REVIEW HASIL CEK LAPANGAN PEMETAAN RUPABUMI INDONESIA (RBI) SKALA 1:25

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN TEKNIS KETELITIAN PETA DASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

ATURAN TOPOLOGI UNTUK UNSUR PERAIRAN DALAM SKEMA BASIS DATA SPASIAL RUPABUMI INDONESIA

Analisis Ketelitian Geometric Citra Pleiades 1A untuk Pembuatan Peta Dasar Lahan Pertanian (Studi Kasus: Kecamatan Socah, Kabupaten Bangkalan)

EKSTRAKSI GARIS PANTAI MENGGUNAKAN HYPSOGRAPHY TOOLS

Survei: Sebuah Perjalanan Mengenal Nusantara

PENGGUNAAN CITRA SATELIT RESOLUSI TINGGI UNTUK PEMBUATAN PETA DASAR SKALA 1:5.000 KECAMATAN NGADIROJO, KABUPATEN PACITAN

Analisa Ketelitian Geometric Citra Pleiades Sebagai Penunjang Peta Dasar RDTR (Studi Kasus: Wilayah Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur)

Status Data RBI Skala 1: dan 1: Tahun Pusat Pemetaan Rupabumi dan Toponim Badan Informasi Geospasial KEBIJAKAN SATU PETA

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

III. BAHAN DAN METODE

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

Mekanisme Persetujuan Peta untuk RDTR. Isfandiar M. Baihaqi Diastarini Pusat Pemetaan Tata Ruang dan Atlas Badan Informasi Geospasial

III. BAHAN DAN METODE

Analisa Ketelitian Planimetris Citra Quickbird Guna Menunjang Kegiatan Administrasi Pertanahan (Studi Kasus: Kabupaten Gresik, 7 Desa Prona)

Analisis Ketelitian Geometric Citra Pleiades 1B untuk Pembuatan Peta Desa (Studi Kasus: Kelurahan Wonorejo, Surabaya)

OUTLOOK. Pusat Tata Ruang dan Atlas 2017

MEMBACA DAN MENGGUNAKAN PETA RUPABUMI INDONESIA (RBI)

PROSES REKOMENDASI BIG LAMPIRAN PETA RDTR PUSAT PEMETAAN TATA RUANG DAN ATLAS, BIG

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

OUTLOOK PUSAT PEMETAAN RUPABUMI DAN TOPONIM

Gasetir Sebagai Bagian Kekayaan Budaya Bangsa

BAB IV PENGOLAHAN DATA

Jurnal Geodesi Undip Oktober 2015

ANALISIS KETINGGIAN MODEL PERMUKAAN DIGITAL PADA DATA LiDAR (LIGHT DETECTION AND RANGING) (Studi Kasus: Sei Mangkei, Sumatera Utara)

Jurnal Geodesi Undip Januari 2014

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

SISTEM INFORMASI GEOSPASIAL DESA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.59/Menhut-II/2013 TENTANG TATA CARA PENETAPAN BATAS DAERAH ALIRAN SUNGAI

Stereokompilasi Unsur Rupabumi Skala 1: Menggunakan Data TerraSAR-X dan Citra SPOT-6

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Geodesi dan Keterkaitannya dengan Geospasial

Bab IV Analisis Hasil Penelitian. IV.1 Analisis Data Titik Hasil Pengukuran GPS

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE

KEPUTUSAN KERALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 51 TAHUN 2014 TENTANG. KELAS JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL Dl LINGKUNGAN BADAN INFORMASI GEOSPASIAL

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pembuatan Tampilan 3D DEM SRTM

Pemetaan Desa. Untuk Percepatan Pembangunan Desa dan Kawasan Perdesaan. Prof. Hasanudin Z. Abidin Kepala Badan Informasi Geospasial

JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK SATUAN TARIF (Rp) 1) Skala 1:10.000, 7 (tujuh) layer Per Nomor (NLP) ,00. Per Km² 20.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

3 METODE. Lokasi dan Waktu Penelitian

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

III. METODOLOGI PENELITIAN

Bab III Pelaksanaan Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

BADAN INFORMASI GEOSPASIAL : B.84/BIG/DIGD/HK/08/2012 TANGGAL :13 AGUSTUS Standard Operating Procedures tentang Pengelolaan Data Batas Wilayah

