KTSP & K-13 Kelas X ekonomi BANK SENTRAL DAN OTORITAS JASA KEUANGAN Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami fungsi serta peranan bank sentral. 2. Memahami fungsi serta peranan Otoritas Jasa Keuangan. A. Pengertian Bank Sentral Setiap negara di belahan dunia mana pun pasti sangat mengharapkan kondisi perekonomian yang senantiasa stabil. Dengan stabilnya perekonomian, diharapkan akan berdampak pada stabilnya aspek kehidupan manusia di bidang lainnya. Mengingat pentingnya menciptakan kestabilan perekonomian dalam suatu negara, pemerintah terus berupaya melakukan berbagai tindakan. Salah satunya mendirikan lembaga keuangan yang memiliki kekuasaan yang besar demi mencapai tujuan tersebut. Lembaga yang dimaksud dikenal dengan sebutan bank sentral. Di Indonesia, bank sentral dikenal dengan nama Bank Indonesia. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2004 tentang Bank Indonesia yang merupakan lembaga negara yang independen dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, bebas dari campur tangan pemerintah dan/atau pihak lain, kecuali untuk hal-hal yang secara tegas diatur dalam undang-undang. Tujuan Bank Indonesia sebagai bank sentral ialah untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Demi mencapai tujuan tersebut, Bank Indonesia melaksanakan berbagai jenis kebijakan moneter secara berkelanjutan, konsisten, transparan, dan wajib
mempertimbangkan kebijakan umum pemerintah di bidang perekonomian. Artinya, Bank Indonesia harus bersinergi dengan pemerintah pusat (eksekutif) guna mencapai terciptanya berbagai tujuan yang diharapkan. B. Tugas dan Wewenang Bank Sentral Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, Bank Indonesia dalam kapasitasnya sebagai bank sentral memiliki tujuan tunggal, yaitu tercapainya kestabilan nilai rupiah. Nilai rupiah yang stabil memiliki dua aspek makna, yaitu kestabilan nilai mata uang rupiah terhadap barang dan jasa serta kestabilan terhadap mata uang asing (kurs valuta asing). Idealnya, kestabilan rupiah terhadap barang/jasa dan mata uang asing akan menciptakan suatu keadaan perekonomian stabil yang dapat dirasakan manfaatnya secara langsung bagi masyarakat. Demi mencapai tujuan tersebut, Bank Indonesia perlu untuk melakukan sejumlah tugas yaitu sebagai berikut. 1. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter. Kebijakan moneter merupakan kebijakan yang ditetapkan dan dilaksanakan oleh Bank Indonesia untuk mencapai kestabilan nilai rupiah melalui pengendalian jumlah uang beredar (JUB) dan pengendalian suku bunga. 2. Mengatur, menjaga, dan memelihara kelancaran sistem pembayaran. Guna melaksanakan tugas tersebut, Bank Indonesia merupakan satu-satunya lembaga di Indonesia yang berwenang untuk mengeluarkan, mengedarkan, mencabut, menarik, dan memusnahkan uang rupiah dari peredaran. Guna melaksanakan kebijakan moneter, Bank Indonesia memiliki sejumlah wewenang yaitu sebagai berikut. 1. Menetapkan sasaran-sasaran moneter dengan memerhatikan sasaran laju inflasi. Inflasi adalah suatu keadaan ketika harga barang mengalami kenaikan secara terus menerus dan berlangsung dalam jangka waktu yang lama atau berkelanjutan. 2. Melakukan pengendalian moneter dengan langkah-langkah berikut. a. Operasi pasar terbuka, yaitu kegiatan bank sentral untuk membeli atau menjual surat berharga. b. Politik diskonto, yaitu menetapkan besaran tingkat suku bunga perbankan yang berlaku di suatu negara. c. Cadangan wajib minimum, yaitu kebijakan bank sentral dalam menentukan besaran cadangan kas yang harus disimpan oleh bank umum. d. Pengaturan kredit atau pembiayaan. 2
C. Peran Bank Indonesia dalam Stabilitas Sistem Keuangan Dalam suatu perekonomian, sistem keuangan memegang peranan yang sangat penting. Hal ini disebabkan karena dengan sistem keuangan yang jelas dan kuat maka akan menghasilkan adanya rasa kepastian pada diri masyarakat dan pelaku ekonomi dalam melakukan setiap tindakan yang diinginkan. Sistem keuangan berfungsi mengalokasikan dana dari pihak yang mengalami kelebihan dana (surplus) kepada pihak yang kekurangan dana (defisit). Apabila sistem keuangan pada suatu negara tidak stabil dan tidak berfungsi dengan efisien, pengalokasian dana tidak akan berjalan dengan baik sehingga dapat menghambat terciptanya pertumbuhan ekonomi yang diinginkan. Sistem keuangan yang tidak stabil, terutama jika terjadi krisis dalam penyelamatannya akan memerlukan biaya yang sangat tinggi. Beberapa hal yang berhubungan dengan sistem keuangan adalah sebagai berikut. 1. Sistem keuangan yang stabil mampu mengalokasikan sumber dana dan menyerap kejutan (shock) yang terjadi sehingga dapat mencegah gangguan terhadap kegiatan sektor riil dan sistem keuangan. 