BAB I PENDAHULUAN. khususnya sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya manusia disini adalah

dokumen-dokumen yang mirip
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 19 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA BANJAR

PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERUYAN NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG

WALIKOTA BUKITTINGGI

RANCANGAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA TAHUN 2011 NOMOR 11 PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN ORGANISASI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TASIKMALAYA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. 1. Gambaran Umum

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DASAR POLISI PAMONG PRAJA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Prestasi kerja (job performance) merupakan tingkat keberhasilan karyawan dalam

PEMERINTAH KOTA PASURUAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 27 TAHUN 2011 TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

PEMERINTAH KABUPATEN BOJONEGORO

PEMERINTAH KABUPATEN NUNUKAN

PEMERINTAH KOTA KEDIRI KEDIRI KEDIRI

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA BAUBAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

PEMERINTAH KABUPATEN KOLAKA UTARA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

BUPATI KONAWE UTARA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG ORGANISASI DAN TATA A KERJA POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN KONAWE UTARA

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

WALIKOTA AMBON PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH KOTA AMBON NOMOR - 5 TAHUN 2014 TENTANG

PEMERINTAH KOTA MADIUN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 06 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Galih Septian, 2014

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 64 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN SITUBONDO

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 88 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG

PEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 88 TAHUN 2016 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 09 TAHUN 2008 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Organisasi dan tata kerja Satuan Polisi Pamong Praja ditetapkan dengan Peraturan

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 47 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN TANGERANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEKADAU NOMOR 07 TAHUN 2007 TENTANG

PROFIL SATPOL PP KABUPATEN BINTAN TAHUN kerja daerah yang memiliki tipe A, yang dipimpin oleh seorang Kepala Satuan

*40931 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 32 TAHUN 2004 (32/2004) TENTANG PEDOMAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA

PEMERINTAHAN KABUPATEN BINTAN

PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN BANYUWANGI

PEMERINTAH KOTA SAMARINDA

LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G NOMOR : 14 TAHUN 2006 SERI : D PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 14 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 7 TAHUN 2005 SERI : D PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 7 TAHUN 2005 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. jalan maupun di berbagai tempat umum. Padahal dalam Pasal 34 Undang-Undang

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Setelah mencermati dan mengkaji tentang peranan Badan Satuan Polisi Pamong

LAMPIRAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Profesi sebagai polisi mempunyai nilai penting dalam menentukan tegaknya

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan, tanpa aspek manusia sulit kiranya instansi untuk mengembangkan

BUPATI BANDUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 24 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN BANDUNG

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2006 NOMOR 4 SERI D

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR : 5 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA PROVINSI BANTEN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN,

BUPATI LAHAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAHAT NOMOR 04 TAHUN 2013 T E N T A N G

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Landasan Hukum

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG

NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI PURWAKARTA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA PROVINSI SUMATERA BARAT

PEMERINTAH KOTA BATU

- 1 - PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. orang-orang yang berada di dalamnya. Sumber daya manusia (SDM) akan

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 09 TAHUN 2005 T E N T A N G PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA

BAB I PENDAHULUAN. daerah (Pemda) adalah menjamin kepastian hukum, menciptakan, serta memelihara

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN MASYARAKAT DI KOTA YOGYAKARTA

PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian tersirat amanat

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 47 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN BLITAR

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA,

BUPATI WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kesejahteraan (welfare state). Itulah konsep

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 30 TAHUN 2009 PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 30 TAHUN 2009 TENTANG

DAMPAK STATUS AKRIDITASI SEKOLAH, SARANA PRASARANA DAN KOMPETENSI SOSIAL TERHADAP DISIPLIN KERJA GURU SD KECAMATAN KEDUNGTUBAN BLORA TESIS.

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 38 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DASAR POLISI PAMONG PRAJA

LEMBARAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 5 TAHUN 2016 SERI D.5 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BARITO UTARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH

TAHUN : 2005 NOMOR : 04

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan, tanpa aspek manusia sulit kiranya instansi untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. dalam penyebaran dan pergerakan penduduk. Hal ini mengakibatkan di. masyarakat, fungsi pelayanan dan kegiatan ekonomi.

