BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ini. Pada awalnya, peristiwa akuisisi hanya terbatas pada kalangan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Persaingan usaha diantara perusahaan yang semakin ketat menuntut. perusahaan untuk selalu mengembangkan strategi perusahaannya agar

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Penggabungan usaha (business combination) adalah pernyataan dua atau lebih

BAB II KAJIAN TEORI. mengembangkan dan menumbuhkan sebuah perusahaan. Merger berasal. dari kata mergere (Latin) yang artinya (1) bergabung bersama,

mencapai keberhasilan dan meningkatkan nilai perusahaan adalah dengan melalui

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. usaha. Oleh karena itu perlu adanya pengembangan suatu strategi yang tepat agar

II. TINJAUAN PUSTAKA. Akuisisi merupakan salah satu strategi eksternal yang dapat digunakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. kuat dan ketat. Kondisi ini menuntut perusahaan agar selalu mengembangkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini didasarkan pada hasil penelitian sebelumnya sebagai pedoman

BAB I PENDAHULUAN. di semua sektor, baik sektor yang sama maupun sektor yang berbeda. Kondisi

BAB I PENDAHULUAN. dapat berkompetisi secara luas dengan perusahaan lainnya. Salah satu strateginya

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan-perusahaan kecil dan menengah di Indonesia yang gulung tikar,

BAB I PENDAHULUAN. eksistensi perusahaan bahkan dapat berkembang. Perusahaan yang mampu untuk

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. memperkuat kondisi finansial atau kondisi permodalan yang dimiliki oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. beberapa penelitian terdahulu oleh beberapa penulis, antara lain :

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu cara untuk menjadi perusahaan yang besar dan kuat melalui

BAB I PENDAHULUAN. diperhatikan oleh setiap manajemen perusahaan. Dengan mengetahui. dimasa depan. Disebutkan bahwa terdapat tiga area penting dalam

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. hanya saja pengendaliaan operasionalnya diambil oleh perusahaan pengakuisisi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Saat ini sudah banyak perusahaan yang mendirikan usaha dalam berbagai

ANALISIS PERBEDAAN KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN SEBELUM DAN SESUDAH MERGER DAN AKUISISI (Study Empiris pada Perusahaan Manufaktur di BEI )

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dituntut untuk dapat meningkatkan daya saing dalam jenis

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap perusahaan, baik perusahaan dagang, industri,

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan kenaikan harga kebutuhan bahan pokok, semakin melemahkan kondisi

BAB I PENDAHULUAN. perusahaannya semakin besar dan kuat adalah dengan cara merger dan akuisisi. negara maka strategi tersebut sangat mungkin terjadi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era perdagangan bebas persaingan usaha diantara perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas perekonomian menjadi meningkat karena pasar modal menjalankan dua

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, persaingan usaha diantara perusahaan-perusahaan semakin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Merger merupakan suatu kebijakan yang diambil perusahaan dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era globalisasi ini dunia usaha semakin berkembang pesat dengan

BAB I PENDAHULUAN. kerja melalui pembangunan perusahaan untuk meningkatkan daya saing

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan untuk berusaha terus mengembangkan inovasi dan strategi-strategi

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PT. TOKO GUNUNG AGUNG, Tbk TAHUN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menghadapi persaingan dalam era globalisasi saat ini setiap perusahaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Sumber: Majalah SWA 6 Desember 2007

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Djarwanto (2004:5) laporan keuangan merupakan hasil dari

BAB III PEMBAHASAN. A. Pengertian dan Fungsi Manajemen Keuangan 1. Pengertian Manajemen Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu strategi yang dapat dilakukan perusahaan dalam. yang dapat dilakukan baik dalam bentuk ekspansi internal maupun ekspansi

Merger dan Akuisisi Pengertian Merger dan Akuisisi Merger Akuisisi Jenis-jenis Merger dan Akusisi a. Merger b. Konsolidasi c.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Penelitian Tajjali Fatima dan Amir Shehzad (2014) menggunakan paired sample T-test. Penelitian ini menunjukkan bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN. menengah, dan panjang sebuah perusahaan. Tujuan jangka pendek umumnya

Dan Akuisisi. (Studi Pada Perusahaan Yang Melakukan Merger dan Akuisisi tahun 2013 di Bursa. Efek Indonesia) Enny Tiya Rosyandy.

