BAB I PENDAHULUAN. jangka pendek maupun jangka panjang yang ingin dicapai. Tujuan jangka pendek

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kegiatan operasional perusahaan. Perusahaan memperoleh dana dari dalam

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia pada tahun 2013 tumbuh sebesar 5,78 persen

Subdirektorat Perjanjian dan Kerjasama Perpajakan Internasional DIREKTORAT PERATURAN PERPAJAKAN II

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan dividen, badan usaha dituntut untuk tumbuh. Growth dapat diwujudkan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Banyak faktor yang mempengaruhi keputusan perusahaan dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Globalisasi bermuara pada masalah tantangan dan peluang yang dihadapi

BAB I PENDAHULUAN. peluang yang akan dihadapi oleh Indonesia dengan adanya AFTA. AFTA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada era globalisasi sekarang ini, persaingan dalam dunia usaha

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Myes dan Majluf Disebut sebagai pecking order theory karena teori ini

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. baik di sektor manufaktur ataupun jasa semakin tinggi. Hal ini akan mengakibatkan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan dan perluasan industri pada umumnya membutuhkan sumbersumber

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan investasi di suatu negara akan dipengaruhi oleh pertumbuhan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dana maka diperlukan keputusan pendanaan yang tepat. Keputusan pendanaan

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan debt to equity ratio. Rasio ini merupakan rasio hutang yang digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan latar belakang penelitian, pertanyaan, tujuan, batasan masalah, dan sistematika penulisan laporan penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. serta menjaga kelangsungan hidup perusahaan. adalah keputusan pendanaan atau keputusan struktur modal, yaitu keputusan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama dari setiap perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaannya

BAB I PENDAHULUAN. memfasilitasi investor untuk berinvestasi, untuk mendapatkan pengembalian yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pecking Order Theory menurut Myers (1984), menyatakan bahwa perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. berarti juga memaksimalkan kemakmuran pemegang saham yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini keberlangsungan perusahaan-perusahaan di Indonesia terlihat tidak

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan secara financial. Tercapainya kesejahteraan financial dapat dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. kreditur, serta pihak manajemen perusahaan itu sendiri. Selain itu pendanaan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan sektor perekonomian yang mendukung kelancaran aktivitas

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Perhitungan Pajak Penghasilan. Utang dan Modal. Penentuan. Pencabutan.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebanyak 25 perusahaan baru di tahun 2011, 23 perusahaan baru di

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendanaan ini bisa bersumber dari dalam perusahaan (internal financing) maupun

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Tujuan utama didirikannya perusahaan berorientasi laba adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN UKDW. melalui Foreign Direct Investment (FDI). Investor menganggap bahwa

BAB I PENDAHULUAN. mengelolah dan menjalankan perusahaannya. Seorang manajer harus berhati-hati

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manajemen perusahaan dalam rangka mendanai operasional perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. keuntungan dari kenaikan harga saham atau pembayaran sejumlah dividen oleh

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan persaingan usaha yang sangat ketat. Hal ini akan mendorong

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan dalam dunia bisnis dan ekonomi yang pesat dan semakin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di era ekonomi global yang semakin maju saat ini, akan menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. mengantisipasi persaingan yang semakin tajam. Akan tetapi, dalam praktiknya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia berlomba-lomba untuk meningkatkan produksi dan kualitas barang yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan dalam dunia bisnis dan ekonomi yang pesat,

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Setiap perusahaan didirikan memiliki dua tujuan, yaitu tujuan. jangka panjang. Tujuan jangka pendek yaitu

BAB I PENDAHULUAN. mana hal ini menimbulkan persaingan yang sangat ketat antar perusahaanperusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pengaruh aktivitas pasar modal yang menjadi peluang yang baik untuk masa

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh dan berkembang ditengah-tengah persaingan yang semakin ketat di era

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dalam menjalankan operasional perusahaannya memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. maksimal seperti yang telah ditargetkan, perusahaan dapat berbuat banyak bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendirian sebuah perusahaan bukanlah tanpa tujuan. Tujuan didirikannya

