KEHILANGAN AIR AKIBAT REMBESAN KE DALAM TANAH, BESERTA PERHITUNGAN EFFISIENSINYA PADA SALURAN IRIGASI SEKUNDER REJOAGUNG I DAN II

dokumen-dokumen yang mirip
tidak ditetapkan air bawah tanah, karena permukaan air tanah selalu berubah sesuai dengan musim dan tingkat pemakaian (Sri Harto, 1993).

TINJAUAN PUSTAKA. secara alamiah. Mulai dari bentuk kecil di bagian hulu sampai besar di bagian

ANALISIS EFISIENSI DAN KEHILANGAN AIR PADA JARIRINGAN UTAMA DAERAH IRIGASI AIR SAGU. Wilhelmus Bunganaen *)

BAB II DASAR TEORI 2.1 Perhitungan Hidrologi Curah hujan rata-rata DAS

TINJAUAN PUSTAKA. Gambaran Umum Daerah Irigasi Ular Kabupaten Serdang Bedagai

Studi Optimasi Pola Tanam pada Daerah Irigasi Warujayeng Kertosono dengan Program Linier

PERENCANAAN IRIGASI DAN BANGUNAN AIR YOGI OKTOPIANTO

STUDI POLA LENGKUNG KEBUTUHAN AIR UNTUK IRIGASI PADA DAERAH IRIGASI TILONG

PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR IRIGASI MELALUI PEMBANGUNAN LONG STORAGE

OPTIMASI FAKTOR PENYEDIAAN AIR RELATIF SEBAGAI SOLUSI KRISIS AIR PADA BENDUNG PESUCEN

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Air Tanaman 1. Topografi 2. Hidrologi 3. Klimatologi 4. Tekstur Tanah

IRIGASI AIR. Bangunan-bangunan Irigasi PROGRAM STUDI S-I TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI

Matakuliah : S0462/IRIGASI DAN BANGUNAN AIR Tahun : 2005 Versi : 1. Pertemuan 2

BAB III LANDASAN TEORI A. Hidrologi Menurut Triatmodjo (2008), Hidrologi adalah ilmu yang berkaitan dengan air di bumi, baik mengenai terjadinya,

METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Studi dan Waktu Penelitian Lokasi Studi

1.3. Tujuan Penulisan Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui pola jaringan drainase dan dasar serta teknis pembuatan sistem drainase di

Tabel 4.31 Kebutuhan Air Tanaman Padi

II. TINJAUAN PUSTAKA

IDENTIFIKASI SALURAN PRIMER DAN SEKUNDER DAERAH IRIGASI KUNYIT KABUPATEN TANAH LAUT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang dihasilkan dibawa oleh udara yang bergerak.dalam kondisi yang

BAB VII PERENCANAAN JARINGAN UTAMA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Banyumas. Sungai ini secara geografis terletak antara 7 o 12'30" LS sampai 7 o

EVALUASI KINERJA PENYALURAN AIR DI DAERAH IRIGASI PAYA SORDANG KECAMATAN PADANGSIDIMPUAN TENGGARA KABUPATEN TAPANULI SELATAN

BAB III LANDASAN TEORI. A. Hidrologi

IDENTIFIKASI POTENSI BANJIR PADA JARINGAN DRAINASE KAWASAN PERUMAHAN NASIONAL (PERUMNAS) LAMA JALAN RAJAWALI PALANGKA RAYA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris, sehingga wajar apabila prioritas

RC MODUL 2 KEBUTUHAN AIR IRIGASI

Berfungsi mengendalikan limpasan air di permukaan jalan dan dari daerah. - Membawa air dari permukaan ke pembuangan air.

KAJIAN SISTEM DRAINASE KOTA BIMA NUSA TENGGARA BARAT

ANALISA KEBUTUHAN AIR DALAM KECAMATAN BANDA BARO KABUPATEN ACEH UTARA

KOMPARASI PEMBERIAN AIR IRIGASI DENGAN SISTIM CONTINOUS FLOW DAN INTERMITTEN FLOW. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERENCANAAN JARINGAN IRIGASI BERDASARKAN HUJAN EFEKTIF DI DESA REMPANGA - KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

KAJIAN DRAINASE TERHADAP BANJIR PADA KAWASAN JALAN SAPAN KOTA PALANGKARAYA. Novrianti Dosen Program Studi Teknik Sipil UM Palangkaraya ABSTRAK

Perencanaan Saluran Irigasi Primer di Desa Maroko Kabupaten Yahukimo Provinsi Papua

BAB I SIKLUS HIDROLOGI. Dalam bab ini akan dipelajari, pengertian dasar hidrologi, siklus hidrologi, sirkulasi air dan neraca air.

