BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prevalensi kehamilan tidak direncanakan bervariasi di masing-masing negara, European Society Of Contraception and Reproductive Health (ESC-RH) dan Federation International of Gynekology and Obstetrics (FIGO) pada tahun 2008 melaporkan perbandingan antara jumlah seluruh kehamilan dengan kehamilan tidak direncanakan. Di seluruh dunia dari 208,2 juta kehamilan terdapat 41% dengan kehamilan tidak direncanakan, di Eropa dari 13,21 juta kehamilan 44% kehamilan yang tidak direncanakan, Amerika Utara dari 72 juta kehamilan 48% tidak direncanakan, Amerika Latin dari 17,1 juta kehamilan ada 39% hamil tidak direncanakan, Oceania 0,9 juta ada 37% dan Asia dari 118,8 juta kehamilan terdapat 38% dengan kehamilan tidak direncanakan. Di Indonesia bedasarkan data Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) bahwa diantara sepuluh wanita hamil terdapat satu kehamilan tidak direncanakan, 7% kehamilan tidak tepat waktu dan 7% kehamilan tidak diinginkan (BPS et al., 2013). Kehamilan sebaiknya telah direncanakan sebelum terjadi pembuahan (konsepsi), dengan tujuan untuk meningkatkan derajad kesehatan ibu dan anak karena kondisi ibu sebelum dan selama kehamilan sangat menentukan kondisi bayinya (Kemenkes, 2015), Parisa et al. (2014), menyatakan bahwa kehamilan tidak direncanakan, memiliki kemungkinan untuk meningkatkan perilaku yang merugikan kesehatan. Ada perbedaan signifikan antara ibu yang merencanakan kehamilan dengan yang tidak merencanakan kehamilan dalam melakukan konsultasi sebelum kehamilan. Wanita dengan kehamilan direncanakan akan memulai perawatan kehamilan lebih awal. Konsumsi asam folat dan tablet besi pada kehamilan yang direncanakan akan lebih awal dan teratur dibandingkan dengan yang tidak direncanakan. Penambahan berat badan pada kelompok kehamilan yang direncanakan akan lebih baik daripada kelompok kehamilan yang tidak direncanakan. 1
2 Wanita dengan kehamilan tidak direncanakan akan terlambat untuk melakukan pemeriksaan kehamilan (Gebremeskel et al., 2015), sehingga akan mengakibatkan konsumsi asam folat pada trimester pertama kurang memadai yang berisiko terjadi kecacatan tabung syaraf (spina bifida) pada bayi (Strohle and Bohn, 2015), dan konsumsi tablet besi kurang memadai yang berakibat anemia, apabila terjadi pada trimester pertama berisiko tinggi terjadi bayi lahir dengan kecil untuk masa kehamilan OR 2,2, 95% CI; 1,1-4), kondisi ini akan meningkatkan kejadian bayi berat lahir rendah (BBLR) dan persalinan prematur (Alwan et al., 2015). Mohllajee et al. (2007) menyatakan bahwa kehamilan yang tidak diinginkan memiliki kemungkinan hasil kehamilan yang buruk karena dapat meningkatkan kelahiran prematur OR 1,16 (95% CI: 1,01-1,33) dan ketuban pecah dini (OR 1,37, 95%CI; 1,01-1,5) dibandingkan dengan kehamilan yang diinginkan. Pada wanita yang tidak yakin dengan rencana kehamilannya (ambivalen) akan meningkatkan BBLR OR 1,15 (95% CI: 1,02-1,29), sebaliknya wanita dengan kehamilan tidak tepat waktu memiliki kemungkinan lebih rendah untuk terjadinya kelahiran BBLR (OR 0,92, 95% CI; 0,86-0,97). Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi lahir dengan berat kurang dari 2.500 gram (WHO, 2004). Diseluruh dunia dari 20 juta kelahiran terdapat 15,5% kelahiran dengan BBLR, di negara berkembang BBLR sebesar 16,5%, angka ini dua kali lipatnya dari negara maju yaitu sebesar 7%. Penyebaran kejadian BBLR di negara berkembang terjadi di negara Asia Tengah dan Asia Selatan 27%, Sub Sahara Afrika 15%, di Karibia sekitar 14% dan di Amerika Tengah dan selatan serta Oceania sebesar 10% (WHO, 2004). Balitbangkes (2013) dalam laporannya bahwa prevalensi BBLR di Indonesia sebesar 10,2%, untuk Jawa Tengah sebesar 5,3%. Bayi berat lahir rendah memiliki kemungkinan untuk terjadi kematian sebesar 20 kali lipat dibandingkan dengan berat lahir normal (WHO, 2004). Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia sebesar 32 per 1.000 kelahiran hidup Angka ini masih dibawah target Millenium Development Goals (MDGs) bahwa di tahun 2015 diharapkan AKB sebesar 23 per 1.000 kelahiran hidup (BPS et al., 2013).