BAB I PENDAHULUAN. dalam perusahaan. Oleh karena itu, keputusan pendanaan menjadi pertimbangan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Aktivitas perusahaan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. memaksimumkan kemakmuran pemegang saham. antara manajemen perusahaan dengan pihak lain yang meliputi shareholder

BAB I PENDAHULUAN. akan datang. Dengan adanya pengelolaan dana yang baik diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN. maupun biaya operasional dalam perusahaan yang didirikan. Maka agar tujuan

BAB I PENDAHULUAN. keberlangsungan kegiatan operasionalnya Astuti (2014). sendiri. Banyak perusahaan yang sukses dan berkembang akibat dapat

BAB I PENDAHULUAN. akan sangat mempengaruhi iklim usaha di Indonesia. Para pelaku bisnis harus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. beberapa cara, yang paling sering digunakan yaitu melalui hutang. Keputusan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap perusahaan pasti memerlukan investasi besar dengan kebutuhan dana

BAB I PENDAHULUAN. Industri biasa dilakukan oleh perusahaan untuk dapat bersaing dengan kompetitornya.

BAB I PENDAHULUAN. berperan serta dalam menunjang perkembangan perusahaan-perusahaan yang ada

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dunia bisnis yang sedang mengalami era globalisasi menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang sudah go public dapat menjual sahamnya kepada para investor.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan ekonomi global yang semakin pesat menuntut perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. bidang jasa maupun produksi pasti menginginkan agar perusahaannya dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada perkembangan era globalisasi saat ini, kondisi perekonomian di

BAB I PENDAHULUAN. telekomunikasi untuk melakukan kegiatan ekonomi dan mengelola fungsi-fungsi

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama investor dalam menanamkan modalnya di sebuah perusahaan yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. bisnis baik industri maupun jasa, termasuk industri consumer goods.

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Di era ekonomi modern seperti sekarang ini, perusahaan sangat membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Struktur pendanaan merupakan indikasi bagaimana perusahaan membiayai

BAB 1 PENDAHULUAN. kelangsungan hidup perusahaan, tanpa pendanaan perusahaan tidak akan berjalan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan konsumen di era modern sekarang ini telah mendorong tumbuhnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan teknologi dan cara berpikir manusia yang semakin pesat,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini menyebabkan kegiatan

dasar hukum Tata cara pelaporan utang swasta luar negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di zaman era globalisasi sekarang ini dunia bisnis memasuki persaingan yang

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. oleh Wibowo dan Rossieta, (2009:31), yang mengacu pada pemenuhan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. struktur modal yang optimal sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan dan

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. dan distribusi guna memenuhi kebutuhan ekonomis manusia. Kegiatan produksi

BAB I PENDAHULUAN. ketat. Hal ini disebabkan semakin banyaknya perusahaan yang berdiri dan

BAB I PENDAHULUAN. Efek Indonesia sebagai perusahaan yang go publik (emiten) yang semakin bertambah

BAB I PENDAHULUAN. Manajemen keuangan merupakan manajemen yang berhubungan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan yang dibuat oleh perusahaan menggambarkan kinerja

BAB I PENDAHULUAN. lembaga yang menjalankan fungsi ekonomi (Mishkin, 1998:21), pasar modal memegang peranan penting dalam mengatasi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan dana untuk membiayai aktifitasnya. Pembiayaan ini akan. akan semakin kecil. (Sulistiawan dan Arni,2004)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Investasi memiliki keterkaitan dengan aktivitas konsumsi, dimana

BAB 1 PENDAHULUAN. memaksimalkan nilai perusahaan. Fama (1987) menyebutkan bahwa nilai perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan menggunakan dana yang bersumber dari pihak internal dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Era globalisasi membuka peluang interaksi dan komunikasi tanpa batas antar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Struktur modal merupakan hal yang paling penting dan harus dikelola

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Pengertian, Tujuan dan Komponen Laporan Keuangan