EFISIENSI PENYALURAN AIR IRIGASI DI KAWASAN SUNGAI ULAR DAERAH IRIGASI BENDANG KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan yang berkelanjutan seperti yang dikehendaki oleh pemerintah

BAB IV OLAHAN DATA DAN PEMBAHASAN

BAB-2 JARINGAN IRIGASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISA PENGARUH PERUBAHAN KEKASARAN MANNING TERHADAP PERENCANAAN PENAMPANG EKONOMIS SALURAN TERBUKA BERBENTUK TRAPESIUM SKRIPSI.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2. Lokasi Kabupaten Pidie. Gambar 1. Siklus Hidrologi (Sjarief R dan Robert J, 2005 )

BAB III LANDASAN TEORI

HUBUNGAN TANAH - AIR - TANAMAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Embung berfungsi sebagai penampung limpasan air hujan/runoff yang terjadi di

ANALISIS TREND IRIGASI TEKNIS, IRIGASI SETENGAH TEKNIS, IRIGASI SEDERHANA DAN SAWAH IRIGASI DI KABUPATEN SITUBONDO

ANALISIS KEBUTUHAN AIR IRIGASI PADA DAERAH IRIGASI BANGBAYANG UPTD SDAP LELES DINAS SUMBER DAYA AIR DAN PERTAMBANGAN KABUPATEN GARUT

BAB III LANDASAN TEORI. A. Hidrologi

Bab III TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL

PERENCANAAN JARINGAN IRIGASI BATANG ASAI KABUPATEN SAROLANGUN

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A.

OPTIMALISASI PEMELIHARAAN SALURAN KENCONG TIMUR JARINGAN IRIGASI PONDOK WALUH DI WILAYAH SUNGAI BONDOYUDO BEDADUNG KABUPATEN JEMBER

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS

BEBERAPA PRINSIP DASAR DALAM PEMILIHAN SISTEM PENGAIRAN

STUDI PERENCANAAN SALURAN TERSIER DENGAN TINJAUAN KECEPATAN MINIMUM ALIRAN DI DAERAH IRIGASI KEDUNG BRUBUS KECAMATAN PILANGKENCENG, KABUPATEN MADIUN.

BAB 3 METODOLOGI. a. Peninjauan pustaka mengenai teori-teori ataupun rumus-rumus yang. acuan penulisan dan pembuatan program,

TUGAS AKHIR KAJIAN PERENCANAAN DAERAH IRIGASI RAWA BATU BETUMPANG KABUPATEN BANGKA SELATAN PROPINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

ANALISIS KEBUTUHAN AIR IRIGASI PADA DAERAH IRIGASI BENDUNG MRICAN1

Evaluasi Teknis Operasional jaringan Irigasi Gondang Th 2005 Desa Bakalan Kecamatan Gondang Kabupaten Mojokerto

KAJIAN PERENCANAAN SALURAN TERSIER DAN KUARTER PADA DAERAH IRIGASI RANAH SINGKUANG KECAMATAN KAMPAR KABUPATEN KAMPAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI

TINJAUAN PUSTAKA. Neraca Air

KEBUTUHAN AIR. penyiapan lahan.

PERENCANAAN EMBUNG MEMANJANG DESA NGAWU KECAMATAN PLAYEN KABUPATEN GUNUNG KIDUL YOGYAKARTA. Oleh : USFI ULA KALWA NPM :

BAB VII PENELUSURAN BANJIR (FLOOD ROUTING)

RC MODUL 1 TEKNIK IRIGASI

JURNAL GEOGRAFI Media Pengembangan Ilmu dan Profesi Kegeografian

RC TEKNIK IRIGASI PETAK TERSIER

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Daerah Irigasi Banjaran merupakan Daerah Irigasi terluas ketiga di

BAB I PENDAHULUAN. Evaluasi Ketersediaan dan Kebutuhan Air Daerah Irigasi Namu Sira-sira.

