DESAIN KONSEP SISTEM INSTRUMENTASI DAN KENDALI IRADIATOR GAMMA SERBA GUNA 2 X 250 kci

dokumen-dokumen yang mirip
KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR : 11/Ka-BAPETEN/VI-99 TENTANG IZIN KONSTRUKSI DAN OPERASI IRADIATOR

PENGENDALIAN POLA-GERAK CARRIER PADA IRADIATOR GAMMA ISG-500

IDENTIFIKASI KERUSAKAN KONVEYOR JALUR -1 DI INSTALASI RADIOMETALURGI

Dengan klasifikasi tersebut maka konsumen dapat memilih mana yang tepat untuk

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR TENTANG KESELAMATAN RADIASI DALAM PENGGUNAAN IRADIATOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

STUDI POLA-GERAK CARRIER PADA RENCANA IRADIATOR GAMMA SERBA-GUNA

DESAIN KONSEP SISTEM INSTRUMENTASI DAN KENDALI PADA INSTALASI IRADIATOR GAMMA IR-200K

SISTEM DETEKSI DAN PEMADAMAN KEBAKARAN

I Wayan Widiyana, Ade Lili Hermana. PRR-Batan, kawasan Puspiptek Serpong, ABSTRAK ABSTRACT

CONTOH KEJADIAN AWAL TERPOSTULASI. Kejadian Awal Terpostulasi. No. Kelompok Kejadian Kejadian Awal

LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN DESAIN REAKTOR NONDAYA

LAMPIRAN FAKTOR-FAKTOR YANG HARUS DIPERTIMBANGKAN UNTUK MENETAPKAN KONDISI-KONDISI BATAS UNTUK OPERASI YANG AMAN

LAMPIRAN III PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG BATASAN DAN KONDISI OPERASI INSTALASI NUKLIR NONREAKTOR

MITIGASI DAMPAK KEBAKARAN

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR... TAHUN... TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN DESAIN REAKTOR DAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENCEGAHAN KEBAKARAN. Pencegahan Kebakaran dilakukan melalui upaya dalam mendesain gedung dan upaya Desain untuk pencegahan Kebakaran.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PEMASANGAN SISTEM MONITOR PADA SISTEM BANTU REAKTOR KARTINI

SIMULASI SISTEM INTERLOCK PENGAMAN OPERASI MESIN BERKAS ELEKTRON (MBE) DENGAN PERANGKAT LUNAK BASCOM 8051

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG DESAIN SISTEM CATU DAYA DARURAT UNTUK REAKTOR DAYA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

OPERASI MESIN BERKAS ELEKTRON (MBE) PTAPB BATAN TIPE BA 350 kev / 10 ma

EVALUASI KESIAPSIAGAAN NUKLIR DI INSTALASI RADIOMETALURGI BERDASARKAN PERKA BAPETEN NOMOR 1 TAHUN 2010

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2002 TENTANG KESELAMATAN PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

12. PERKEMBANGAN / KEMAJUAN

OPERASIONAL SISTEM PEMANTAUAN RADIASI SECARA REALTIME DI DAERAH KERJA INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF

2012, No Instalasi Nuklir, Reaktor Nuklir, dan Bahan Nuklir adalah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang Keten

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 05-P/Ka-BAPETEN/I-03 TENTANG PEDOMAN RENCANA PENANGGULANGAN KEADAAN DARURAT

kondisi jalur di pusat perbelanjaan di jantung kota Yogyakarta ini kurang BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2002 TENTANG KESELAMATAN PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2013 TENTANG PENGAWASAN PANGAN IRADIASI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

oleh Werdi Putra Daeng Beta, SKM, M.Si

STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) BIDANG NUKLIR

Kompetensi Mahasiswa memahami teknologi iradiasi sederhana dan mutakhir, prinsip dan perubahan yang terjadi serta dampak iradiasi terhadap mutu pangan

REACTOR SAFETY SYSTEMS AND SAFETY CLASSIFICATION

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2012 TENTANG KESELAMATAN DAN KEAMANAN INSTALASI NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I PENDAHULUAN. menerapkan gelombang elektromagnetik, yang bertujuan untuk mengurangi