BAB 1 PENDAHULUAN. mengambil peluang ini karena industri sektor properti yang terus berkembang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi dan persaingan bisnis yang semakin ketat, industri bisnis dituntut untuk terus berkembang dan menyesuaikan diri dengan perubahan bisnis yang dinamis. Perusahaan atau industri bisnis tentu mempunyai tujuan jangka pendek maupun jangka panjang yang ingin dicapai. Tujuan jangka pendek yang ingin dicapai yaitu menghasilkan laba maksimal dengan berbagai sumber daya yang dimiliki, sedangkan tujuan jangka panjangnya adalah memaksimalkan nilai perusahaan. Manajer harus mengambil keputusan bisnis yang terbaik untuk meningkatkan kemakmuran pemilik dan pemegang saham sehingga tujuan utama perusahaan yaitu memaksimalkan nilai perusahaan dapat tercapai Tujuan lain yang ingin dicapai adalah menjaga kelangsungan hidup perusahaan. Berkaitan dengan kelangsungan hidup perusahaan, salah satu keputusan penting yang dihadapi oleh manajer adalah keputusan pendanaan. Keputusan pendanaan merupakan suatu keputusan keuangan yang berkaitan dengan komposisi modal dan hutang. Keputusan pendanaan menyangkut aktivitas yang dilakukan untuk memperoleh atau mendapatkan dana serta menggunakan dana tersebut untuk mencapai tujuan perusahaan. Namun demikian, pemegang saham tidak dapat mengatasi semua keputusan dan aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh manajer. Terdapat suatu ancaman bagi pemegang saham yaitu jika 1

2 manajer bertindak untuk kepentingannya sendiri, sehingga kurang memperhatikan kepentingan pemegang saham. Salah satu keputusan pendanaan perusahaan adalah penggunaan dana eksternal berupa hutang. Sumber pendanaan perusahaan ada yang berasal dari dalam perusahaan (internal financing) dan berasal dari luar perusahaan (external financing). Untuk memenuhi kebutuhan pendanaan tersebut, pemegang saham cenderung menginginkan agar pendanaan perusahaan dibiayai dengan hutang, karena dengan menggunakan hutang, hak mereka terhadap perusahaan tidak akan berkurang. Tetapi disisi lain, manajer tidak menyukai opsi pendanaan tersebut karena berisiko bagi perusahaan (Daud dkk, 2015). Asimetri informasi dapat mempengaruhi keputusan manajer dalam menetapkan urut-urutan kemampuan pendanaan dengan mempertimbangkan aspek kesulitan keungan. Teori yang mendukung penelitian ini adalah Pecking Order Theory, suatu teori yang menjelaskan urut-urutan pendanaan untuk mendapatkan struktur modal yang optimal bagi perusahaan. Pecking order theory mengatakan bahwa perusahaan cenderung memilih pendanaan yang berasal dari internal perusahaan (internal financing) daripada yang berasal dari eksternal perusahaan (external financing). Opsi penggunaan sumber pendanaan dari eksternal baru akan dipilih apabila pendanaan dari sumber internal perusahaan tidak mencukupi untuk membiayai operasional perusahaan. Terjadinya asimetri informasi dapat mempengaruhi keputusan pendanaan yang cocok bagi perusahaan. Perusahaan tidak ingin menanggung risiko yang besar, sehingga pemilik menginginkan manajer bertindak disiplin

3 dalam memaksimalkan kemakmuran pemilik dan pemegang saham. Konflik ini disebabkan karena pemegang saham atau pemilik perusahaan hanya peduli terhadap risiko sistematik perusahaan, karena mereka berinvestasi pada portofolio yang terdiversifikasi dengan baik. Namun, manajer lebih peduli pada risiko perusahaan secara keseluruhan. Selain pendanaan dari hutang, alternatif pendanaan lain yang dapat digunakan adalah peningkatan struktur kepemilikan, baik kepemilikan manajerial maupun kepemilikan institusional. Kepemilikan manajerial memungkinkan manajer juga ikut ambil bagian dalam kepemilikan saham perusahaan. Manajer akan berusaha untuk meningkatkan nilai perusahaan sehingga dapat menikmati sebagian keuntungan yang menjadi bagiannya. Kepemilikan institusional dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas pengawasan manajer. Pengawasan tersebut mengharuskan manajer untuk menjalankan perusahaan dengan mengarahkan kepada tujuan utamanya yaitu memaksimalkan kemakmuran pemegang saham. Permasalahan pendanaan menjadikan industri manufaktur Indonesia sulit mengimbangi perkembangan persaingan industri secara global. Permasalahan pendanaan merupakan salah satu hambatan utama yang membuat pertumbuhan industri manufaktur tertinggal dari sektor ekonomi yang lain. Karakter industri manufaktur yang kegiatannya cenderung lebih kompleks membuat pelaku usaha membutuhkan pola-pola pembiayaan yang berbeda agar bisa lebih kompetitif untuk menjalankan operasi perusahaan yang efektif dan efisien.