2. Sistem keuangan yang stabil adalah sistem keuangan yang kuat dan tahan terhadap berbagai gangguan ekonomi sehingga tetap mampu melakukan fungsi intermediasi, melaksanakan kegiatan pembayaran, dan menyebar risiko dengan baik. 3. Sistem keuangan yang stabil adalah suatu kondisi di mana mekanisme ekonomi dalam penetapan harga, alokasi dana, dan pengelolaan risiko berfungsi secara baik dan mendukung pertumbuhan ekonomi. Dalam menjalankan fungsinya sebagai bank sentral, Bank Indonesia memiliki lima peran utama dalam menjaga stabilitas sistem keuangan. Kelima peran tersebut adalah sebagai berikut. 1. Bank Indonesia memiliki tugas untuk menjaga stabilitas moneter dengan cara penggunaan instrumen kebijakan moneter. 2. Bank Indonesia memiliki peran penting dalam menciptakan kinerja lembaga keuangan yang sehat, khususnya perbankan melalui mekanisme pengawasan dan regulasi. 3. Bank Indonesia memiliki kewenangan untuk mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran. 4. Dalam menjalankan fungsinya melalui kegiatan riset dan pemantauan, Bank Indonesia dapat mengakses informasi-informasi yang dinilai mengancam stabilitas keuangan. 5. Bank Indonesia memiliki fungsi sebagai jaring pengaman sistem keuangan melalui fungsi bank sentral sebagai lender of the last resort (LoLR). Artinya, Bank Indonesia 3
dapat memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah kepada bank yang mengalami kesulitan likuiditas jangka pendek yang disebabkan oleh terjadinya mismatch dalam pengelolaan dana. Pinjaman tersebut berjangka waktu maksimal 90 hari dan bank penerima pinjaman wajib menyediakan agunan yang berkualitas tinggi serta mudah dicairkan dengan nilai sekurang-kurangnya sama dengan jumlah pinjaman. D. Pengertian Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mulai 31 Desember 2012 pengaturan dan pengawasan pasar modal dan Industri Keuangan Non-Bank (IKNB) yang mulanya menjadi tugas Bapepam-LK beralih ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Demikian pula pengaturan dan pengawasan perbankan sejak 31 Desember 2013 dialihkan dari Bank Indonesia (BI) ke OJK. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011, OJK merupakan lembaga yang bersifat mandiri dan bebas dari campur tangan pihak lain yang mempunyai fungsi, tugas, wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan. OJK berkewajiban menyampaikan laporan kepada Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). OJK memiliki fungsi menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan. Sebagai lembaga yang mandiri dan bebas dari campur tangan pihak lain, OJK melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan terhadap: 1. kegiatan jasa keuangan di sektor perbankan; 2. kegiatan jasa keuangan di sektor pasar modal; 3. kegiatan jasa keuangan di sektor perasuransian, dana pensiun, lembaga pembiayaan, pegadaian, dan lembaga jasa keuangan lainnya yang menyelenggarakan pengelolaan dana masyarakat. Sementara itu, beberapa tujuan dibentuknya OJK adalah sebagai berikut. 1. Terselenggaranya kegiatan jasa keuangan yang teratur, adil, dan transparan. 2. Terwujudnya sistem keuangan yang berkelanjutan dan stabil. 3. Terlindunginya kepentingan konsumen dan masyarakat dalam sektor jasa keuangan. 4
E. Fungsi, Tugas, dan Wewenang OJK Fungsi utama dari OJK adalah menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan dalam sektor jasa keuangan. OJK juga mempunyai tugas dan wewenang adalah sebagai berikut. 1. Mengatur dan mengawasi kegiatan di sektor perbankan, dengan wewenang: a. memberikan izin untuk pendirian bank, pembukaan kantor, anggaran dasar, rencana kerja, kepengurusan, penggabungan badan usaha (konsolidasi, merger), serta pencabutan izin usaha; b. menilai tingkat kesehatan perbankan yang mencakup rasio keuangan (likuiditas, rentabilitas, solvabilitas), laporan bank, sistem informasi debitur, dan standar akuntansi perbankan; dan c. menentukan aspek kehati-hatian meliputi manajemen risiko, tata kelola bank, pencegahan kejahatan dan terorisme, serta pemeriksaan bank. 2. Mengatur dan mengawasi kegiatan di sektor pasar modal dan lembaga keuangan bukan bank lainnya, seperti asuransi, dana pensiun, lembaga pembiayaan, dan lembaga jasa keuangan lainnya, dengan wewenang: a. menetapkan kebijakan operasional kegiatan jasa keuangan; b. menetapkan pengelolaan statuter; c. menetapkan sanksi administratif terhadap segala macam bentuk pelanggaran; dan d. memberikan perizinan, pengesahan, pembubaran, dan pencabutan izin usaha kegiatan jasa keuangan sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundangundangan di sektor jasa keuangan. 5