PERATURAN BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PEMETAAN WILAYAH MASYARAKAT HUKUM ADAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

III. BAHAN DAN METODE. Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3 dan Tabel 4.

LAPORAN PRAKTIKUM MATA KULIAH PENGOLAHAN CITRA DIGITAL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KETELITIAN CITRA SATELIT QUICK BIRD UNTUK PERANCANGAN PRASARANA WILAYAH

Dr. ir. Ade Komara Mulyana Pusat Pemetaan Rupabumi dan Toponim. BADAN INFORMASI GEOSPASIAL

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (Juni, 2013) ISSN:

BADAN INFORMASI GEOSPASIAL PUSAT PEMETAAN RUPABUMI DAN TOPONIM JL. Raya Bogor KM. 46, Cibinong Bogor 16911, Indonesia Telp/Fax.

KAJIAN CITRA RESOLUSI TINGGI WORLDVIEW-2

Gambar 1. Lokasi Penelitian

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Aplikasi Penginderaan Jauh Untuk Monitoring Perubahan Ruang Terbuka Hijau (Studi Kasus : Wilayah Barat Kabupaten Pasuruan)

C I N I A. Survei dan Pemetaan Untuk Perencanaan Jaringan Gas Bumi Bagi Rumah Tangga Menggunakan Metode Terrestrial dan Fotogrametri Jarak Dekat

(BIG) Jl. Raya Jakarta-Bogor KM. 46. Cibinong Telepon. (021) Faksimile. (021) PO. Box. 46 CBI

III. METODOLOGI. Gambar 2. Peta Orientasi Wilayah Penelitian. Kota Yogyakarta. Kota Medan. Kota Banjarmasin

III. METODE PENELITIAN

Jurnal Geodesi Undip Oktober 2015

Pemetaan Potensi Batuan Kapur Menggunakan Citra Satelit Landsat 8 di Kabupaten Tuban

METODOLOGI. Tempat dan Waktu

Isfandiar M. Baihaqi

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

Jurnal Geodesi Undip Juli 2017

METODOLOGI. Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian

PDF Compressor Pro BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

PELAKSANAAN PARTICIPATORY MAPPING (PM) ATAU PEMETAAN PARTISIPATIF

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Analisis Interpretasi dan Klasifikasi Citra. Tabel 4.1 Titik kontrol GCP dan nilai RMS

BAB IV METODE PENELITIAN

Bab IV Analisis dan Pembahasan

HASIL DAN PEMBAHASAN

PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR PENGELOLAAN DATA DAN INFORMASI GEOSPASIAL INFRASTRUKTUR

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print) G165

JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran

Studi Penentuan Aliran Hidrologi Metode Steepest slope dan Lowest height dengan ASTER GDEMV2 dan ALOS PALSAR (Studi Kasus: Gunung Kelud, Jawa Timur)

Perbandingan Penentuan Volume Suatu Obyek Menggunakan Metode Close Range Photogrammetry Dengan Kamera Non Metrik Terkalibrasi Dan Pemetaan Teristris

MENGGAGAS METODE & LEMBAGA PEMERINGKATAN DATA SPASIAL

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bahan dan alat yang dibutuhkan dalam interpretasi dan proses pemetaan citra

BAB IV ANALISIS 4.1 Analisis Terhadap Citra Satelit yang digunakan 4.2 Analisis Terhadap Peta Rupabumi yang digunakan

UJI KETELITIAN DATA KEDALAMAN PERAIRAN MENGGUNAKAN STANDAR IHO SP-44 DAN UJI STATISTIK (Studi Kasus : Daerah Pantai Barat Aceh)

ANALISA PERUBAHAN POLA DAN TATA GUNA LAHAN SUNGAI BENGAWAN SOLO dengan menggunakan citra satelit multitemporal

Mekanisme Penyelenggaraan Citra Satelit Tegak Resolusi Tinggi Sesuai Inpres Nomor 6 Tahun 2012

Studi Penentuan Aliran Hidrologi Metode Steepest Slope dan Lowest Height dengan Aster GDEMV2 dan Alos Palsar (Studi Kasus: Gunung Kelud, Jawa Timur)

Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah (ATPW), Surabaya, 11 Juni 2015, ISSN

PENGUKURAN GROUND CONTROL POINT UNTUK CITRA SATELIT CITRA SATELIT RESOLUSI TINGGI DENGAN METODE GPS PPP

II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Ayat (1) Huruf a Cukup jelas. Huruf b...