PERATURAN BUPATI KATINGAN NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN URAIAN TUGAS SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN KATINGAN

BUPATI SUMBAWA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Sumber Daya Air Tanah dan Geologi Lingkungan (PAG) Bandung

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 83 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN MASYARAKAT

PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

Awal dibentuknya adalah untuk mengembalikan wibawa pemerintah daerah yang carut marut karena kondisi Pemerintahan Republik Indonesia yang masih belia.

TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia mempunyai peranan sangat penting dalam sebuah organisasi, sehingga organisasi seharusnya memiliki sumber daya manusia yang baik khususnya sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya manusia disini adalah pegawai atau karyawan yang merupakan kekayaan (asset) utama dalam suatu organisasi, sehingga perlu dibina agar menghasilkan karyawan yang berkualitas dimana mampu untuk mencapai tujuan dari organisasi. Sudah selayaknya organisasi memperlakukan pegawai atau karyawannya secara manusiawi, karena perlu disadari bahwa pegawai atau karyawan merupakan mahluk hidup yang memiliki sifat, watak, harga diri, kepentingan serta motivasi yang berbeda-beda dalam melaksanakan tugas untuk mencapai prestasi kerja yang lebih baik. Prestasi kerja adalah hasil kerja yang dicapai karyawan dalam mengemban tugas dan pekerjaan yang berasal dari organisasi. Faktor-faktor yang berkaitan dengan prestasi kerja adalah motivasi, kemampuan, pengetahuan, keahlian, pendidikan, pengalaman, pelatihan, minat, sikap kepribadian, kondisi-kondisi fisik dan kebutuhan fisiologis, kebutuhan sosial, serta kebutuhan egoistik. (Sutermeister, 1999:100). Campbell (1999) menyatakan bahwa prestasi kerja merupakan fungsi dari pengetahuan, keterampilan, kemampuan, pengalaman, masa kerja dan motivasi diarahkan pada peran perilaku kerja, seperti tanggung jawab pekerjaan formal. Baugh

dan Roberts (1994) menyatakan bahwa karyawan yang memiliki komitmen tinggi terhadap organisasinya maka mereka akan memiliki prestasi kerja yang tinggi. Meyer., et al (1991) menyatakan komitmen organisasi adalah perasaan karyawan untuk tetap bertahan dalam organisasi, perasaan yang dihasilkan dari internalisasi tekanan normatif yang diberikan pada seorang individu sebelum masuk atau setelah masuk dalam organisasi. Karyawan berkomitmen memberikan kontribusi yang besar kepada organisasi dengan melakukan semua hak-hak dan kewajiban untuk pencapaian tujuan organisasi. Selain itu, pekerja yang berkomitmen untuk organisasi merasa senang menjadi bagian dari anggota organisasi tersebut, sehingga percaya terhadap organisasinya, dan berniat untuk melakukan apa yang terbaik bagi organisasi (George dan Jones, 1996:85). Faktor-faktor yang mempengaruhi komitmen organisasi yaitu karakteristik personal yang terdiri dari usia, masa kerja, tingkat pendidikan, jenis kelamin, suku bangsa dan kepribadian berkolerasi dengan komitmen organisasi; Karakteristik yang berkaitan dengan pekerjaan atau jabatan memiliki sumbangan yang bermakna pada komitmen organisasi, karakteristik ini meliputi tantangan pekerjaan, konflik peran, dan ambiguitas peran; Pengalaman kerja memberikan kontribusi yang paling besar terhadap komitmen organisasi. Pengalaman kerja ini meliputi keterandalan organisasi, realisasi harapan, sikap rekan kerja yang positif terhadap organisasi, persepsi terhadap gaji, serta norma kelompok yang berkaitan dengan kerja keras (Steers, 1977). Penelitian Khan et al. (2010) menyatakan affective commitment, continuance commitment, normative commitment terdapat berhubungan positif terhadap prestasi