4 Industri manufaktur di Indonesia saat ini sedang menghadapi beragai masalah, salah satunya terkait masalah permodalan atau pendanaan. Utang Luar Negeri (ULN) merupakan salah satu alternatif sumber pembiayaan bagi sektor industri atau manufaktur yang didapatkan dari institusi keuangan di negara lain. Tumbuhnya industri manufaktur ternyata berdampak pada catatan utang luar negeri (ULN). Bank Indonesia (BI) mencatat utang luar negeri (ULN) pada sektor manufaktur naik 4,26% menjadi US$ 33,35 miliar pada bulan Juli 2014. Kementerian Keuangan (Kemkeu) kemudian melakukan kajian Debt Equity Ratio (DER) yang dibuat berdasarkan sektor industri. Sektor manufaktur menjadi sektor yang mempunyai rasio hutang rendah karena dianggap tidak memerlukan rasio hutang yang tinggi seperti sektor perbankan (http://nasional.kontan.co.id). ULN berdasarkan sektor ekonomi, sektor keuangan, manufaktur dan pertambangan merupakan tiga sektor dengan proporsi ULN terbesar, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1.1 berikut ini : Sumber : http://www.kompasiana.com (Bank Indonesia, diolah) Gambar 1.1 Porsi Utang Luar Negeri Indonesia

5 Seperti berita yang dipublikasikan oleh situs resmi Kontan pada 17 September 2015, Kementerian Keuangan merilis Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 169/PMK.010/2015 tentang Penentuan Besarnya Perbandingan antara Utang dan Modal Perusahaan atau Debt Equity Ratio (DER). Peraturan ini digunakan untuk menentukan Perhitungan Pajak Penghasilan (PPh). Dikutip dari situs resmi Kementrian Keuangan RI, Kamis 17 September 2015, peraturan tersebut mengatur besarnya perbandingan antara utang dan modal yang ditetapkan paling tinggi sebesar empat dibanding satu (4:1). Perhitungan ini menyebutkan porsi utang sebersar 80% berbanding modal sebesar 20% akan berlaku mulai tahun 2016. Kebijakan tersebut memang menjadi rencana pemerintah sejak lama untuk menekan ULN swasta yang semakin meningkat (http://nasional.kontan.co.id). Dikutip dari CNN Indonesia, Kamis (17/9/2015), dalam salinan PMK Nomor 169/PMK.010/2015 disebutkan pengecualian peraturan DER diberikan bagi wajib pajak (WP) badan atau perusahaan di beberapa sektor yaitu perbankan, lembaga pembiayaan, asuransi pertambangan minyak dan gas (migas), pertambangan umum, dan pertambangan lain pemegang kontrak bagi hasil, kontrak karya, atau perjanjian kerjasama pengusahaan pertambangan; serta sektor infrastruktur. Apabila besar hutang perusahaan melampaui ketentuan DER 4:1, biaya pinjaman yang dapat diperhitungkan sebagai pengurang PPh hanya empat kali dari jumlah modal. Biaya hutang tersebut adalah bunga pinjaman, diskonto dan premium hutang, biaya tambahan pinjaman, beban keuangan dalam sewa pembiayaan, biaya imbalan sebagai jaminan pengembalian hutang, dan selisih kurs pinjaman asing (http://www.cnnindonesia.com).