Transkripsi:

REVIEW HASIL CEK LAPANGAN PEMETAAN RUPABUMI INDONESIA (RBI) SKALA 1:25.000 BERDASARKAN PERATURAN KEPALA BIG NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG KETELITIAN PETA DASAR (Studi Kasus: Pekerjaan Pemetaan RBI Aceh Paket 8 Tahun 2014) Danang Budi Susetyo, Aji Putra Perdana Pusat Pemetaan Rupabumi dan Toponim Badan Informasi Geospasial (BIG) Jl. Raya Jakarta-Bogor Km. 46 Cibinong, Jawa Barat, Indonesia 16911 email:susetyodanang@gmail.com Abstrak Pusat Pemetaan Rupabumi dan Toponim Badan Informasi Geospasial (PPRT-BIG) mempunyai kegiatan pemetaan RBI wilayah Aceh pada tahun 2014 yang dibagi dalam beberapa paket pekerjaan. Pemetaan RBI wilayah Aceh bertujuan untuk memenuhi kebutuhan peta RBI skala menengah wilayah Sumatera. Hasil pemetaan RBI diharapkan menyajikan informasi geospasial terkini dan dapat dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu, dalam kegiatan Pemetaan RBI terdapat kegiatan cek lapangan yang mencakup cek akurasi geometri dan verifikasi penutup lahan. Cek akurasi geometri adalah melakukan perbandingan antara koordinat pada peta manuskrip dan koordinat hasil pengukuran GPS di lokasi yang sama, sedangkan verifikasi penutup lahan adalah melakukan perbandingan penutup lahan antara hasil tahapan stereoplotting dengan penutup lahan yang dicek langsung di lapangan. Kegiatan cek lapangan ini semakin penting dan diperkuat dengan lahirnya Peraturan Kepala Badan Informasi Geospasial Nomor 15 Tahun 2014 (Perka BIG No. 15 Tahun 2014). Perka BIG No. 15 Tahun 2014 mengatur pedoman teknis mengenai syarat dan ketentuan dalam standar ketelitian peta dasar. Ketelitian yang diatur dalam peraturan tersebut adalah ketelitan geometri dan ketelitian atribut/semantik. Tulisan ini membahas review hasil cek lapangan yang merupakan bagian dari survei kelengkapan lapangan (SKL) untuk pekerjaan paket 8 yang meliputi wilayah Kabupaten Aceh Barat Daya dan sebagian Kabupaten Gayolues. Hasil cek lapangan diperoleh perhitungan cek geometri dengan RMSE horizontal senilai 2,775 m, sehingga nilai CE90 yang dihasilkan adalah 4,211 m, sedangkan secara atribut/semantik, ketelitian atribut penutup lahan adalah senilai 69,5%. Nilai hasil cek geometri pada pekerjaan pemetaan RBI Aceh paket 8 menunjukkan hasil uji akurasi yang masuk ke dalam ketelitian geometri yang ditentukan dalam Perka BIG No. 15 Tahun 2014 yaitu pada ketelitian kelas 1 (0,2 mm x bilangan skala). Nilai hasil verifikasi penutup lahan menunjukkan angka di bawah 85%, yang dapat disebabkan oleh kesalahan dalam interpretasi obyek saat tahapan stereoplotting, sehingga perlu perbaikan atribut pada peta RBI pasca kegiatan lapangan sesuai dengan kondisi penutup lahan di lapangan. Kata Kunci: Peta RBI, ketelitian peta dasar, akurasi geometri, Aceh paket 8 PENDAHULUAN Latar Belakang Undang-Undang No. 4 Tahun 2011 mengamanatkan peta Rupabumi Indonesia (RBI) skala menengah diselenggarakan salah satunya pada skala 1:25.000. Untuk melaksanakan tugas tersebut, pada tahun 2014 Pusat Pemetaan Rupabumi dan Toponim Badan Informasi Geospasial (PPRT-BIG) mempunyai kegiatan pemetaan RBI wilayah Aceh yang dibagi dalam beberapa paket pekerjaan. Pemetaan RBI wilayah Aceh bertujuan untuk memenuhi kebutuhan peta RBI skala menengah wilayah Sumatera. Hasil pemetaan RBI diharapkan menyajikan informasi geospasial terkini dan dapat dipertanggungjawabkan. Salah satu indikator sebuah peta dapat dipertanggungjawabkan adalah mempunyai tingkat akurasi yang sesuai dengan kebutuhan tiap skala, sehingga dapat digunakan dalam perencanaan pembangunan. Oleh karena itu, dalam kegiatan pemetaan RBI terdapat kegiatan cek lapangan yang mencakup cek akurasi geometri dan verifikasi penutup lahan, dimana keduanya adalah bagian dari survei kelengkapan lapangan (SKL). Cek akurasi geometri adalah melakukan perbandingan antara koordinat pada peta manuskrip dan koordinat hasil pengukuran GPS di lokasi yang sama, sedangkan verifikasi penutup lahan adalah melakukan perbandingan penutup lahan antara hasil tahapan stereoplotting dengan 105

