AN PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 40 TAHUN 2013 TENTANG

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN BUPATI BERAU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG IZIN USAHA PERTAMBANGAN

PERATURAN BUPATI LUWU TIMUR NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG MEKANISME DAN TATA CARA PENERBITAN IZIN USAHA PERTAMBANGAN OPERASI PRODUKSI UNTUK

BUPATI MERAUKE PERATURAN BUPATI MERAUKE NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN USAHA PERTAMBANGAN MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG USAHA PERTAMBANGAN MINERAL BUKAN LOGAM, DAN BATUAN

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 39 TAHUN 2014 TENTANG PERIZINAN PERTAMBANGAN MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN

BUPATI TANGGAMUS PERATURAN BUPATI TANGGAMUS NOMOR : 03 TAHUN 2012 TENTANG PENETAPAN HARGA PASAR MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MOJOKERTO TAHUN 2012 NOMOR 3

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG IZIN USAHA PERTAMBANGAN MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN SERTA BATUBARA

BUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN

PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI JAYAPURA BUPATI JAYPERATURAN DAERAH KABUPATEN JAYAPURA NOMOR 2 TAHUN 2012

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG USAHA PERTAMBANGAN MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGA PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR TAHUN 2013 SERI NOMOR TAHUN 2013

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 10 TAHUN 2012 SERI E. 5 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PERIZINAN USAHA PERTAMBANGAN BATUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

BUPATI BELITUNG TIMUR PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR... TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI KUNINGAN PERATURAN BUPATI KUNINGAN NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA PERTAMBANGAN MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN

PERATURAN BUPATI REJANG LEBONG NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PERTAMBANGAN RAKYAT BUPATI REJANG LEBONG,

LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : TANGGAL : KOORDINAT WILAYAH IZIN USAHA PERTAMBANGAN

BUPATI BOVEN DIGOEL PROVINSI PAPUA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MANGGARAI BARAT NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BUPATI POLEWALI MANDAR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

BUPATI REJANG LEBONG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2010

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2010

BUPATI TAPIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 08 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN WILAYAH PERTAMBANGAN RAKYAT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 108 TAHUN 2017 TENTANG HARGA PATOKAN PENJUALAN MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

SALINAN PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 39 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SAMBAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMBAS NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN PERTAMBANGAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. berupa mineral bukan logam dan batuan berkualitas super, sumberdaya ini berasal

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI GIANYAR PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN GIANYAR NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN USAHA PERTAMBANGAN BATUAN

ATTN: PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG USAHA PERTAMBANGAN BAHAN TAMBANG GALIAN GOLONGAN C DI KABUPATEN MURUNG RAYA

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR... TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

BUPATI SEMARANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN USAHA PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DI KABUPATEN BANYUMAS

BUPATI JEPARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

PEMERINTAH DAERAH KOTA KOTAMOBAGU

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU

BUPATI TANJUNG JABUNG TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI REMBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN USAHA PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI RAWAS NOMOR 12 TAHUN 2003 TENTANG IZIN USAHA PERTAMBANGAN BAHAN GALIAN GOLONGAN C DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DI KABUPATEN BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KETAPANG NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 7 TAHUN 2011

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA NOMOR 3 TAHUN 2012

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

PROVINSI PAPUA BUPATI KEEROM

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENGUSAHAAN PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2012 NOMOR 1 SERI E NOMOR 1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR : 1 TAHUN 2012 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN ACEH TAMIANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 9 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN USAHA PERTAMBANGAN

BUPATI PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BURU NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN BUPATI REJANG LEBONG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG HARGA STANDAR PENGAMBILAN MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN BUPATI REJANG LEBONG,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 22 TAHUN 2011 SERI : E NOMOR : 5

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I KALIMANTAN BARAT NOMOR 7 TAHUN 1987

PEMERINTAH KABUPATEN NUNUKAN

BUPATI SAMPANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG NOMOR : 6 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

