BAB I PENDAHULUAN. melindungi hak-hak perempuan dalam perkawinan. 1 Disamping itu pencatatan. bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1975 dan Peraturan Menteri Agama Nomor 3 dan 4 Tahun 1975 bab II

agar terjaminnya administrasi setiap warga negara.

BAB III PERAN PEMBANTU PEGAWAI PENCATAT NIKAH. DI KUA Kec. CANDI Kab. SIDOARJO

IMPLEMENTASI PENGENAAN TARIF AKAD NIKAH NASKAH PUBLIKASI. derajat S-I Program Studi Pendidikan. Pancasila dan Kewarganegaraan

BAB I PENDAHULUAN. seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri. Ikatan lahir ialah

BAB IV ANALISIS TERHADAP PROSES PENYELESAIAN WALI ADHAL DI. PENGADILAN AGAMA SINGARAJA NOMOR. 04/Pdt.P/2009/PA.Sgr

BAB I PENDAHULUAN. seorang laki-laki, ada daya saling menarik satu sama lain untuk hidup

IV. GAMBARAN UMUM. Implementasi merupakan suatu kajian mengenai kebijakan yang mengarah

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Dasar-dasar perkawinan dibentuk oleh unsur-unsur alami dari

KAJIAN YURIDIS PENETAPAN PENGADILAN AGAMA MUNGKID NOMOR PERKARA 0019/Pdt.P/2012/PA. Mkd TENTANG ITSBAT NIKAH DALAM MENENTUKAN SAHNYA STATUS PERKAWINAN

segera melaksanakannya. Karena perkawinan dapat mengurangi kemaksiatan, baik

BAB I PENDAHULUAN. dan perempuan. Kedua jenis ini masing-masing dikaruniai rasa mencintai

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perempuan pastilah yang terbaik untuk mendampingi lelaki, sebagaimana

KEDUDUKAN DAN PERAN PEMBANTU PEGAWAI PENCATAT NIKAH (P3N) DALAM URUSAN PERNIKAHAN (Studi Kasus di Wilayah KUA Kecamatan Palu Selatan Kota Palu)

INSTRUKSI MENTERI AGAMA R.I. NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENINGKATAN PELAYANAN PERNIKAHAN PADA KANTOR URUSAN AGAMA KECAMATAN

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan usia muda merupakan perkawinan yang terjadi oleh pihak-pihak

BAB I PENDAHULUAN. Sudah menjadi sunatullah seorang manusia diciptakan untuk hidup

BAB I PENDAHULUAN. Allah menciptakan makhluk-nya di dunia ini berpasang-pasangan agar mereka bisa

SKRIPSI PELAKSANAAN PERKAWINAN MELALUI WALI HAKIM DI KANTOR URUSAN AGAMA KECAMATAN LUBUK KILANGAN KOTA PADANG

bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.2

BAB I PENDAHULUAN. sebagai dasar tumbuh dan berkembangnya pembangunan di segala bidang. Dengan berkembangnya pembangunan nasional, tingkat ekonomi dan

BAB IV PENERAPAN SIMKAH ONLINE DI KUA KOTA SURABAYA DALAM PERSPEKTIF PMA NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG PENCATATAN NIKAH

BAB I PENDAHULUAN. umat manusia untuk menikah, karena menikah merupakan gharizah insaniyah (naluri

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Allah SWT dari kaum laki-laki dan perempuan

BAB I PENDAHULUAN. tangga dan keluarga sejahtera bahagia di mana kedua suami istri memikul

BAB I PENDAHULUAN. kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. 1 Sedangkan menurut

BAB I PENDAHULUAN. menginginkan bahagia dan berusaha agar kebahagiaan itu tetap menjadi

BAB I PENDAHULUAN. pasal 1 disebutkan : Perkawinan adalah ikatan lahir bathin antara seorang pria

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara

SKRIPSI PROSES PENYELESAIAN PERCERAIAN KARENA FAKTOR KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (STUDY KASUS DI PENGADILAN AGAMA SURAKARTA)

BAB III PENETAPAN DISPENSASI USIA NIKAH MENURUT PERATURAN MENTERI AGAMA NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG PENCATATAN NIKAH

BAB I PENDAHULUAN. Qur anul Karim dan Sunnah Rosullulloh saw. Dalam kehidupan didunia ini, Firman Allah dalam Q.S. Adz-Dzaariyat : 49, yang artinya :

BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP PENCATATAN PERKAWINAN ANAK ANGKAT DI KUA KEC. SAWAHAN KOTA SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan salah satu sunnatullah yang berlaku untuk semua

BAB I PENDAHULUAN. yang wajar dan dalam ajaran nabi, pernikahan ditradisikan menjadi sunnah beliau. dan Anas melihatnya, dan beliau bersabda:

BAB I PENDAHULUAN. seorang laki-laki dan perempuan sama-sama memiliki hak dan kewajiban didalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kantor Urusan Agama (KUA) adalah instansi Departemen Agama yang

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan partisipasi keluarga untuk merestui perkawinan itu. 1 Menurut

BAB I PENDAHULUAN. untuk itu. Perkawinan merupakan faktor untuk membina kerja sama antara laki-laki dan

PELAKSANAAN PERKAWINAN DENGAN WALI HAKIM DI KANTOR URUSAN AGAMA KECAMATAN GROGOL KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. seorang wanita sebagai suami-isteri, dengan tujuan untuk membentuk keluarga

LEMBARAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 13 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 13 TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. tangga yang sakinah, mawadah dan warohmah. 1 Dan tujuan perkawinan

BAB V PEMBAHASAN. A. Biaya Administrasi Perkawinan di Kantor Urusan Agama Kecamatan

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. calon pengantin meliputi pelaksanaan peran BP4 dan pencapaian tujuan

BAB I PENDAHULUAN. seorang wanita untuk membentuk rumah tangga (keluarga) yang bahagia dan

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan memerlukan kematangan dan persiapan fisik dan mental karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kantor Urusan Agama (KUA) merupakan ujung tombak Kementerian

BAB I PENDAHULUAN juncto Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 tentang. Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Pernikahan

al-za>wa>j atau ahka>m izwa>j. 1

BAB III PELAKSANAAN PENCATATAN PERKAWINAN ANAK ANGKAT DI KUA KECAMATAN SAWAHAN SURABAYA

BAB IV ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN AGAMA MALANG NOMOR: 786/PDT.G/2010/PA.MLG PERIHAL KUMULASI PERMOHONAN IZIN POLIGAMI DAN IS BAT NIKAH

BAB I PENDAHULUAN. Artinya: Dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah. 2

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. oleh sebagian masyarakat Indonesia. Namun demikian, perkawinan di bawah

BAB I PENDAHULUAN. suatu kelompok dan kemampuan manusia dalam hidup berkelompok ini dinamakan zoon

BAB I PENDAHULUAN. untuk akad nikah.nikah menurut syarak ialah akad yang membolehkan seorang

BAB I PENDAHULUAN. dinyatakan dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan adalah akad yang sangat kuat ( mitsaqan ghalidzan) yang

BAB I PENDAHULUAN. menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku (Pasal 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. agar hubungan laki-laki dan perempuan mampu menyuburkan ketentraman,

BAB I PENDAHULUAN. sunnatullah yang umumnya berlaku pada semua mahkluk-nya. Hal ini merupakan

2. SETIAP PERKAWINAN HARUS DICATAT Menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku (Pasal 2 ayat 2)

BAB III PENGADUAN PASANGAN SUAMI ISTRI PRA CERAI DI KUA BUDURAN PADA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Perkawinan ini menjadi sebuah ikatan antara seorang laki-laki dan seorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan Pasal 1 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan kebutuhan kodrat manusia, setiap manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap keluarga yang hidup di dunia ini selalu mendambakan agar keluarga itu

BAB I PENDAHULUAN. faktor lain yang sangat penting yaitu kematangan dalam berfikir dan. anaknya). Hal ini yang sering dilupakan oleh masyarakat.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

BAB I PENDAHULUAN. Akomodatif artinya mampu menyerap, menampung keinginan masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. insan antara laki-laki dengan perempuan untuk membentuk keluarga yang

BAB I PENDAHULUAN. tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Apabila mereka melangsungkan perkawinan maka timbullah hak dan

BAB 1 PENDAHULUAN. sejak jaman dahulu hingga saat ini. Karena perkawinan merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, perseorangan maupun

BAB I PENDAHULUAN. antara mereka dan anak-anaknya, antara phak-pihak yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kehidupan rumah tangga yang sakinah, mawadah wa rahmah. 3 Agar

BAB I PENDAHULUAN. (akad jual beli), perjanjian antara dua pihak juga untuk menyebut

BAB I PENDAHULUAN. Hukum Perdata dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

BAB I PENDAHULUAN. sahnya perkawinan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku di

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan, LN tahun 1974 Nomor 1, TLN no. 3019, Perkawinan ialah ikatan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PERKAWINAN DAN PENCATATAN PERKAWINAN ANAK ADOPSI DI KUA KEC. PRAJURIT KULON KOTA MOJOKERTO

PEMBATALAN PERKAWINAN DAN PENCEGAHANNYA Oleh: Faisal 1

AKIBAT PERKAWINAN DIBAWAH UMUR DALAM KELANGSUNGAN HIDUP. ( Studi Kasus Pengadilan Agama Blora)

BAB I PENDAHULUAN. kelaminnya (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarikmenarik

bismillahirrahmanirrahim

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. berpasang-pasangan agar hidup berdampingan, saling cinta-mencintai dan. berkasih-kasihan untuk meneruskan keturunannya.