Prosiding Vol. 01, 2014 penutup lahan yang dicek langsung di lapangan. Cek akurasi geometri dilakukan dengan mengambil beberapa titik sampel yang dapat diidentifikasi dengan jelas di atas peta seperti persimpangan jalan atau pojok bangunan untuk dilakukan pengukuran GPS (PPRT BIG, 2014). Melalui perbandingan hasil pengukuran lapangan dan identifikasi di peta, kita dapat menghitung Root Mean Square Error (RMSE) dari pengukuran tersebut. Pada verifikasi penutup lahan, dari perbandingan penutup lahan antara hasil tahapan stereoplotting dengan penutup lahan yang dicek langsung di lapangan dapat dihitung prosentase ketelitian atribut untuk fitur penutup lahan. Kegiatan cek lapangan ini semakin penting dan diperkuat dengan lahirnya Peraturan Kepala Badan Informasi Geospasial Nomor 15 Tahun 2014 (Perka BIG No. 15 Tahun 2014). Perka BIG No. 15 Tahun 2014 mengatur pedoman teknis mengenai syarat dan ketentuan dalam standar ketelitian peta dasar. Ketelitian yang diatur dalam peraturan tersebut adalah ketelitan geometri dan ketelitian atribut/semantik. Ketelitian geometri merupakan nilai yang menggambarkan ketidakpastian koordinat posisi suatu objek pada peta dibandingkan dengan koordinat posisi objek hasil pengukuran lapangan, sedangkan ketelitian atribut/semantik adalah nilai yang menggambarkan tingkat kesesuaian sebuah objek di peta dengan atribut sebenarnya yang didapatkan dari hasil survei kelengkapan lapangan. Melaluicek akurasi geometri, didapatkan nilai RMSE yang merupakan akar kuadrat dari ratarata kuadrat selisih antara nilai koordinat data dengan nilai koordinat dari hasil pengukuran lapangan. Nilai RMSE itu dijadikan dasar dalam perhitungan ketelitian peta yang dinotasikan sebagai Circular Error 90% (CE90), yaitu ukuran ketelitian geometrik horizontal yang didefinisikan sebagai radius lingkaran yang menunjukkan 90% kesalahan atau perbedaan posisi horizontal objek di peta dengan posisi yang dianggap sebenarnya tidak lebih besar dari radius tersebut. Nilai CE90 inilah yang tidak boleh lebih besar dari ketelitian geometri yang ditetapkan untuk masing-masing skala, dimana dalam Perka BIG No. 15 Tahun 2014 ketelitian geometri dibagi dalam tiga kelas, yaitu kelas 1 (0,2 mm x bilangan skala), kelas 2 (0,3 mm x bilangan skala), dan kelas 3 (0,5 mm x bilangan skala). Untuk ketelitian atribut/semantik, dalam Perka BIG No. 15 Tahun 2014 telah ditetapkan ketelitian minimum untuk masing-masing unsur rupabumi. Pada unsur penutup lahan misalnya, ketelitian yang dihasilkan tidak boleh kurang dari 85%. Ketelitian unsur rupabumi merupakan prosentase dari total jumlah benar semua unsur terhadap total jumlah semua unsur yang diuji. Tujuan Membahas review hasil cek lapangan berupa cek akurasi geometri dan verifikasi penutup lahan dan dikorelasikan dengan ketelitian peta dasar yang diatur dalam Peraturan Kepala BIG No. 15 Tahun 2014 tentang ketelitian peta dasar. Lokasi Kajian Data yang digunakan adalah data hasil survei kelengkapan lapangan pemetaan RBI Aceh paket 8 tahun 2014 yang meliputi Kabupaten Aceh Barat Daya dan sebagian Kabupaten Gayolues, yang dapat digambarkan sebagai berikut: 106

