BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali memiliki daya tarik yang kuat dalam dunia pariwisata, baik dinikmati oleh wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara. Hasil beberapa penelitian dan survei menunjukkan bahwa sebagian besar wisatawan berkunjung ke Bali termotivasi oleh keunikan budaya Bali (Ardika, 2004). Pariwisata dalam perkembangan dan pengembangannya menggunakan kebudayaan Bali yang dijiwai agama Hindu dan merupakan bagian dari Kebudayaan Nasional sebagai potensi dasar yang dominan (Ardika, 2004). Para peneliti mengemukakan ada dampak positif dan negatif pariwisata terhadap kebudayaan Bali (Ruastiti, 2005). Dampak negatif yang terjadi seperti adanya komersialisasi, komodifikasi dan profanisasi yang mengarah pada penggerusan. Sedangkan, dampak positif tampak pada semakin tingginya kreativitas seni budaya penduduk lokal untuk memenuhi kepentingan pariwisata (Ruastiti, 2005). Dalam sebuah kesempatan, Prof. Dr. I Wayan Rai S, MA selaku Rektor ISI Denpasar mengatakan bahwa berkembangnya tabuh dan tari Bali di mancanegara memberikan dampak positif terhadap Bali (Jurnas.com, 2012). Beliau menilai semakin banyak masyarakat internasional mendalami seni dan budaya Bali. Hal ini tidak membawa dampak negatif bagi perkembangan seni dan budaya Bali ke depan. Sejauh ini, dampak positif lebih menonjol karena dapat 1
memetik keuntungan dari segi ekonomis dan menumbuhkan semangat berkesenian di kalangan masyarakat Bali (Jurnas.com, 2012). Salah satu kesenian Bali yang paling sering ditampilkan di hadapan wisatawan adalah pementasan tari Bali. Tari Bali merupakan suatu wujud apresiasi seni dan ekspresi kebudayaan yang dijiwai oleh kekuatan nilai budaya Hindu Bali. Tari Bali erat dengan aspek kehidupan sosial dan spiritual masyarakat Bali. Eksistensi tari Bali memiliki tempat yang istimewa di kalangan masyarakat Bali. Seni tari dan musik Bali ditampilkan pertama kali di hadapan penonton Barat pada tahun 1930 an. Sejak saat itu, kesenian Bali bersaing dengan beragam kesenian etnis dari belahan dunia lainnya. Tari Bali tidak lepas dari peran penari Bali dalam menampilkan tarian Bali yang khas. Banyak penari Bali yang telah meraih prestasi dalam skala nasional dan internasional. Salah satu contoh penari Bali yang sukses di mancanegara adalah Anak Agung Ayu Sasih, SH. Di usianya yang menginjak 61 tahun, beliau masih bersemangat dalam menari Bali. Sejak remaja, beliau memiliki keahlian dan karisma dalam mementaskan berbagai jenis tari maupun memainkan instrumen gamelan Bali. Beliau mendapatkan kesempatan untuk memperkuat tim kesenian Bali dalam mengadakan lawatan di tingkat nasional, bahkan ke mancanegara (Kompas.com, 2012). Sosok beliau dapat menjadi acuan bagi penari Bali remaja dalam mengembangkan keahlian menari Bali dan mencapai prestasi yang gemilang. Salah satu kabupaten di Provinsi Bali yang dikenal sebagai daerah kesenian dan kebudayaan yang tinggi adalah kabupaten Gianyar (Kabupaten Gianyar, 2012). Hampir setiap wilayah di Kabupaten Gianyar menyajikan tarian 2
Bali untuk dinikmati oleh wisatawan. Wisatawan dapat berkunjung ke tempat pementasan tari Bali pada pagi, siang, sore dan malam hari. Intensitas pementasan tari Bali dapat dikatakan tinggi dan memerlukan banyak penari Bali remaja yang siap untuk menampilkan tari Bali. Penari Bali remaja berasal dari beberapa sanggar di Kabupaten Gianyar. Sosok penari Bali remaja menarik untuk diteliti. Selama pementasan tari Bali, wisatawan kagum pada penampilan penari Bali remaja yang energik dan ekspresif. Penari Bali remaja harus melalui perjuangan yang cukup berat untuk meraih prestasi dalam skala Nasional dan skala Internasional. Tidak heran jika banyak kendala dan tantangan yang dihadapi oleh penari Bali remaja. Salah satu penari Bali profesional di Kabupaten Gianyar yang sudah berpengalaman menari Bali selama 18 tahun hingga ke Mancanegara, Ni Wayan Suastini, mengatakan bahwa tantangan terbesar penari Bali remaja adalah menari Bali dengan tepat dan memukau penonton. Penari Bali remaja seringkali mengalami kendala seperti waktu latihan yang padat dan singkat, rasa malas untuk berlatih tari Bali, persuasi dari teman untuk tidak berlatih tari Bali, rasa grogi ketika berhadapan dengan sorotan kamera atau lampu, kondisi fisik atau stamina tubuh sedang menurun, tidak yakin dengan kemampuan menari Bali dan cukup sulit menguasai sebuah tarian yang baru. Lebih lanjut, beliau mengatakan bahwa tantangan dan kendala dapat teratasi jika penari Bali memiliki keyakinan diri yang kuat bahwa mereka mampu menampilkan tari Bali dengan baik dan mereka dapat mencapai prestasi. Hal senada juga dikatakan oleh I Made Sidia, SSP, M.Sn selaku Dosen Pedalangan ISI Denpasar dan Direktur Sanggar Tari Paripurna di Kabupaten 3