BAB III PENENTUAN WALI HAKIM DI KUA KEC. TAYU KAB. PATI. 21 KUA Kecamatan yang ada di Kabupaten Pati, yang

PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG PERKAWINAN DAN PERCERAIAN PEGAWAI LEMBAGA SANDI NEGARA

BAB I PENDAHULUAN. antara suami, istri dan anak akan tetapi antara dua keluarga. Dalam UU

Politeknik Negeri Sriwijaya BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Aristoteles, seorang filsuf yunani yang terkemuka pernah berkata bahwa

I. PENDAHULUAN. suatu sistem pemerintahan sangat ditentukan oleh baik buruknya penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. yang didukung oleh umat beragama mustahil bisa terbentuk rumah tangga tanpa. berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

BAB I PENDAHULUAN. makhluk-nya, baik pada manusia, hewan, maupun, tumbuh-tumbuhan. Ia adalah

2018, No Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 ten

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mempunyai arti dan kedudukan yang sangat penting

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian adalah cara atau jalan yang dipakai untuk memahami objek

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pencatatan perkawinan sangat penting dalam kehidupan berumah tangga, terutama bagi kaum perempuan. Hal ini merupakan upaya pemerintah untuk melindungi hak-hak perempuan dalam perkawinan. 1 Disamping itu pencatatan perkawinan bertujuan untuk mewujudkan ketertiban dalam masyarakat. Begitu pentingnya pencatatan perkawinan sehingga pemerintah mencantumkannya dalam undang-undang. Didalam UU No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dijelaskan bahwa perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. 2 Perkawinan dinyatakan sah apabila dilakukan menurut hukum masingmasing agama dan kepercayaannya tersebut. Tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundangan yang berlaku. UU No. 1 Tahun 1974 menjelaskan bahwa suatu perkawinan baru dinyatakan sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agama dan kepercayaannya itu. Dengan demikian, orang-orang yang beragama Islam, perkawinannya baru dinyatakan sah 1 Ahmad Rofiq, Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2000), 107. 2 Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan, (Citra Media Wacana), 8. 1

2 apabila dilakukan menurut hukum Islam. Selain itu, terdapat keharusan pencatatan menurut peraturan dan perundangan yang berlaku. Pencatatan setiap perkawinan sama halnya dengan pencatatan suatu peristiwa hukum dalam kehidupan seseorang. Misalnya kelahiran dan kematian yang dinyatakan dalam daftar pencatatan yang disediakan khusus untuk hal-hal tersebut. Pencatatan tersebut perlu dilakukan untuk kepastian hukum. Oleh karena itu, perkawinan dan segala sesuatu yang berhubungan dengan hal tersebut yang terjadi sebelum UU No.1 Tahun 1974 ini berlaku dan dijalankan menurut peraturan perundangan yang lama adalah sah. 3 Dalam keadaan tertentu karena luasnya daerah atau besarnya jumlah penduduk yang perlu diberi pelayanan oleh Kantor Urusan Agama kecamatan baik dalam pelayanan nikah, talak, cerai dan rujuk maupun bimbingan agama Islam pada umumnya, menteri agama melalui Keputusan Menteri Agama Nomor 298 Tahun 2003 menetapkan adanya pemuka agama desa setempat yang ditunjuk untuk melakukan pembinaan kehidupan beragama Islam, berkoordinasi dengan instansi terkait dan lembaga yang ada dalam masyarakat maka dibentuk pejabat pembantu yang dinamakan Pembantu Pegawai Pencatat Nikah (P3N). Hal ini dilakukan untuk memperbaiki keadaan kelurahan terutama mengenai hal-hal yang berkaitan dengan agama, mengingat selanjutnya pemerintahan kelurahan makin lama semakin sempurna, maka ada pembagian kerja antara anggota 3 Moh.Idris Ramulyo, Hukum Perkawinan Islam suatu Analisis dari Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam, (Jakarta:1996, Bumi Aksara), 243.

