BAB I PENDAHULUAN. manusia agar selalu dapat membantu satu sama lain untuk saling. menyangkut kepentingan hidup masing-masing, baik dengan jalan jual

dokumen-dokumen yang mirip
pengetahuan yang kurang, oleh Karena itu untuk mendorong terciptanya

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. adalah hancurnya rasa kemanusiaan dan hilangnya semangat nilai-nilai etika religius

BAB 1 PENDAHULUAN. mengatur hubungan manusia dan pencipta (hablu min allah) dan hubungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada hakikatnya Allah menciptakan manusia di dunia ini tidak lain

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Agama Islam sebagai ajaran rahmatan lil alamin, pada dasarnya

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menghadapi persaingan di abad ke-21, UKM dituntut untuk

BAB I PENDAHULUAN. baik secara individu maupun dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam kehidupan seharihari

BAB I PENDAHULUAN. dunia maupun di akhirat. Secara garis besar ajaran Islam berisi kandungan-kandungan

BAB I PENDAHULUAN. Ajaran agama Islam dengan segala kompleksitasnya dengan. menggunakan al-qur an sebagai landasannya telah terbukti mampu memecahkan

BAB I PENDAHULUAN. tetapi jika dilihat kondisi UMKM di Indonesia, dapat dikatakan bahwa UMKM kurang

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari perlu berhubungan dengan manusia lain,

BAB V PEMBAHASAN A. Pendekatan Lingkungan Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian dalam pembukaan Rakernas Asosiasi Petani cengkeh Indonesia

BAB IX MUZARA AH. Bagian Pertama Rukun dan Syarat Muzara ah

BAB I PENDAHULUAN. perubahan besar yang terjadi. Salah satunya yang menandai. perubahan orientasi masyarakat muslim dari urusan ibadah yaitu

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hidup dalam masyarakat dan saling membutuhkan satu sama lain. 2 Firman

III. KERANGKA PEMIKIRAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG. Nomor : 08 Tahun 2015

ANALISA PERBANDINGAN SOSIAL EKONOMI PETANI JAGUNG SEBELUM DAN SETELAH ADANYA PROGRAM PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN MUNGKA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA

BAB I PENDAHULUAN. mendatangkan penghasilan. Setiap usaha tidak dapat dilakukan sendiri tanpa

BAB I PENDAHULUAN. satu sama lain agar mereka tolong-menolong dalam semua kepentingan hidup

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PANEN RAYA PADI DI DESA SENAKIN KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN. PENYELENGGARA PERJALANAN UMRAH DAN HAJI PLUS (Studi

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pola kemitraan ayam broiler adalah sebagai suatu kerjasama yang

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan kehidupan sehari-hari setiap individu memiliki kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. berbuat dan bertingkah laku yang baik agar dapat bermuamalah dan mencari

BAB V PENUTUP. 1. Di Desa Manunggal Kecamatan Semanding Kabupaten Tuban mayoritas

Kemitraan Agribisnis. Julian Adam Ridjal. PS Agribisnis Universitas Jember

BAB I PENDAHULUAN. melalui Rasulullah saw yang bersifat Rahmatan lil alamin dan berlaku

BAB I PENDAHULUAN. Hal tersebut sebagaimana dijelaskan Allah SWT

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat adalah kegiatan pinjam-meminjam. Pinjam-meminjam

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga keuangan seperti perbankan merupakan instrumen penting. syariah telah memasuki persaingan berskala global,

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. sebagai tempat untuk berkomunikasinya antar anggota keluarga dan juga. sebagai tempat berkumpulnya sebuah keluarga.

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI PEMBAYARAN DENGAN CEK LEBIH PADA TOKO SEPATU UD RIZKI JAYA

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Produk Domestik Bruto per Triwulan Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009 (Miliar Rupiah)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hlm. 1 2 Ibid, hlm. 2 3 Sukarno Wibowo, Dedi Supriadi, Ekonomi Mikro Islam, Pustaka Setia, Bandung, 2013, hlm.