kerja karyawan pada sektor minyak dan gas di pakistan. Darolia et al. (2010) menyatakan terdapat korelasi positif antara komitmen organisasi, dukungan organisasi dan kontribusi dalam organisasi juga mendukung prestasi kerja dari karyawan National Fertilizer Ltd, India. Clarke (2006), dalam penelitiannya pada unit keperawatan di Inggris menyatakan bahwa komitmen organisasi berhubungan positif dan tidak signifikan terhadap prestasi kerja, dimana affective commitment dan normative commitment berhubungan positif terhadap prestasi kerja namun sebaliknya untuk continuance commitment berhubungan negatif terhadap prestasi kerja. Komitmen karyawan memberikan kontribusi besar kepada organisasi karena merasa melakukan pekerjaan dan berperilaku untuk pencapaian tujuan organisasi. Selanjutnya, pekerja yang berkomitmen untuk organisasi merasa senang menjadi anggota organisasi, percaya terkadang organisasi serta nyaman untuk melakukan apa bagi organisasi (Sutanto, 1999). Krausz., et al (1999) menyatakan bahwa baik tingkat pendidikan dan pengalaman kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap prestasi kerja yang dapat mendukung para pekerja akuntan pada setiap pekerjaan yang akan diambil. Tyson (2012), menyatakan bidang keperawatan lebih memahami siswa Afrika yang memiliki pengalaman karena membantu siswa untuk mencapai hasil dalam menyelesaikan pendidikan keperawatannya. Jamaluddin (2014) menyatakan bahwa pengaruh pendidikan dan pengalaman kerja berperan dalam pencapaian prestasi kerja di kantor satuan polisi pamong praja kota kabupaten Gowa. Purnamasari (2014) menyatakan

pengalaman kerja yang dimiliki seseorang menunjang hasil kerja yang dicapai oleh karyawan PT Grahamas Intitirta. Pendidikan adalah suatu kegiatan untuk meningkatkan penguasaan teori dan keterampilan memutuskan terhadap persoalan-persoalan yang menyangkut kegiatan guna untuk mencapai sebuah tujuan. Upaya ini dilakukan untuk memperbaiki kontribusi produktif para karyawan dan mengembangkan sumber daya manusia menghadapi segala kemungkinan yang terjadi akibat perubahan lingkungan. Pendidikan merupakan syarat dasar seseorang untuk dapat mengembangkan diri ke arah yang lebih maju. Melalui jenjang pendidikan seseorang dibekali dengan pengetahuan baik yang berguna untuk mendidik moral maupun jasmani seseorang. Melalui pendidikan setiap orang di harapkan mampu untuk memiliki wawasan luas dan maju untuk nantinya dapat diterapkan pada dunia kerja. Kepandaian dalam bekerja dan kelincahan untuk menyelesaikan suatu masalah atau pekerjaan adalah tujuan dari dunia pendidikan (Sutrisno, 2009:62). Pengalaman kerja adalah lamanya seseorang melaksanakan frekuensi dan jenis pekerjaan yang sesuai dengan kemampuannya (Syukur, 2001:74). Pengalaman kerja dijadikan suatu dasar atau acuan seorang karyawan dapat menempatkan diri pada kondisi yang tepat, berani mengambil resiko, mampu menghadapi tantangan dengan penuh tanggung jawab serta mampu berkomunikasi dengan baik terhadap berbagai pihak untuk tetap menjaga produktivitas, kinerja dan menghasilkan individu yang kompeten dalam bidangnya (Sutrisno, 2009:158).

Dinas Ketentraman Ketertiban dan Satuan Polisi Pamong Parja (Dinas Tramtib dan Sat-Pol PP) merupakan dinas yang membantu kepala daerah dalam menegakan peraturan daerah dan peraturan kepala daerah, serta menyelenggarakan Ketentraman dan Ketertiban Umum. Pelayanan yang diberikan berupa penyusunan program dan pelaksanaan ketentraman dan ketertiban umum, penegakkan Peraturan Daerah (Perda), penegakan Peraturan Kepala Daerah pelaksanaan kebijakan pemeliharaan serta penyelenggaraan Ketentraman dan Ketertiban Umum di daerah pelaksanaan kebijakan, penegakan peraturan daerah dan peraturan kepala daerah, pelaksanaan koordinasi pemeliharaan penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum, penegakan peraturan daerah, peraturan kepala daerah dengan aparat kepolisian negara, pengawasan terhadap masyarakat agar mematuhi dan mentaati peraturan daerah serta peraturan dari kepala daerah. Berdasarkan Undang-undang No 32 Tahun 2004 tentang Satuan Polisi Pamong Praja Kota Denpasar, tugas dari satuan polisi pamong praja (Sat-Pol PP) di lapangan adalah menertibkan dan menindak warga masyarakat atau badan hukum yang menggangu ketentraman umum, melakukan pemeriksaan terhadap masyarakat atau badan hukum yang melakukan pelanggaran peraturan daerah dan peraturan kepala daerah, melakukan tindakan refrensif non yustisi terhadap warga masyarakat atau badan hukum yang melakukan pelanggaran atas peraturan daerah dan peraturan kepala daerah, melaporkan kepada kepolisian negara atas ditemukan atau patut diduga adanya tindakan pidana yang bersifat pelanggaran atau kejahatan.