Cara Mengukur dan Menghitung Debit Saluran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berikut ini beberapa pengertian yang berkaitan dengan judul yang diangkat oleh

Pembuatan bendung beronjong dengan sekat semikedap air pada irigasi desa

PENGGUNAAN BETON MATRAS SEBAGAI BAHAN ALTERNATIF UNTUK PENANGGULANGAN BOCORAN PADA TANGGUL SALURAN IRIGASI

Perencanaan Sistem Drainase Perumahan Grand City Balikpapan

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

PENGARUH PERUBAHAN AREAL KEDAP AIR TERHADAP AIR PERMUKAAN. Achmad Rusdiansyah ABSTRAK

ABSTRAK. Kata kunci : Saluran irigasi DI. Kotapala, Kebutuhan air Irigasi, Efisiensi. Pengaliran.

FAKULTAS TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

METODE GLOBAL PLANTASION SISTEM UNTUK ANTISIPASI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM (KAJIAN DAERAH IRIGASI MOLEK KABUPATEN MALANG) (220A)

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1

STUDI SIMULASI POLA OPERASI WADUK UNTUK AIR BAKU DAN AIR IRIGASI PADA WADUK DARMA KABUPATEN KUNINGAN JAWA BARAT (221A)

Rt Xt ...(2) ...(3) Untuk durasi 0 t 1jam

Dr. Ir. Robert J. Kodoatie, M. Eng 2012 BAB 3 PERHITUNGAN KEBUTUHAN AIR DAN KETERSEDIAAN AIR

EVALUASI SISTEM DRAINASE KECAMATAN PONOROGO KABUPATEN PONOROGO. Heri Suryaman. Prof. Dr. Ir. H. Kusnan, SE., MM.,MT. Abstrak

BAB III METODOLOGI 3.1 METODE ANALISIS DAN PENGOLAHAN DATA

GORONG-GORONG Anita Winarni Dwi Ratna Komala Novita Priatiningsih

BAB III METODOLOGI BAB III METODOLOGI

BAB III. INFILTRASI DAN PERKOLASI

KAJIAN EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI SALURAN SEKUNDER DAERAH IRIGASI BEGASING

IRIGASI dan DRAINASI URAIAN TUGAS TERSTRUKSTUR. Minggu ke-2 : Hubungan Tanah-Air-Tanaman (1) Semester Genap 2011/2012

Transkripsi:

KEHILANGAN AIR AKIBAT REMBESAN KE DALAM TANAH, BESERTA PERHITUNGAN EFFISIENSINYA PADA SALURAN IRIGASI SEKUNDER REJOAGUNG I DAN II Oleh : Iswinarti Iswinarti59@gmail.com Program Studi Teknik Sipil Undar Jombang ABSTRAKSI Dalam pengoperasian jaringan irigasi dari sumber air utama sampai ke lahan pertanian akan mengalami kehilangan air yang salah satunya disebabkan oleh merembesnya air kedalam tanah. Kehilangan air irigasi mengakibatkan jumlah air tidak sesuai dengan kebutuhan tanam, pembagian air yang tidak merata dan jika tidak segera diatasi pada petak sawah terakhir akan mengalami kekurangan air. Karena pemakaian air irigasi yang kurang efisien dan efektif akan menurunkan hasil pertanian. Daerah irigasi Rejoagung I dan Rejoagung II merupakan lahan yang sebagian besar lahan areal sawahnya rnengalarni kekurangan air. Dari keadaan tersebut perlu kiranya dilakukan penelitian penyebab kehilangan air irigasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besar kehilangan air akibat rembesan dan nilai daya guna air. Dari penelitian kehilangan air akibat rembesan di laboratorium didapatkan besar air yang hilang akibat rembesan air kedalam tanah, yaitu : Saluran sekunder Rejoagung I ratarata : 1,18 % dan Saluran sekunder Rejoagung II rata-rata : 11,645 % Efisiensi saluran irigasi / daya guna air yaitu jumlah air yang nyata dimanfaatkan oleh tanaman dari jumlah air yang tersedia yaitu : Saluran sekunder Rejoagung I rata-rata : 87,863 % dan Saluran sekunder Rejoagung II rata-rata : 88,354 % Hasil analisa penelitian saluran Irigasi Rejoagung I dan II menunjukan adanya kehilangan air akibat rembesan air kedalam tanah yang besar. Besar kecilnya nilai kehilangan air akibat rembesan sangat dipengaruhi oleh keadaan tanah dasar dan dinding saluran, curah hujan, keadaan tanggul, pemeliharaan pintu serta bangunan ukur. Dengan didapatkanya nilai kehilangan air irigasi akibat rembesan dapat dipergunakan sebagai pedoman dalam merencanakan kebutuhan air irigasi secara tepat dan efisien, sehingga akan membantu pelaksanaan eksploitasi irigasi yang merata, dengan pola tata tanam yang teratur maka sistem irigasi dapat dikelola dengan baik. Kata Kunci : Kehilangan air, merembes kedalam tanah, nilai efesiensi. 1. PENDAHULUAN Pelaksanaan eksploitasi dan pemeliharaan jaringan irigasi mempunyai peranan penting, sebab dengan suatu eksploitasi yang baik dan benar serta kebutuhan akan air untuk irigasi tercukupi, maka pola tanam akan berhasil. Dengan demikian peningkatan produksi pangan akan terwujud. Maka jelaslah bahwa kegiatan / pelaksanaan eksploitasi dan pemeliharaan dalam suatu daerah irigasi adalah salah satu usaha pemanfaatan sumber daya air untuk meningkatkan produksi pertanian ( Sudjarwadi, 1990). Dengan keberhasilan pembangunan disektor pertanian tersebut, maka produksi pangan akan meningkat pula. 5

JURNAL INTAKE---- Vol. 7, Nomor, Oktober 016.. ISSN 087-486 Daerah irigasi Rejoagung berada di wilayah administrasi Kabupaten Jombang, disebelah selatan Kota Jombang yang meliputi beberapa Kecamatan. Secara kedinasan termasuk Cabang Dinas Pengairan Wilayah Peterongan Jombang. Daerah irigasi Rejoagung memperoleh sumber utama dari Kali Putih melalui dam Rejosari yang berlokasi di desa Rejoagung, Kecamatan Ngoro, Kabupaten Jombang. Dari dam Rejosari satu-satunya ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan air pada areal sawah pertanian seluar ±.8 Ha. Air yang dilepas dari dam Rejosari dialirkan melalui saluran induk Rejoagung dan saluran pembawa sekunder Rejoagung I dan II dengan panjang seluruhnya ± 34 km. Didalam pengoperasian seluruh jaringan saluran pembawa yang ada, tidak mustahil akan terjadi kehilangan-kehilangan air baik pada saluran primer, saluran sekunder maupun saluran tersier. Besaran kehilangan air baik pada saluran primer, saluran sekunder maupun saluran tersier ini antar daerah tidak akan sama di karenakan kondisi tanah, iklim lokal, tanaman dan curah hujan yang berbeda. Kondisi ini akan sangat berpengaruh pada pembagian air ke petak-petah sawah yang ada. Faktor yang menyebabkan kehilangan air disaluran baik pada saluran primer, saluran sekunder maupun saluran tersier sampai dengan lahan pertanian disebabkan diantaranya yaitu oleh rembesan kedalam tanah. Saluran irigasi yang berbeda pada daerah yang bersuhu tinggi dengan kondisi saluran yang tidak terpelihara serta terletak diatas tanah dengan gradiasi jelek, air yang melewati saluran tersebut akan banyak mengalami kehilangan sehingga banyak air yang terbuang sia-sia. Sebaliknya saluran pembawa yang terpelihara dengan baik dengan lapisan pasangan pada lantai dasar saluran maupun dinding dari saluran, perkiraan kehilangan air akan dapat ditekan seminimal mungkin. Kehilangan air akibat penguapan (Evaporasi) tidak diteliti karena saluran pembawa pada daerah irigasi Rejoagung sebagian besar terletak dipinggir jalan yang banyak tertutup atau terhalang oleh rerimbunan pohon dan berada di tengah-tengah pemukiman penduduk, sehingga penyinaran sinar matahari banyak terhalang. Dengan demikian kemungkinan kehilangan air pada daerah irigasi Rejoagung banyak terjadi akibat merembesnya air ke dalam tanah.. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN Penelitian dilakukan dengan tujuan sebagai berikut : a. Untuk mengetahui besarnya kehilangan air akibat merembesnya air ke dalam tanah pada saluran sekunder pada daerah irigasi Rejoagung I dan Rejoagung II. b. Untuk memperoleh prosentase efisiensi irigasi yaitu jumlah air yang dapat di manfaatkan tanaman dari debit air yang tersedia atau di berikan. 3. KAJIAN PUSTAKA Berdasarkan penelitian sebelunya, Agus Susanto (010) didalam tulisanya bahwa kehilangan air akibat rembesan didaerah Irigasi Sentul, untuk saluran primer kehilangan air akibat rembesan : 0,16% dan untuk saluran sekunder kehilangan akibat rembesan : 16,65%. 3.1 Hubungan Antara Debit Air Dengan Kemiringan Saluran Kemiringan aliran dari saluran irigasi didapat dari pengukuran dengan pesawat waterpass yaitu menentukan beda tinggi antara dua titik pada permukaan air dengan mengambil tuasan tertentu panjang saluran. Dengan didapatkannya beda tinggi antara dua titik tersebut, kemudian dibagi dengan panjang saluran / ruasan akan didapatkan kemiringan muka air yang akan digunakan untuk kecepatan aliran. H L 6