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan seluruh potensi- potensi ekonomi mengalami kemandegan dan diambang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi seperti saat ini, dimana persaingan usaha sangat ketat

TINJAUAN PUSTAKA. Likuiditas merupakan suatu indikator yang mengukur kemampuan perusahaan

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN PUBLIK YANG MELAKUKAN MERGER DAN AKUISISI SELAMA DAN SESUDAH KRISIS MONETER

BAB 1 PENDAHULUAN. diukur karena dapat dipakai sebagai dasar pengambilan keputusan baik bagi pihak. internal maupun pihak eksternal perusahaan.

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. serta kondisi keuangan perusahaan. Melalui laporan keuangan perusahaan dapat

BAB I PENDAHULUAN. berhasil memenangkan persaingan apabila dapat menghasilkan laba yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kadek Hendar Gunawan dan I Made Sukartha (2013) Kadek Hendar Gunawan dan I Made Sukartha pada tahun 2013 telah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisis berupa rasio akan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Tingkat kompetisi bisnis pada masa ini semakin ketat dikarenakan adanya

BAB I PENDAHULUAN. dagang bertujuan untuk mencari laba, agar kelangsungan hidup dan

II. LANDASAN TEORI. dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia. Menurut Brigham dan Houston,

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi setiap perusahaan, karena baik buruknya struktur modal akan

BAB II LANDASAN TEORI

Bab II. Tinjauan Pustaka

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia usaha saat ini semakin pesat, menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan usahanya. Globalisasi juga bisa berdampak positif dan negatif,

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi saat ini, persaingan dalam dunia usaha menjadi semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi yang pesat dewasa ini menyebabkan timbulnya

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada laporan keuangan PT.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. memaksimalkan hasil (return) yang diharapkan dalam batas risiko yang dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan yang terlihat dari kinerjanya. Informasi tentang kinerja keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan bertujuan untuk mencari profitabilitas. Profitabilitas

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS

BAB I PENDAHULUAN. tersebut melalui suatu analisis yang dapat dijadikan pedoman untuk menilai

ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MENILAI KINERJA PADA PT. UNILEVER INDONESIA Tbk PERIODE

Hasil akhir dari proses pencatatan keuangan adalah laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan cerminan dari prestasi manajemen pada satu periode

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PT. ANTAM Tbk. : Joko Prayitno NPM : Jurusan : Akuntansi Pembimbing :Dr. Emmy Indrayani

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pada era globalisasi banyak perusahaan yang harus lebih kreatif dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Penilaian kinerja adalah pendeskripsian nilai secara periodik dari efektivitas

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku, yang memiliki harapan akan kesejahteraan masyarakat yang lebih baik.

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Memasuki pasar bebas dan adanya globalisasi menuntut perusahaan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Keuangan Perusahaan Menggunakan Analisis Dupont pada PT. Hanjaya

BAB I PENDAHULUAN. dibeberapa perusahaan melalui pembelian surat-surat berharga yang. yang dibutuhkan dengan menawarkan surat-surat berharga tersebut.