PENGATURAN HUKUM YANG MENGATUR TENTANG PERTAMBANGAN TANAH TERHADAP PELAKU YANG MELAKUKAN KEGIATAN PERTAMBANGAN DI KABUPATEN DELI SERDANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG IZIN USAHA DAN PENGELOLAAN PERTAMBANGAN DI KABUPATEN KENDAL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DELI SERDANG NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG IZIN USAHA PERTAMBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI DELI SERDANG

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 56 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI TANA TORAJA PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANA TORAJA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR` NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

BUPATI NATUNA PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN NATUNA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ke dalam tanah (bumi) untuk mendapatkan sesuatu yang berupa hasil

BUPATI BANDUNG BARAT

PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG

QANUN ACEH NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang

PEMERINTAH KABUPATEN BARRU

PEMERINTAH KABUPATEN ALOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN. PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN Nomor 5 Tahun 2011 TENTANG

Transkripsi:

SALINAN AN PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 40 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN IZIN PERTAMBANGAN RAKYAT (IPR) KOMODITAS TAMBANG MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BERAU, Menimbang :a. bahwa untuk menindaklanjuti Peraturan Daerah Kabupaten Berau Nomor 17 Tahun 2011 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara, maka perlu adanya Tata Cara Pemberian Izin Pertambangan Rakyat (IPR) Komoditas Tambang Mineral Bukan Logam dan Batuan ; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a tersebut diatas, maka perlu ditetapkan dengan Peraturan Bupati. Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1959 (Lembaran Negara Tahun 1959 Nomor 72) tentang Penetapan Undang-Undang Darurat Nomor 3 Tahun 1953 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1953 Nomor 9) sebagai Undang-Undang (Memori Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1820) ; 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4438) ; 3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4959) ; 4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234) ;

- 2-5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2010 tentang Wilayah Pertambangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 28, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5110) ; 6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 29, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5111) ; 7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2010 tentang Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pengelolaan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5142) ; 8. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 78 Tahun 2010 Tentang Reklamasi dan Pasca Tambang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 138, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5172) ; 9. Peraturan Daerah Kabupaten Berau Nomor 17 Tahun 2011 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Daerah Kabupaten Berau Tahun 2011 Nomor 17) ; 10. Peraturan Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral Nomor 28 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Usaha Jasa Pertambangan Mineral dan Batubara (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 341) ; 11. Peraturan Bupati Berau Nomor 39 Tahun 2012 tentang Pelimpahan Kewenangan Pemberian Izin Pertambangan Rakyat (IPR) Kepada Kepala Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Berau (Berita Daerah Kabupaten Berau tahun 2012 Nomor 39). MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG TATA CARA PEMBERIAN IZIN PERTAMBANGAN RAKYAT (IPR) KOMODITAS TAMBANG MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan : 1. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintah Daerah. 2. Bupati adalah Bupati Berau.

- 3-3. Dinas Pertambangan dan Energi yang selanjutnya disingkat Distamben adalah Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Berau. 4. Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Berau. 5. Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan yang selanjutnya disingkat DPPKK adalah Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan Kabupaten Berau. 6. Dinas Pekerjaan Umum yang selanjutnya disingkat DPU adalah Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Berau. 7. Mineral adalah senyawa anorganik yang terbentuk di alam yang memiliki sifat fisik dan kimia tertentu serta susunan kristal teratur atau gabungannya yang membentuk batuan, baik dalam bentuk lepas atau padu. 8. Pertambangan Mineral adalah Pertambangan kumpulan mineral yang berupa bijih atau batuan, di luar panas bumi, minyak dan gas bumi serta air tanah. 9. Wilayah Pertambangan yang selanjutnya disebut WP adalah wilayah yang memiliki potensi mineral dan/atau batubara dan tidak terikat dengan batasan administrasi pemerintahan yang merupakan bagian dari tata ruang Nasional. 10. Wilayah Pertambangan Rakyat yang selanjutnya disebut WPR adalah bagian dari WP tempat dilakukan kegiatan usaha pertambangan rakyat. 11. Izin Pertambangan Rakyat yang selanjutnya disebut IPR adalah izin untuk melaksanakan usaha pertambangan rakyat dalam wilayah pertambangan rakyat dengan luas wilayah dan investasi terbatas. 12. Pengangkutan adalah kegiatan usaha pertambangan untuk memindahkan mineral bukan logam dan batuan dari daerah tambang dan/atau tempat pengolahan dan pemurnian sampai tempat penyerahan. 13. Penjualan adalah kegiatan usaha pertambangan untuk menjual hasil pertambangan mineral bukan logam dan batuan. 14. Badan Usaha adalah setiap badan hukum yang bergerak di bidang pertambangan yang didirikan berdasarkan hukum Indonesia dan berkedudukan dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. 15. Badan Usaha Swasta Nasional adalah badan usaha, baik yang berbadan hukum maupun yang bukan berbadan hukum, yang kepemilikan sahamnya 100% (seratus persen) dalam negeri. 16. Badan Usaha Milik Negara yang selanjutnya disebut BUMN adalah BUMN yang bergerak di bidang pertambangan sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan. 17. Badan Usaha Milik Daerah, yang selanjutnya disebut BUMD adalah BUMD yang bergerak di bidang pertambangan sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan. 18. Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum Koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip Koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan.