S S Kemiringan aliran H Beda tinggi antara dua titik (m) L Panjang saluran / luasan saluran (rn) Dengan menggunakan rumus manning akan diperoleh nilai kecepatan aliran. Hasil perkalian kecepatan aliran dengan luas penampang basah adalah debit saluran. S 1 x R /3 x S 1/ n V Kecepatan aliran (m/dt) N Angka kekasaran manning S Kemiringan aliran saluran R A/p A ½ x a x t x L A Luas penampang basah saluran (m ) A Alas (m) t Tinggi (m) L Jarak (m) R Jari-jari hidrolis (m) P Keliling basah saluran (m) P b + h + sisi miring b + h + h 1 + m b Lebar dasar saluran (m) m Kemiringan talut h tinggi air (m) (Q) V X A Q Debit saluran (m 3 /dt) V Kecepatan aliran (m/dt) A Luas penampang basah (m ) Tabel 3.1. Nilai koefisien kekasaran (n) No Dinding Saluran Kondisi Saluran Harga n 1 Pasangan Batu Plester sementara pasir 0,01 Tanah Rata dalam 0,00 keadaan baik 3 Tanah Dalam keadaan 0,05 biasa 4 Tanah Jelek 0,035 7

JURNAL INTAKE---- Vol. 7, Nomor, Oktober 016.. ISSN 087-486 Sumber : Imam Subarkah (1980), Hidrologi untuk Perencanaan Bangunan Air. 3. Kehilangan Air Pada Saluran Irigasi Dalam mengalirkan air irigasi dari sumber air (sungai, waduk) sampai ke lahan pertanian akan mengalami kehilangan - kehilangan air sehingga berkurangnya debit air yang dibutuhkan. Besar kehilangan air irigasi tidak sama antar daerah karena dipengaruhi kondisi tanah, iklim lokal, tanaman dan curah hujan yang berbeda dan berpengaruh terhadap pembagian air ke sawah melalui saluran irigasi. 3..1 Sebab Kehilangan Air Irigasi Kehilangan-kehilangan yang diperhitungkan di dalam pelaksanaan eksploitasi ada 3 tingkatan yaitu : - Kehilangan ditingkat tersier, termasuk kehilangan air di sawah, saluran kwarter dan saluran tersier. - Kehilangan air di tingkat sekunder. - Kehilangann air di tingkat primer. Kehilangan air irigasi dapat berjumlah besar tergantung dari keadaan tanggul atau dinding saluran dan pemeliharaan pintu dan bangunan ukur. 3.. Akibat Kehilangan Air Irigasi Bagi Lahan Pertanian Adanya kehilangan air mengakibatkan terjadinya pemborosan penggunaan air irigasi dengan berkurangya debit air sedikit demi sedikit. Dengan demikian pembagian air tidak merata terutama untuk petak terakhir akan mengalami kekurangan air dan tidak sesuai dengan kebutuhan air, ini berakibat ketidak tepatan dalam perencanaan kebutuhan air bagi lahan petanian. a). Waktu pengaliran air dari jaringan utama sampai ke lahan pertanian menjadi lama dan tidak efesien serta tidak tepat saat diperlukan. Dengan demikian dapat terjadi kelambatan pada pengolahan tanah bagi tanaman. b). Keadaan tanggul saluran akan cepat memburuk dikarenakan oleh rembesan atau bocoran ke dalam tanah terus - menerus sebagai akibat tekanan air yang kuat. c). Lahan pertanian akan menerima air irigasi yang tidak sebanding dengan kebutuhan, sehingga sistem irigasi tidak bisa dikelola dengan baik dan pola tanam kurang teratur. d). Jarak antara lahan dan bangunan sadap mempengaruhi jumlah air yang diterima. Jika debit air tidak sebanding dengan kebutuhan tanaman, pembagian air yang tidak sebanding dengan kebutuhan tanaman, pembagian air yang tidak merata akibat kehilangan air akan menurunkan hasil produksi pertanian. 