Berdasarkan UU No. 19 Tahun 2013 tentang Pakaian Dinas dan UU No. 6 Tahun 2010 tentang Satuan Polisi Pamong Praja, Kantor Sat-Pol PP memberikan bentuk dukungan organisasi kepada anggota Satuan Polisi Pamong Praja berupa pemberian atribut kerja serta penggunaan peralatan berupa sangkur (pisau), tameng serta pemberian finansial untuk resiko kerja bagi anggota sat-pol pp di lapangan. Dukungan organisasi yang dilakukan Dinas Tramtib dan Sat-Pol PP bertujuan untuk meningkatkan prestasi kerja serta memperhatikan jaminan keselamatan terhadap Anggota Sat-Pol PP yang bertugas dilapangan. Undang-Undang No. 1 Tahun 2013 berdasarkan Undang-Undang No. 43 Tahun 1999 Tentang Kepegawaian Negeri Sipil mengatur tentang daftar Sasaran Kerja Pegawai (SKP) dimana sebagian penilaian menggunakan penilaian pelaksanaan pekerjaan (DP3) yang mengatur tentang unsur-unsur yang dinilai mengenai kesetiaan, prestasi kerja, tanggungjawab, ketaatan, kejujuran, kerjasama, prakarsa, kepemimpinan serta komitmen. Adapun prestasi kerja menurut SKP adalah hasil kerja yang dicapai seorang pegawai negeri dalam melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya. Pada umumnya prestasi kerja dipengaruhi oleh kecakapan, pengalaman, kesungguhan dan disiplin kerja pegawai yang bersangkutan. Pegawai Satuan Polisi Pamong Praja dituntut untuk berperilaku kerja produktif yang disyaratkan untuk mencapai hasil kerja yang disepakati dan bukan hanya penilaian atas kepribadian seseorang Pegawai Negeri Sipil. Dinas Ketentraman Ketertiban Dan Satuan Polisi Pamong Parja Kota Denpasar (Dinas Tramtib dan Sat-Pol PP) diharapkan untuk dapat bersikap produktif, profesional,