- 4-19. Perseorangan adalah orang perseorangan, perusahaan firma, atau perusahaan komanditer. 20. Kelompok masyarakat adalah masyarakat yang berdomisili disekitar operasi pertambangan. BAB II IZIN PERTAMBANGAN RAKYAT Bagian Kesatu Umum Pasal 2 (1) IPR diberikan oleh Bupati berdasarkan permohonan yang diajukan oleh penduduk setempat, baik perseorangan (orang perseorangan, perusahaan firma, atau perusahaan komanditer) maupun kelompok masyarakat dan/atau koperasi. (2) Penduduk setempat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah penduduk yang berdomisili di Kabupaten Berau. (3) Untuk memperoleh IPR sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pemohon wajib menyampaikan surat permohonan kepada Bupati. (4) Bupati sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melimpahkan kewenangan pelaksanaan pemberian IPR kepada Kepala Dinas Pertambangan dan Energi. (5) IPR diberikan setelah ditetapkan WPR oleh Bupati. (6) Dalam 1 (satu) WPR dapat diberikan 1 (satu) atau beberapa IPR. (7) Pemegang IPR tidak boleh memindahkan IPR nya kepada pihak lain. (8) IPR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan untuk 1 (satu) jenis bahan galian. (9) IPR tidak dapat digunakan selain yang dimaksud dalam pemberian IPR. (10) Lokasi yang dimohon tidak tumpang tindih dan bukan Kawasan Budidaya Kehutanan (KBK). Pasal 3 (1) Kegiatan pertambangan rakyat dikelompokkan sebagai berikut : a. Pertambangan mineral bukan logam ; dan b. Pertambangan batuan. (2) Pertambangan mineral bukan logam sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a adalah meliputi intan, korundum, grafit, arsen, pasir kuarsa, fluorspar, kriolit, yodium, brom, klor, belerang, fosfat, halit, asbes, talk, mika, magnesit, yarosit, oker, fluorit, ball clay, fire clay, zeolit, kaolin, feldspar, bentonit, gipsum, dolomit, kalsit, rijang, pirofilit, kuarsit, zirkon, wolastonit, tawas, batu kuarsa, perlit, garam batu, clay, dan batu gamping untuk semen. (3) Pertambangan batuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b adalah meliputi pumice, tras, toseki, obsidian, marmer, perlit, tanah diatome, tanah serap (fullers earth), slate, granit, granodiorit, andesit, gabro, peridotit, basalt, trakhit, leusit, tanah liat, tanah urug, batu apung, opal,