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar pekerjaan utama

3.1 Penilaian Terhadap Sistem Perekonomian / Agribisnis

DAFTAR LAMPIRAN. No Lampiran Halaman

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. dianggap cukup representatif dalam memberdayakan ekonomi masyarakat. Dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau pemasaran hasil pertanian. Padahal pengertian agribisnis tersebut masih jauh dari

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

Gambar I.1 Jumlah Petani Indonesia tahun 2013 (Sumber : BPS, 2013)

WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan termasuk didalamnya berbagai upaya penanggulangan

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PEMERINTAH KOTA KEDIRI

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. 1. Dari segi model bagi hasil pada petani bawang merah di dusun

BAB I PENDAHULUAN. Wawancara Kamituwo desa Golan Tepus. Pada tanggal 9 Maret 2016

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata yang lain seperti: Wisata Edukasi Kampung Coklat, Candi. disekitar kita dengan plat nomor yang berbeda-beda.

BAB I PENDAHULUAN. dan keadaan, mengangkat dan menghilangkan segala beban umat. Hukum

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. Penelitian menyimpulkan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. barang menurut spesifikasi yang telah disepakati dan menjualnya pada. ditangguhkan sampai waktu yang akan datang.

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ditawarkan sesuai dengan luas sawah serta subur atau tidaknya padi yang akan ditebas. Tawar menawar harga diperlukan untuk mencapai kesepakatan harga

BAB I PENDAHULUAN. tidak adil bila petunjuk kehidupan yang lengkap ini dipisah-pisahkan antara

Renstra BKP5K Tahun

BAB I PENDAHULUAN. di dalamnya juga mencakup berbagai aspek kehidupan, bahkan cakupannya

III KERANGKA PEMIKIRAN

Hermanto (1993 ; 4), menyebutkan bahwa pembangunan pertanian termasuk didalamnya tanaman pangan dan hortikultura, perkebunan, perikanan, peternakan,

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BUPATI PASURUAN PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM INTENSIFIKASI PERTANIAN KABUPATEN PASURUAN TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannya dan selalu bekerja sama. Allah berfirman tengan surat Al-Mai dah

BAB I PENDAHULUAN. hubungan, baik bersifat vertikal maupun horizontal. Hubungan yang sifatnya

BAB I PENDAHULUAN. berupa uang atau barang yang akan dibayarkan diwaktu lain sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. peran pertanian bukan hanya menghasilkan produk-produk domestik. Sebagian

BAB I PENDAHULUAN. Perjanjian dalam Islam menjadi hal yang harus dipatuhi, hal ini

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hubungan antar kelompok manusia atau antar negara yang berbeda benua

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 46 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

KEMITRAAN PEMASARAN BENIH PADI DI KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH KALIMANTAN SELATAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENGALIHAN DANA TABARRU UNTUK MENUTUP KREDIT MACET DI KJKS SARI ANAS SEMOLOWARU SURABAYA

BAB VII ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK UMKM DENGAN PELAKSANAAN KOMUNIKASI PEMASARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik produk unggas yang dapat diterima oleh masyarakat, harga yang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian khususnya subsektor perkebunan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar penduduknya berprofesi sebagai petani. APBN untuk pertanian di Indonesia bahkan juga di adakannya subsidi

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan sehari-hari, dan dalam hukum Islam jual beli ini sangat dianjurkan

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa berusaha untuk dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. yang dimiliki untuk disimpan dengan tujuan untuk mengelola uang tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. pada pendidikan dan perkembangan jiwa siswa adalah orang tua, selain

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR... TAHUN... TENTANG

BAB IV ANALISIS PENGEMBANGAN BISNIS MELALUI MODEL WARALABA SYARI AH DI LAUNDRY POLARIS SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. investasi yang membutuhkan modal yang besar tidak mungkin dipenuhi tanpa bantuan

BAB VI PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENCIPTAKAN PERUBAHAN

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

BAB I PENDAHULUAN. Buku Pintar, 2012, h Hasan Ali, Asuransi Dalam Perspektif Hukum Islam, Jakarta: Prenada Media, 2004, h. 60.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini teknologi di bidang industri pengangkutan baik darat, laut

BAB IV ANALISIS A. Sistem Bantuan Dana Yang Diberikan Dinas Pertanian Kepada Kelompok Tani

BAB IV. pembiayaan-pembiayaan pada nasabah. Prinsip-prinsip tersebut diperlukan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak zaman dahulu, manusia selalu menginginkan kemajuan dalam kehidupan. Kemajuan itu dapat diraih dengan menuntut manusia itu sendiri untuk menerapkan kerjasama dengan orang lain dengan cara yang harmonis antara satu sama lain. Allah SWT sendiri dalam menciptakan manusia agar selalu dapat membantu satu sama lain untuk saling menolong, tukar menukar keperluan dalam segala urusan yang menyangkut kepentingan hidup masing-masing, baik dengan jalan jual beli, sewa-menyewa, bercocok tanam, dan lain-lain, baik dalam urusan kepentingan sendiri maupun untuk kemaslahatan umum. Sebagaimana dalam QS Al: Hujurat ayat 13 yang berbunyi : 1