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2012 TENTANG KESELAMATAN DAN KEAMANAN INSTALASI NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN OPERASI REAKTOR NONDAYA

BAB IV INSTALASI SISTEM DETEKSI KEBAKARAN

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 04-P/Ka-BAPETEN/I-03 TENTANG PEDOMAN PELATIHAN OPERATOR DAN SUPERVISOR REAKTOR NUKLIR

MANAJEMEN OPERASI REAKTOR

PARAMETER YANG DIPERTIMBANGKAN SEBAGAI KONDISI BATAS UNTUK OPERASI NORMAL

OPTIMASI ASPEK KESELAMATAN PADA KALIBRASI PESAWAT RADIOTERAPI

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR,

OPTIMASI ASPEK KESELAMATAN PADA KALIBRASI PESAWAT TERAPI 60 Co atau 137 Cs

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2009 TENTANG

Sihana

DAFTAR STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) BIDANG BAHAN KONSTRUKSI BANGUNAN DAN REKAYASA SIPIL

FORMAT DAN ISI BATASAN DAN KONDISI OPERASI REAKTOR NONDAYA. I. Kerangka Format Batasan dan Kondisi Operasi Reaktor Nondaya

STUDI PERSYARATAN DESAIN BAGIAN MEKANIK IRADIATOR GAMMA 200 KCi

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2002 TENTANG KESELAMATAN PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2012 TENTANG KESELAMATAN DAN KEAMANAN INSTALASI NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG FORMAT DAN ISI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

PERSYARATAN PENGANGKUTAN LIMBAH RADIOAKTIF

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG KESELAMATAN DALAM UTILISASI DAN MODIFIKASI REAKTOR NONDAYA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR FORMULIR PERMOHONAN SURAT IZIN BEKERJA PETUGAS TERTENTU

IDENTIFIKASI KERUSAKAN BARREL LIFTING DEVICE DAN BARREL DOUBLE LID HOTCELL 001/102 DI IRM

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR,

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN DESAIN REAKTOR NONDAYA

DIREKTORAT PERIZINAN FASILITAS RADIASI DAN ZAT RADIOAKTIF BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR

CONTOH BATASAN DAN KONDISI OPERASI INSTALASI NUKLIR NONREAKTOR (INNR)

RANCANGAN PERATURAN KEPALA BAPETEN TENTANG VERIFIKASI DAN PENILAIAN KESELAMATAN REAKTOR NONDAYA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2002 TENTANG KESELAMATAN PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SMOKE DETECTOR. a. Open Loop (Loop Terbuka)

Kebijakan Pengawasan Ketenaganukliran

OLEH : Dra. Suyati INSPEKSI FASILITAS RADIASI DAN INSPEKSI FASILITAS RADIASI DAN ZAT RADIOAKTIF ZAT RADIOAKTIF

128 Universitas Indonesia

SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN RADIASI

Analisis Dosis Keluaran Radiasi Dengan Sumber Cs-137 Pada Proses Kalibrasi Pendosimeter. Muhijrah 1,Wira Bahari Nurdin, Bannu Abdul

SESSION 12 POWER PLANT OPERATION

PENGUKURAN LAJU DOSIS PAPARAN RADIASI EKSTERNAL DI AREA RADIOTERAPI RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG. Diterima: 6 Juni 2016 Layak Terbit: 25 Juli 2016

Tire Pressure Monitoring System INDOTPMS

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERIZINAN INSTALASI NUKLIR DAN PEMANFAATAN BAHAN NUKLIR

2011, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir ini, yang dimaksud dengan: 1. Reaktor nondaya adalah r

2011, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir ini, yang dimaksud dengan: 1. Reaktor nondaya adalah r

MODIFIKASI SISTEM PLC S5 KE S7 PADA KONVEYOR JALUR 1 HOTCELL IRM

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR : 14/Ka-BAPETEN/VI-99 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN PABRIK KAOS LAMPU

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERIZINAN INSTALASI NUKLIR DAN PEMANFAATAN BAHAN NUKLIR

BATAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL,

KARAKTERISTIK MCB SEBAGAI PEMUTUS dan PENGHUBUNG MERESPONS TERJADINYA GANGGUAN CATU DAYA INSTALASI PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF

INSTALASI PERMESINAN

M E M U T U S K A N : Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG KESELAMATAN PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF.