- 5 - kalsedon, chert, kristal kuarsa, jasper, krisoprase, kayu terkersikan, gamet, giok, agat, diorit, topas, batu gunung quarry besar, kerikil galian dari bukit, kerikil sungai, batu kali, kerikil sungai ayak tanpa pasir, pasir urug, pasir pasang, kerikil berpasir alami (sirtu), bahan timbunan pilihan (tanah), urukan tanah setempat, tanah merah (laterit), batu gamping, onik, pasir laut, dan pasir yang tidak mengandung unsur mineral logam atau unsure mineral bukan logam dalam jumlah yang berarti ditinjau dari segi ekonomi pertambangan. Pasal 4 (1) Luas wilayah untuk 1 (satu) IPR yang dapat diberikan kepada : a. Perseorangan paling banyak 1 (satu) hektar ; b. Kelompok masyarakat paling banyak 5 (lima) hektar ; dan c. Koperasi paling banyak 10 (sepuluh) hektar. (2) IPR diberikan untuk jangka waktu paling lama 5 (lima) Tahun dan dapat diperpanjang 2 (dua) kali masing-masing 5 (lima) Tahun. Pemegang IPR berhak : Pasal 5 a. mendapat pembinaan dan pengawasan di bidang keselamatan dan kesehatan kerja, lingkungan, teknis pertambangan, dan manajemen dari Pemerintah Daerah ; dan b. mendapat bantuan modal sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundangundangan. Pemegang IPR wajib : Pasal 6 a. melakukan kegiatan penambangan paling lambat 3 (tiga) bulan setelah IPR diterima oleh pemohon ; b. mematuhi Peraturan Perundang-undangan di bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja penambangan, pengelolaan lingkungan, dan memenuhi stándar yang berlaku ; c. mengelola lingkungan hidup bersama Pemerintah Daerah ; d. membayar pajak daerah hasil produksi; dan e. menyampaikan laporan pelaksanaan kegiatan usaha pertambangan rakyat secara berkala kepada pemberi IPR. Pasal 7 Selain kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, pemegang IPR dalam melakukan kegiatan pertambangan rakyat wajib mentaati ketentuan persyaratan teknis pertambangan. Pasal 8 (1) Dinas Pertambangan dan Energi melaksanakan pembinaan di bidang pengusahaan, teknologi pertambangan, serta permodalan dan pemasaran dalam usaha meningkatkan kemampuan usaha pertambangan rakyat.

- 6 - (2) Dinas Pertambangan dan Energi bertanggungjawab terhadap pengamanan teknis usaha pertambangan rakyat yang meliputi : a. keselamatan dan kesehatan kerja ; b. pengelolaan lingkungan hidup ; dan c. pasca tambang. (3) Untuk melaksanakan pengamanan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Bupati akan mengangkat pejabat fungsional inspektur tambang sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan. (4) Dinas Pertambangan dan Energi wajib mencatat hasil produksi dari seluruh usaha pertambangan rakyat yang berada di Kabupaten Berau dan melaporkannya secara berkala kepada Menteri dan Gubernur. Bagian Kedua Pemberian IPR Pasal 9 (1) Setiap usaha pertambangan rakyat pada WPR dapat dilaksanakan apabila telah mendapatkan IPR. (2) Untuk mendapatkan IPR, pemohon harus memenuhi : a. persyaratan administratif ; b. persyaratan teknis ; dan c. persyaratan finansial. (3) Persyaratan administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a untuk : a. Perseorangan, meliputi : 1) surat permohonan bermaterai ; 2) kartu tanda penduduk ; 3) komoditas tambang yang dimohon ; 4) rekomendasi dari Lurah / Kepala Kampung setempat ; 5) rekomendasi dari Camat setempat ; 6) peta wilayah yang dimohon. b. Kelompok masyarakat, meliputi : 1) surat permohonan ; 2) kartu tanda penduduk ; 3) Susunan pengurus kelompok ; 4) komoditas tambang yang dimohon ; 5) rekomendasi dari Lurah / Kepala Kampung setempat ; 6) rekomendasi dari Camat setempat ; 7) peta wilayah yang dimohon. c. Koperasi setempat, meliputi : 1) surat permohonan ; 2) kartu tanda penduduk ; 3) nomor pokok wajib pajak ;