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. berupa angka-angka dari transaksi yang terjadi selama satu periode. Informasi

BAB II 1 TINJAUAN PUSTAKA. topik mengenai merger akuisi perusahaan. Ada beberapa penelitian tentang

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. dan pembahasan dapat disimpulkan kinerja keuangan PT Indofood Tbk adalah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. semakin canggih menjadikan perusahaan berusaha akan tetap eksis dan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. dengan (uniting with) perusahaan lain atau memperoleh kendali (control) atas

BAB II KERANGKA TEORITIS. Djarwanto (2001) menjelaskan bahwa laporan keuangan pada dasarnya

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka kesimpulan yang dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan ukuran besaran yang disepakati untuk mencapai tujuan jangka

BAB 1 PENDAHULUAN. pendanaan bagi perusahaan-perusahaan untuk dapat meningkatkan pendapatan

Transkripsi:

7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Akuisisi telah menjadi topik populer dalam beberapa tahun terakhir ini. Pada awalnya, peristiwa akuisisi hanya terbatas pada kalangan komunitas pelaku bisnis, namun sekarang masyarakat mulai familiar dengan akuisisi. Perubahan yang signifikan dalam lingkungan bisnis seperti globalisasi, deregulasi, kemajuan komputer dan fragmentasi pasar menciptakan persaingan yang sangat ketat. Untuk itu perusahaan perlu mengembangkan strategi yang tepat agar perusahaan bisa mempertahankan eksistensinya dan memperbaiki kinerjanya. Perusahaan bisa memperluas usahanya dengan menambah kapasitas produksi, membangun perusahaan baru atau dengan membeli perusahaan lain (Gunawan dan Hartanti, 2005). Pada dasarnya penggabungan usaha merupakan bentuk penggabungan satu perusahaan dengan perusahaan lain dalam rangka mendapatkan pengendalian atas aktiva maupun operasional. Menurut data statistik Bursa Efek Jakarta berganti nama menjadi Bursa Efek Indonesia antara tahun 1995-1997 (sebelum terjadinya krisis moneter pada Juli 1997), jumlah perusahaan yang go public tercatat kurang lebih sebanyak 259 perusahaan. Sebanyak 57 perusahaan yang melakukan penggabungan usaha. Bentuk penggabungan usaha yang sering dilakukan dalam dua dekade terakhir ini adalah akuisisi dimana strategi ini dipandang sebagai salah satu cara untuk 7

8 mencapai beberapa tujuan yang lebih bersifat ekonomis dan jangka panjang (Dharmasetya dan Sulaimin, 2009). Berdasarkan laporan yang diterbitkan KPMG (Klynveld Peat Marwick Goerdeler) International yaitu salah satu perusahaan jasa profesional terbesar di dunia dan juga merupakan salah satu anggota The Big Four Auditors nilai transaksi merger dan akuisisi pada tahun 2007 diperkirakan mencapai US$3,79 triliun. Pada semester kedua tahun 2007 mencatat rekor baru dimana secara global transaksi merger mencapai US$1,65 triliun atau meningkat 90% dibanding periode yang sama pada tahun 2006. Hal ini menunjukan masih tingginya aktivitas akuisisi di kalangan pelaku perusahaan (Dharmasetya dan Sulaimin, 2009). Perubahan-perubahan yang terjadi setelah perusahaan melakukan akuisisi biasanya akan tampak pada kinerja perusahaan dan penampilan finansialnya. Pasca akuisisi kondisi dan posisi keuangan perusahaan mengalami perubahan dan hal ini tercermin dalam laporan keuangan perusahaan yang melakukan akuisisi. Untuk menilai bagaimana keberhasilan akuisisi yang dilakukan, kita dapat melihatnya dari kinerja perusahaan yang melakukan akuisisi. Dasar logika dari pengukuran berdasar akuntansi adalah bahwa jika skala bertambah besar ditambah dengan sinergi yang dihasilkan dari gabungan aktivitas-aktivitas yang simultan, maka laba perusahaan juga semakin meningkat sehingga kinerja perusahaan paska akuisisi seharusnya semakin baik dibandingkan dengan sebelum akuisisi (Sijabat dan Maksum, 2009).