Gianya, penari Bali remaja dihadapkan pada tantangan untuk memajukan kesenian Bali hingga ke Mancanegara. Selama 16 tahun beliau menjadi dosen, kolabolari antar Negara dalam pementasan tari Bali terbilang cukup unik dan menantang. Hal ini memiliki dampak positif dengan munculnya rasa saling menghargai, menghayati dan mempelajari budaya orang lain. Kesempatan berkarya dan berprestasi semakin besar. Penari Bali remaja harus cermat dan memanfaatkan kesempatan yang ada untuk mencapai prestasi. Namun, perjalanan untuk sukses tidak pernah lepas dari kendala dan masalah. Keyakinan dan motivasi penari Bali remaja terkadang menurun ketika mereka tidak siap menerima tantangan dan kesempatan tersebut. Di samping itu, persuasi dari lingkungan cukup berpengaruh pada kiprah penari Bali remaja. Terkadang penari Bali remaja lebih senang bermain daripada berlatih tari Bali. Beliau mengatakan bahwa kendala dan masalah tersebut dapat diatasi jika penari Bali remaja memiliki teknik menari yang baik, serius, cepat, tanggap, disiplin, ulet, berdedikasi tinggi dan memiliki semangat dalam menari Bali. Padatnya jadwal pementasan dan kompetisi tari Bali dapat menurunkan keyakinan diri dan motivasi berprestasi penari Bali remaja. Waktu latihan yang padat dan singkat, kondisi fisik cepat menurun karena kelelahan, rasa grogi dan kurang yakin dengan kemampuan menari Bali yang dimiliki dapat mempengaruhi kondisi psikis penari Bali remaja yang hendak menghadapi pementasan dan kompetisi tari Bali. Bandura (dalam Baron dan Byrne, 2004), self efficacy mengarah pada keyakinan individu pada kemampuannya dalam mengatur dan melaksanakan serangkaian tindakan dalam mencapai hasil yang harus digapai. Sebuah tarian 4
Bali dikemas menarik dalam beragam gerakan dan alunan musik gamelan yang mengiringi tarian tersebut. Oleh karena itu, penari Bali remaja dituntut untuk mampu mengatur gerakan tari yang tepat sehingga menghasilkan gerakan yang memukau penonton. Self-efficacy telah dibuktikan dapat memprediksi penguasaan dan penggunaan keterampilan-keterampilan motorik (Bandura, 1997). Dalam menari Bali, penari Bali remaja menguasai beragam jenis gerakan dengan teknik yang berbeda-beda. Keterampilan motorik dalam menari Bali sangat diperlukan untuk menghasilkan gerakan yang tepat sesuai dengan alunan musik gamelan yang mengiringi tarian tersebut. Self efficacy dapat mempengaruhi pilihan tugas, usaha yang dikeluarkan, ketekunan dan pencapaian seseorang (Bandura dan Locke, 2003; Schunk dan Zimmerman, 2006). Untuk mencapai hasil yang memuaskan, penari Bali remaja berlatih tari Bali dengan tekun dan berusaha untuk memperbaiki gerakan yang belum tepat. Dalam mengukur self efficacy, seseorang menilai keterampilan dan kapabilitasnya untuk menerjemahkan keterampilan tersebut ke dalam tindakan. Self-efficacy adalah kunci untuk meningkatkan perasaan sebagai seorang pelaku dalam diri seseorang, perasaan bahwa ia dapat mempengaruhi hidup mereka sendiri (Bandura, 1997). Dengan meningkatkan keyakinan diri dan menurunkan perasaan grogi, penari Bali remaja diharapkan mampu menguasai panggung saat pementasan tari Bali. Teori dan penelitian menunjukkan bahwa self efficacy cenderung spesifik pada bidang-bidang studi atau keterampilan tertentu (Pajares, 1996). Menari Bali 5