- 7-4) akte pendirian koperasi yang telah disahkan oleh pejabat yang berwenang ; 5) komoditas tambang yang dimohon ; 6) rekomendasi dari Lurah / Kepala Kampung setempat ; 7) rekomendasi dari Camat setempat ; 8) peta wilayah yang dimohon. (4) Persyaratan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b berupa surat pernyataan yang memuat mengenai : a. sumuran pada IPR paling dalam maksimal 5 (lima) meter untuk didalam kota dan maksimal 10 (sepuluh) meter untuk di luar kota ; b. menggunakan pompa mekanik, penggelundungan atau permesinan dengan jumlah tenaga maksimal 25 (dua puluh lima) tenaga kuda (horse power) untuk 1 (satu) IPR ; c. tidak menggunakan alat berat dan bahan peledak ; d. alat berat berat sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf c tersebut diatas adalah : excavator dengan kapasitas bucket diatas 0,8 m³ ; alat angkut dump truck dengan kapasitas diatas 4 m³ ; wheel loader dengan kapasitas diatas 1,8 m³ ; (5) Persyaratan finansial sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c berupa laporan keuangan 1 (satu) Tahun terakhir dan hanya dipersyaratkan bagi koperasi setempat. BAB III IZIN PERTAMBANGAN RAKYAT (IPR) KHUSUS UNTUK PEMEGANG IUP BATUBARA, PERUSAHAAN PERKEBUNAN, PERKAYUAN, PELAKSANA PROYEK PEMERINTAH, PEMERINTAH DAERAH DAN SWASTA Pasal 10 (1) Usaha pertambangan mineral bukan logam dan batuan hanya dapat dilakukan setelah memperoleh surat Izin Pertambangan Rakyat (IPR) dari Bupati. (2) Bupati sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melimpahkan kewenangan pelaksanaan pemberian IPR kepada Kepala Dinas Pertambangan dan Energi. (3) IPR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah untuk pemegang IUP usaha pertambangan batubara, perusahaan perkebunan, perusahaan perkayuan, pelaksana kegiatan proyek Pemerintah, Pemerintah Daerah dan Swasta. (4) Pemegang IUP usaha pertambangan batubara, perusahaan perkebunan, perusahaan perkayuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yaitu : a. Pengambilan mineral bukan logam dan batuan di luar Wilayah Izin Usaha Pertambangan (WIUP).

- 8 - b. Pengambilan mineral bukan logam dan batuan di luar lokasi Izin Perkebunan, pemegang HPH yang dimilikinya. (5) Pelaksana kegiatan proyek Pemerintah, Pemerintah Daerah dan Swasta sebagaimana dimaksud pada ayat (3) adalah yang pembangunannya menggunakan tambang mineral bukan logam dan batuan. (6) Pelaksana kegiatan proyek Pemerintah, Pemerintah Daerah dan Swasta sebagaimana dimaksud pada ayat (5), Izin diterbitkan oleh Kepala Dinas Pertambangan dan Energi. Pasal 11 (1) IPR diberikan oleh Bupati sesuai dengan kewenangannya berdasarkan permohonan yang diajukan oleh pemohon. (2) Untuk mendapatkan IPR, pemohon harus memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 pada ayat (2). (3) Pelaksana proyek Pemerintah, Pemerintah Daerah dan Swasta meliputi : 1. Surat permohonan ; 2. Foto Copy KTP ; 3. Nomor Pokok Wajib Pajak ; 4. Rekomendasi Lurah/Kepala Kampung setempat. (4) Sebelum Bupati atau Pejabat yang ditunjuk memberikan IPR terlebih dahulu lokasi yang dimohon ditinjau oleh tim teknis Dinas Pertambangan dan Energi, dan berkoordinasi dengan instansi yang terkait mengenai hak-hak tanah serta masalah gangguan dan pencemaran lingkungan hidup. Pasal 12 Luas wilayah untuk 1 (satu) IPR yang dapat diberikan kepada : a. Pelaksana kegiatan proyek Pemerintah, Pemerintah Daerah dan Swasta paling banyak 1 (satu) hektar ; b. Pemegang IUP usaha pertambangan batubara, perkebunan dan perkayuan paling banyak 2 (dua) hektar. Pasal 13 Jangka waktu yang dapat diberikan dalam pemberian IPR adalah : a. Pelaksana kegiatan proyek Pemerintah, Pemerintah Daerah dan Swasta dapat diberikan dalam jangka waktu sesuai lamanya proyek yang tertuang di perjanjian/kontrak; b. Pemegang IUP usaha pertambangan batubara, perkebunan dan perkayuan paling lama 1 (satu) Tahun dan dapat diperpanjang 2 (dua) kali masingmasing 1 (satu) Tahun. Masa berlakunya IPR berakhir karena : BAB IV MASA BERLAKUNYA IPR Pasal 14