serta berkualitas, terlebih untuk saat ini masyarakat sudah sangat kritis dalam semua aspek. Sistem prestasi kerja dilaksanakan secara sistematis yang penekanannya pada tingkat pencapaian sasaran kerja pegawai atau tingkat capaian hasil kerja yang telah disusun dan disepakati bersama antara Pegawai Negeri Sipil dengan Pejabat Penilai. Dalam hal ini pegawai dituntut berperilaku kerja yang mempengaruhi prestasi kerja yang dievaluasi harus relevan serta berhubungan terhadap pelaksanaan tugas pekerjaan dalam jenjang jabatan setiap Pegawai Negeri sipil yang dinilai. Penerapan sasaran kerja pegawai (SKP) dilaksanakan pada tahun 2014 di lingkungan kantor Dinas Tramtib dan Sat-Pol PP Kota Denpasar. Sasaran kerja pegawai lebih menargetkan hasil kerja lalu di laporkan kepada atasan, berbeda seperti DP3 yang langsung dinilai oleh atasan. Prestasi Kerja pegawai Dinas Ketentraman Ketertiban dan Satuan Polisi Pamong Praja (Dinas Tramtib dan Sat-Pol PP) Kota Denpasar berdasarkan Sasaran Kerja Pegawai (SKP) belum mencapai target sasaran kerja di lapangan. Pencapaian sasaran kerja pegawai dapat dilihat pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1 : Sasaran Kerja Dinas Ketentraman Ketertiban Dan Satuan Polisi Pamong Praja Kota Denpasar Tahun 2014 Sasaran Kerja Sat-Pol PP Di Lapangan Kuant/Output Target Kerja (%) Hasil Kerja (%) Selisih (%) Menertibkan gelandangan dan 290 kali 100% 214 kali 76 kali pengemis (74%) (-26%) Mengamankan penduduk pendatang yang tidak memiliki Kartu Tanda 435 kali 100% 348 kali (80%) 87 kali (-20%) Penduduk (KTP) Menertibkan Wanita Tuna Susila (WTS) 125 kali 100% 100 kali (80%) 25 kali (-20%) Menertibkan pedagang kaki lima 208 kali 100% 176 kali (85%) 32 kali (-15%) Mengamankan Orang terlantar dan orang terlantar gila 290 kali 100% 232 kali (80%) 58 kali (-20%) Sumber: Bag. Kepegawaian Dinas Tramtib dan Sat-Pol PP Kota Denpasar Tahun 2016 Berdasarkan Tabel 1.1 dapat dijelaskan dari kelima sasaran prestasi kerja Anggota Sat-Pol PP Kota Denpasar di lapangan belum mencapai target dilapangan. Pencapaian target yang terendah terjadi pada sasaran kerja dalam menertibkan gelandangan dan pengemis. Hal ini menunjukkan prestasi kerja anggota sat-pol pp kurang baik karena belum mencapai target yang telah ditetapkan. Fungsi dari dilaksanakan penertiban dan pengamanan yang dilakukan oleh Anggota Sat-Pol PP bertujuan untuk mengurangi penyakit masyarakat maka efek dari kurang tuntasnya penertiban dan pengamanan bisa berdampak terhadap masyarakat sehingga perlunya mengamankan masyarakat dari dampak-dampak yang terjadi seperti masih banyaknya pengemis dan orang terlantar hal ini menujukkan bahwa masih banyaknya kemiskinan terjadi disebabkan oleh pengemis dan orang terlantar kurang memiliki keterampilan yang dibutuhkan pasar kerja maupun memiliki keterampilan

khusus untuk membuka usaha sendiri. Masih adanya penduduk ilegal yang tidak memiliki kartu tanda penduduk dapat menyebabkan jumlah penduduk dan permasalahan kriminal yang terjadi tidak mudah terdeteksi sehingga penertiban yang dilakukan Anggota Sat-Pol PP mengurangi angka kriminal di suatu daerah. Masih adanya permasalahan pedagang kaki lima yang memotong badan jalan bahkan mengambil lahan trotoar yang diperuntukkan kepada pejalan kaki sehingga menimbulkan kurang kenyamanan di masyarakat sehingga perlunya melakukan penataan kembali agar tidak menganggu aktivitas masyarakat pada saat berada di jalanan dan akibat kurang tuntasnya menangani wanita tuna susila dapat menimbulkan wabah penyakit tertular seperti penyakit HIV/AIDS di masyarakat. Komitmen organisasi yang di tanam pada diri setiap pegawai Dinas Tramtib dan Sat-Pol PP berguna untuk menjalankan setiap tugas yang di berikan, komitmen dalam menjalani segala tugas yang dijalankan diharapkan mencapai hasil kerja (prestasi kerja) sesuai dengan tupoksi (tugas pokok dan fungsi) yang sesuai prosedur. Tuntutan yang semakin tinggi, setiap pegawai diwajibkan untuk memenuhi sasaran kerja pegawai (SKP) yang diperuntukkan kepada pegawai untuk memenuhi sasaran kerja yang tak hanya untuk organisasi namun untuk pribadi. Pengaduan yang dilakukan oleh pihak-pihak yang merasa ditertibkan bahkan masyarakat kepada Anggota Sat-Pol PP pada Kantor Dinas Tramtib dan Sat-Pol PP Kota Denpasar bertujuan untuk mengetahui kejadian-kejadian yang terjadi diluar dari prosedur kerja yang diberikan oleh Kepala Dinas. Data pengaduan dapat dilihat pada data tabel 1.2.