2 Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang lakilaki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu.sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha mengenal. Kata ta arafu terambil dari kata ( arafa) yang berarti mengenal. Kata yang digunakan ayat ini mengandung makna timbal balik dengan demikian berarti saling mengenal. 1 Semakin kuat pengenalan satu pihak kepada selainnya, semakin terbuka peluang untuk saling memberi manfaat satu sama lain. Karena itu ayat di atas menekankan perlunya saling mengenal. Perkenalan itu diperlukan untuk saling mengambil pelajaran dan pengalaman pihak lain, untuk meningkatkan ketakwaaan kepada Allah SWT. Yangmana dampaknya tercermin pada kedamaian dan kesejahteraan hidup duniawi dan kebahagiaan ukhrawi. Jika kita tidak dapat mengambil pelajaran orang lain, tidak dapat saling melengkapi dan menarik manfaat bahkan tidak dapat bekerjasama tanpa saling kenal-mengenal. Konsep saling kenal-mengenal bila dikaitkan dengan ekonomi sama halnya dengan kemitraan. 1 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan Dan keserasian Al- Qur an.( Jakarta: Lentera hati, 2002), h. 262.

3 Indonesia merupakan Negara yang subur untuk mengolah lahan pertanian yang mayoritas penduduk indonesia bermatapencaharian sebagai petani untuk menunjang perekonomian indonesia yang lebih baik dengan didukung semakin banyaknya perkembangan teknologi turut serta dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat Indonesia yang mayoritas petani, sehingga Pertanian perlu terus dikembangkan agar semakin maju, efisien dan diarahkan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi serta keanekaragaman hasil pertanian. Yang salah satunya dengan mengadakan kemitraan dengan pihak ketiga diantaranya dengan perusahaan penyedia benih. Hal ini berguna bagi kelompok tani pedesaan dimana dalam mengelola lahan pertanian-nya masih dipengaruhi oleh faktor alam dan dihadapkan pada permasalahan pasar yang tidak sempurna seperti biaya transaksi yang tinggi, ketersediaan pupuk, benih, perstisida dan obatobatan serta ketidakjelasan informasi pasar. Sebagaimana tujuan pembangunan sektor pertanian untuk memerangi kemiskinan serta mengembangkan potensi dinamik petani khususnya kelompok tani di pedesaan. Kehadiran beberapa perusahaan benih mencoba untuk menawarkan konsep kemitraan yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan, keseimbangan usaha, meningkatkan kualitas sumberdaya kelompok mitra, peningkatan skala usaha, dalam rangka menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan usaha kelompok mitra yang mandiri. 2 Dalam hal ini kepada 2 Pasal 2 keputusan menteri pertanian Nomor 940/Kpts/OT.210/10/1997.

4 para petani dalam memproduksi suatu komoditas tertentu dan menjamin pemasaran hasil produksinya. Konsep dan pola kemitraan yang ditawarkan antara satu perusahaan dengan perusahaan lain berbeda-beda. Beberapa hal yang mempengaruhi konsep dan pola kemitraan adalah jenis komoditas yang dibudidayakan, permintaan konsumen dari komoditas yang dibudidayakan, serta pangsa pasar dari komoditas yang dibudidayakan. Dalam Islam sendiri kerja sama mutlak diperlukan selama kerjasama itu bukan dosa dan permusuhan sebagaiman dalam surat al-maidah ayat 2 : Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa- Nya. 3 Kemitraan memang diperlukan dalam program pembangunan usaha tani (tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan), terutama karena adanya interaksi antara industri baik skala kecil maupun besar, yang mempunyai modal, wadah untuk menampung hasil panen, memiliki inovasi terbaru dengan petani yang kekurangan modal, dan 3 Departemen Agama RI, Al- Qura an Dan Terjemahannya Al- Jumanatul Ali, (Bandung: CV Penerbit J-Art, 2005),h. 2.