- 9 - a. berakhirnya batas waktu yang diberikan di dalam IPR tanpa permohonan perpanjangan ; b. dibatalkan oleh Pejabat yang berwenang memberikan Izin tersebut ; c. dikembalikan oleh pemegang IPR ; d. pemegang IPR meninggal dunia ; dan e. lokasi pengambilan musnah. Pasal 15 Pembatalan IUP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 huruf b dapat dilakukan dalam hal : a. terdapat kekeliruan dalam pemberian IPR sebagai akibat kesalahan pemohon ; b. adanya pelanggaran teknis yang dipandang dapat mengancam/ membahayakan lingkungan hidup ; c. selama 3 (tiga) bulan setelah IPR diterima tanpa ada kegiatan dilapangan ; d. selama 3 (tiga) bulan beroperasi (eksploitasi) tidak melaporkan kegiatannya ; e. adanya pelanggaran terhadap Peraturan yang berlaku ; f. tidak mematuhi/mengindahkan petunjuk yang diberikan oleh pejabat yang berwenang dalam penyelenggaraan usaha pertambangan dan/atau tidak mengindahkan kewajiban-kewajiban sebagaimana tercantum dalam IPR. Pasal 16 Pemegang IPR dapat mengembalikan sebagaimana dalam Pasal 14 huruf c dengan cara menyampaikan pernyataan tertulis kepada Bupati. BAB V NILAI JUAL HASIL PRODUKSI SERTA PEMANFAATAN TAMBANG MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN Pasal 17 (1) Nilai Jual akan ditetapkan berdasarkan harga pasar yang berlaku. (2) Penetapan harga pasar sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) akan ditetapkan lebih lanjut dengan Keputusan Bupati. BAB VI KEWAJIBAN PEMEGANG IPR Pasal 18 (1) Melakukan kegiatan penambangan paling lambat 3 (tiga) bulan setelah IPR diterima. (2) Pemegang IPR wajib melaksanakan kewajiban dibidang pertambangan, kesehatan dan keselamatan kerja, teknik penambangan yang baik dan benar serta pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan.

- 10 - (3) Pemegang IPR wajib membuat laporan secara tertulis atas pelaksanaan kegiatan dan hasil produksi mineral bukan logam dan batuan setiap 3 (tiga) bulan sekali kepada Dinas Pertambangan dan Energi. (4) Dalam rangka mengklarifikasi laporan dari pemegang IPR dan pemanfaatan untuk kegiatan proyek, tim Dinas Pertambangan dan Energi sewaktu-waktu akan meninjau langsung kelapangan/lokasi pengambilan mineral bukan logam dan batuan. (5) Setiap pengangkutan hasil produksi mineral bukan logam dan batuan yang melalui jalan umum wajib menjaga kebersihan lingkungan. (6) Setiap kendaraan yang mengangkut mineral bukan logam dan batuan sebagaimana dimaksud ayat (4) agar memiliki standar kelayakan. (7) Material mineral bukan logam dan batuan yang tercecer atau tertumpah di jalan umum pada saat pengangkutan wajib diambil dan dibersihkan. (8) Setiap Pemegang IPR dilarang melakukan pengangkutan material pada saat kondisi lokasi/jalan masih basah/becek. (9) Setiap orang atau pemegang IPR yang menampung, memanfaatkan, pengangkutan, penjualan komoditas tambang mineral bukan logam dan batuan yang bukan dari pemegang Izin Pertambangan Rakyat dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku. (10) Setiap orang yang merintangi atau mengganggu kegiatan usaha pertambangan dari Pemegang Izin Pertambangan Rakyat yang telah memenuhi syarat-syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, Pasal 9, Pasal 10, Pasal 11 dikenai sanksi sesuai ketentuan yang berlaku. BAB VII PEMBINAAN, PENGAWASAN, DAN PERLINDUNGAN MASYARAKAT Bagian Kesatu Pembinaan dan Pengawasan Pasal 19 (1) Bupati melalui Dinas Pertambangan dan Energi melakukan pembinaan terhadap penyelenggaraan pengelolaan usaha pertambangan rakyat. (2) Bupati melalui Dinas Pertambangan dan Energi sesuai dengan kewenangannya bertanggung jawab melakukan pembinaan atas pelaksanaan kegiatan usaha pertambangan yang dilakukan oleh pemegang IPR. Pasal 20 (1) Bupati melalui Dinas Pertambangan dan Energi melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan pengelolaan usaha pertambangan rakyat. (2) Bupati melalui Dinas Pertambangan dan Energi sesuai dengan kewenangannya bertanggung jawab melakukan pengawasan atas pelaksanaan kegiatan usaha pertambangan yang dilakukan oleh pemegang IPR.

