BAB I PENDAHULUAN. Abdullah Idi, Sosiologi Pendidikan Individu, Masyarakat dan Pendidikan, Rajawali Pres, Jakarta, 2011, hlm. 266.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2013, hal. 1-2.

BAB I PENDAHULUAN. Artinya : Terjemahnya, Diponegoro, Bandung, 2005, hlm. 6.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hlm U. Saefullah, Psikologi Perkembangan dan Pendidikan, CV Pustaka Setia, Bandung, 2012,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Menyambung yang Terputus dan Menyatukan yang Tercerai), Alfabeta, Bandung, 2009, hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional, Sinar Grafika, Jakarta, 2003, hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN. hlm M. Uzer Ustman, Menjadi Guru Profesional, Remaja Rosda Karya, Bandung, 1995,

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta,2004, hlm Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional,

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Departemen Agama Republik Indonesia, Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta, 2008, hlm.5.

BAB I PENDAHULUAN. 1995, hlm Aris Shoimin, 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013, Ar-Ruz Media, Yogyakarta, 2014, hlm. 15.

BAB I PENDAHULUAN. Soetjipto. Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, Jakarta: Rineka Cipta, 2009, hlm. 59 Ibid, hlm. 60

BAB I PENDAHULUAN. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002, hlm. 4. 2

BAB I PENDAHULUAN. 1 Nazili Saleh Ahmad, Pendidikan dan Masyarakat, Sabda Media,Yogyakarta, 2011, hlm. v.

BAB I PENDAHULUAN. Jogjakarta, 2013, hlm Daryanto, Inovasi Pembelajaran Efektif, Cv Yrama Widya, Bandung, 2013, hlm. 168.

BAB I PENDAHULUAN. Abdul Rachman Shaleh, Madrasah dan Pendidikan Anak Bangsa, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004, hlm

BAB I PENDAHULUAN. hlm. 74.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, sekolah,

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta, 2009, hlm Arif Rohman, Memahami Pendidikan & Ilmu Pendidikan, LaksBang Media Tama,

BAB I PENDAHULUAN. 1 Anwar Hafid Dkk, Konsep Dasar Ilmu Pendidikan, Alfabeta, Bandung, 2013, hlm

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Departemen Agama RI, Undang-undang dan Peraturan Pemerintah RI Tentang Pendidikan, Jakarta, 2003, Hlm. 5

BAB I PENDAHULUAN. 1996, hlm Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Bumi Aksara, Jakarta, Cet. XII,

BAB I PENDAHULUAN. keharusan dan keberhasilan pendidikan tersebut akan ditentukan oleh beberapa

BAB I PENDAHULUAN. 4 Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2005, hal.

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi Kurukulum 2013 Pada Pembelajaran PAI Dan Budi Pekerti

BAB I PENDAHULUAN. Suwarto, Pengembangan Tes Diagnosis dalam Pembelajaran, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2013, hal. 3-4.

BAB 1 PENDAHULUAN. PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2013, hlm.1. 2 Tatang S, Ilmu Pendidikan, Pustaka Setia, Bandung, 2012, hlm.14.

BAB I PENDAHULUAN. Anwar Hafid dkk, Konsep Dasar Ilmu Pendidikan, Alfabeta, Bandung, 2013, hlm. 56.

BAB I PENDAHULUAN. hlm Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003,

Faturrahman Dkk, Pengantar Pendidikan, Prestasi Pustaka Publisher, Jakarta, 2012, hlm. 1 Faturrahman, Ibid, hlm. 15 3

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Ibid., 4. Ibid., hlm. 23

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna di muka

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Agoes Dariyo, Dasar-Dasar Pedagogi Modern, Indeks, Jakarta, hlm. 1

BAB I PENDAHULUAN. 2007, hlm.1. Republik Indonesia, Jakarta, 2003, hlm.1.

BAB I PENDAHULUAN. (Semarang: Aneka Ilmu, 1992), hlm

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. prasyarat bagi kelangsungan hidup (survive) masyarakat dan peradaban.2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan pada hakikatnya merupakan kegiatan mendidik, mengajar,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Muhammad Zuhaili, Pentingnya Pendidikan Islam Sejak Dini, A.H Ba adillah Press, Jakarta, 2002, hlm

BAB I PENDAHULUAN. mereka. 2 Masalah pendidikan adalah merupakan masalah yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta, 1997, hlm Engkoswara & Aan komariah, Administrasi Pendidikan, Alfabeta: Bandung, 2012, hlm. 92.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. seyogyanya lebih memperhatikan komponen-komponen pengajaran seperti. sarana dan prasarana pengajaran serta evaluasi pengajaran.

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Zainal Aqib, Model-Model, Media, Dan Strategi Pembelajaran Kontekstual (Inovatif), Yrama Widya, Bandung, 2013, hlm. 1.

BAB I PENDAHULUAN. Menara Kudus 2006), hlm Al-Qur an Al-Karimdan Terjemahan Bahasa Indonesia, (Kudus:

BAB I PENDAHULUAN. Media Group, 2008), hlm. 3.