9 2.2 Pengertian Akuisisi Akuisisi merupakan salah satu bentuk pengambil-alihan (Husnan, 2002). Akuisisi dapat dibedakan menjadi akuisisi saham dan akuisisi asset. Akuisisi saham merupakan pengambil-alihan atau pembelian saham suatu perusahaan dengan menggunakan kas, saham atau sekuritas lain. Akuisisi saham biasanya melalui tahap penawaran (tender offer) oleh para perusahaan penawar (bidder firm) kepada para pemegang saham target. Akuisisi ini tidak membutuhkan persetujuan pihak manajemen dan dapat dilakukan meskipun pihak manajemen tidak menyetujui pembelian saham perusahaan. Oleh karena itu akuisisi ini disebut bentuk pengambil-alihan yang tidak bersahabat (hostile takeover). Sedangkan akuisisi asset dilakukan dengan cara membekukan sebagian aset perusahaan target oleh perusahaan pengakuisisi. Akuisisi jenis ini membutuhkan suara pemegang saham perusahaan target untuk menyetujui pengambil-alihan perusahaan tersebut (Rachmawati dan Tanderlilin, 2001). Akuisisi mempunyai manfaat bagi perusahaan antara lain (Lestari,2008): 1. Komplementaris Penggabungan dua perusahaan sejenis atau lebih secara horisontal dapat menimbulkan sinergi dalam berbagai bentuk, misalnya: perluasan produk, transfer teknologi, sumber daya manusia yang tangguh dan sebagainya. 2. Pooling Kekuatan Perusahaan-perusahaan yang terlampau kecil untuk mempunyai fungsifungsi penting untuk perusahaannya, misalnya: research and development,

10 akan lebih efektif jika bergabung dengan perusahaan lain yang memiliki fungsi tersebut. 3. Mengurangi Persaingan Penggabungan usaha diantaranya perusahaan sejenis akan mengakibatkan adanya pemusatan pengendalian sehingga dapat mengurangi pesaing. 4. Menyelamatkan Perusahaan dari Kebangkrutan Bagi perusahaan yang kesulitan likuiditas dan terdesak oleh kreditur, keputusan akuisisi dengan perusahaan yang kuat akan menyelamatkan perusahaan dari kebangkrutan. 2.4 Motif Melakukan Akuisisi Pada prinsipnya terdapat dua motif yang mendorong sebuah perusahaan melakukan akuisisi yaitu motif ekonomi dan motif nonekonomi. Motif ekonomi berkaitan dengan esensi tujuan perusahaan yaitu meningkatkan nilai perusahaan atau memaksimumkan kemakmuran pemegang saham. Di sisi lain, motif non ekonomi adalah motif yang bukan didasarkan pada esensi tujuan perusahaan tersebut, tetapi didasarkan pada keinginan subyektif atau ambisi pribadi pemilik atau manajemen perusahaan (Moin, 2003 dalam Hadiningsih, 2007). 2.4.1 Motif ekonomi Esensi tujuan perusahaan dalam perspektif manajemen keuangan adalah seberapa besar perusahaan mampu menciptakan nilai (value creation) bagi perusahaan dan bagi pemegang saham. Akuisisi

11 memiliki motif ekonomi yang tujuan jangka panjangnya adalah untuk mencapai peningkatan nilai tersebut. Oleh karena itu seluruh aktivitas dan pengambilan keputusan harus diarahkan untuk mencapai tujuan ini. Motif strategis juga termasuk motif ekonomi ketika aktivitas akuisisi dilakukan untuk mencapai posisi strategis perusahaan agar memberikan keunggulan kompetitif dalam industri (Hadiningsih, 2007). 2.4.2 Motif Sinergi Salah satu motivasi atau alasan utama perusahaan melakukan akuisisi adalah menciptakan sinergi. Sinergi merupakan nilai keseluruhan perusahaan setelah akuisisi yang lebih besar dari pada penjumlahan nilai masing-masing perusahaan sebelum akuisisi. Sinergi dihasilkan melalui kombinasi aktivitas secara simultan dari kekuatan atau lebih elemen-elemen perusahaan yang bergabung sedemikian rupa sehingga gabungan aktivitas tersebut menghasilkan efek yang lebih besar dibandingkan dengan penjumlahan aktivitas-aktivitas perusahaan jika mereka bekerja sendiri. Pengaruh sinergi bisa timbul dari beberapa sumber (1) Penghematan operasi, yang dihasilkan dari skala ekonomis dalam manajemen, pemasaran, produksi atau distribusi; (2) Penghematan keuangan, yang meliputi biaya transaksi yang lebih rendah dan