3.3 Infiltrasi (rembesan) Infiltrasi merupakan proses masuknya air ke dalam tanah melalui permukaan tanah, sehingga besarnya infiltrasi ini dipengaruhi oleh keadaan lapisan permukaan tanah. Apabila air tersebut terus turun dari zone tidak jenuh ke zone jenuh disebut perkolasi. Air yang menginfiltrasi pertama-tama diabsorbsi untuk meningkatkan kelembaban tanah. Selebihnya akan turun ke permukaan air tanah dan mengalir ke samping. Dalam keadaan tertentu, infiltrasi akan berlangsung terus sesuai dengan kecepatan penyerapan maksimum tanah yang bersangkutan. 8

Kecepatan infiltrasi yang berubah-ubah umumnya disebut laju infiltrasi. Maksimum yang terjadi pada suatu kondisi tertentu disebut kapasitas infiltrasi. Kapasitas infiltrasi berbeda-beda menurut kondisi tanah, struktur tanah, tumbuhtumbuhan, suhu dan juga dipengaruhi oleh kelembaban tanah dan udara yang terdapat dalam tanah. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Daya Infiltrasi a). Kapasitas infiltrasi menurun saat hujan. b). Kadar air dalam tanah, pengembangan tanah berbutir halus akibat tergenang air mengakibatkan daya infiltrasinya akan mengecil. c). Pemampatan oleh curah hujan, gaya pukulan butiran air hujan terhadap permukaan tanah akan mengurangi daya infiltrasi d). Tumbuh-tumbuhan, lindungan tumbuhan padat cenderung menaikkan daya infiltrasi 3.4 Perkolasi Perkolasi merupakan proses mengalirnya air ke bawah secara gravitasi dari lapisan tanah ke lapisan dibawahnya, sehingga mencapai permukaan air tanah pada lapisan jenuh air (Daerah di bawah permukaan air tanah). Besarnya perkolasi akan mempengaruhi keseimbangan kandungan air lapisan tanah.kecepatan perkolasi maksimum yang dimungkinkan besarnya dipegaruhi kondisi tanah daerah zone tidak jenuh antara permukaan tanah dengan muka air tanah yang disebut daya/kapasitas perkolasi. Jika daya perkolasi kecil maka akan timbul muka air tabah yang terbentuk adanya lapisan demi kedap air. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkolasi 1. Tekstur tanah Tanah dengan tekstur halus mempunyai angka perkolasi yang rendah, sedang tekstur kasa mempunyai harga perkolasi yang besar.. Permeabilitas tanah Harga perkolasi dipengaruhi oleh permeabilitas tanah. Untuk permeabilitas yang besar tanah juga mempunyai perkolasi yang besar pula begitu juga sebaliknya. 3.5 Efisiensi Pada Saluran Irigasi Didalam mengalirkan air dari sumber air dari sumber dirinya (sungai, sumber, waduk) ke sawah, terjadi kehilangan air dikarenakan - Percepatan ke dalam tanah - Bocoran melalui tanggul - Penguapan - Hasil pengurusan Irigasi, air masuk kesaluran pembuang melalui pintu-pintu yang rusak dan sebagainya. Efisiensi saluran irigasi merupakan perbandingan antara jumlah air yang bermanfaat bagi tanaman yang diusahakan dengan jumlah air yang tersedia/diberikan. 3.6 Hubungan Antara Debit Debit Air Dengan Efisiensi 9