Tabel 1.2 : Data Pengaduan Masyarakat Pada Kantor Dinas Ketentraman Ketertiban Dan Satuan Polisi Pamong Praja Kota Denpasar Tahun 2014 Data Pengaduan Kerusakan lapak pedagang yang dilakukan oleh Anggota Sat-Pol PP Kekerasan kepada pelanggar yang dilakukan Anggota Sat-Pol PP tanpa disengaja Kerusakan barang dagangan yang dilakukan oleh Anggota Sat-Pol PP Tanggapan dari Anggota Sat-Pol PP dengan laporan masyarakat masih kurang Jumlah Pertahun 14 11 10 4 Total Data Pengaduan 43 Sumber: Bag. Kepegawaian Satuan Polisi Pamong Praja Kota Denpasar Tahun 2016 Berdasarkan Tabel 1.2 dapat dijelaskan dari keempat data pengaduan masyarakat kepada Anggota Sat-Pol PP, pengaduan yang banyak terjadi pada kerusakan lapak pedagang yang dilakukan Anggota Sat-Pol PP, yang menunjukkan bahwa pelaksanaan tugas dilakukan diluar dari SOP (Standar Operasional Prosedur). Kondisi ini mencerminkan masih rendahnya komitmen pegawai Anggota Sat-Pol PP untuk memberikan hasil yang terbaik bagi organisasi. Penertiban yang dilaksanakan oleh Anggota Sat-Pol PP kepada masyarakat bertujuan agar masyarakat lebih sadar dengan keindahan kota sehingga terciptanya kota yang asri, teratur dan bersih. Banyaknya penolakan yang dilakukan oleh pelanggar membuat pekerjaan dari Anggota Sat-Pol PP tidak menjadi maksimal. Terjadinya permasalahan pengaduan yang dilakukan oleh pihak pelanggar kepada Anggota Sat-Pol

PP yaitu kerusakan lapak pedagang, kekerasan kepada pedagang, serta kerusakan barang dagangan diakibatkan penolakan yang berupa aksi bentrok, perkelahian bahkan terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan yang dilakukan oleh pihak pelanggar yang telah merasa dirugikan secara material. Hampir sebagian besar dari pegawai negeri sipil pada Kantor Dinas Ketentraman Ketertiban dan Satuan Polisi Pamong Praja Kota Denpasar tidak mengenyam tingkat pendidikan di bangku perkuliahan. Sebagian besar merupakan lulusan SMA (Sekolah Menengah Atas) dan sederajatnya. Perlunya dukungan dalam peningkatan pendidikan di Kantor Dinas Tramtib dan Sat-Pol PP yang berguna untuk peningkatan kualitas kerja yang baik serta menghasilkan pegawai-pegawai yang memiliki prestasi kerja yang maksimal. Tingkat pendidikan pegawai pada Kantor Dinas Tramtib dan Sat-Pol PP dapat dilihat pada tabel 1.3. Tabel 1.3 : Tingkat Pendidikan Pegawai Pada Kantor Dinas Ketentraman Ketertiban Dan Satuan Polisi Pamong Praja Kota Denpasar Tingkat Pendidikan Pegawai S2 6 S1 30 SMA/SLTA/SMEA/STM 107 SMP/SLTP 5 SD 5 Jumlah Pegawai 153 Sumber: Bag. Kepegawaian Satuan Polisi Pamong Praja Kota Denpasar Tahun 2016 Pada tabel 1.3 di atas menunjukkan bahwa tingkat pendidikan pegawai yang kurang sesuai dengan tugas yang diberikan menjadi masalah yang berarti yang perlu diperhatikan Dinas Ketentraman Ketertiban dan Satuan Polisi Pamong Praja Kota Denpasar khususnya pada Anggota Sat-Pol PP yang membutuhkan pegawai dengan