Gambar 1. Lokasi kajian METODE Data dan Peralatan - Data Data yang digunakan dalam kajian ini adalah: 1. Peta manuskrip, yaitu peta hasil stereoplotting yang digunakan dalam SKL. 2. Data koordinat titik sampel di peta manuskrip. 3. Data penutup lahan pada titik sampel hasil interpretasi citra optis. - Peralatan Peralatan yang digunakan dalam kajian ini adalah GPS handheld. Metode Kajian Uji cek lapangan dalam pemetaan RBI skala 1:25.000 dilakukan dengan metode sebagai berikut: 107

Prosiding Vol. 01, 2014 Tahap Pembuatan Peta RBI Cek Lapangan Persiapan Mulai Stereoplotting Penentuan Lokasi Titik Sampel Peta Manuskrip Hasil Stereoplotting Pembentukan DTM dan Kontur Cek Akurasi Geometri Verifikasi Penutup Lahan Tidak Survei Kelengkapan Lapangan Perhitungan Koordinat Titik Sampel di Peta Interpretasi Penutup Lahan dari Citra Optis Entry Data Lapangan Lokasi dapat Diukur? Edgematching dan Penyelerasan Data Ya Pengukuran Titik Sampel di Lapangan Validasi Topologi Perhitungan RMSE dan CE90 Perhitungan Ketelitian Atribut Penutup Lahan Pembuatan Gasetir Tidak Penyajian Peta Rupabumi Indonesia Merujuk pada Perka BIG No. 15 Th. 2014 Masuk dalam Ketelitian? Pelaporan Ya Selesai Gambar 2. Metode kajian PEMBAHASAN 1. Penentuan lokasi titik sampel Jumlah sampel dalam cek lapangan minimal lima titik sampel per NLP untuk tiap kegiatan cek akurasi geometri dan verifikasi penutup lahan. Titik sampel tersebut sedapat mungkin terdistribusi merata dalam setiap NLP. Jika dalam satu NLP kondisinya tidak memungkinkan untuk melakukan distribusi titik sampel yang ideal, maka penempatan titik sampel dapat dilakukan pada bagian lain di NLP tersebut, dan jika masih tidak dapat dilakukan penempatan lima titik sampel 108

karena tutupan lahan yang tidak memungkinkan maka titik sampel dapat ditempatkan pada NLP lain yang masih terdapat dalam satu paket pekerjaan. Penempatan titik sampel harus mudah diidentifikasi agar diperoleh hasil pengukuran yang akurat. Titik tersebut harus ditempatkan di tempat yang memiliki objek dengan geometri yang menonjol seperti pada persimpangan jalan atau pojok bangunan. Lokasi titik tersebut di atas peta selanjutnya didokumentasikan dalam sebuah formulir cek lapangan yang di dalamnya juga berisi koordinat, sketsa, dan foto objek yang diukur. Untuk formulir verifikasi penutup lahan, di dalamnya terdapat informasi koordinat, unsur peta RBI hasil interpretasi citra optis, dan unsur peta RBI yang didapatkan dari hasil SKL. Jika titik sampel tidak dapat diukur di lokasi yang direncanakan karena faktor tertentu, maka dapat dilakukan pemindahan lokasi titik sampel dengan mencantumkan keterangan yang menunjukkan lokasi pemindahan serta alasan pemindahan titik sampel ke lokasi lain. Gambar 3. Contoh keterangan pemindahan lokasi titik sampel 2. Perhitungan koordinat titik sampel dan penentuan unsur RBI di peta Setelah titik sampel sudah ditentukan, selanjutnya kita perlu menghitung koordinat titik-titik tersebut di atas peta hasil stereoplotting dalam sistem koordinat UTM. Koordinat tersebut dicantumkan dalam formulir yang sama dengan formulir yang digunakan untuk menempatkan lokasi titik sampel. Koordinat ini yang nantinya dibandingkan dengan koordinat hasil pengukuran GPS di lapangan. Untuk verifikasi penutup lahan, titik sampel yang sudah dipilih dilakukan interpretasi penutup lahannya berdasarkan citra optis yang digunakan. Penutup lahan hasil interpretasi tersebut selanjutnya dibandingkan dengan penutup lahan yang dicek langsung di lapangan. 3. Pengukuran dan pengecekan titik sampel di lapangan Tahap selanjutnya dari uji akurasi ini adalah pengukuran titik sampel di lapangan. Titik sampel diukur pada lokasi yang sudah direncanakan di atas peta. Sebelum melakukan pengukuran, surveyor harus terlebih dahulu membuat sketsa lokasi titik dengan memperhatikan objek-objek penting di sekitar lokasi pengukuran. Selanjutnya koordinat titik sampel diukur dengan GPS handheld dan hasilnya dimasukkan ke dalam formulir cek lapangan. Dalam kegiatan pengukuran titik sampel, surveyor juga harus mengambil foto dari 109