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG BATASAN DAN KONDISI OPERASI DAN PROSEDUR OPERASI REAKTOR DAYA

PENCEGAHAN KEBAKARAN. Pencegahan Kebakaran dilakukan melalui upaya dalam mendesain gedung dan upaya Desain untuk pencegahan Kebakaran.

FORMAT DAN ISI LAPORAN PENILAIAN KESELAMATAN BERKALA KONDISI TERKINI STRUKTUR, SISTEM, DAN KOMPONEN

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Obyek Penelitian

PENERAPAN 12 PRINSIP ERGONOMI PADA RUANG SERVER (STUDI KASUS RUANG SERVER UNIVERSITAS GADJAH MADA)

2 instalasi nuklir adalah instalasi radiometalurgi. Instalasi nuklir didesain, dibangun, dan dioperasikan sedemikian rupa sehingga pemanfaatan tenaga

PERHITUNGAN DAN PENENTUAN SPESIFIKASI KOMPONEN- KOMPONEN UTAMA SISTEM PENGANGKAT SUMBER GAMMA PADA IRADIATOR GAMMA BATAN 2X250 KCI

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG MANAJEMEN PENUAAN INSTALASI NUKLIR NONREAKTOR

*39525 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 27 TAHUN 2002 (27/2002) TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

IDENTIFIKASI DAN PERBAIKAN KERUSAKAN TERHADAP SISTEM DETEKSI KEBAKARAN DI GEDUNG 65 INSTALASI ELEMEN BAKAR EKSPERIMENTAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF

Transkripsi:

DESAIN KONSEP SISTEM INSTRUMENTASI DAN KENDALI IRADIATOR GAMMA SERBA GUNA 2 X 250 kci Dian F Atmoko 1, S.Budihardjo 1, Ikhsan S 1, 1 Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) Pusat Rekayasa Perangkat Nuklir ABSTRAK DESAIN KONSEP SISTEM INSTRUMENTASI DAN KENDALI IRADIATOR GAMMA SERBA GUNA 2 X 250 kci. Telah dilakukan desain konsep sistem instrumentasi dan kendali (SIK) iradiator gamma serba guna 2 x 250 kci. Permasalahan utama SIK terdapat pada cara mendapatkan dosis serap yang sama dan mekanisme start-up/shut-down dengan faktor keselamatan tinggi. Dari hasil desain konsep, SIK terbagi atas tiga bagian yaitu safety, operasi dan security. Ketiga bagian tersebut digunakan sebagai parameter start-up dan shut-down pada instalasi iradiator yang terkoneksi secara interlock untuk menjamin keselamatan. Keseragaman dosis diperoleh melalui pengaturan waktu penyinaran dengan cara menghentikan gerakan cerrier pada titik tertentu dan selama selang waktu tertentu, dengan kecepatan motor penggerak carrier dibuat konstan. Kata kunci : interlock, instrumentasi, kendali ABSTRACT CONCEPTUAL DESIGN OF MULTY PURPOSE GAMMA IRRADIATOR 2 X 250 kci INSTRUMENTATION AND CONTROLL SYSTEM. It has been made a conceptual designed of multy purpose 2 x 250 kci gamma irradiator instrumentation and controll system (ICS). The problem in ICS of the iradiator is how to get thesame dose rate and start-up/shut down mechanism with highest safety factor. The conceptual designed of ICS has tree parameters such as safety, operation and security. The tree of parameters used to start-up and shut-down in irradiator instalation with interlock system connection to guaranted of safety. The equality of dose rate is obtained by controlling the exposured time with stopped of carrier conveyor in point of stopped carrier and for delay time, with the constant speed of prime mover carrier the equality. Key word : interlock, instrumentation, control 1. PENDAHULUAN Sebagian besar produk pertanian, khususnya buah-buahan dan sayuran lebih banyak dikonsumsi dalam bentuk segar dari pada dalam bentuk olahan. Disamping mengandung bahanbahan seperti protein, karbohidrat dan vitamin masih cukup tinggi,juga masih mempunyai cita rasa yang segar dan menarik. Namun demikian karma sifat dari produk pertanian itu sendiri yang mudah busuk dan rusak maka alternatif untuk diolah menjadi produk pasca panen merupakan hal yang bijaksana untuk di lakukan. Tingkat kerusakan produk pertanian khususnya buah dan sayuran diperkirakan sekitar 30 % 410 sampai dengan 40 %, sedangkan 60 % dikonsumsi dalam bentuk segar dan olahan [1]. Berdasar pada kondisi tersebut diperlukan teknologi pengawetan pada bahan pangan produk pasca panen seperti sayuran dan buahbuahan agar dapat tahan lama. Salah satu pemanfaatan teknik nuklir dalam bidang pertanian dan pangan adalah penggunaan sinar gamma untuk meradiasi bahan pangan dan produk-produk pertanian lainnya. Iradiasi terhadap komoditi pertanian dapat dilakukan untuk tujuan pengawetan makanan [2], atau membunuh hama dan penyakit yang mungkin masih terkandung dalam tanaman untuk tujuan karantina.