3 Faktor risiko kematian bayi tertinggi terjadi pada wanita yang memiliki karakteristik melahirkan pada usia 40 tahun atau lebih, paritas tinggi dengan jumlah anak 3 atau jarak kehamilan <24 bulan dan kematian perinatal tertinggi terjadi pada bayi yang dilahirkan dengan jarak kehamilan <15 bulan sebanyak 45 kematian per 1.000 kehamilan (BPS et al., 2013). Faktor tersebut juga merupakan penyebab terjadinya kehamilan yang tidak direncanakan. Data Kantor Kementrian Agama Kabupaten Wonosobo bahwa dari 8.510 wanita yang menikah di tahun 2014 terdapat 102 pernikahan dibawah umur atau usia <16 tahun dan sebanyak 2.852 menikah diusia 16-19 tahun, sisanya menikah di usia 20 tahun, pada tahun 2015 ada 100 pernikahan usia <16 tahun, 2,425 dengan usia 16-19 tahun dan selebihnya menikah diusia 20 tahun. Penyebab terbanyak pernikahan usia muda ini karena terjadi kehamilan pra nikah, hal tersebut juga merupakan faktor risiko BBLR. Prevalensi BBLR dari laporan Dinas Kesehatan Kabupaten Wonosobo tahun 2013 sebesar 703 kasus, tahun 2014 sebesar 542 kasus dan pada tahun 2015 dari 13,044 kelahiran ada 615 kasus atau 4,47%. Angka ini sudah dibawah angka nasional dan Jawa Tengah, tetapi kejadian BBLR belum turun secara signifikan dan merupakan penyebab kematian bayi terbanyak. Pada tahun 2015 dari 96 kematian bayi terdapat 41 kematian karena BBLR, disusul asfiksia 26 bayi dan penyebab lain ada 29 bayi. Berbagai masalah yang berkaitan dengan kejadian BBLR di Kabupaten Wonosobo, salah satunya adalah kehamilan tidak direncanakan, maka dilakukan penelitian untuk mengetahui risiko kehamilan tidak direncanakan terhadap kejadian BBLR. B. Rumusan Masalah Angka kehamilan tidak direncanakan masih cukup tinggi dan merupakan salah satu faktor risiko kejadian BBLR. Bayi berat lahir rendah merupakan faktor utama penyebab morbiditas dan mortalitas bayi. Berdasarkan angka kejadian kehamilan tidak direncanakan dan kejadian BBLR masih terdapat permasalahan yang belum terjawab yaitu apakah ada perbedaan besar risiko kejadian BBLR antara ibu hamil yang direncanakan dengan ibu hamil yang tidak direncanakan?.
4 C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum : Mengetahui besar risiko kejadian bayi berat lahir rendah pada kehamilan yang tidak direncanakan di Kabupaten Wonosobo. 2. Tujuan khusus a. Mendiskripsikan karakteristik penyebab bayi berat lahir rendah. b. Menganalisa perbedaan pengaruh kehamilan tidak direncanakan terhadap bayi berat lahir rendah dengan kehamilan yang direncanakan. c. Membuktikan risiko kehamilan tidak direncanakan pada kejadian BBLR. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis a. Menjadi bahan masukan bagi ilmu pengetahuan dibidang KIA yang dapat memberikan sumbangan informasi tentang pencegahan kehamilan yang tidak direncanakan dan penurunan kejadian kasus BBLR. b. Meningkatkan wawasan pengetahuan dan pengalaman bagi peneliti dalam melaksanakan sebuah penelitian ilmiah tentang akibat kehamilan yang tidak direncanakan dan bayi berat badan lahir rendah. 2. Manfaat praktis a. Sebagai bahan untuk membuat intervensi yang lebih efektif bagi pemerintah.dan masyarakat dalam pencegahan kehamilan yang tidak direncanakan terhadap kejadian bayi berat lahir rendah. b. Sebagai bahan evaluasi program penurunan bayi berat lahir rendah. E. Keaslian Penelitian Penelitian tentang rencana kehamilan terhadap kejadan bayi berat lahir rendah dan penelitian sejenis telah banyak dilakukan sebelumnya, tetapi peneliti melakukan penelitian kembali karena ingin mengetahui besar risiko BBLR pada kehamilan tidak di rencanakan di Kabupaten Wonosobo. Persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang telah dilakukan, ditampilkan pada Tabel 1.