12 evaluasi yang lebih baik oleh para analisis sekuritas; (3) Peningkatan penguasaan pasar akibat berkurangnya persaingan (Brigham, 2001). 2.4.3 Motif diversifikasi. Diversifikasi adalah strategi pemberagaman bisnis yang bisa dilakukan melalui akuisisi. Diversifikasi dimaksud untuk mendukung aktivitas bisnis dan operasi perusahaan untuk mengamankan posisi bersaing. Akan tetapi jika melakukan diversifikasi yang semakin jauh dari bisnis semula, maka perusahaan tidak lagi berada pada koridor yang mendukung kompetensi inti (core competence). Disamping memberikan manfaat seperti transfer teknologi dan pengalokasian modal, diversifikasi juga membawa kerugian yaitu adanya subsidi silang. 2.4.4 Motif non-ekonomi. Aktivitas akuisisi terkadang dilakukan bukan untuk kepentingan ekonomi saja tetapi juga untuk kepentingan yang bersifat nonekonomi, seperti prestise dan ambisi. Motif non-ekonomi bisa berasal dari manajemen perusahaan atau pemilik perusahaan. 2.5 Keunggulan dan Kelemahan Aktivitas Akuisisi Alasan mengapa perusahaan melakukan akuisisi adalah ada keuntungan yang diperoleh meskipun asumsi ini tidak semuanya terbukti. Secara spesifik keunggulan akuisisi antara lain (Wiriastari, 2010):

13 1. Akusisi saham tidak memerlukan rapat pemegang saham dan suara pemegang saham sehingga jika pemegang saham tidak menyukai tawaran Bidding firm, mereka dapat menahan sahamnya dan tidak menjual kepada pihak Bidding firm. 2. Perusahaan yang mengakuisisi dapat berurusan langsung dengan pemegang saham perusahaan yang diakuisisi dengan melakukan tender offer, sehingga tidak diperlukan persetujuan manajemen perusahaan. 3. Akuisisi saham dapat digunakan untuk pengambil alihan perusahaan yang tidak bersahabat. 4. Akuisisi aset memerlukan suara pemegang saham tetapi tidak memerlukan mayoritas suara pemegang saham. Seperti pada akuisisi saham sehingga tidak ada halangan bagi pemegang saham minoritas, jika mereka tidak menyetujui akuisisi. Disamping memiliki keunggulan, Wiriastari (2010) juga mengemukakan kelemahan akuisisi diantaranya : 1. Jika para pemegang saham minoritas yang tidak setuju terhadap pengambil alihan cukup banyak, maka akuisisi akan batal. Pada umumnya anggaran dasar perusahaan menentukan paling sedikit dua pertiga (67%) suara setuju pada akuisisi agar akuisisi terjadi. 2. Bila perusahaan pengakuisisi mengambil alih seluruh saham yang di beli maka terjadi merger. 3. Pada dasarnya pembelian setiap aset dalam akuisisi asset harus secara hukum dibalik nama sehingga menimbulkan biaya legal yang tinggi.

