tatanan. Penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Pusat maupun

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Otonomi

BAB I PENDAHULUAN. dikelola dengan baik dan benar untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

BAB I PENDAHULUAN. mengurus keuangannya sendiri dan mempunyai hak untuk mengelola segala. sumber daya daerah untuk kepentingan masyarakat setempat.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemerintah daerah diberi kewenangan yang luas untuk mengurus rumah

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2010 NOMOR 39 SERI B

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan dengan memberikan keleluasaan pada

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJARNEGARA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUNGAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, melalui pengeluaran-pengeluaran rutin dan pembangunan yang

BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 26 TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. mayoritas bersumber dari penerimaan pajak. Tidak hanya itu sumber

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Pembangunan

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. ini tidak terlepas dari keberhasilan penyelenggaraan pemerintah propinsi maupun

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Pemerintah Republik

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat untuk penyelenggaraan

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. dari luar negeri dapat berupa pinjaman dari negara lain.

BAB I PENDAHULUAN. daerahnya dari tahun ke tahun sesuai dengan kebijakan-kebijakan yang telah

BUPATI ACEH BARAT DAYA PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI ACEH BARAT DAYA NOMOR 23 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. dalam lingkungan Pemerintah kabupaten Karanganyar yang berkedudukan

PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI SIAK NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan daerahnya sendiri, membuat peraturan sendiri (PERDA) beserta

BAB I PENDAHULUAN. dengan kata lain Good Governance, terdapat salah satu aspek di dalamnya yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang.

BAB I PENDAHULUAN. daerah menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 yaitu PAD. Pendapatan Asli Daerah yang selanjutnya disingkat PAD, adalah

BAB I PENDAHULUAN. tentang Pemerintahan Daerah, pada Pasal 1 ayat (5) disebutkan bahwa otonomi

BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang sebagai

PERATURAN BUPATI PURWAKARTA

BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 54 TAHUN 2013 TENTANG TARGET KINERJA PENERIMAAN PAJAK DAERAH DI KABUPATEN CILACAP TAHUN 2013

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN. perlu terus dilaksanakan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adil dan makmur sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar pembangunan tersebut dibutuhkan dana yang cukup besar.

PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 74 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN, ANGSURAN DAN PENUNDAAN PEMBAYARAN PAJAK DAERAH BUPATI PURWAKARTA,

BAB I PENDAHULUAN. menempatkan pajak dalam kehidupannya, sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945.

BUPATI SUBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUBANG NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG

BAB III KONTRIBUSI PENDAPATAN PAJAK PARKIR TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI DINAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan prinsip

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelaksanaan otonomi daerah memberikan kewenangan kepada daerah

APLIKASI SIMDA PENDAPATAN

BAB I PENDAHULUAN. semua itu kita pahami sebagai komitmen kebijakan Pemerintah Daerah kepada. efisien dengan memanfaatkan sumber anggaran yang ada.

BAB I PENDAHULUAN. tertinggi diperoleh dari perpajakan sebesar Rp1.235,8 triliun atau 83% dari

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu bagian dari pendapatan yang diterima oleh negara. Di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. dengan yang namanya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

KONTRIBUSI PAJAK SARANG BURUNG WALET TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KABUPATEN BANGKA INDUK

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan suatu daerah otonom dapat berkembang sesuai dengan kemampuan

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 6

BAB I PENDAHULUAN. kesejahtraan rakyat, mencerdaskan kehidupan bangsa dengan adil dan makmur.

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari wajib pajak yang berdasarkan peraturan perundangan mempunyai. kewajiban untuk membayar pajak kepada pemerintah.

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 36 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Negara Republik Indonesia sebagai Negara Kesatuan menganut asas

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang telah direvisi menjadi Undang-

BUPATI CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan sistem pemerintahan dari yang semula terpusat menjadi

PERATURAN BUPATI BREBES NOMOR 001 TAHUN 2018 TENTANG TENTANG TATA CARA PEMBERIAN INSENTIF PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DI KABUPATEN BREBES

BAB I PENDAHULUAN. adalah ketersediaan dana oleh suatu negara yang diperlukan untuk pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak sedikit. Dana tersebut dapat diperoleh dari APBN. APBN dihimpun dari semua

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Paragraf 2 Bagian Kesatu Badan Pengelolaan Pajak dan Retribusi Daerah Pasal 22. Pasal 23

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan ekonomi daerah khususnya pemerintah kota merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus menerus dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 74 TAHUN 2016 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pajak merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang

WALIKOTA DENPASAR PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SEKILAS PAJAK DAERAH DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah. (PPnBM), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Sektor P3 dan Bea Meterai.

BAB II BAHAN RUJUKAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Peran pemerintah daerah semakin meningkat dengan adanya kebijakan otonomi

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 14 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 35 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARAA PENGAJUAN KEBERATAN DAN BANDING

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah di daerah, dapat diperoleh dari hasil penerimaan suatu daerah atau dapat

BAB I PENDAHULUAN. dengan potensi dan kepentingan daerah itu sendiri. yang sesuai denganperaturan perundang-undangan. Oleh

PERATURAN WALIKOTA CILEGON NOMOR 43 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENGHAPUSAN PIUTANG PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. diberi kewenangan untuk menjalankan pemerintahan, 1 pembangunan. nasional merupakan serangkaian upaya pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan nasional,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk. membayar pengeluaran umum (Mardiasmo, 2011).

