LEMBARAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR : 120 TAHUN 1987 SERI : D ----------------------------------------------------------- PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (PERDA DIY) NOMOR 1 TAHUN 1987 (1/1987) TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal 6 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981, kepada Pegawai Negeri Sipil tertentu dapat diberikan wewenang khusus oleh Undang-Undang sebagai Penyidik sesuai dengan bidang tugasnya; b. bahwa berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 Pasal 43 untuk menyidik pelanggaran atas Peraturan Daerah, disamping dilakukan oleh alat-alat Penyidik sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku, dengan Peraturan Daerah dapat ditunjuk Pegawai-pegawai Daerah untuk melakukan penyidikan; c. bahwa dengan Peraturan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor M-05.PW.07.03 Tahun 1984 jis Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor : M-04-PW.07.03 Tahun 1984 dan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 1986, telah diatur lebih lanjut mengenai pengangkatan dan pemberhentian, persyaratan, Hak dan wewenang serta kewajiban sebagai Penyidik Pegawai negeri sipil. d. bahwa atas dasar pertimbangan-pertimbangan tersebut diatas, untuk menjamin terlaksananya Peraturan Daerah - Peraturan Daerah dalam rangka penegakan tertib hukum, perlu menetapkan Peraturan Daerah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok- Pokok Pemerintahan Di Daerah; 2. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah Istimewa Yogyakarta jo Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1950 sebagaimana telah diubah dan ditambah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 1959;
3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok - pokok Kepegawaian; 4. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana; 5. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana; 6. Peraturan Menteri Kehakiman Nomor : M-03.PW.07.03 Tahun 1984 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengusulan, Pengangkatan dan Pemberhentian Penyidik Pegawai Negeri Sipil; 7. Keputusan Menteri Kehakiman Nomor : M-04.PW.07.03 Tahun 1984 tentang Wewenang Penyidik Pegawai Negeri Sipil; 8. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 1986 tentang Ketentuan Umum Mengenai Penyidik Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Daerah; Dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. MEMUTUSKAN Menetapkan : PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DILINGKUNGAN PEMERINTAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : a. Daerah adalah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta; b. Gubernur adalah Gubernur Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta; c. Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS adalah Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh Undang-Undang untuk melakukan penyidikan di lingkungan Pemerintah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta; d. Peraturan Daerah adalah Peraturan Daerah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang memuat ketentuan pidana.
BAB II KEDUDUKAN Pasal 2 PPNS dalam melaksanakan tugas teknis operasional berada di bawah koordinasi Penyidik Polisi Republik Indonesia dan Organisatoris bertanggung jawab kepada Gubernur melalui Pimpinan Unit Organisasi nya. BAB III TUGAS, KEWAJIBAN, DAN WEWENANG Pasal 3 (1) PPNS mempunyai tugas melakukan penyidikan terhadap pelanggaran Peraturan Daerah. (2) Dalam melaksanakan tugas penyidikan sebagaimana tersebut ayat (1) Pasal ini, PPNS yang mengetahui, menerima laporan atau pengaduan tentang terjadinya pelanggaran Peraturan Daerah, wajib segera melakukan penyidikan. Pasal 4 (1) PPNS wajib membuat laporan tentang hasil penyidikan sebagaimana dimaksud pada Pasal 3 dan tindak lanjutnya sampai penyelesaian di Pengadilan negeri. (2) PPNS membuat berita Acara setiap tindakan tentang : a. pemeriksaan tersangka b. pemasukan rumah; c. penyitaan benda; d. penyitaan surat; e. pemeriksaan saksi; f. pemeriksaan di tempat kejadian; dan mengirimkannya kepada penuntut umum melalui Penyidik Polisi Republik Indonesia. Pasal 5 (1) PPNS mempunyai wewenang sebagai berikut : a. menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak pidana; b. melakukan tindakan pertama pada saat itu di tempat kejadian dan melakukan pemeriksaan;
c. menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri tersangka; d. melakukan penyitaan benda atau surat; e. mengambil sidik jari dan memotret seseorang; f. memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi; g. mendatangkan seorang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara; h. mengadakan penghentian penyidik setelah mendapat petunjuk dari Penyidik POLRI, bahwa tidak terdapat cukup bukti atau peristiwa tersebut bukan merupakan tindak pidana dan selanjutnya melalui penyidik Polri memberitahukan hal tersebut kepada penuntut umum, tersangka atau keluarganya; i. mengadakan tindakan lain menurut hukum yang dapat dipertanggung jawabkan. (2) PPNS tidak mempunyai wewenang melakukan penangkapan dan atau penahanan. BAB IV TATACARA PENGUSULAN, PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN Pasal 6 Untuk dapat diusulkan dan diangkat sebagai PPNS harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : a. Pegawai Negeri Sipil berpangkat serendah-rendahnya Pengatur Muda Tingkat I (Golongan II/b); b. berpendidikan serendah-rendahnya Sekolah Lanjutan Tingkat Atas atau berpendidikan khusus di bidang penyidikan atau khusus di bidang tehnis operasional atau berpengalaman minimal 2 (dua) tahun pada bidang teknis operasional. c. Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan Pegawai negeri Sipil (DP3) untuk selama 2 (dua) tahun berturut-turut harus terisi dengan nilai baik; d. Berbadan sehat yang dinyatakan dengan Keterangan Dokter. Pasal 7 (1) PPNS sebagaimana dimaksud Pasal 6, diusulkan oleh Gubernur
atas usul Unit Organisasi yang bersangkutan. (2) PPNS dimaksud ayat (1) Pasal ini diajukan oleh Gubernur kepada Menteri Kehakiman melalui Menteri Dalam Negeri dalam hal ini Sekretaris Jenderal. Pasal 8 (1) PPNS diberhentikan dari jabatannya karena : a. berhenti sebagai Pegawai Negeri Sipil; b. atas permintaan sendiri c. melanggar disiplin kepegawaian berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku; d. mutasi Pegawai Negeri; e. tidak lagi memenuhi syarat sebagai PPNS; f. meninggal dunia. (2) Pemberhentian PPNS sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini atas usul Kepala Unit Organisasi yang bersangkutan, diajukan oleh Gubernur kepada menteri Kehakiman melalui Menteri Dalam Negeri dalam hal ini Sekretaris Jenderal. BAB V TANDA PENGENAL Pasal 9 Kepada PPNS akan diberikan tanda pengenal oleh Menteri Kehakiman. BAB VI TATAKERJA Pasal 10 PPNS dalam melaksanakan tugasnya harus sesuai dengan tatakerja yang diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 11 Laporan hasil penyidikan dan tindak lanjutnya sampai penyelesaiannya di Pengadilan Negeri dilaporkan kepada Gubernur melalui Pimpinan Unit Organisasi masing-masing. BAB VII PEMBINAAN Pasal 12
Pembinaan PPNS dilakukan oleh Gubernur bekerjasama dengan Instansi Penegak Hukum. BAB VIII PEMBIAYAAN Pasal 13 Biaya Pelaksanaan tugas penyidikan dan pembinaan PPNS dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. BAB IX KETENTUAN PENUTUP Pasal 14 Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai pelaksanaannya akan diatur dengan Keputusan Gubernur. Pasal 15 Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini maka semua peraturan yang bertentangan dengan Peraturan Daerah ini, dinyatakan tidak berlaku lagi. Pasal 16 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Yogyakarta, 10 Pebruari 1987 Dewan Perwakilan Rakyat Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta ketua, Wakil Gubernur Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta DRS. SOEWARDI POESPOJO Diundangkan dalam Lembaran Daerah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. PAKU ALAM VIII Peraturan Daerah ini disahkan dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri. Seri : D Nomor : 800-34-492 Nomor : 120 Tanggal : 14 September 1987 Tanggal : 22 Mei 1987 Sekretaris Wilayah/Daerah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
DRS. SUPRASTOWO NIP. 490008854 PENJELASAN PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 1987 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA I. PENJELASAN UMUM : Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana, maka Hukum Acara Pidana sebagai yang termuat dalam Het Herzione Inlandsch Reglement (Staatsblad Tahun 1941 Nomor 41) dihubungkan dengan Undang-Undang Nomor 1 Drt Tahun 1951 serta semua peraturan pelaksanaan dan ketentuan yang diatur dalam perundang-undangan lainnya sepanjang hal itu mengenai Hukum acara Pidana, dinyatakan dicabut. Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 dimaksud disebutkan "Penyidik ialah Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia atau Pejabat Pegawai negeri Sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh Undang-Undang untuk melakukan penyidikan". Pada Pasal 6 disebutkan, Penyidik ialah : a. Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia. b. Pejabat Pegawai negeri Sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh Undang-Undang. Penyidik Pegawai Negeri Sipil mempunyai wewenang sesuai dengan Undang-Undang yang menjadi dasar hukumnya masing-masing dan dalam pelaksanaan tugasnya berada dibawah koordinasi dan pengawasan Penyidik Pejabat Polisi Negara republik Indonesia. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah disebutkan dalam Pasal 43: (1) Penyidikan dan penuntutan terhadap pelanggaran atas ketentuan-ketentuan Peraturan daerah, dilakukan oleh alatalat Penyidik dan Penuntut sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku. (2) Dengan Peraturan Daerah dapat ditunjuk Pegawai-pegawai Daerah yang diberi tugas melakukan penyidikan terhadap pelanggaran ketentuan-ketentuan atas Peraturan Daerah.