5 Tabel 1. Keaslian penelitian No Nama peneliti Judul penelitian Metode Hasil penelitian Persamaan Perbedaan 1. Eggleston et Unintended Kasus kehamilan yang tidak diinginkan lebih mungkin Tujuan penelitian Tempat penelitian: al. (2001) Pregnancy and kontrol untuk terjadi berat lahir rendah dibandingkan dengan untuk mengetahui risiko Di Ecuador Low Birthweight kehamilan yang direncanakan (odds rasio=1,64, 95% rencana atau niat Amerika Serikat in Ecuador CI = 1,22,2,20), kehamilan dengan berat badan lahir. Analisis : Regresi logistik Sumber data: Survei Demografi dan Kesehatan Ibu- Anak di Ecuador 2. Yorita (2009 ) Risiko Kejadian Kasus il bahwa besar risiko kejadian bayi berat lahir rendah Desain studi : Tempat penelitian Bayi Lahir kontrol meningkat 2,9 kali (OR 2,9 95%CI: 1,93-6,95) pada Kasus kontrol (case di Kabupaten Rendah dan kehamilan yang tidak diinginkan, kemudian setelah control) Purworejo Kehamilan Tidak dikontrol dengan usia dan jarak kelahiran meningkat Sumber data : Diinginkan di 3,8 kali lebih besar pada kehamilan yang tidak Data sekunder dari Kabupaten diinginkan (OR 3,8 95%CI: 1,40-10,16). laporan Dinas Purworejo oleh Kesehatan Purworejo 3. Shah et al. Intention to Meta Ada peningkatan secara signifikan kejadian BBLR Tujuan penelitian: Meta analisis dari (2011) become pregnant analisis antara kehamilan yang tidak diinginkan (OR 1,36, Niat atau rencana studi pengamatan and low birth a 95% CI; 1,25-1,48). Dengan kategori mistimed (OR kehamilan dan hasil epidemiologi systematic 1,31, 95% CI; 1,13-1,52) dan unwanted (OR 1,51, kehamilan review 95% CI; 1,41-1,61) tetapi tidak untuk untuk mistimed (OR 1,36, 95% CI; 0,96-1,93).. Lanjutan Tabel 1. Keaslian penelitian 5
6 No Nama peneliti Judul penelitian Metode Hasil penelitian Persamaan Perbedaan 4. Reza et al. (2013) 5. Gariepy et al. (2014) 6. Mohllajee et al. (2007) Survey on Kasus correlation kontrol between unplan pregnancy and low birth weight in new infants Are pregnancy Kohort planning and prospektif timing associated with preterm or small for gestational age births? Pregnancy Kasus Intention and Its kontrol Relationship to Birth and Maternal Outcomes kelompok yang diinginkan (n=602) dan yang tidak diinginkan (n=236), 10,3% memiliki anak BBLR. Dalam kelompok yang diinginkan 11% dan kelompok yang tidak diinginkan 8,5%. kehamilan direncanakan secara statistik tidak bermakna dikaitkan dengan prematur (OR 1,18; 95% CI, 00,85 1,65) atau kecil masa kehamilan (OR 1,17; 95% CI, 0,69-1,97), sedangkan waktu yang tidak tepat secara statistik signifikan berhubungan dengan prematur (OR 0,85; 95% CI, 0,53-1,38) atau kecil masa kehamilan (()R 0,92; 95% CI, 0,65-1,29). kehamilan yang tidak diinginkan memiliki kemungkinan meningkatkan kelahiran prematur (OR 1,16, 95% CI; 1,01-1,33) dan ketuban pecah dini (OR;1,37, 95% CI;1,01-1,5) dibandingkan kehamilan diinginkan. wanita ambivalen dalam kehamilan akan meningkatkan kejadian BBLR (OR 1,15, 95%CI; 1,02-1,29). wanita dengan kehamilan tidak tepat waktu memiliki kemungkinan lebih rendah untuk terjadi BBLR (OR 0,92, 95% CI; 0,86-0,97). Variabel independen: Status niat / rencana kehamilan Tempat penelitian : di Amerika Serikat Analisis : Variabel Independent: Statistik dengan Berat lahir Analisis : SPSS model regresi logistik multivariat Tujuan penelitian: Tempat penelitian: Menyelidiki apakah Miami Florida renacana kehamilan Desain penelitian: atau waktu kehamilan Kohort prospektif yang tidak tepat berhubungan prematuritas atau kecil Tujuan penelitian : Sumber data: Niat kehamilan Data kehamilan (dimaksudkan, tidak berisiko dari 18 diinginan, tidak tepat waktu atau ambivalen) negara antara tahun 1996 dan 1999 dengan hasil kelahiran baik ibu maupun bayinya Analisis: regresi logistik