merupakan sebuah keterampilan tertentu dan khas karena penari Bali remaja dituntut untuk menguasai tari bali dengan beragam teknik gerakan tari. Masa remaja dapat menjadi titik yang penting terutama dalam motivasi berprestasi dan motivasi sosial (Henderson dan Dweck, 1990). Penari Bali remaja dihadapkan pada kesempatan untuk berprestasi baik dalam skala Nasional maupun skala Internasional. Hal terpenting adalah bagaimana cara meningkatkan motivasi berprestasi penari Bali remaja agar dapat mencapai prestasi yang gemilang dan berkesinambungan. Motivasi berprestasi adalah dorongan seseorang untuk sukses atau berhasil dalam kompetisi dengan ukuran keunggulan berupa prestasi orang lain atau prestasi sebelumnya (McClelland dan Atkinson dalam Beck, 2000). Penari Bali remaja terdorong untuk terus berkarya. Lingkungan yang kompetitif dapat memacu motivasi penari Bali remaja dalam mencapai prestasi. McClelland (dalam Santrock, 2003) mengemukakan motivasi berprestasi adalah suatu motif untuk menyelesaikan sesuatu, untuk mencapai suatu standar kesuksesan dan melakukan suatu usaha dengan tujuan untuk melakukan suatu kesuksesan. Penari Bali remaja dihadapkan pada jadwal pementasan yang padat, dituntut untuk sukses dalam menampilkan tarian yang tepat dan tekun berlatih agar hasil pementasan memuaskan. Ketika remaja termotivasi, mereka melakukan sesuatu; ketika remaja termotivasi, perilaku mereka terarah pada apa yang ingin mereka tuju. Beberapa remaja memiliki keinginan berprestasi yang sangat tinggi dan mereka menghabiskan banyak waktu dalam berusaha agar berhasil, lainnya lagi tidak memiliki motivasi untuk berhasil dan tidak bekerja keras agar berhasil (Santrock, 6
2003). Penari Bali remaja berlatih dengan tekun karena mereka ingin sukses dalam pementasan dan kompetisi. Arah perilaku yang positif dapat memacu penari Bali remaja dalam mengembangkan keterampilan menari Bali. Beberapa peneliti mengemukakan bahwa individu yang mencerminkan motivasi berprestasi tinggi memiliki harapan untuk sukses yang lebih besar daripada ketakutan akan kegagalan, lebih memilih tugas dengan resiko sedang dan tekun dalam usahanya ketika menghadapi tugas yang semakin sulit (Atkinson dan Raynor dalam Santrock, 2003). Dalam setiap pementasan dan kompetisi tari Bali, penari Bali remaja berharap untuk unggul. Tentunya hal ini didukung oleh kemauan keras untuk terus mengasah keterampilan menari Bali. Fenomena penari Bali remaja yang cukup unik diwarnai dengan tantangan dan kendala membuat mereka terpacu untuk mengembangkan keterampilan menari Bali dan meningkatkan motivasi berprestasi. Penari Bali remaja yang identik dengan gerakan energik dan ekspresif mampu menjadi sumber daya manusia yang kuat untuk terus berkarya baik dalam skala Nasional maupun skala Internasional. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan fenomena penari Bali remaja yang telah diuraikan dalam latar belakang, peneliti membuat sebuah rumusan masalah penelitian yang menarik untuk diteliti, yaitu: Apakah ada hubungan antara self efficacy dan motivasi berprestasi penari Bali remaja di Kabupaten Gianyar? 7
1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini memiliki sebuah tujuan, yaitu mengetahui apakah ada hubungan antara self efficacy dan motivasi berprestasi penari Bali remaja di Kabupaten Gianyar. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis 1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi ilmiah dalam perkembangan ilmu Psikologi maupun ilmu Non Psikologi. 2. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan mengenai self efficacy dan motivasi berprestasi dalam ruang lingkup kesenian. 3. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pustaka atau referensi untuk penelitian penelitian selanjutnya. 1.4.2 Manfaat Praktis 1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi ilmiah kepada Pemerintah Provinsi Bali dan Pemerintah Kabupaten Gianyar khususnya dalam bidang kesenian Tari Bali. 2. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman kepada penari Bali remaja tentang pentingnya memiliki self efficacy dan motivasi berprestasi dalam menari Bali. 8
3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan kajian Pemerintah Provinsi Bali dan Pemerintah Kabupaten Gianyar untuk meningkatkan self-efficacy dan motivasi berprestasi penari Bali remaja berupa tindakan konkret seperti pementasan dan kompetisi tari Bali dalam skala nasional maupun internasional. 9