3 anggota kelurahan tertentu agar kehidupan beragama penduduk terpelihara dengan baik. Diangkatnya Pembantu Pegawai Pencatat Nikah (P3N) sangat penting sekali dalam rangka pemerataan pelayanan terutama mengenai pelayanan pernikahan dalam masyarakat. Dalam suatu kecamatan kadang terdapat kelurahan yang banyak sekali jumlah penduduknya serta jauh dari kantor KUA, sehingga sulit sekali dijangkau oleh PPN apabila ada masyarakat yang hendak melangsungkan pernikahan. Oleh karena itu perlu sekali diangkat seorang pegawai pembantu. Pembantu Pegawai Pencatat Nikah (P3N) adalah Pemuka Agama Islam di Desa yang ditunjuk dan diberhentikan oleh Kepala Bidang Urusan Agama atau Bidang Urusan Agama Islam dan Penyelenggaraan Haji atau Bidang Bimas Islam dan penyelenggaraan haji atas nama Kepala Kantor Wilayah Kementrian Agama Propinsi berdasarkan usul Kepala Seksi Urusan Agama Islam dan penyelenggaraan haji atau Seksi Bimbingan masyarakat dan Penyelenggaraan Haji atau Seksi Bimbingan Masyarakat dan Kependidikan Agama Islam atas nama Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten atau kota setelah mendengar pendapat Bupati atau Walikota Daerah setempat. Dimana Pembantu Pegawai Pencatat Nikah (P3N) ini dapat mewakili tugas Pegawai Pencatat Nikah. 4 4 Peraturan Menteri Agama (PMA) Nomor 11 Tahun 2007 tentang Pencatatan Nikah pasal 3 ayat 1

4 Apabila di perhatikan Keputusan Menteri Agama Nomor 298 Tahun 2003 maka tugas pokok P3N adalah sebagai berikut : 1) Pembantu PPN di Luar Jawa, atas nama Pegawai Pencatat Nikah mengawasi nikah dan menerima pemberitahuan rujuk yang dilakukan menurut Agama Islam diwilayahnya. 2) Pembantu PPN di jawa, membantu mengantarkan anggota masyarakat yang hendak menikah ke Kantor Urusan Agama yang wilayahnya dan mendampinginya dalam pemeriksaan nikah dan rujuk. 3) Pembantu PPN di samping melaksanakan kewajiban pada butir 1 dan 2 berkewajiban pula melaksanakan tugas membina ibadah, melayani pelaksanaan ibadah sosial lainnya dan melaksanakan pembinaan kehidupan beragama untuk masyarakat Islam di wilayahnya termasuk membantu Badan Kesejahteraan Masjid (BKM), pembinaan Pengembangan Agama Islam (P2A), Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur an (LPTQ) dan Badan Penasehat, pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4). Pada Pasal 2 PMA Nomor 11 Tahun 2007 tentang Pencatatan Nikah, PPN adalah pejabat yang melakukan pemeriksaan persyaratan, pencatatan nikah/rujuk, pendaftaran cerai talak, cerai gugat, dan melakukan bimbingan perkawinan. PPN secara langsung dijabat oleh Kepala Kantor Urusan Agama Kecamatan, yang mana dalam melaksanakan tugasnya dapat diwakilkan oleh Penghulu atau Pembantu PPN. 5 5 Peraturan Menteri Agama (PMA) Nomor 11 Tahun 2007 tentang Pencatatan Nikah pasal 2.

5 Setelah turunnya surat edaran dari kementrian agama No kw.06.02/1/kp.01.2/160/2015 tentang pelaksanaan Instruksi Dirjen Bimas Islam Nomor DJ.II/I Tahun 2015 Tentang pengangkatan Pembantu Pegawai Pencatat Nikah (P3N) maka tugas Pembantu Pegawai Pencatat Nikah (P3N) dihapuskan dan menyerahkan sepenuhnya urusan pernikahan menjadi tanggung jawab penuh KUA. Dalam peraturan tersebut tidak dijelaskan secara terperinci mengenai porsi maupun hak - hak Pembantu Pegawai Pencatat Nikah (P3N), Sehingga tidak ada kejelasan mengenai nasib Pembantu Pegawai Pencatat Nikah (P3N) tersebut. Sebagian masyarakat terutama calon pengantin di wilayah KUA kecamatan candi belum mengetahui mengenai dihapuskannya Pembantu Pegawai Pencatat Nikah (P3N) sehingga masih saja mengurus berkas pernikahan melalui Pembantu Pegawai Pencatat Nikah (P3N) yang ada di desa, hal ini dikarenakan karena kurangnya informasi mengenai dihapuskannya Pembantu Pegawai Pencatat Nikah (P3N), disamping itu dikarenakan sulitnya mengisi berkas-berkas dan administrasi untuk pendaftaran menikah yang membutuhkan banyak waktu sehingga para calon pengantin memilih cara instan yaitu menyerahkan sepenuhnya urusan administrasi dan pendaftaran kepada Pembantu Pegawai Pencatat Nikah (P3N). Begitu pentingnya keberadaan Pembantu Pegawai Pencatat Nikah (P3N) dalam hal keagamaan terutama mengenai pengawasan, pendaftaran, pelaksanaan dan penyelenggaraan perkawinan sehingga menjadi tradisi di masyarakat ketika hendak melakukan perkawinan melakukan pendaftaran admistrasinya melalui P3N. Karena masih berpengaruhnya keberadaan P3N dalam mengakomodir