Prosiding Vol. 01, 2014 lokasi titik sampel yang diukur. Foto lokasi diambil dari empat arah, yaitu utara, selatan, barat, dan timur. Untuk kepentingan dokumentasi pengukuran, surveyor juga harus mencantumkan nama surveyor yang melakukan pengukuran serta tanggal dilaksanakan pengukuran. Gambar 4. Contoh form isian pengukuran titik sampel Verifikasi penutup lahan menghasilkan dua unsur penutup lahan, yaitu penutup lahan yang didapatkan dari peta manuskrip dan penutup lahan yang didapatkan dari SKL, seperti pada gambar di bawah ini. 110

Gambar 5. Contoh hasil verifikasi penutup lahan 4. Perhitungan CE90 (Circular Error 90%) dan ketelitian atribut penutup lahan Perka BIG No. 15 Tahun 2014 mengatur ketelitian geometri peta dengan menggunakan nilai RMSE dan CE90. Nilai RMSE horizontal diperoleh dari rumus sebagai berikut: RMSE horizontal = = Kajian ini menggunakan 154 titik sampel dan tersebar di seluruh NLP yang memungkinkan untuk diukur. Dari hasil perhitungan didapatkan nilai D 2 = 182645,976 m, sehingga nilai RMSE yang dihasilkan adalah RMSE horizontal = = 2,775 m. Setelah nilai RMSE diketahui, dapat dilakukan perhitungan CE90 dengan rumus sebagai berikut: CE90 = 1,5175 x RMSE horizontal Sehingga nilai CE90 adalah CE90 = 1,5175 x 2,775 = 4,211 m. Untuk verifikasi penutup lahan digunakan 141 titik sampel. Ketelitian atribut didapatkan dengan rumus sebagai berikut: Ketelitian data unsur rupabumi = x 100% Sehingga pada kajian ini didapatkan ketelitian unsur penutup lahan sebagai berikut: Ketelitian unsur penutup lahan = x 100% = 69,5% 5. Membandingkan dengan Perka BIG No. 15 Tahun 2014 111

Prosiding Vol. 01, 2014 Ketelitian geometri horizontal peta RBI dibagi dalam tiga kelas sebagai berikut. Tabel 1. Ketentuan ketelitian geometri peta RBI berdasarkan kelas Kelas 1 Kelas 2 Kelas 3 0,2 mm x bilangan skala 0,3 mm x bilangan skala 0,5 mm x bilangan skala Peta RBI memenuhi ketelitian jika nilai CE90 yang dihasilkan tidak lebih besar dari ketentuan ketelitian yang dicantumkan pada tabel 1 dengan tingkat kepercayaan 90%. Pada kajian ini dihasilkan nilai CE90 = 4,211 m, sehingga hasil uji akurasi dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 2. Hasil uji CE90 Ketelitian Peta Skala 1:25.000 Hasil Uji CE90 Kelas 1 Kelas 2 Kelas 3 4,211 5,0 7,5 12,5 Hasil tersebut menunjukkan nilai CE90 lebih kecil dari nilai ketelitian untuk kelas 1, sehingga dapat disimpulkan peta RBI skala 1:25.000 yang dihasilkan memenuhi standar ketelitian peta dasar, yaitu pada ketelitian kelas 1. Ketelitian atribut/semantik diklasifikasikan per unsur dengan prosentase sebagai berikut: Tabel 3. Ketelitian atribut/semantik unsur rupabumi Uji Ketelitian Atribut Ketelitian a. Garis pantai Sesuai Ketelitian Geometri Peta b. Hipsografi Sesuai Ketelitian Geometri Peta c. Perairan 85% d. Nama rupabumi 90% e. Batas wilayah 90% f. Transportasi dan utilitas 90% g. Bangunan dan fasilitas umum 85% h. Penutup lahan 85% Berdasarkan tabel tersebut, dapat diketahui bahwa ketelitian data hasil verifikasi penutup lahan tidak masuk dalam ketelitian minimal yang dicantumkan dalam Perka BIG No. 15 Tahun 2014. Untuk keperluan analisis, dapat digunakan ketelitian individu seperti pada tabel di bawah ini. Tabel 4. Rekapitulasi verifikasi penutup lahan 112