- 11 - Pasal 21 (1) Pengendalian dan pengawasan Pajak Daerah pertambangan mineral bukan logam dan batuan apabila dipandang perlu dilaksanakan secara terpadu oleh Dinas Pertambangan dan Energi, Dinas Pekerjaan Umum dan Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan serta instansi terkait. (2) Untuk kepentingan pengendalian dan pengawasan setiap badan usaha, koperasi, kelompok masyarakat maupun perseorangan yang mengusahakan pertambangan mineral bukan logam dan batuan, wajib memberikan kesempatan kepada petugas untuk mengadakan pemeriksaan, penelitian baik yang bersifat administratif maupun teknik penambangan, kesehatan dan keselamatan kerja serta pengelolaan lingkungan hidup. (3) Tata cara pengendalian dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus berpedoman kepada Peraturan Perundang-undangan. Bagian Kedua Perlindungan Masyarakat Pasal 22 (1) Masyarakat yang terkena dampak negatif langsung dari kegiatan usaha pertambangan rakyat : a. memperoleh ganti rugi yang layak akibat kesalahan dalam kegiatan penambangan sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang- Undangan ; b. mengajukan gugatan kepada pemegang IPR terhadap pencemaran lingkungan yang mengakibatkan dampak langsung terhadap masyarakat ; c. mengajukan gugatan kepada pengadilan terhadap kerugian akibat pengusahaan pertambangan yang menyalahi ketentuan. (2) Ketentuan mengenai perlindungan masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan berdasarkan ketentuan Perundang-undangan. BAB VIII KETENTUAN PERALIHAN Pasal 23 Semua pemegang Surat Izin Pertambangan Rakyat (IPR) berdasarkan Peraturan Bupati Nomor 17 Tahun 2012 yang telah ada sebelum berlakunya Peraturan Bupati ini, dinyatakan tetap berlaku sampai jangka waktu berakhirnya Izin.

- 12 - BAB IX KETENTUAN PENUTUP Pasal 24 Pada saat Peraturan Bupati ini mulai berlaku, Keputusan Bupati Berau Nomor 17 Tahun 2012 tentang Tata Cara Pemberian Izin Pertambangan Rakyat (IPR) dan Pemungutan Pajak Produksi Serta Pemanfaatan Pertambangan Mineral Bukan Logam dan Batuan dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pasal 25 Peraturan ini berlaku mulai tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan Pengundangan Peraturan ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Berau. Ditetapkan di Tanjung Redeb pada tanggal 4 Desember 2013 BUPATI BERAU, ttd H. MAKMUR HAPK Diundangkan di Tanjung Redeb pada tanggal 4 Desember 2013 SEKRETARIS DAERAH, ttd H. JONIE MARHANSYAH BERITA DAERAH KABUPATEN BERAU TAHUN 2013 NOMOR 40 Salinan sesuai dengan aslinya KEPALA BAGIAN HUKUM DAN PERUNDANG-UNDANGAN, ttd Hj. SRI EKA TAKARIYATI, SH, MM Pembina Tk. I NIP. 19651212 199403 2 008