Masyarakat awam banyak yang meragukan keamanan penggunaan iradiasi gamma untuk bahan pangan, namun Food & Drug Administration (FDA) USA pada tahun 1986 mengijinkan penggunaan iradiator sebagai alat proses pengawet buahbuahan dan sayuran [3], dan juga JECFI (Joint Expert Committee on Food Irradiation) pada tahun 1980 telah merekomendasi bahwa dosis sampai 10 kgy aman untuk dikonsumsi [3] Menurut Permenkes nomor 701/MENKES/PER/VIII/2009 tentang pangan iradiasi dijelaskan bahwa iradiasi pangan adalah metode penyinaran terhadap pangan baik dengan menggunakan zat radioaktif maupun akselerator untuk mencegah terjadinya pembusukan dan kerusakan, membebaskan pangan dari jasad renik patogen serta mencegah pertumbuhan tunas [4]. Jadi menurut definisi tersebut proses iradiasi pangan merupakan salah satu metode untuk mengawetkan makanan ataupun bahan pangan tanpa menggunakan bahan pengawet. Dalam peraturan tersebut dijelaskan pula ada tiga jenis sumber radiasi untuk pangan, yaitu iradiator gamma dengan Co60 atau Cs137, Mesin pembangkit sinar-x dengan energi di bawah 50 MeV dan mesin berkas elektron dengan energi di bawah 10 MeV. Dari ketiga jenis sumber tersebut iradiator gamma dengan Co60 atau Cs137 relatif lebih efisien baik secara kualitas dan kuantitas, dibandingkan dengan kedua jenis yang lain, karena tidak harus melalui proses pembangkitan energi. Gambar 1 menunjukan model iradiator dengan sumber gamma dan mesin berkas elektron. a. Iradiator gamma dengan sumber gamma [3] b. Iradiator dengan mesin berkas eletron [3] Gambar 1. Jenis iradiator 2. DASAR TEORI Menurut SK Ka. Bapeten No. 11/Ka-Bapeten/VI-99 [5], tentang izin konstruksi dan operasi iradiator gamma diterangkan bahwa jika ditinjau dari cara pengoperasiannya, iradiator gamma terdiri atas dua tipe, yaitu tipe basah dan tipe kering. Dikatakan tipe basah, karena target harus di masukkan ke dalam kolam sumber saat akan diradiasi, sehingga carrier pembawa target harus kedap air. Dari sisi pengendalian dan operasional tipe ini relatif mudah, tetapi diperlukan sumber gamma yang cukup besar dan teknologi carrier yang kedap air. Sedangkan pada tipe kering, sumber saat tidak digunakan berada dibawah kolam. Dan pada pada saat akan digunakan baru dinaikan ke atas, antara carrier target dan sumber gamma tidak terdapat penghalang, sehingga energi gamma yang terpancar dapat maksimal mengenai target. Dengan demikian tidak diperlukan kapasitas sumber yang besar. Dan dari sisi pengendalian tingkat kesulitan terletak pada mekanisme start/stop carrier yang bekerja secara mekanik. Beberapa hal yang disyaratkan dalam mendesain iradiator untuk tipe kering yaitu : 1. Peralatan keselamatan umum, seperti pemadam kebakaran sesuai dengan petunjuk Departemen Tenaga Kerja, penangkal petir, ventilasi (pertukaran udara minimum 20 kali/jam atau konsentrasi ozon di 411