6 penyelenggaraan perkawinan tersebut, sampai sekarang P3N masih melakukan tugasnya meskipun kedudukannya sudah dihapuskan. Berdasarkan uraian permasalahan di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : Eksistensi Pembantu Pegawai Pencatat Nikah (P3N) Pasca Instruksi Dirjen Bimas Islam Nomor DJ.II/I Tahun 2015 Perspektif Keputusan Menteri Agama No 298 Tahun 2003 di KUA Kec. Candi Kab. Sidoarjo. B. Identifikasi dan Batasan Masalah 1. Identifikasi masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas terdapat beberapa masalah dalam penelitian ini. Adapun masalah-masalah tersebut dapat diidentifikasi sebagai berikut : a. Pengertian Pembantu Pegawai Pencatat Nikah (P3N). b. Peranan Pembantu Pegawai Pencatat Nikah (P3N) di KUA kec Candi. c. Instruksi Dirjen Bimas Islam Nomor DJ.II/I Tahun 2015 Tentang pengangkatan Pembantu Pegawai Pencatat Nikah (P3N). d. Implementasi Instruksi Dirjen Bimas Islam Nomor DJ.II/I Tahun 2015 Tentang pengangkatan Pembantu Pegawai Pencatat Nikah (P3N) di KUA kecamatan Candi kab Sidoarjo. e. Keputusan Menteri Agama No 298 Tahun 2003. f. Peraturan Menteri Agama (PMA) Nomor 11 Tahun 2007 tentang Pencatatan Nikah.

7 g. Eksistensi Pembantu Pegawai Pencatat Nikah (P3N) pasca Instruksi Dirjen Bimas Islam Nomor DJ.II/I Tahun 2015. h. Eksistensi Pembantu Pegawai Pencatat Nikah (P3N) Perspektif Keputusan Menteri Agama No 298 Tahun 2003. 2. Batasan masalah Untuk memudahkan pembahasan dalam tulisan ini, maka peneliti membatasi masalah dalam pembahasan ini dengan: a. Implementasi Instruksi Dirjen Bimas Islam Nomor DJ.II/I Tahun 2015 Tentang pengangkatan Pembantu Pegawai Pencatat Nikah (P3N) di KUA kecamatan Candi kab Sidoarjo. b. Eksistensi Pembantu Pegawai Pencatat Nikah (P3N) pasca Instruksi Dirjen Bimas Islam Nomor DJ.II/I Tahun 2015. c. Eksistensi Pembantu Pegawai Pencatat Nikah (P3N) Perspektif Keputusan Menteri Agama No 298 Tahun 2003. C. Rumusan masalah Berdasarkan uraian masalah diatas, maka dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana Implementasi Instruksi Dirjen Bimas Islam Nomor DJ.II/I Tahun 2015 di KUA kec Candi kab Sidoarjo?

8 2. Bagaimana Eksistensi Pembantu Pegawai Pencatat Nikah (P3N) Pasca Instruksi Dirjen Bimas Islam Nomor DJ.II/I Tahun 2015 di Kec. Candi Kab. Sidoarjo? 3. Bagaimana analisis terhadap eksistensi Pembantu Pegawai Pencatat Nikah (P3N) prespektif Keputusan Menteri Agama No 298 Tahun 2003? D. Kajian Pustaka Secara umum, kajian pustaka ini dilakukan supaya terlihat jelas tidak adanya pengulangan dalam penelitian masalah ini. Berikut akan dipaparkan beberapa skripsi yang membahas tentang pegawai pencatat nikah, di antaranya adalah: 1. Skripsi yang ditulis oleh Muhammad Iqbal Fakultas Syariah IAIN Sunan Ampel Surabaya 2003 yang berjudul Peran Pegawai Pencatat Nikah (PPN) dalam menunjang keabsahan suatu pernikahan di KUA kecamatan Banyuwangi. Skripsi ini membahas tentang peran PPN di KUA Banyuwangi apakah sudah sesuai peraturan perundang-undangan di indonesia. Dan dari hasil penelitian tersebut menyimpulkan bahwa peran PPN di KUA kecamatan banyuwangi belum sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku di indonesia yang dapat berakibat tidak sah nya suatu pernikahan. 6 6 Muhammad Iqbal, Peran Pegawai Pencatat Nikah (PPN) dalam menunjang keabsahan suatu pernikahan di KUA kecamatan Banyuwangi. (Skripsi IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2003).