5 belum tersentuh tekhnologi yang baru serta kepastian akan pemasaran hasil panennya. Kemitraan akan berdampak pada pembentukan suatu pembangunan kawasan usaha tani pada hakekatnya melibatkan 3 (tiga) komponen (mitra) yang saling berinteraksi. Pertama, faktor penataan ruang/wilayah dengan memanfaatkan secara berkesinambungan (suistanable development). Kedua, faktor sumber daya manusia (petani dan masyarakat sekitar) dan Ketiga, faktor pengembangan pola usaha pada satu kawasan. Ketiga faktor tersebut saling berinteraksi membangun kawasan usaha tani menjadi pusat pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Ketiga komponen tersebut sangat terkait dengan pengembangan agribisnis meliputi kegiatan penyediaan sarana dan prasarana kegiatan produksi/usaha tani, kegiatan pasca panen dan pemasaran. 4 Kemitraan yang terjadi dalam masyarakat bendosewu dengan pihak Cakra Tani yaitu selaku agen dari perusahaan benih yang bernama PT.Bisi International Tbk, dimana antara petani dengan perusahaan tersebut merupakan kemitraan yang telah terjadi setiap menjelang musim tanam jagung setiap tahunnya dikarenakan desa bendosewu merupakan desa dikawasan kabupaten blitar bagian timur yang subur sekitar 252,075 Ha tanah pertanian yang mana 50,68% penduduknya bermatapencaharian sebagai petani, 5 dimana dalam desa ini para petani telah mengolah lahan secara terpadu. oleh sebab itu pihak PT.Bisi International Tbk melalui 4 Shinta Agustina, Ilmu Usaha Tani, (UB Press, Malang), h. 45. 5 Data Administrasi Pemerintah Desa tahun 2013

6 agen-nya Cakra Tani tersebut, memilih petani desa bendosewu sebagai mitra dalam menjalankan kegiatan usahanya dengan tahapan awalnya yaitu perwakilan pihak Cakra Tani terjun ke daerah persawahan dengan mencari kelompok tani namun sebelum itu pihak perusahaan meminta izin kepada perangkat desa, biasanya perangkat desa mempersilahkan untuk melakukan usahanya tersebut karena acuannya diterima atau tidak perusahaan penyedia benih itu adalah kelompok tani bukan dari perangkat desa, karena perangkat desa disini hanya bersifat untuk cukup mengetahui kegiatan yang dilakukan anggota kelompok tani tersebut dengan pihak perusahaan saja. Selanjutnya setelah menemui pihak kelompok tani maka kemudian dari pihak kelompok tani menunjuk perwakilannya untuk menegoisasikan dengan pihak perusahaan jika dalam proses negoisasi tersebut menimbulkan minat untuk bermitra maka kedua pihak tersebut melakukan pertemuan yang dihadiri oleh pihak perusahaan penyedia benih dengan seluruh anggota kelompok untuk menilai presentasi produk, yang ditawarkan ke petani, setelah presentasi dilakukan maka kedua belah pihak melakukan negoisasi masalah harga yang akan dibeli pihak perusahaan saat musim panen nanti, setelah masalah harga selesai maka pihak perusahaan menawarkan kepada petani yang ingin meminjam modal usaha dengan bunga 0% untuk mengolah lahan pertanian tersebut selama musim tanam yang harus dikembalikan saat panen nanti dengan dipotong dari

7 hasil panen yang dihasilkan dengan segala keputusan berada di tangan Petani. 6 Pada kenyataannya seringkali petani yang bermitra perusahaan secara tidak langsung petani melakukan sebuah dengan sistem pemasaran produk pangan yang justru melemahkan kekuatan tawar petani itu sendiri, hal itu dilihat dari petani yang pada umumnya tidak dapat menentukan atau mengatur harga produk. Semua produk dihargai sama yaitu harga rendah. Kondisi ini tidak memberikan insentif bagi petani dalam usaha menghasilkan produk yang bermutu tinggi dan berwawasan keamanan pangan dan pelestarian lingkungan hidup. 7 Apalagi dengan adanya UU No 20 tahun 2008 tentang usaha mikro kecil dan menengah. Dimana dalam pasal 26 dijelaskan bahwa kemitraan dilaksanakan dengan 6 (enam) cara yang salah satunya digunakan dalam pertanian adalah intiplasma, yaitu hubungan kemitraan antara UKM (usaha Kecil Menengah) dan UB (Usaha Besar) sebagai inti membina dan mengembangkan UKM yang menjadi plasmanya dalam menyediakan lahan, penyediaan sarana produksi, pemberian bimbingan teknis manajemen usaha dan produksi, perolehan, penguasaan dan peningkatan teknologi yang diperlukan bagi peningkatan efisiensi dan produktivitas usaha. Dalam hal ini, UB mempunyai tanggung jawab sosial (corporate sosial responsibility) untuk membina dan mengembangkan UKM sebagai mitra usaha untuk jangka 6 Wasis, wawancara (Bendosewu, 01 Maret 2014). 7 KasumbogoUntung, Kebijakan perlindungan tanaman,(yogyakarta :Gadjahmada university press, 2007), h. 46.