udara tidak melebihi nilai batas, yang diizinkan yaitu : 0,1 ppm). 2. Peralatan keselamatan khusus keselamatan radiasi, seperti sistem menurunkan sumber radiasi dalam keadaan darurat, sistem penggerak sumber radiasi secara manual, wadah sumber radiasi, lampu tanda iradiasi, sistem interlock, delay timer, alat pengindera suhu, dan perlengkapan radiasi survaimeter, monitor perorangan, monitor radiasi ruangan serta Tanda radiasi berhubungkan secara interlock, artinya jika salah satunya terjadi ketidak normalan kondisi, maka sistim akan memerintahkan sumber radiasi turun (shut down) pada saat operasi, atau tidak dapat dilakukan penaikan sumber. 3. TATA KERJA Dalam menentukan desain konsep untuk SIK iradiator gamma dilakukan beberapa tahapan yaitu : 1. Melakukan studi pustaka, yang tarkait dengan iradiator gamma. 2. Melakukan kunjungan ke industri, dalam rangka mendapatkan gambaran umum konsep SIK untuk iradiator gamma yang sudah ada. 3. Melakukan diskusi terkait dengan hubungan SIK untuk iradiator gamma, dengan disipilin ilmu lainnya, yaitu proses, mekanik, dan sipil. 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Sistim instrumentasi dan kendali berfungsi menjalankan tugas operasi dan keselamatan, berkaitan dengan proses iradiasi pengawetan hasil pertanian, meliputi pengendalian kedudukan sumber radiasi, level air kolam penyimpanan, gerakan carrier pembawa obyek iradiasi, sistim interlock, dan sebagai perangkat untuk melakukan pengecekan terhadap fungsi dari peralatan yang ada di fasilitas iradiasi. Di samping itu sistim ini juga berfungsi untuk mencegah terjadinya kecelakaan dan kesalahan selama pengoperasian fasilitas, serta melindungi manusia terhadap bahaya radiasi dan fasilitas itu sendiri, misalnya dari kebakaran, banjir, dll. Semua mekanisme tersebut saling Gambar. 2. Bagan umum sistim instrumentasi dan kendali [8] Bagan umum sistim instrumentasi dan kendali iradiator tersebut ditunjukkan pada Gambar 2. Perangkat yang terlibat dalam iradiator gamma berfungsi untuk proses operasi pengiradiasian produk serta keselamatan, selama dan setelah operasi. Sistim instrumentasi mengendalikan dua jenis perangkat tersebut (keselamatan dan operasi) sehingga dapat berfungsi sesuai dengan yang diinginkan. Berikut beberapa sistem yang diterapkan pada SIK iradiator gamma: A. Sistim Interlock Mekanisme interlock merupakan salah satu syarat yang harus diterapkan pada proses pengendalian iradiator gamma. Tujuannya agar saat terjadi kegagalan pada salah satu parameter operasi yang disyaratkan, sumber gamma tidak dapat dinaikan, atau saat operasi iradiasi berlangsung sumber akan turun secara gravitasi, sehingga aspek keselamatan saat akan operasi dan saat operasi iradiasi dapat terpenuhi. Secara umum parameter interlock, yang terlihat pada gambar 3, terdiri dari : 412