Selanjutnya dengan ditetapkannya Keputusan Menteri Kehakiman Nomor M-04.PW.07.03 Tahun 1984 tentang Wewenang Penyidik Pegawai Negeri Sipil, disebutkan dalam melakukan tugas Penyidik Pegawai negeri Sipil tidak berwenang melakukan penangkapan dan atau penahanan. Apabila Undang-Undang yang menjadi dasar hukum tidak mengatur secara tegas kewenangan yang diberikannya, maka Penyidik Pegawai Negeri Sipil, karena kewajibannya mempunyai wewenang sebagaimana tersebut pasal 5 ayat (1). Peraturan Menteri Kehakiman Nomor M-05.PW.07.03 Tahun 1984 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengusulan dan Pemberhentian Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (5) Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab Undang- Undang Hukum Acara Pidana. Untuk melaksanakan ketentuan Pasal 2 ayat (5) Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tersebut, guna menjamin ketertiban dan kepastian hukum berlakunya Peraturan daerah, perlu ditunjuk Pegawai pada Pemerintah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang memenuhi syarat untuk melakukan penyidikan atas pelanggaran terhadap Peraturan Daerah sebagai Penyidik Pegawai negeri Sipil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981. Untuk itu pula telah ditetapkan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 tahun 1986 tentang Ketentuan Umum Mengenai Penyidik Pegawai Negeri sipil di Lingkungan Pemerintah Daerah. Sebagaimana diketahui bahwa pada saat ini Peraturan Daerah perlu lebih dimasyarakatkan, oleh karena itu Pemerintah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta berkewajiban menyebarluaskan Peraturan Daerah yang telah diundangkan dalam Lembaran Daerah dan mengusahakan penegakan hukum terhadap materi yang diatur dalam Peraturan daerah dimaksud, hal ini untuk mengurangi pelanggaran-pelanggaran terhadap Peraturan-peraturan Daerah dimaksud. Untuk penegakan hukum tersebut perlu adanya Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang ketentuan-ketentuannya diatur di dalam Peraturan Daerah sesuai dengan pedoman dan peraturan perundang-undangan yang berlaku Atas dasar hal-hal tersebut diatas, perlu segera menetapkan Peraturan Daerah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, tentang Penyidik Pegawai negeri Sipil Di Lingkungan Pemerintah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL : Pasal 1 s/d 4 : Cukup jelas. Pasal 5 huruf a dan b : Cukup jelas. huruf c : Kewenangan untuk menyuruh berhenti seorang tersangka meliputi pula menyuruh berhenti seorang tersangka
dari kegiatan yang sedang dilakukan sepanjang diatur dalam Peraturan Daerahnya. huruf d s.d i : Cukup jelas. Pasal 6 huruf a : Cukup jelas. huruf b : Selain persyaratan yang berhubungan dengan pendidikan dan pengalaman di bidang teknis operasional, kepada PPNS juga dituntut untuk menguasai peraturan perundang-undangan Daerah terutama yang menjadi bidang tugasnya Oleh karena itu agar supaya PPNS di dalam melaksanakan tugasnya mempunyai kemampuan di bidang teknis penyidikan maka kepada PPNS akan diberikan pendidikan khusus mengenai teknis penyidikan oleh Pemerintah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. huruf c dan d : Cukup jelas. huruf e : Dalam pengusulan PPNS memperhatikan pula keadaan jasmani, kesehatan dan faktor-faktor lainnya yang mendukung seorang Pegawai negeri Sipil diusulkan menjadi PPNS. Pada dasarnya umur maksimal untuk menjadi PPNS adalah selama menjadi Pegawai Negeri Sipil yaitu 56 Tahun. Pasal 7 : Cukup jelas. Pasal 8 ayat (1) : Yang dimaksud dengan diberhentikan dari jabatannya adalah jabatan sebagai PPNS dan tidak menyangkut jabatan-jabatan lainnya. huruf a : Cukup jelas. huruf b : Permohonan berhenti atas permintaan sendiri dapat dilakukan oleh PPNS karena alasan-alasan yang dapat dipertanggungjawabkan. Misalnya :- Karena alasan kesehatan; - Cacat tetap sehingga tidak dapat melaksanakan fungsinya
sebagai PPNS. huruf c : Cukup jelas. huruf d : Setiap mutasi baik mengenai jabatan maupun tempat tugas dari Pegawai Negeri Sipil yang menjadi PPNS, oleh Gubernur diberitahukan kepada Menteri kehakiman melalui Menteri Dalam Negeri tentang adanya mutasi tersebut, guna diadakan perubahan pada Surat Keputusan Pengangkatannya huruf e dan f : Cukup jelas. ayat (2) : Cukup jelas. Pasal 9 : Tanda pengenal adalah tanda pengenal sebagaimana tersebut pada Pasal 3 ayat (3) Peraturan Menteri kehakiman Nomor : M-05.PW.07.03 Tahun 1984 yang berbunyi; "Menteri Kehakiman memberikan tanda pengenal bagi Pegawai Negeri Sipil yang telah diangkat menjadi PPNS." Pasal 10 : Yang dimaksud dengan Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku antara lain Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana. Pasal 11 s.d 16 : Cukup jelas.