8 panjang. 8 Undang-undang ini secara tidak langsung bertujuan untuk mewujudkan kedaulatan dan kemandirian petani dalam rangka meningkatkan taraf kesejahteraan, kualitas, dan kehidupan petani yang lebih baik. Masalah ketentuan harga komoditas, informasi harga komoditas yang kurang jelas dan selalu berubah-ubah serta struktur pasar yang tertutup merupakan problema internal yang lain. Adanya pembagian keuntungan yang tidak seimbang, pemotongan harga komoditas sepihak, dan pembebanan semua biaya produksi dan organisasi pada petani yang sangat jarang dibicarakan secara transparan, merupakan fenomena yang selalu muncul dalam implementasi kemitraan di berbagai wilayah di Indonesia. Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah sendiri dalam BAB VIII tentang Muzara ah dan Musaqah dalam pasal 211-221 menyebutkan bahwasannya kerjasama pertanian (Muzara ah) dapat dilakukan secara mutlak atau terbatas. 9 Mutlak jika jenis benih yang akan ditanam tidak dinyatakan secara pasti dalam akad dan bebas jika jenis benih yang ditanam menurut keinginan penggarap, dengan memperhatikan dan mempertimbnagkan kondisi lahan, keadaan cuaca, serta cara yang memungkinkan untuk mengatasi menjelang musim tanam. Dengan adanya prektek kemitraan tersebut masyarakat tidak mengetahui bahwasannya dalam praktek tersebut terdapat adanya ketidak 8 http://id.wikipedia.org/wiki/usaha_kecil_dan_menengah diakses 14 november 2013 9 Amir syarifuddin. Garis-garis besar fiqh, (Jakarta :Prenada media, 2003), h. 244.

9 seimbangan pembagian kerja masing-masing pihak ditambah lagi unsur maisir yang seakan membuat orang yang melakukannya kerjasama tersebut berada dalam ketidakjelasan antara untung dan rugi baik itu perusahaan penyedia benih ataupun petani meskipun antara kedua belah pihak telah melakukan kesepakatan secara lisan, serta adanya sebuah pemasaran yang berdasarkan mekanisme yang mengarah kedalam pasar oligopoli dimana cenderung bisa mematikan perusahaan kecil menengah yang bergerak dalam bidang yang sama, sehingga akan berkembang ke arah sistem monopoli. Dari faktor-faktor yang ada perlu adanya tinjauan lebih agar kerjasama yang dilakukan perusahaan benih dan petani ini sesuai dengan hukum Islam yang berlaku. Dengan adanya praktek perjanjian kemitraan usaha petani yang sudah menjadi kebiasaan di masyarakat desa bendosewu terutama mengenai pembuatan perjanjian yang dibuat antara pihak petani dan pihak perusahaan tersebut, perlu adanya pengkajian keilmuan untuk mengetahui esensial serta hukum Islam dari praktek tersebut serta memberikan pemahaman khususnya kepada petani yang mayoritas muslim tentang perjanjian kemitraan yang sesuai dengan hukum Islam. Oleh karena itu untuk memperoleh kejelasan permasalahan di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul Kemitraan Usaha Petani Dalam Perspektif Hukum Islam Studi Kasus di Desa Bendosewu Kecamatan Talun Kabupaten Blitar

10 B. Rumusan Masalah Berkaitan dengan apa yang telah dibahas dalam latar belakang diatas, maka penulis merumuskan masalah 1. Bagaimana praktek kemitraan yang dilakukan oleh petani dengan pihak Cakra Tani di Desa Bendosewu Kecamatan Talun Kabupaten Blitar? 2. Bagaimana kemitraan yang dilakukan petani dengan pihak Cakra Tani di Desa Bendosewu Kecamatan Talun Kabupaten Blitar di tinjau dari aspek hukum Islam? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mendeskripsikan mengenai kerjasama antara Petani dengan Pihak Cakra Tani di Desa Bendosewu Kecamatan Talun Kabupaten Blitar. 2. Untuk menganalisis tinjauan hukum Islam terhadap Kemitraan Antara Petani dengan pihak Cakra Tani di Desa Bendosewu Kecamatan Talun Kabupaten Blitar. D. Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diperoleh bagi beberapa pihak dari penelitian ini adalah:

11 1. Secara Teoritis a. Dapat menambah khazanah pemikiran tentang penerapan kemitraan usaha petani yang sesuai dengan syariah. b. Dapat dijadikan bahan referensi bagi penelitian yang sejenis di masa yang akan datang. 2. Secara Aplikatif a. Penelitian ini dilaksanakan untuk mendapatkan gelar Sarjana Hukum Islam. Selain itu, penelitian ini dapat berguna bagi masayarakat dan diri saya sendiri, khususnya bagi seorang petani dalam melakukan kemitraan yang sesuai dengan hukum Islam dan bagaimana pelaksaannya. b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan suatu ilmu pengetahuan untuk menambah wawasan bagi para mahasiswa dan para dosen fakultas syari ah. E. Definisi Operasional 1. Kemitraan terbentuk dari kata mitra adalah teman, kawan kerja, pasangan kerja, rekan. Sedangkan Kemitraan artinya : perihal hubungan atau jalinan kerjasama sebagai mitra. 10 Yang peneliti maksud dari kemitraan disini adalah kerjasama untuk mencapai tujuan bersama. 10 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Jakarta: Balai Pustaka, 1996), h. 108.

12 2. Usaha adalah upaya; ikhtisar untuk mencapai sesuatu apa yang hendak dicapai untuk diinginkan. 11 Sebagaimana penulis kehendak maksudkan dalam penelitian ini. 3. Petani adalah seseorang yang bergerak di bidang pertanian, utamanya dengan cara melakukan pengelolaan tanah dengan tujuan untuk menumbuhkan dan memelihara tanaman (seperti padi, bunga, buah dan lain lain), dengan harapan untuk memperoleh hasil dari tanaman tersebut untuk digunakan sendiri ataupun menjualnya kepada orang lain. Mereka juga dapat menyediakan bahan mentah bagi industri, seperti serealia untuk minuman beralkohol, buah untuk jus, dan wol atau kapas untuk penenunan dan pembuatan pakaian. 12 Maksud penulis dalam mengartikan Petani disini adalah orang yang bekerja mengolah tanah disawah dimana dalam setiap tahun terdapat 3(tiga) musim tanam. F. Sistematika Penulisan Bab I tentang Pendahuluan di dalam bab ini berisi Tinjauan teori yang mendiskripsikan teori-teori yang berkaitan dengan tema penelitian. Pada bagian kerangka teori terdapat sub bab yang menjelaskan mengenai Kontrak kemitraan Petani, Akad Muzara ah, serta Undang-undang yang mengatur mengenai kemitraan. 11 A partanto pius, Al barry M.dahlan, Kamus Ilmiah Populer (Surabaya: Arkola, 1994), h. 770. 12 http://id.wikipedia.org/wiki/petani diakses tgl 03/01/2014 pukul 07:53 WIB

13 Bab II tentang Kerangka Teori, yang didalamnya berisi Tinjauan teori yang mendiskripsikan teori-teori yang berkaitan dengan tema penelitian. Pada bagian kerangka teori terdapat sub bab yang menjelaskan mengenai Kontrak kemitraan Petani, Akad Muzara ah, Undang-undang yang mengatur mengenai kemitraan. Bab III tentang Metode Penelitian ini berisi uraian tentang metode atau cara dalam menganalisis suatu permasalahan yang berbentuk metodemetode penelitian ilmiah dengan langkah- langkah tertentu mulai dari pengumpulan data sampai pengolahan dan analisi bahan hukum Bab IV berisi tentang uraian Hasil Penelitian yang merupakan pembahasan secara menyeluruh dari laporan penelitian. Penulis memaparkan data secara lengkap tentang profil, gambaran umum obyek penelitian, penyejian data serta analisis data. Bab V merupakan bab terakhir yang meliputi kesimpulan dan saran. Kesimpulan dikembangkan berdasarkan hasil penelitian serta penggabungan dari teori- teori yang ada. Sedangkan saran di peroleh dari hasil kesimpulan untuk melengkapi peristiwa hukum yang terjadi dimasyarakat yang menurut penulis kurang baik dimata hukum baik itu positif maupun hukum Islam.