JURNAL INTAKE---- Vol. 7, Nomor, Oktober 016.. ISSN 087-486 Dari hasil perhitungan debit dan kehilangan air akibat rembesan melalui dasar saluran dan rembesan melalui dinding saluran digunakan dalam perhitungan efisiensi saluran dalam persen Ef Q yang bermanfaat x 100% Q yang tersedia R (%) 100% - Ef (%) Dimana Ef Efisiensi saluran R Rembesan 3.7 Peningkatan Efisiensi Saluran Irigasi Untuk meningkatkan daya guna air / efisiensi saluran irigasi dapat dicapai dengan - Mengurangi kehilangan air karena peresapan - Mengurangi kehilangan air karena kebocoran - Memberi penyuluhan kepada para petani mengenai penggunaan air - Penyempuranaan pengurusan (management) terhadap jaringan utama 4. METODE PENELITIAN Metode Penelitian yang dipakai dalam menentukan kehilangan air pada saluran irigasi daerah irigasi Rejoagung khususnya saluran irigasi sekunder Rejoagung I dan II adalah : 1. Membandingkan debit saluran yang berdasarkan pengukuran kemiringan aliran dengan hasil pengukuran kecepatan air antar lokasi, dengan bentuk potongan melintang yang sama dari kedua nilai tersebut digunakan dalam perhitungan kehilangan air yang mewakili seluruh panjang saluran pada kondisi saluran yang sama.. Menghitung besar rembesan tanah berdasarkan dengan Constant Head Test dan Falling Head Test di laboratorium. Saluran irigasi dengan pasangan lantai tidak diadakan penelitian karena dianggap tidak terjadi rembesan. 4.1 Lokasi Penelitian Berdasarkan kriteria penelitian yang telah diuraian yang berkenaan dengan pemilihan lokasi saluran jaringan irigasi sekunder Rejoagung I dan II. Dua saluran sekunder pada daerah irigasi Rejoagung I. 1. Saluran sekunder BRA I BRA I 5 desa Kauman Kecamatan Ngoro dengan panjang ruas saluran ± 4.094 m.. Saluran sekunder BRA I 6 BRA I 8 desa Kertorejo Kecamatan Ngoro dengan panjang ruas saluran ±.150 m. 3. Empat saluran sekunder pada daerah irigasi Rejoagung II. - Saluran sekunder BRA II BRA II 4 desa Ngoro Kecamatan Ngoro dengan panjang ruas saluran ± 5.467 m. - Saluran sekunder BRA II 4 BRA II 6 desa Ngondek Kecamatan Mojowarno dengan panjang ruas saluran ± 6.561 m. - Saluran sekunder BRA II 9 BRA II 11 desa Jogoroto Kecamatan Jogoroto dengan panjang ruas saluran ±.836 m. - Saluran sekunder BRA II 1 BRA II 14 desa Ngumpul Kecamatan Jogoroto dengan panjang ruas saluran ± 4.410 m. 30

4. Alur Penelitian Mekanisme atau alur dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 4.1 Pengukuran Kecepatan Aliran air (v) dengan Pelampung Perhitungan Debit Air Pengukuran Kemiringan Muka Air (s) dengan Pesawat Waterpass Efisiensi Saluran Pembawa Pengukuran Koefisiensi di Laboratorium Perhitungan Kehilangan Air Akibat Rembesan Gambar 4.1 Alur Metode Penelitian 5 Analisa Data dan Hasil Pembahasan 5.1 Menentukan Debit Saluran Contoh : perhitungan debit pada saluran sekunder BRA I - BRA I 5 Gambar 5.1 Penampang Saluran Perhitungan luas bagian penampang basah. A 1 A (0,40 x 0,40) (0,40 + 0,55) + 0,08 m 0,95 m A 3 (0,55 + 0,47) + 1,0 31