9 2. Skripsi yang ditulis oleh Irawati Fauziah Fakultas Syariah IAIN Sunan Ampel Surabaya 2004 dengan judul Persepsi Masyarakat desa Mojojajar Kecamatan Kemlagi Kabupaten Mojokerto terhadap Peranan Pembantu PPN (modin) dalam proses pernikahan. Skripsi ini membahas tentang pandangan masyarakat desa Mojojajar kecamatan Kemlagi kabupaten Mojokerto terhadap peranan pembantu PPn dalam proses pernikahan dan menjelaskan faktor-faktor yang menyebabkan masyarakat desa Mojojajar menerima atau menolak terhadap peranan pembantu PPN dalam proses pernikahan. 7 3. Skripsi yang ditulis oleh Laila Umaroh Syariah IAIN Sunan Ampel Surabaya 2000 dengan judul Studi atas Is bat Nikah Akibat Perilaku PPN di Pengadilan Agama Tulungagung. Skripsi ini menjelaskan bahwa adanya Isbat nikah diakibatkan perilaku petugas PPN. Oleh karena itu, Pengadilan Agama mengesahkan pernikahan melalui Isbat nikah atas permohonan dari pasangan suami-istri yang sudah menikah ke hadapan PPN dan belum dicatat dalam akta nikah sehingga pasangan suami-istri tersebut tidak memiliki akta nikah. Dengan demikian, tujuan Isbat nikah adalah untuk mendapatkan akta nikah. 8 Adapun dalam pembahasan kali ini yang akan diteliti oleh penulis yaitu mengenai Eksistensi Pembantu Pegawai Pencatat Nikah (P3N) pasca Instruksi Dirjen Bimas Islam Nomor DJ.II/I Tahun 2015 dilihat dari Perspektif Keputusan 7 Irawati Fauziah, Persepsi Masyarakat desa Mojojajar Kecamatan Kemlagi Kabupaten Mojokerto terhadap Peranan Pembantu PPN (modin) dalam proses pernikahan. (Skripsi IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2004). 8 Laila Umaroh, Studi atas Is bat Nikah Akibat Perilaku PPN di Pengadilan Agama Tulungagung (Skripsi-- IAIN Sunan Ampel, Surabaya, 2000).

10 Menteri Agama No 298 Tahun 2003. Dalam penelitian ini akan dibahas mengenai eksistensi Pembantu Pegawai Pencatat Nikah (P3N) dan bagaimana status Pembantu Pegawai Pencatat Nikah (P3N) pasca adanya Instruksi Dirjen Bimas Islam Nomor DJ.II/I Tahun 2015 di KUA kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo, melihat betapa pentingnya keberadaan dan pengaruh Pembantu Pegawai Pencatat Nikah (P3N) di masyarakat. E. Tujuan Penelitian Berkaitan dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui Eksistensi Pembantu Pegawai Pencatat Nikah (P3N) Pasca Instruksi Dirjen Bimas Islam Nomor DJ.II/I Tahun 2015. 2. Untuk mengetahui Implementasi Instruksi Dirjen Bimas Islam Nomor DJ.II/I Tahun 2015 di KUA kec Candi kab Sidoarjo. 3. Untuk menganalisis Eksistensi Pembantu Pegawai Pencatat Nikah (P3N) Perspektif Keputusan Menteri Agama No 298 Tahun 2003. F. Kegunaan Hasil Penelitian 1. Aspek teoritis Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan menambah wawasan pemikiran di bidang hukum perkawinan, khususnya tentang pencatatan perkawinan.

11 2. Aspek praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi kepala KUA dalam melaksanakan tugasnya, serta bagi masyarakat yang akan melangsungkan perkawinan. G. Definisi Operasional Untuk memudahkan pemahaman mengenai judul skripsi di atas supaya jelas arah dan tujuannya, maka penulis memberikan penjelasan sebagai berikut : 1. Eksistensi berasal dari bahasa inggris yaitu excitence; dan dari bahasa latin existere yang artinya muncul, ada, timbul, memiliki keberadaan aktual, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) eksistensi diartikan sebagai keberadaan. Artinya, eksistensi menjelaskan tentang penilaian ada atau tidaknya pengaruh terhadap keberadaan seseorang tersebut. 9 Dalam skripsi eksistensi yang penulis maksud yaitu mengenenai bagaimana keberadaan P3N setelah adanya Instruksi Dirjen Bimas Islam Nomor DJ.II/I Tahun 2015 serta masih ada atau tidaknya pengaruh keberadaan P3N tersebut pasca Instruksi Dirjen Bimas Islam Nomor DJ.II/I Tahun 2015 di KUA kec Candi. 2. Implementasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah Pelaksanaan atau Penerapan. Didalam skripsi ini yang di maksud implementasi Instruksi Dirjen Bimas Islam Nomor DJ.II/I Tahun 2015 di KUA kec Candi kab Sidoarjo yaitu bagaimana penerapan dan pelaksanaan intruksi tersebut di KUA kec Candi. 9 http://kbbi.web.id/eksistensi