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa ketelitian individu paling kecil terdapat pada penutuplahanpemukimandantegalan/ladang. Hal tersebut dapat disebabkan perubahan penggunaan lahan karena citra optis yang digunakan adalah citra SPOT 6 tahun 2013, sehingga ada kemungkinan perubahan lahan dari perkebunan dan tanah kosong menjadi pemukiman dalam rentang waktu satu tahun. Faktor lainnya adalah kesalahan interpretasi citra oleh operator, seperti penutup lahan tegalan/ladang yang diintrepretasi sebagai sawah atau semak belukar karena kemiripan polanya. Nilai hasil verifikasi penutup lahan menunjukkan angka di bawah 85%, sehingga perlu perbaikan atribut pada peta RBI pasca kegiatan lapangan sesuai dengan kondisi penutup lahan di lapangan. PENUTUP Ketelitian peta dasar diatur dalam Peraturan Kepala BIG No. 15 Tahun 2014, yang mencakup ketelitian geometri dan atribut/semantik. Ketelitian geometri pada dasarnya adalah membandingkan koordinat yang didapatkan di atas peta dengan koordinat hasil pengukuran di lapangan dengan GPS, sedangkan ketelitian atribut/semantik adalah membandingkan unsur rupabumi yang didapatkan dari hasil stereoplotting dengan hasil SKL. Peta dasar dapat dikatakan memenuhi syarat jika ketelitian yang dihasilkan tidak lebih kecil dari ketelitian peta dasar yang diatur dalam Perka BIG No. 15 Tahun 2014. Kajian ini menggunakan 154 titik sampel untuk cek geometri dan 141 titik sampel untuk verifikasi penutup lahan dari kegiatan pemetaan RBI 1:25.000 Aceh paket 8. Hasil perhitungan cek geometri menunjukkan nilai RMSE horizontal = 2,775 m, sehingga didapatkan nilai CE90 = 4,211 m, sedangkan hasil verifikasi penutup lahan menunjukkan ketelitian atribut penutup lahan adalah 69,5%. Hasil cek geometri menunjukkan nilai tersebut masuk dalam standar ketelitian peta dasar yaitu pada kelas 1, sedangkan hasil verifikasi penutup lahan menunjukkan ketelitian penutup lahan berada di bawah ketelitian atribut yang disyaratkan dalam Perka No. 15 Tahun 2014, sehingga perlu perbaikan atribut pada peta RBI pasca kegiatan lapangan sesuai dengan kondisi penutup lahan di lapangan. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Pusat Pemetaan Rupabumi dan Toponim Badan Informasi Geospasial (PPRT-BIG) dan PT Ushakindo Jaya Konsultan KSO PT Wikom Geoinformatika selaku pelaksana pekerjaan pemetaan RBI Aceh paket 8. DAFTAR PUSTAKA 1. Badan Informasi Geospasial. Peraturan Kepala Badan Informasi Geospasial Nomor 15 Tahun 2014 tentang Pedoman Teknis Ketelitian Peta Dasar. 2. Indonesia. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2013 tentang Ketelitian Peta Rencana Tata Ruang 3. Indonesia. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial. 4. PPRT-BIG. 2014. Kerangka Acuan Kerja Pekerjaan Pemetaan Rupabumi Skala 1:25.000. Pusat Pemetaan Rupabumi dan Toponim Badan Informasi Geospasial. Bogor. 113