6 Kasus kegagalan perusahaan melunasi hutangnya menimpa perusahaan jamu legendaris, PT Nyonya Meneer. Dikutip dari harian Kompas (10/03/2015), PT Nyonya Meneer digugat oleh distributor tunggalnya, PT Nata Meredia Investama (NMI) pada September 2015 akibat memiliki hutang kepada PT NMI sebesar Rp 110 miliar, yang terdiri dari hutang kas Rp 89 miliar dan hutang barang sebesar Rp 21 miliar (http://regional.kompas.com ). Menurut berita yang dipublikasi www.okezone.com (16/06/2016), tidak hanya hutang kepada PT NMI, PT Nyonya Meneer juga memiliki kewajiban pada 37 kreditur lainnya, termasuk hutang kepada Bank Papua senilai Rp 45 miliar. Fakta persidangan menyebutkan total hutang yang harus dilunasi PT Nyonya Meneer kepada para debiturnya senilai Rp 267 miliar. Dari hasil persidangan, kasus ini berujung perdamaian dengan nilai hutang yang harus dibayarkan PT Nyonya Meneer adalah senilai Rp198 miliar. Alasan memilih perusahaan manufaktur sebagai populasi dalam penelitian adalah karena perkembangan sektor industri manufaktur di Indonesia cukup stabil. Sektor manufaktur juga menjadi sektor penopang perekonomian Indonesia di tengah ketidakpastian perekonomian dunia yang dibuktikan dengan tingkat pertumbuhan dan kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sejak tahun 1999 sampai saat ini selalu positif. Bahkan krisis finansial global yang terjadi pada tahun 2008-2009 tidak berdampak besar bagi industri manufaktur Indonesia karena kondisinya cukup stabil dan tidak mengalami penurunan tajam

7 seperti krisis moneter tahun 1998 (Budiyanti dalam Majalah Info Singkat Ekonomi dan Kebijakan Publik, 2016 : 14). Gambar 1.2 memperlihatkan bahwa pertumbuhan industri manufaktur selalu beriringan dengan pertumbuhan PDB nasional. Hal tersebut mengindikasikan bahwa peningkatan industri manufaktur selalu diikuti dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi (Budiyanti dalam Majalah Info Singkat Ekonomi dan Kebijakan Publik, 2016 : 14). Sumber: Bank Dunia dan BPS Gambar 1.2 Perkembangan Industri Manufaktur, Kontribusi terhadap PDB, dan PDB Indonesia Kepemilikan manajerial merupakan kepemilikan saham oleh pihak manajemen yang mengelola suatu perusahaan. Saat ini sangat sedikit perusahaan manufaktur di Indonesia yang memiliki kepemilikan manajerial dalam susunan pemegang sahamnya. Adanya kepemilikan saham oleh manajemen memungkinkan pembatasan keputusan yang diambil oleh manajer terkait

8 penggunaan hutang perusahaan karena secara tidak langsung manajer memiliki kekayaan atas perusahaan walaupun dalam jumlah yang kecil. Hasil penelitian Murtiningtyas (2012) menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang perusahaan. Penyebabnya adalah rendahnya kepemilikan manajerial perusahaan manufaktur di Indonesia jika dibandingkan dengan kelompok mayoritas lain. Hasil penelitian tersebut mendukung penelitian yang dilakukan oleh Daud dkk (2015), Purnianti dan Putra (2016), serta Yuniarti (2013). Hasil yang berbeda dikemukakan oleh Sheisarvian dkk (2015) dan Hasan (2014) bahwa terdapat pengaruh signifikan antara kepemilikan manajerial dengan kebijakan hutang. Kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham perusahaan yang dimiliki oleh institusi atau entitas lain. Adanya kepemilikan institusional mengakibatkan pengawasan yang lebih ketat terhadap keputusan yang dibuat oleh manajer terkait keputusan pendanaan. Hal itu umum terjadi karena besarnya kepemilikan institusional dibandingkan dengan kepemilikan saham yang lain. Penelitian Purnianti dan Putra (2016) memberikan hasil bahwa kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang. Penyebabnya adalah investor institusi akan lebih konservatif dalam mengambil keputusan pendanaan dari hutang. Hasil penelitian yang hampir sama diungkapkan pada penelitian Daud dkk (2015) dan Murtiningtyas (2012) yang menyebutkan kepemilikan institusional berpengaruh signifikan positif terhadap