JURNAL INTAKE---- Vol. 7, Nomor, Oktober 016.. ISSN 087-486 A 4 (0,47 + 0,36) + 1 m 0,415 m A 5 P 5+ 0,40 + 0,36 1 + m R,59 5,91 (0,36 + 0,36) A 5 + 0,40 + 0,36 1 + (1) 5 + 0,40 + 0,36. 1,414 5,91 m 0,065 m,59 m R 0,658 m S 0,00033 1 V x 0,658 /3 x 0,0003 0,5 0,01 0,864 m/dt Debit (Q) 0,864 x,59,185 m 3 /det Dengan cara perhitungan yang sama, debit aliran pada lokasi lain dalam bentuk tabel 5.1. 5. Menentukan Kehilangan Air Akibat Rembesan di Laboratorium Besarnya nilai kehilangan air akibat rembesan didasarkan pada percobaan Constant head test untuk rembesan melalui dasar saluran (lihat table 5.) dan nilai dari percobaan Falling head test untuk rembesan melalui dinding saluran (lihat table 5.3). Dari nilai kehilangan air setiap satuan panjang (m) dikalikan dengan panjang saluran yang ada dianggap telah mewakili kehilangan air akibat rembesan pada saluran irigasi tersebut. 5.3 Efisiensi Saluran Irigasi Dari hasil perhitungan debit dan kehilangan air akibat rembesan melalui dasar saluran digunakan perhitungan efisiensi saluran dalam persen. Cotnoh perhitungan efisiensi saluran irigasi pada saluran sekunder BRA I BRA I 5 Debit inflow (Q terukur) 1.889 m 3 /dt 3

Debit kehilangan air akibat rembesan 0,537 m 3 /dt Debit air yang dimanfaatkan 1,6353 m 3 /dt Efisiensi saluran Q inflow Q hilang Q inflow 1,6353 x 100% 86,484 % 1,889 Ketika kehilangan air akibat rembesan 100% - 84,484% 13,156 % Dari hasil perhitungan diambil efisiensi saluran rata-rata tabel perhitungan (lihat Tabel 5.4 dan Tabel 5.5) 6. Kesimpulan Besar kecilnya nilai kehilangan air akibat rembesan sangat dipengaruhi oleh keadaan tanah dasar dan dinding saluran, curah hujan, keadaan tanggul, pemeliharaan pintu serta bangunan ukur. Berdasarkan hasil dan analisa di laboratorium dapat disimpulkan bahwa kehilangan air pada saluran pembawa daerah irigasi Rejoagung khususnya saluran Sekunder Rejoagung I sebesar 1,18% dan saluran Sekunder Rejoagung II kehilangan air akibat rembesan sebesar 11,645%. Efisiensi saluran irigasi pada saluran sekunder Rejoagung I sebesar 87,863% dan saluran sekunder Rejoagung II sebesar 88,354% dengan maksud dari debit air yang dimanfaatkan pada saluran sekunder Rejoagung I sebesar 87,863% dan saluran sekunder Rejoagung II sebesar 88,354%. 7. Daftar Pustaka - Direktorat Jenderal Pengairan, 1984, Program Training Proyek Irjat - Direktorat Jenderal Pengairan, Dinas Pekerjaan Umum,1986, Kriteria Perencanaan Saluran KP 05, Dir. Irigasi,, Galang Persada Bandung - Dinas Pekerja Umum Pengairan Daerah,1991, Pegangan Juru Pengairan Tentang O&P - Direktorat Jenderal Pengairan, 1995, Pelatihan Operasi dan Pemeliharaan Proyek Irigasi, - Soemarto, 1987, Hidrologi Teknik, Usaha Nasional Surabaya Indonesia - Suyono S Kensaku Takeda, 1985, Hidrologi Untuk Pengairan, Pradnya Paramita Jakarta - Imam Subarkah, 1980, Hidrologi Untuk Perencanaan Bangunan Air, Idea Dharma Jakarta 33