1. Interlock dengan sistim monitor radiasi, terdiri atas dua kondisi yaitu Aman dan Bahaya, indikator harus dalam kondisi Aman, jika kondisi Bahaya sistim akan trip. 2. Interlock dengan posisi sumber, terdiri atas dua kondisi yaitu Loading dan Unloading, indikator harus dalam posisi unloading, jika kondisi Unloading sistem akan trip. 3. Interlock dengan sistim perawatan, terdiri atas dua kondisi yaitu under work dan finish work, indikator harus kondisi finish work, jika dalam kondisi under work, maka sistim tidak dapat dioperasikan. 4. Interlock dengan manual pengangkat sumber, terdiri atas dua kondisi yaitu lock dan unlock, indikator harus dalam kondisi Unlock, jika dalam kondisi lock, maka sistim tidak dapat dioperasikan. 5. Interlock dengan sistim sirkulasi air pendingin, terdiri atas dua kondisi yaitu Flow dan Unflow, indikator harus dalam kondisi Flow, jika dalam kondisi Unflow, maka sistim tidak dapat dioperasikan. 6. Interlock dengan level air pendingin, terdiri atas dua kondisi yaitu Normal dan Abnormal,indikator harus dalam kondisi Normal,jika dalam kondisi Abnormal,maka sistim tidak dapat dioperasikan. 7. Interlock dengan ceiling hatch, terdiri atas dua kondisi yaitu Open dan Close,indikator harus dalam kondisi Close,jika dalam kondisi Open,maka sistim tidak dapat dioperasikan. 8. Interlock dengan pintu masuk labirin, terdiri atas dua kondisi yaitu Open dan Close,indikator harus dalam kondisi Close,jika dalam kondisi Open,maka sistim tidak dapat dioperasikan. 9. Interlock dengan sistim ventilasi, terdiri atas dua kondisi yaitu On dan Off, indikator harus dalam kondisi On yang berarti ventilasi telah beroperasi, jika tidaka maka sistim tidak dapat dioperasikan. 10. Darurat (emergency). Untuk operasi, sinyal gawat darurat harus high, sinyal ini digunakan oleh operator jika ingin menghentikan operasi iradiator secara mendadak. Gambar. 3. Sistim interlock B. Sistim Uji Diri Peralatan Sistim ini berfungsi untuk menguji unjuk kerja fungsi peralatan keselamatan sebelum iradiator dijalankan seperti pada: a. Sistim intelock dan sistim keselamatan radiasi. b. Integritas kolam dan kran-kran air. c. Posisi mekanik sistim rak sumber. d. Sistim pendeteksi posisi dan pergerakan rak sumber e. Sistim kontrol kelistrikan rak sumber f. Catu daya darurat (UPS) yang menyalakan sistim peringatan monitor radiasi. g. Sistim proteksi radiasi. h. Sistim darurat yang akan mengembalikan rak sumber yang macet ke posisi asal di dalam kolam. i. Sistim yang akan digunakan untuk memindahkan sumber ke dan dari kendaraan pengangkut j. Sistim konveyor. C. Sistim Aktuasi Sistim ini berfungsi untuk memberikan perintah pada peralatan operasi yang bekerja secara elektrik maupun mekanik, jika dalam kondisi normal sistim aktuasi akan menggerakkan peralatan operasi sesuai dengan yang diinginkan. Dalam kondisi 413

abnormal harus mampu menyalakan lampu dan membunyikan alarm serta menunda pengoperasian sistim iradiator apabila: a. Jalur masuk ke ruang iradiasi tidak ditutup oleh target (carrier) yang akan diiradiasi. Bila jalan masuk terbuka maka sumber secara otomatis akan diturunkan ke kolam penyimpan. b. Jika kunci masuk/pintu utama tidak terpasang pada posisinya. c. Jika masih ada orang di dalam ruang iradiasi. d. Jika ada orang masuk ke ruang iradiator saat sumber terekspose akan mengakibatkan sumber kembali ke kolam penyimpanan. e. Sistim instrumentasi menyalakan lampu dan membunyikan alarm selama waktu tertentu saat sumber akan dinaikkan ke posisi untuk iradiasi. f. Dosis radiasi disekitar daerah kerja melebihi 25 µsv perjam pada permukaan dinding saat dilakukan iradiasi. g. Dosis radiasi pada ketinggian lebih dari 30 cm di atas kolam iradiasi melebihi 25 µsv perjam saat sumber disimpan di kolam penyimpan. h. Tingkat panas dan asap yang ada di dalam ruang iradiator berlebihan. i. Kehilangan sumber radiasi pada saat melakukan iradiasi. (Dalam hal ini conveyor produk yang sedang berjalan harus dihentikan secara otomatis). j. Terjadi kontaminasi air kolam iradiator.(sekaligus mematikan sistim purifikasi air kolam). D. Sistim Monitoring Sistim ini berfungsi untuk menampilkan indikator status atau kondisi terkini operasional dan keselamatan dari masing-masing peralatan instrumentasi yang terpasang pada instalasi iradiator, antara lain: a. Posisi sumber radiasi b. Besar paparan radiasi lingkungan c. Besar paparan radiasi di dalam ruang iradiasi d. Waktu ekpos. e. Tingkat panas dan asap di dalam ruang iradiasi. f. Nilai Ozon di dalam ruang iradiasi. g. Status pintu masuk/keluar h. Status sistim purifikasi i. Status sistim conveyor. j. Indikator Start Up dan Shut Down. k. Indikator Master Key status OK. l. Indikator overdosis. m. Indikator Keselamatan status OK. n. Indikator kerusakan/kegagalan (power, conveyor, dan lain-lain). o. Indikator Emergensi/Kedaruratan. E. Sistim kendali pewaktuan dan gerakan carrier Sistim kendali pewaktuan iradiasi diperlukan untuk menentukan jumlah dosis yang diterima target. Mekanisme pewaktuan dilakukan secara otomatis terprogram bersama dengan pola gerak carrier (target), dengan sasaran utama setiap target akan mendapatkan dosis radiasi yang sama selama melalui (masuk dan keluar) ruang iradiasi. F. Konsul Kendali Pengoperasian sistim iradiator dilakukan di ruangan operator dengan fasilitas konsul operator, yang terdiri atas sub-sub panel operasi baik untuk operasi normal, operasi darurat maupun saat akan dilakukan perawatan. Konsul ini terdiri atas tombol-tombol operasi, lampu indikator, alarm serta perangkat komputer yang dilengkapi dengan software SIK (sistim intrumentasi dan kendali) Iradiator. Software SIK Iradiator berfungsi untuk menampilkan diagram proses iradiasi, parameter operasi dan aktuasi kendali. G. Sistem Keamanan Sistem keamanan fasilitas iradiator berfungsi untuk melindungi fasilitas dan personil dari gangguan luar yang tidak diharapkan. Perangkat pendukung sistem ini meliputi : 414