14 2.6 Tipe-Tipe Akuisisi Moin (2003) dalam Lestari (2008), mengklasifikasikan akuisisi secara umum menjadi lima tipe yaitu akuisisi horisontal, vertikal, konglomerat, ekstensi pasar dan ekstensi produk. 1. Akuisisi horizontal adalah akuisisi antara dua atau lebih perusahaan yang bergerak dalam industri yang sama. Sebelum terjadi akuisisi perusahaan-perusahaan ini bersaing satu sama lain dalam pasar atau industri yang sama. 2. Akuisisi vertikal adalah integrasi yang melibatkan perusahaanperusahaan yang bergerak dalam tahapan-tahapan proses produksi atau operasi. Akuisisi tipe ini dilakukan jika perusahaan yang berada pada industri hilir memasuki industri hilir menjadi industri hulu. 3. Akuisisi konglomerat adalah akuisisi perusahaan yang masing masing bergerak dalam industri yang tidak terkait atau bisnisnya tidak berhubungan, tetapi tidak termasuk dalam kategori akuisisi horisontal dan akuisisi vertikal. 4. Akuisisi ekstensi pasar adalah akuisisi yang dilakukan oleh dua atau lebih perusahaan untuk secara bersama-bersama memperluas area pasar. Tujuan akuisisi ini terutama untuk memperkuat jaringan pemasaran bagi produk masing- masing perusahaan. 5. Akuisisi ekstensi produk adalah akuisisi yang dilakukan oleh dua atau lebih perusahaan untuk memperluas lini produk masing-masing perusahaan.

15 2.7 Kinerja Keuangan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001), kinerja diartikan sebagai sesuatu yang dicapai, prestasi yang diperlihatkan, kemampuan kerja. Berdasarkan pengertian tersebut kinerja keuangan didefinisikan sebagai prestasi manajemen, dalam hal ini manajemen keuangan dalam mencapai tujuan perusahaan yaitu menghasilkan keuntungan dan meningkatkan nilai perusahaan. Analisis kinerja keuangan dalam penelitian ini bertujuan untuk menilai implementasi strategi perusahaan dalam hal akuisisi (Sijabat dan Maksum, 2009). Penilaian kinerja perusahaan merupakan suatu kegiatan yang penting bagi perusahaan karena dengan melakukan evaluasi terhadap kinerja dapat diketahui sejauh mana perusahaan berdasarkan kriteria tertentu dapat dianggap berhasil dalam menjalankan usahanya. Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba, merupakan fokus utama dalam penilaian prestasi perusahaan, karena laba perusahaan selain merupakan indikator kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban bagi para para penyandang dana juga merupakan elemen penciptaan nilai perusahaan yang menunjukan kondisi kesehatan perusahaan (Haryanti, 2009). Penialaian kinerja menurut Mulyadi (1997) adalah penentuan secara efektivitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi dan karyawannya berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang ditetapkan sebelumnya. Sedangkan pengertian kinerja keuangan adalah penentuan ukuran-ukuran

16 tertentu yang dapat mengukur keberhasilan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba. 2.8 Metode Analisis Kinerja Keuangan dengan Rasio Keuangan Analisis rasio keuangan merupakan metode umum yang digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan di bidang keuangan. Rasio merupakan alat yang membandingkan suatu hal dengan hal lainnya sehingga dapat menunjukkan hubungan atau korelasi dari suatu laporan finansial berupa neraca dan laporan laba rugi (Hadiningsih, 2007). Jenis rasio yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari rasio likuiditas, aktivitas, leverage dan profitabilitas. 1. Rasio Likuiditas Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial yang jatuh tempo dalam jangka pendek. Ukuran likuiditas yang digunakan dalam penelitian ini adalah current ratio dan quick ratio. a. Current ratio Current ratio dihitung dengan membagi aktiva lancar dengan kewajiban lancar. Rasio menunjukkan besarnya aktiva yang diharapkan akan dikonversi menjadi kas dalam jangka pendek untuk menutup kewajiban lancar. Rasio yang rendah menunjukkan kurangnya modal untuk membayar hutang. Namun rasio yang tinggi tidak selalu berarti perusahaan sedang dalam keadaan yang