kualifikasi tertentu dan memiliki keterampilan khusus agar dapat bekerja dengan baik di lapangan. Disamping tingkat pendidikan, pengalaman kerja yang dilihat dari masa kerja juga akan mempengaruhi kemampuan pegawai dalam melaksankan tugas dilapangan untuk lebih jelas, masa kerja dapat dilihat pada tabel 1.4. Tabel 1.4 : Data Masa Kerja Anggota Sat-Pol PP Pada Kantor Dinas Ketentraman Ketertiban Dan Satuan Polisi Pamong Praja Kota Denpasar Masa Kerja Pegawai Jumlah Pertahun 1-5 20 6-10 30 11-15 34 16-20 17 Jumlah Anggota Sat-Pol PP 101 Sumber: Bag. Kepegawaian Satuan Polisi Pamong Praja Kota Denpasar Tahun 2016 Berdasarkan tabel 1.4 menunjukkan bahwa ada pegawai Anggota Sat-Pol PP yang memiliki masa kerja yang kurang dari lima tahun. Hal ini menunjukkan bahwa masih kurangnya pengalaman pegawai dalam mengatasi setiap permasalahan yang dihadapi dilapangan. Pegawai diberi kesempatan untuk meningkatkan kemampuannya, seperti mengikuti Pendidikan dan Pelatihan Dasar Polisi Pamong Praja (Diklatsar Sat-Pol PP), dan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Kantor Dinas Tramtib dan Sat-Pol PP memberikan pelatihan-pelatihan kepada anggota Sat-Pol PP bertujuan

memberikan materi dasar kepamongprajaan, keterampilan dasar kepamongprajaan, sikap dan perilaku kepamongprajaan. Pelatihan dasar ini berupa latihan dasar seperti latihan baris-berbaris, latihan fisik (olahraga), pembelaan diri serta pelatihan penggunaan atribut. Pemberian pelatihan-pelatihan dasar berdasarkan pengalaman yang terjadi di lapangan yang diakibatkan dari pelanggar yang tidak menerima di tindaklanjutti oleh pihak Anggota Sat-Pol PP, sehingga Anggota Sat-Pol PP yang berada dilapangan untuk bisa melindungi diri dari aksi-aksi kericuhan serta perlawanan dari pelanggar yang tidak mau menerima dengan berbagai alasan seperti merasa dirugikan akibat penyegelan serta pembongkaran yang dilakukan pihak Anggota Sat-Pol PP. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pengaruh pendidikan terhadap komitmen organisasi Anggota Satuan Polisi Pamong Praja Kota Denpasar?. 2. Bagaimana pengaruh pengalaman kerja terhadap komitmen organisasi Anggota Satuan Polisi Pamong Praja Kota Denpasar?. 3. Bagaimana pengaruh komitmen organisasi terhadap prestasi kerja Anggota Satuan Polisi Pamong Praja Kota Denpasar?. 4. Bagaimana pengaruh pendidikan terhadap prestasi kerja Anggota Satuan Polisi Pamong Praja Kota Denpasar?.

5. Bagaimana pengaruh pengalaman kerja terhadap prestasi kerja Anggota Satuan Polisi Pamong Praja Kota Denpasar?. 1.3 Tujuan Masalah Berdasarkan latar belakang dan rumusan permasalahan yang telah dijabarkan, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut 1. Untuk menganalisis pengaruh pendidikan terhadap komitmen organisasi Anggota Satuan Polisi Pamong Praja Kota Denpasar 2. Untuk menganalisis pengaruh pengalaman kerja terhadap komitmen organisasi Anggota Satuan Polisi Pamong Praja Kota Denpasar. 3. Untuk menganalisis pengaruh komitmen organisasi terhadap prestasi kerja Anggota Satuan Polisi Pamong Praja Kota Denpasar. 4. Untuk menganalisis pengaruh pendidikan terhadap prestasi kerja Anggota Satuan Polisi Pamong Praja Kota Denpasar. 5. Untuk menganalisis pengaruh pengalaman kerja terhadap prestasi kerja Anggota Satuan Polisi Pamong Praja Kota Denpasar. 1.4 Manfaat Penelitian Adapun kegunaan yang diperoleh dari penelitian ini dapat dibedakan menjadi kegunaan teoritis dan praktis. 1. Manfaat Teoritis

Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan serta menambah ragam karya penelitian pada Magister Manajemen di Fakultas Ekonomi dan Bisnis serta dapat menjadi sumbangan konseptual bagi peneliti sejenis sehingga dapat membandingkan teori-teori manajemen dengan kenyataan dilapangan khususnya tentang permasalahan Prestasi Kerja Pada Pegawai Negeri Sipil. 2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan sebuah informasi tentang prestasi kerja dan komitmen organisasi yang memadai pada Pemerintahan Kota Denpasar.