1. Modul deteksi personil, berfungsi untuk mendeteksi adanya gerakan manusia (personil) yang tidak berkepentingan di sekitar fasilitas iradiator dan atau dalam ruang iradiator. 2. CCTV, berfungsi untuk memonitor personil di sekitar fasilitas iradiator. 5. KESIMPULAN Dari hasil uraian di atas didapat beberapa simpulan yaitu : 1. SIK iradiator terdiri dari tiga kelompok yaitu safety, operasi dan security. Sistim safety terkait dengan keselamatan personil terhadap radiasi, sistim operasi terkait dengan parameter yang menentukan iradiator dapat beroperasi dan sistim security terkait dengan keamanan fisik dari instalasi iradiator. 2. Dosis radiasi, ditentukan dengan mengatur waktu tunda pergerakan carrier yang di operasikan melalui SIK iradiator. 3. Dalam SIK untuk iradiator harus memperhatikan faktor keselamatan yang tinggi, salah satunya dengan mekanisme interlock, www.hps.org/documents/foodirradiat ion.pdf., di-access tanggal 19 Februari 2009. [4]. Pangan Iradiasi, Permenkes Nomor 701/MENKES/PER/ VIII/2009 [5]. Keputusan kepala badan pengawas tenaga nuklir nomor : 11/kabapeten/vi-99 tentang izin konstruksi dan operasi iradiator. [6]. Rel-ion., Profil Perusahaan Fasilitas Iradiator Gamma., Bekasi., 2009. [7]. Process Instrumentation and Control., API Recommended Pratice 554., First Edition, September 1995. [8]. Disain Dasar Mekanik, Elektrik, Dan Instrumentasi & Kendali Iradiator Gamma Pengawet Hasil Pertanian, Tim Disain Iradiator Gamma, PRPN, 2009 6. UCAPAN TERIMAKASIH Penulis mengucapkan terimakasih kepada Kementrian Riset dan Teknologi, atas biaya penelitian yang telah diberikan kepada Tim Disain Iradiator Gamma 2 x 250 Kci. 7. DAFTAR PUSTAKA [1]. Aneka Pengolahan Produk Pertanian, Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian,DKI Jakarta, 1997. [2]. MAHA M., Prospek Penggunaan Tenaga Kerja Nuklir dalam Bidang Teknologi Pangan, Buletin, Batan, P. 19-28, Jakarta, 1985. [3]. Health Physics Society., Food Irradiation., 415