17 baik. Hal tersebut dapat berarti bahwa kas tidak digunakan sebaik mungkin yang mengurangi kemampuan laba perusahaan (Sawir, 2005). b. Quick ratio Quick ratio dihitung dengan mengurangi persediaan dari aktiva lancar dan sisanya dibagi dengan kewajiban lancar. Persediaan merupakan unsur aktiva lancar yang tingkat likuiditasnya rendah sehingga cepat mengalami fluktuasi harga dan menimbulkan kerugian jika terjadi likuidasi (Sawir, 2005). 2. Rasio Aktivitas Rasio aktivitas dihitung dari perbandingan antara tingkat penjualan dengan berbagai elemen aktiva. Rasio ini mengukur seberapa efektif perusahaan mengelola aktivanya. Rasio aktivitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah fixed asset turnover dan total asset turnover (Sawir, 2005): a. Fixed asset turnover Fixed asset turnover mengukur seberapa efektif perusahaan menggunakan aktiva tetapnya. Semakin rendah fixed asset turnover, berarti penggunaan aktiva tepatnya semakin kurang efisien. b. Total asset turnover Total asset turnover mengukur perputaran semua aktiva. Dengan kata lain, rasio ini mengukur efektifitas perusahaan dalam penggunaan

18 total aktiva. Semakin tinggi rasio berarti semakin baik manajemen dalam mengelola aktivanya, sedangkan semakin rendah rasio menunjukkan buruknya kinerja manajemen dalam mengelola aktivanya. 3. Rasio Leverage Rasio leverage dihitung dari perbandingan hutang dengan total aktiva dan modal sendiri perusahaan. Rasio ini menyangkut jaminan yang mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar hutang bila pada suatu saat perusahaan dilikuidasi atau dibubarkan. Dengan kata lain rasio ini mengukur seberapa besar perusahaan menggunakan dana dari pihak luar atau kreditor. Rasio leverage yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari debt to total asset ratio dan debt to total equity ratio. a. Dept to total asset ratio Dept to total asset ratio mengukur seberapa besar seluruh hutang dengan total aktiva dan modal sendiri perusahaan. Kreditur lebih menyukai rasio yang rendah karena semakin rendah rasio ini, maka semakin besar perlindungan terhadap kerugian kreditur dalam peristiwa likuidasi (Sawir, 2005). b. Dept to equity ratio Rasio ini merupakan imbangan antara hutang dengan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini berarti modal sendiri semakin sedikit dibanding dengan hutang. Bagi perusahaan ukuran hutang sebaiknya

19 tidak melebihi dari modal sendiri karena resiko menjadi tinggi apabila terjadi likuidasi dan perusahaan akan kesulitan untuk membayar hutang (Sawir, 2005). 4. Rasio Profitabilitas Rasio profitabilitas mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dalam suatu periode tertentu ( Rahmat, 2005 dalam Chikita, 2011). Rasio ini membantu perusahaan dalam mengontrol penerimaannya. Rasio-rasio profitabilitas yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari operating profit margin, net profit margin, return on investment dan return on equity. a. Operating profit margin Operating profit margin mengukur berapa laba usaha yang dihasilkan dari penjualan atau pendapatan. Semakin rendah rasio ini, semakin kurang baik karena biaya-biaya operasi naik. Kemungkinan hal ini terjadi karena pemborosan (Sawir, 2005). b. Net profit margin Net profit margin mengukur seberapa banyak laba bersih setelah pajak dan bunga yang dapat dihasilkan dari penjualan atau pendapatan. Rasio yang rendah bisa disebabkan karena penjualan turun lebih besar dari turunya ongkos dan sebaliknya. Setiap perusahaan berkepentingan terhadap profit margin yang tinggi (Sawir, 2005).

20 c. Return on investement Return on investement mengukur keuntungan yang dihasilkan dari seluruh aktiva yang dimiliki perusahaan. Rasio yang rendah menunjukkan kinerja yang buruk atas pemanfaatan aktiva yang buruk oleh manajemen, sedangkan rasio tinggi menunjukkan kinerja atas penggunaan aktiva yang baik (Sawir, 2005). d. Return on equity Return on equity mengukur seberapa banyak laba bersih yang dapat dihasilkan dari investasi para pemegang saham dalam perusahaan. Pengembalian atas ekuitas, mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang saham perusahaan (Haryanti, 2009). 2.9 Kerangka Pemikiran Tujuan utama suatu perusahaan adalah meningkatkan laba atau memaksimalkan laba, untuk itu perusahaan perlu membuat strategi yang tepat agar bisa mencapai tujuannya tersebut. Salah satunya adalah dengan memperluas usahanya dengan cara menambah kapasitas produksi atau menambah perusahaan baru yang disebut ekspansi. Perusahaan akan mendapat tambahan aset dengan biaya yang relatif lebih murah dari pada harus membangun pabrik atau divisi yang baru (Gunawan dan Hartanti, 2005).