12 3. Pembantu Pegawai Pencatat Nikah (P3N) adalah Pemuka Agama Islam di Desa yang ditunjuk dan diberhentikan oleh Kepala Bidang Urusan Agama atau Bidang Urusan Agama Islam dan Penyelenggaraan Haji atau Bidang Bimas Islam dan penyelenggaraan haji atas nama Kepala Kantor Wilayah Kementrian Agama Propinsi berdasarkan usul Kepala Seksi Urusan Agama Islam dan penyelenggaraan haji atau Seksi Bimbingan masyarakat dan Penyelenggaraan Haji atau Seksi Bimbingan Masyarakat dan Kependidikan Agama Islam atas nama Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten atau kota setelah mendengar pendapat Bupati atau Walikota Daerah setempat. di suatu kelurahan yang membantu pegawai pencatat nikah (PPN) dalam rangka pemerataan pelayanan terutama mengenai pelayanan pernikahan dalam masyarakat. 10 4. Instruksi Dirjen Bimas Islam Nomor DJ.II/I Tahun 2015 adalah Peraturan perundang-undangan yang isinya memuat tentang pengangkatan Pembantu Pegawai Pencatat Nikah (P3N), sedangkan Keputusan Menteri Agama No 298 Tahun 2003 adalah peraturan perundang-undangan tentang pencatatan nikah dari Menteri Agama yang didalamnya memuat mengenai tugas dan fungsi Pembantu Pegawai Pencatat Nikah (P3N). Dari paparan diatas, maka definisi operasional dalam penelitian ini adalah penilaian terhadap ada tidaknya pengaruh keberadaan Pembantu Pegawai Pencatat Nikah (P3N) di KUA kec Candi kab Sidoarjo dalam bidang 10 Peraturan Menteri Agama (PMA) Nomor 11 Tahun 2007 tentang Pencatatan Nikah pasal 3 ayat 1

13 pelayanan terutama mengenai pelayanan pernikahan pasca Instruksi Dirjen Bimas Islam Nomor DJ.II/I Tahun 2015. H. Metode Penelitian 1. Data yang dikumpulkan Pengumpulan data merupakan langkah yang amat penting dalam penelitian. 11 Penulis mencoba mengumpulkan data-data yang relevan, agar dapat dipertanggung jawabkan. Adapun data tersebut adalah: a. Data tentang peraturan mengenai Pembantu Pegawai Pencatat Nikah (P3N) yang berlaku di indonesia. b. Data tentang pelaksanaan tugas Pembantu Pegawai Pencatat Nikah (P3N) di KUA kec Candi kab Sidoarjo. 2. Sumber data Sumber data dalam penelitian adalah asal-usul dari mana data penelitian tersebut diperoleh. Berdasarkan data yang akan dihimpun di atas, maka yang menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah: a. Sumber Primer merupakan informasi yang dikumpulkan penulis langsung dari sumbernya. 12 Adapun data primer terdiri atas : 1) Kepala KUA kecamatan Candi. 2) Pembantu Pegawai Pencatat Nikah (P3N). 11 HermawanWasito, Pengantar Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Umum, 12 Ibid. 1995), 69.

14 b. Sumber Sekunder, yaitu beberapa referensi yang mendukung terhadap sumber primer yang terdiri atas buku-buku yang membahas tentang Pembantu Pegawai Pencatat Nikah (P3N) dalam Peraturan Perundangundangan yang berlaku di Indonesia. Di antaranya adalah: 1) Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Citra Media Wacana. 2) Departemen Agama RI. Pedoman Pegawai Pencatat Nikah (PPN), Proyek Peningkatan Tenaga Keagamaan Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji. 3) Peraturan Bersama Menteri Agama dan Kepala Badan Kepegawaian Negara No. 20 Tahun 2005 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional penghulu dan Angka Kreditnya. 4) Surat Edaran Nomor : D/Kep. 002/02/1990 Tentang Pelaksanaan Peraturan Menteri Agama Negara RI No. 2 Tahun 1989 Tentang Pembantu Pegawai Pencatat Nikah. 5) Instruksi Dirjen Bimas Islam Nomor DJ.II/I Tahun 2015. 6) Surat edaran Kemenag No kw.06.02/1/kp.01.2/160/2015. 7) Keputusan Menteri Agama No 298 Tahun 2003. 8) Kompilasi Hukum Islam. 9) Surat dan Instruksi Dirjen Bimas Islam No. DJ.II/113 Tahun 2009 Penggunaan Dana peneriman Negara Bukan Pajak Nikah atau Rujuk Termasuk Penataan Pembantu Pegawai Pencatat Nikah.