9 kebijakan hutang perusahaan. Hasil signifikan positif tersebut disebabkan oleh kepemilkan institusional pada perusahaan manufaktur di Indonesia sangat besar. Kebijakan dividen adalah kebijakan keuangan yang sengaja dibuat oleh manajer untuk menentukan porsi pendapatan perusahaan yang akan dibagikan sebagai dividen kepada pemegang saham atau retained earnings. Pembagian dividen pada umumnya selalu dalam jumlah yang besar. Oleh karena itu, manajemen tentu membutuhkan dana tambahan menggunakan hutang untuk membagikan dividen kepada pemegang saham. Sheisarvian dkk (2015) menyatakan bahwa kebijakan dividen memiliki pengaruh signifikan negatif terhadap kebijakan hutang perusahaan. Hubungan negatif tersebut menunjukkan bahwa semakin besar kebijakan dividen maka hutang yang digunakan perusahaan semakin kecil, sebaliknya semakin rendah kebijakan dividen maka hutang perusahaan akan semakin besar. Temuan berbeda diungkapkan dalam penelitian Murtiningtyas (2012) bahwa kebijakan dividen tidak berpengaruh pada kebijakan hutang perusahaan. Dari hasil penelitian terdahulu yang dijadikan acuan penelitian, beberapa penelitian memberikan hasil yang berbeda. Research gap dari penelitian-penelitian terdahulu menjadi motivasi utama peneliti untuk melakukan penelitian yang serupa. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka diputuskan untuk melakukan penelitian yang berjudul Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional dan Kebijakan Dividen

10 Terhadap Kebijakan Hutang Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEI Tahun 2013-2015. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah dijelaskan sebelumnya, maka perumusan masalah dari penelitian adalah : 1. Apakah kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap kebijakan hutang perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2013-2015? 2. Apakah kepemilikan institusional berpengaruh terhadap kebijakan hutang perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2013-2015? 3. Apakah kebijakan dividen berpengaruh terhadap kebijakan hutang perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2013-2015? 1.3 Tujuan Penelitian Sesuai pada perumusan masalah diatas maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui pengaruh kepemilikan manajerial terhadap kebijakan hutang pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode tahun 2013-2015. 2. Untuk mengetahui pengaruh kepemilikan institusional terhadap kebijakan hutang pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode tahun 2013-2015. 3. Untuk mengetahui pengaruh kebijakan dividen berpengaruh terhadap kebijakan hutang pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode tahun 2013-2015.

11 1.4 Manfaat Penelitian Dari penelitian yang akan dilakukan diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan, antara lain : 1. Membatu manajer keuangan perusahaan dalam membuatl keputusan terkait kebijakan hutang bagi perusahaan. 2. Memberikan informasi bagi perusahaan mengenai penggunaan hutang yang wajar. 3. Memberikan informasi kepada para investor serta calon investor sehubungan dengan kebijakan hutang perusahaan sehingga dapat dijadikan acuan dalam pengambilan keputusan investasi. 4. Memberikan informasi kepada investor agar dapat mengantisipasi penggunaan hutang yang tidak wajar. 5. Memberikan informasi kepada kreditur atau pihak ketiga lainnya tentang keputusan pemberian pinjaman apakah layak diberikan untuk perusahaan atau tidak. 6. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan peneliti, khususnya mengenai pengaruh kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dan kebijakan dividen terhadap kebijakan hutang.

12 1.5 Sistematika Penulisan Skripsi Untuk upaya mempermudah penyajian dan pembahasan dalam penelitian, maka sistematika penulisan yang digunakan sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan skripsi. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisi tentang penelitian terdahulu, landasan teori yang relevan dengan penelitian, kerangka pemikiran serta hipotesis penelitian. BAB III METODE PENELITIAN Bab ini menyajikan rancangan penelitian, batasan penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional variabel dan pengukurannya, populasi, sampel dan teknik pengambilan sampel, data penelitian dan metode pengumpulan data, serta teknik analisis data. BAB IV GAMBARAN SUBYEK PENELITIAN DAN ANALISA DATA Bab ini menjelaskan gambaran subyek penelitian, menyajikan hasil analisis data, dan pembahasan. BAB V PENUTUP Bab ini berisi kesimpulan, keterbatasan penelitian, serta saran yang ditujukan untuk peneliti selanjutnya.