21 Akuisisi merupakan bentuk pengambilalihan kepemilikan perusahaan oleh pihak pengakuisisi sehingga akan mengakibatkan berpindahnya kendali atas perusahaan yang diambil alih tersebut dan akuisisi yang dilakukan dapat mendatangkan suatu sinergi yang positif dan negatif. Dapat dipastikan bahwa perusahaan yang melakukan akuisisi telah melihat adanya sinergi yang positif dalam melakukan proses penggabungan perusahaan(murtanti, 2007) Kristiyani (1999) dalam Tutik (2009) menyatakan bahwa perusahaan akuisitor mengalami penurunan rasio likuiditas, aktifitas, profitabilitas dan Indeks Harga Saham Gabungan dan mengalami kenaikan rasio leverage. Keberhasilan perusahaan dalam melakukan akusisi dapat dilihat dari kinerja keuangan perusahaan tersebut. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan dengan membandingkan rasio-rasio keunagan sebelum dan sesudah akuisisi. Berdasarkan tinjauan pustaka serta beberapa penelitian terdahulu maka peneliti mengindikasikan rasio-rasio keuangan yang terdiri dari current ratio, total asset turnover, debt to total asset ratio,net profit margin yang mencerminkan perbedaan setelah melakukan akuisisi. Dari uraian diatas dapat digambarkan hubungan skematisnya sebagai berikut :

22 Gambar 2.1 Model Pemikiran Analisis Kinerja Keuangan Sebelum dan Sesudah Akuisisi Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Kinerja Keuangan Rasio Likuiditas, Rasio Aktivitas, Rasio Leverage, Rasio Profitabilitas Sebelum Akuisisi Sesudah Akuisisi 2.10 Hipotesis Pengaruh akuisisi terhadap kinerja keuangan setelah akuisisi yaitu ukuran perusahaan dengan sendirinya bertambah besar karena aset, kewajiban, dan ekuitas perusahaan digabung bersama. Dasar logika dari pengukuran berdasarkan akuntansi adalah bahwa jika ukuran bertambah besar ditambah dengan sinergi yang dihasilkan dari gabungan aktivitasaktivitas yang simultan maka laba perusahaan juga semakin meningkat.

23 Oleh karena itu kinerja pasca akuisisi seharusnya semakin baik dibandingkan dengan sebelum akuisisi (Hadiningsih, 2007). Saiful (2003) menyatakan bahwa adanya sinergi positif setelah melakukan akuisisi dilihat dari perbedaan yang signifikan pada kinerja keuangan perusahaan. Penelitian lain dilakukan oleh Hayati (2004) dalam Wangi (2010) meneliti kasus akuisisi dengan memproksikan kinerja perusahaan melalui 10 rasio keuangan sebelum dan sesudah akuisisi dan hasilnya seluruh sampel menunjukan penurunan kinerja keuangan setiap akhir tahun akuisisi. Dari hasil-hasil penelitian diatas diperoleh adanya perbedaan hasil penelitian. Dengan melihat hasil penelitian tersebut maka hipotesis dalam penelitian ini adalah : H 1 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara rasio likuiditas sebelum dan sesudah akuisisi. H 2 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara rasio aktivitas sebelum dan sesudah akuisisi. H 3 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara rasio leverage sebelum dan sesudah akuisisi. H 4 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara rasio profitabilitas sebelum dan sesudah akuisisi