinan Pada tahapan ini dilakukan instalasi set-up mesin berupa penempatanholder rotary yang diletakkan pada dudukan pahat diam dengan cara melepaskannya dari eretan dengan melepas baut pengikatnya dan menggantikannya dengan holder rotary dan mengatur posisi dariholder rotary tersebut seperti tinggi pahat harus sejajar dengan senter. Hal ini sangat perlu dilakukan agar pada saat proses pemotongan pahat yang digunakan tidak cepat rusak. Set-up ditunjukkan pada gambar 3.8 berikut: 42

Gambar 3.8Set-upPemesinan Magnesium Gambar 3.8 Set-up Pemesinan Magnesium 3.4.3 Proses pembubutan spesimen Setelah mesin di set-up, maka proses pembubutan material magnesium AZ31 dapat dilakukan tanpa menggunakan cairan pendingin. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan nilai kekasaran pada permukaan benda kerja menggunakan surface tester. Pada proses permesinan ini menggunakan dua buah pahat insert yaitu 16 mm dan 20 mm untuk semua parameter pemesinan yang digunakan, dengan arah putaran pahat yang digunakan adalah berlawanan dengan jarum jam / CCW (Center Clock Wise). Berikut adalah ilustrasi proses pemesinan bubut menggunakan pahat putar. 43

Gambar 3.9. Ilustrasi proses pemesinan bubut menggunakan patat putar Arah putaran pahat menggunakan CCW (Center Clock Wise) dengan alasan getaran yang ditimbulkan oleh sistem ini lebih rendah dibandingkan dengan getaran yang dihasilkan oleh putaran pahat menggunakan sistem CW (Clock Wise) / searah jarum jam. Adapun tahapan pelaksanaan awal untuk pemesinan sebagai berikut : a. Melakukan set-up mesin bubut seperti yang dilihatkan pada Gambar 3.8. b. Mengukur diameter awal benda untuk menetukan rpm yang akan digunakan untuk pemesinan seperti pada Gambar 3.7. c. Menentukan parameter pemotongan sebagai berikut: 44

Tabel 3.6 Parameter pemotongan. kecepatan benda kerja kecepatan makan kedalaman Kecepatan Vc, m/min f, mm/ref makan d, mm potong pahat putar m/menit 120 140 160 180 200 0,05 0,1 0,2. Pengambilan data pada setiap parameter dilakukan sebanyak tiga kali. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan hasil yang maksimal. 3.4.4 Cara penggukuran kekasaran menggunakan surface tester Berikui ini adalah cara pengambilan nilai kekasaran menggunkan surface tester: Gambar 3.10. Cara pengambilan nilai kekasaran menggunakan Surface Teester Setelah proses pemesinan dilakukan surface tester diletakkan pada permukaan benda uji kemudian stylus (berupa jarum) diatur sehingga beradadalam posisi stabil pada pembacan skala tekanan terhadap permukaan objek yang akan diukur, setelah posisi surface tester sudah stabil barulah pengambilan nilai kekerasan dilakukan dengan menekan tombol start pada alat dan stylus akan bergerak 45

dengan konstan sesuai dengan sumbu horizontal dan sejajar dengan benda uji (berada dalam garis lurus). 3.4.5 Cara pengambilan gambar profil permukaan magnesium menggunakan microskop USB Adapun cara yang dilakukan untuk pengambilan gambar profil permukaan benda kerja menggunakan kamera Mikroskop USB adalah sebagai berikut : Gambar 3.11. Cara pengambilan gambar profil permukaan magnesium menggunakan kamera mikroskop USB. Mikroskop diletakkan diatas permukaan benda kerja yang akan diambil gambar dengan menggunakan dudukan (tiang) yang ditempatkan pada permukaan yang datar dan kuat, setelah itu menyambungkan kabel USB dari mikroskop ke laptop, selanjutnya menyalakan mikroskop dan mengatur pembesaran sesuai dengan yang dugunakan yaitu 40 kali pembesaran kemudian mengatur fokus kamera agar gambar terlihat jelas dan menjalankan program softwareaplikasi 46

mikroskop USB untuk mengambil gambar permukaan benda kerja dan selanjutnya gambar disipan pada file. 3.4.6 Pengambilan Data Data yang telah didapatkan dengan menggunakan surface tester menunjukkan nilai kekasaran tiap-tiap parameter yaitu Vw (,,120,160, 200 m/min); f (0.05 dan 0,1 mm/rev); d (0,2mm); dan Vt (,, dan m/menit)dimasukkan kedalam tabel acuan agar dapat dianalisa. Selanjutnya data yang telah dimasukkan kedalam tabel ditampilkan dalam bentuk grafik untuk melihat karakterisasi tiap faktor yaitu kecepatan potong terhadap nilai kekasaran pada berbagai gerak makan, kecepatan potong pahat putar dan kedalaman pemotongan. Tabel yang digunakan sebagai acuan pengambilan data ditunjukkan pada tabel 3.7 dan tabel 3.8. Menunjukkan data hasil pengukuran nilai kekasaran dengan gerak makan 0.05 mm dan 0,1 mm dengan menggunakan insert 16 mm. Sedangkan pada tabel 3.9 dan tabel 3.10 menunjukkan data hasil pengukuran nilai kekasaran dengan gerak makan 0,05 mm dan 0,1 mm dengan menggunakan insert 20 mm. 47

Tabel 3.7 Data hasil pengukuran nilai kekasaran dengan menggunakan insert 16 mm pada kedalaman potong 0,2 mm dengan gerak makan 0,05 mm/rev. Kecepatan Benda Kerja Vw, m/min Gerak Makan f, m/rev Kedalaman Potong d, mm Kecepatan Potong Pahat Putar Vt, m/min Nilai Kekasaran Ra 0,05 0,2 0,05 0,2 120 0,05 0,2 160 0,05 0,2 200 0,05 0,2 48

Tabel 3.8 Data hasil pengukuran nilai kekasaran dengan menggunakan insert 16 mm pada kedalaman potong 0,2 mm dengan gerak makan 0,1 mm/rev. Kecepatan Benda Kerja Vw, m/min Gerak Makan f, m/rev Kedalaman Potong d, mm Kecepatan Potong Pahat Putar Vt, m/min Nilai Kekasaran Ra 0,1 0,2 0,1 0,2 120 0,1 0,2 160 0,1 0,2 200 0,1 0,2 49

Tabel 3.9 Data hasil pengukuran nilai kekasaran dengan menggunakan insert 20 mm pada kedalaman potong 0,2 mm dengan gerak makan 0,05 mm/rev. Kecepatan Benda Kerja Vw, m/min Gerak Makan f, m/rev Kedalaman Potong d, mm Kecepatan Potong Pahat Putar Vt, m/min Nilai Kekasaran Ra 0,05 0,2 0,05 0,2 120 0,05 0,2 160 0,05 0,2 200 0,05 0,2

Tabel 3.10 Data hasil pengukuran nilai kekasaran dengan menggunakan insert 20 mm pada kedalaman potong 0,2 mm dengan gerak makan 0,1 mm/rev. Kecepatan Benda Kerja Vw, m/min Gerak Makan f, m/rev Kedalaman Potong d, mm Kecepatan Potong Pahat Putar Vt, m/min Nilai Kekasaran Ra 0,1 0,2 0,1 0,2 120 0,1 0,2 160 0,1 0,2 200 0,1 0,2 51