15 10) Peraturan Menteri Agama (PMA) Nomor 11 Tahun 2007 tentang Pencatatan Nikah. 3. Teknik Pengumpulan Data a. Wawancara (interview) merupakan suatu kegiatan tanya jawab dengan tatap muka (face to face) antara pewawancara (interviewer) dengan yang diwawancarai (interviewe) tentang masalah yang diteliti, di mana pewawancara bermaksud memperoleh persepsi, sikap dan pola pikir dari yang diwawancarai yang relevan dengan masalah yang diteliti. 13 Tujuannya yaitu untuk mendapatkan informasi dengan cara bertanya langsung dan wawancara dengan Kepala KUA kec Candi kab Sidoarjo dan para Pembantu Pegawai Pencatat Nikah (P3N) tentang Eksistensi Pembantu Pegawai Pencatat Nikah (P3N) Pasca Instruksi Dirjen Bimas Islam Nomor DJ.II/I Tahun 2015 Perspektif Keputusan Menteri Agama No 298 Tahun 2003. b. Studi Dokumen merupakan salah satu cara pengumpulan data dalam suatu penelitian. Data-data yang dikumpulkan dengan teknik dokumentasi cenderung menggunakan data sekunder, baik dari buku-buku maupun dokumen lain yang berhubungan dengan penelitian. 14 Data sekunder diperoleh dengan cara mencari data dari beberapa Refrensi yang memuat tentang Pembantu Pegawai Pencatat Nikah (P3N), baik dari buku maupun dari peraturan-peraturan yang berlaku. 13 Masruhan, Metodologi Penelitian Hukum, (Surabaya: Hilal Pustaka, 2013), 237. 14 Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), 73.

16 4. Teknik Analisis Data Analisis data adalah proses mengatur urutan-urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian data. 15 Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah deskriptif analisis, yaitu menggambarkan fakta-fakta secara sistematis kemudian dilakukan analisis terhadap fakta-fakta tersebut, sehingga dapat ditarik simpulan. Peneliti menggunakan metode ini berusaha untuk memaparkan fakta-fakta yang berkaitan dengan Eksistensi Pembantu Pegawai Pencatat Nikah (P3N) Pasca Instruksi Dirjen Bimas Islam Nomor DJ.II/I Tahun 2015 Perspektif Keputusan Menteri Agama No 298 Tahun 2003 kemudian data tersebut dianalisis dengan pola pikir deduktif, yaitu metode yang diawali dengan mengemukakan kenyataan-kenyataan yang bersifat umum berkenaan dengan eksistensi Pembantu Pegawai Pencatat Nikah (P3N) yang kemudiaan di tinjau dari Perspektif Keputusan Menteri Agama No 298 Tahun 2003 untuk selanjutnya diambil kesimpulan. I. Sistematika Pembahasan Untuk mempermudah alur pembahasan dalam skripsi ini maka sistematika pembahasan disusun sebagai berikut: Bab pertama merupakan pendahuluan yang terdiri dari, latar belakang masalah, identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah, kajian pustaka, 15 Lexy. J Moelong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, Cet. XXVI, 2009), 248.

17 tujuan penelitian, kegunaan hasil penelitian, definisi operasional, metode penelitian dan sistematika pembahasan. Bab kedua memuat tentang landasan teori, yaitu tentang pengertian dan dasar hukum perkawinan, syarat dan rukun perkawinan, pencatatan perkawinan serta hal-hal yang berkaitan dengan kewenangan dan tugas - tugas Pembantu Pegawai Pencatat Nikah (P3N). Bab ketiga merupakan data penelitian, yakni menjelaskan tentang profil KUA kecamatan Candi, Pegawai pencatat nikah (PPN), Pembantu Pegawai Pencatat Nikah (P3N) di KUA kecamatan Candi dan eksistensi Pembantu Pegawai Pencatat Nikah (P3N). Bab keempat merupakan analisis data, yaitu menganalisis Eksistensi Pembantu Pegawai Pencatat Nikah (P3N) Pasca Instruksi Dirjen Bimas Islam Nomor DJ.II/I Tahun 2015 Perspektif Keputusan Menteri Agama No 298 Tahun 2003. Bab kelima merupakan penutup, yang berisi kesimpulan dan saran.