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki banyak pulau dan di dalamnya terdapat daerah provinsi,

BAB I PENDAHULUAN. No.22 tahun 1999 dan Undang-undang No.25 tahun 1999 yang. No.33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 14 TAHUN 2017 T E N T A N G

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

BAB I PENDAHULUAN. mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat

RANCANGAN BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR TAHUN 2014

PEMBUAT DOKUMEN. Kasubbag Program KADIPENDA Kasubbag Umum KADIPENDA Perda Pajak Dipenda Bupati INHU 2011

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 21 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PENGHAPUSAN PIUTANG PAJAK DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. yang dikenal dengan istilah pembangunan nasional. Pembangunan nasional merupakan

BUPATI KARANGASEM PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan termasuk

BAB I PENDAHULUAN. Hal tersebut sesuai dengan ketentuan umum pada Undang-Undang. Nomor 22 Tahun 1999 kemudian direvisi menjadi Undang-Undang Nomor

Transkripsi:

2 Daerah merupakan landasan bagi pengembangan otonomi daerah di Indonesia. Kedua Undang-Undang tersebut juga merupakan bukti nyata bahwa Pemerintah berkomitmen melaksanakan pengembangan nasional secara merata dalam semua tatanan. Penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah memerlukan anggaran yang di daerah dituangkan dalam Peraturan Daerah tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Penyelenggaraan pemerintahan daerah yang berlandaskan NKRI memerlukan perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Hal ini dimaksudkan agar pemerintah daerah tidak lagi bergantung kepada pemerintah pusat dalam hal pembiayaan pemerintahan daerah. Dengan demikian, setiap kabupaten/kota dapat mencari terobosan untuk memperbesar penerimaan daerah, terutama dari pajak daerah. Salah satu sumber pendapatan daerah adalah dari sektor pajak dan retribusi daerah sebagai unsur Pendapatan Asli Daerah (PAD). Yang dipungut dari masyarakat tanpa mendapatkan imbalan secara langsung dengan menggali potensi dari sektor pajak yang ada, diharapkan dapat meningkatkan pendapatan asli daerah. Pajak daerah merupakan salah satu bentuk pungutan oleh negara kepada rakyat, oleh karena itu Pasal 23A UUDNRI Tahun 1945 mengatur bahwa Pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dengan undang-undang. Berdasarkan ketentuan ini, maka setiap pungutan yang bersifat memaksa diatur dengan undang-undang. Kewenangan untuk mengenakan pungutan bukan sekedar sebagai sumber pendapatan, tetapi sekaligus melambangkan kebebasan untuk menentukan diri sendiri secara mengatur dan mengurus rumah tangga daerah yang bersangkutan (Bagir Manan, 2001:204).

3 Undang-undang yang berkenaan langsung dengan ketentuan pajak daerah diatur bersamaan dengan ketentuan tentang retribusi daerah. Landasan hukum tentang pajak daerah yang terbaru diatur dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 pasal 2 ayat (2) menentukan hak daerah untuk menyelenggarakan pemungutan pajak, jenis pajak yang dapat di pungut pemerintah kabupaten/kota terdiri atas : a. Pajak Hotel; b. Pajak Restoran; c. Pajak Hiburan; d. Pajak Reklame; e. Pajak Penerangan Jalan; f. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan; g. Pajak Parkir; h. Pajak Air Tanah; i. Pajak Sarang Burung Walet; j. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan; dan k. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan. Dengan ketatnya persyaratan dan kriteria untuk penetapan jenis pajak baru, maka daerah harus memiki kreatifitas yang tinggi dan terarah untuk menggali dan mengembangkan jenis pajak baru. Lahirnya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah memberikan penambahan 3 (tiga) jenis pajak baru bagi kabupaten/kota, yaitu Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan, Pajak Sarang Burung Walet dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (yang sebelumnya merupakan pajak pusat).

4 Berdasarkan undang-undang ini, Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) yang semula merupakan kewenangan pemerintah pusat dialihkan menjadi kewenangan kabupaten/kota. Dengan adanya kondisi ini, Kabupaten Lampung Tengah telah membuat Rancangan Peraturan Daerah pajak baru yaitu tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) yang dipungut di wilayah Lampung Tengah dengan memenuhi persyaratan dan kriteria yang telah ditetapkan. Pajak BPHTB bersifat pajak bukan Retribusi sebagaimana diatur dalam ketentuan umum Undang-Undang Nomor 28 tahun 2009, dengan nama Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah pajak atas perolehan hak atas tanah dan/atau bangunan. Objek dan dasar pengenaan pajak atas tanah dan bangunan tidak bertentangan dengan kepentingan umum. Dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 pasal 85 yang menjadi objek pajak adalah Perolehan Hak Atas Tanah da Bangunan yang diperoleh sehubungan dengan adanya pelaksanaan kegiatan pemindahan hak dan hak baru dalam kegiatan perolehan hak atas tanah dan bangunan di wilayah Lampung Tengah. Dasar pengenaan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan adalah Nilai Perolehan Objek Pajak. Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 pasal 87 besarnya Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak ditetapkan paling rendah sebesar Rp. 60.000.000,00. Dalam hal perolehan hak karena waris atau hibah wasiat yang ditrima orang pribadi yang masih dalam hubungan keluarga sedarah dalam garis keturunan satu derajat ke atas atau satu derajat ke bawah dengan pemberi hibah wasiat, termasuk suami/istri, Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak

5 Kena Pajak ditetapkan paling rendah sebesar Rp.300.000.000,00. Berdasarkan nilai tersebut potensi pendapatan asli daerah dalam 1 tahun dikalikan dengan tarif pajak perolehan hak atas tanah dan bangunan sebagaimana diatur dalam pasal 88 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 yaitu sebesar 5%. Bagi wajib pajak, pajak BPHTB ini tidak memberikan dampak ekonomi yang negative, karena wajib pajak hanya dikenakan paling tinggi 5% dari jumlah Nilai Perolehan Objek Pajak. Pengenaan Pajak memperhatikan aspek keadilan dan kemampuan masyarakat. Pelaksanaan pemungutan pajak BPHTB diatur dalam Rancangan Peraturan Daerah tentang Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan Kabupaten Lampung Tengah. Dalam pemungutan pajak tersebut Bupati Lampung Tengah akan memberi wewenang kepada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPK AD) sebagai pelaksana pemungutan pajak BPHTB dan Dinas ini dituntut untuk bisa memasukkan dan meningkatkan pendapatan asli daerah semaksimal mungkin dari pemungutan pajak BPHTB guna kepentingan pembiyayaan rumah tangga daerah Lampung Tengah. Sistem pemungutan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan itu sendiri menggunakan sistem self assessment dimana waib pajak diberi kepercayaan untuk menghitung dan membayar sendiri pajak yang terutang dengan menggunakan surat setoran Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan, dan melaporkannya tanpa mendasarkan diterbitkanya surat ketetapan pajak. Ada beberapa jenis Surat Ketetapan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan yang dikeluarkan pemerintah daerah yaitu :

6 a. Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD). b. Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP). c. Surat Setoran Pajak Daerah (SPPD). d. Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD). e. Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT). f. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar (SKPDKB). g. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan (SKPDKBT). h. Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil.(SKPDN). i. Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar (SKPDLB). j. Surat Tagihan Pajak Daerah(STPD) Jika wajib pajak merasa keberatan dengan surat ketetapan yang diperoleh maka wajib pajak dapat mengajukan keberatan. Dan wajib pajak akan mendapatkan Surat Keputusan Keberatan dan Surat Keputusan Pembetulan. Berdasarkan latar belakang tersebut diatas mengingat lahirnya kewenangan kabupaten/kota untuk memungut BPHTB yang semula merupakan pajak pusat. Maka perlu diteliti secara ilmiah untuk dituangkan dalam bentuk skripsi dengan judul Kewenangan Pemerintah Daerah dalam Pemungutan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan dalam Meningkatkan PAD di Kabupaten Lampung Tengah

7 B. Permasalahan dan Ruang Lingkup 1. Permasalahan Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah a. Bagaimanakah pengaturan kewenangan hukum Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan di Kabupaten Lampung Tengah. b. Bagaimanakah pelaksanaan kewenangan dalam pemungutan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan di Kabupaten Lampung Tengah. 2. Ruang Lingkup Berdasarkan permasalahan diatas agar tidak menyimpang dari maksud penulisan, maka yang menjadi ruang lingkup dalm penelitian ini adalah a. Pengaturan kewenangan hukum Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (dasar pemungutan pajak,objek pajak,subjek pajak,wajib pajak,dasar pengenaan tarif pajak,tata cara pemungutan pajak) di Kabupaten Lampung Tengah. b. Pelaksanaan kewenangan dalam pemungutan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan dalam upaya meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Lampung Tengah.

8 C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian a. Untuk mengetahui dan memahami pengaturan kewenangan hukum Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan di Kabupaten Lampung Tengah. b. Untuk mengetahui dan memahami pelaksanaan kewenangan dalam pemungutan pajak Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan di Kabupaten Lampung Tengah. 2. Kegunaan Penelitian Kegunaan penelitian ini adalah a. Kegunaan Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumbangan pemikiran dalam pengembangan ilmu hukum khususnya Hukum Administrasi Negara, dan sebagai bahan informasi serta bahan pemikiran bagi pihak-pihak yang berhubungan dengan perpajakan dan memperdalam pengetahuan khususnya di bidang hukum pajak. b. Kegunaan Praktis Penelitian ini berguna sebagai pengetahuan tambahan bagi penulis, dan sebagai tambahan bacaan bagi peminat masalah perpajakan daerah sehingga dapat dijadikan sebuah referensi, dan dapat menjelaskan tentang pengaturan hukum pajak Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan serta pemungutannya di lapangan dalam upaya meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kabupaten Lampung Tengah.