BAB I PENDAHULUAN. Maka dari itu, potensi manusia diposisikan sebagai makhluk yang istimewa

BAB I PENDAHULUAN. Prestasi Pustaka, 2007), hlm Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstrutivistik, (Jakarta:

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. sampai mencapai kedewasaan masing-masing adalah pendidikan. Pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. terutama dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Cet VIII, 2001, hlm M. Arifin, M. Ed, Filsafat Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta, 1993, hlm. 17.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Agama Islam (PAI) sebagai mata pelajaran di sekolah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Media Wacana Press, Yogayakarta, 2003, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta, 2013, hlm Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. Ibid, hal Moh Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002, hal. 4

BAB I PENDAHULUAN. hlm Adri Efferi, Materi dan Pembelajaran Qur an Hadits MTs-MA, STAIN Kudus, Kudus, 2009, hlm. 2-3

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. IPS adalah bidang studi yang mempelajari, menelaah, menganalisis gejala

BAB 1 PENDAHULUAN. Jakarta, Sardiman A. M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, PT. Raja Grafindo Persada,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan satu di antara makhluk Allah SWT yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Faturrahman Dkk, Pengantar Pendidikan, Prestasi Pustaka Publisher, Jakarta, 2012, hlm 2

BAB I PENDAHULUAN. rangka mewujudkan dinamika peradaban yang dinamis.

BAB I PENDAHULUAN. alam. Pedoman dalam mengajarkan ajarannya yaitu berupa Al-Qur an. Al-

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Guru merupakan pendidik di sekolah yang menjalankan tugas

BAB I PENDAHULUAN. Desember Diakses pada tanggal 17

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia yang berkepribadian baik dan mempunyai kecerdaan yang unggul

BAB I PENDAHULUAN. Moh. Rosyid, Sosiologi Pendidikan, Idea Press, Yogyakarta, 2010, hlm.58. 3

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih baik. Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik. Hal ini semata-semata karena Allah yang menjaga Al-Quran.

BAB I PENDAHULUAN. diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Peserta didik merupakan masa depan bangsa. Jika peserta didik di didik

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. yang cerdas, terbuka dan demokratis. Salah satu diantara masalah besar dalam

hlm Nana Sudjana, Cara Belajar Peserta didikaktif, (Bandung: Sinar Baru Algensind, 1996),

BAB I PENDAHULUAN. kependidikan yang berkaitan dengan lainnya, yaitu belajar ( learning) dan. konsep pembelajaran berakar pada pihak pendidik 1.

BAB I PENDAHULUAN. Persada, 2007), hlm E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 173.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB.I. PENDAHULUAN. landasan moral, dan etika dalam proses pembentukan jati diri bangsa. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. hlm Ismail SM. Et. All. Paradigma Pendidikan Islam, (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2001),

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses pengambilan keputusan terhadap suatu masalah yang dihadapi

BAB I PENDAHULUAN. Mempelajari pendidikan Islam sangat penting bagi kehidupan setiap. muslim karena pendidikan merupakan suatu usaha yang membentuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai posisi yang sangat penting dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran merupakan kata khusus dari kata umum pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2006, hlm. 3.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Fuad Ihsan, Dasar-Dasar Kependidikan, PT. Rieneka Cipta, Jakarta, 1997, hlm. 2-3.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kata yang sudah umum didengar oleh karena itu, boleh dikatakan setiap orang mengenal istilah pendidikan. Masyarakat awam mempersiapkan pendidikan identik dengan kegiatan sekolah yaitu pemberian materi pelajaran, melatih anak dan sebagainya. Kegiatan pendidikan tersebut diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 Ayat 1 bahwa:1 Pendidikan adalah usaha sadar terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran. Agar peserta didik aktif mengembangkan potensi dirinya, untuk memiliki kekuatan sepiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian kecerdasan, akhlaq mulia serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Kegiatan pendidikan yang sudah berjalan tersebut, sudah pasti membutuhkan peninjauan atau pembaharuan kembali, untuk menyesuaikan diri dengan tuntunan baru, sejalan dengan perkembangan budaya bangsa. Adapun tujuan strategis pendidikan Islam yaitu: menciptakan manusia yang beriman, menyakini suatu kebenaran, serta berusaha membuktikan kebenaran tersebut melalui akal, feeling (rasa) dan kemampuan untuk melaksanakannya, melalui amal yang tepat, yang benar menurut jargon sehari-hari yaitu amal saleh, yang berarti baik atau benar dalam pengetahuan, sikap, maupun tindakan.2 Tapi dalam kegiatan Pendidikan Agama Islam di sekolah/ madrasah, nampak banyak memiliki kekurangan dan keterbatasan. Terutama dalam kualitas proses belajar mengajar, yang selanjutnya berakibat langsung kepada rendah dan tidak meratanya kualitas hasil yang dicapai para siswa.3 1 Abdullah Idi, Sosiologi Pendidikan Individu, Masyarakat dan Pendidikan, Rajawali Pres, Jakarta, 2011, hlm. 266. 2 Mukhammad Saekhan Muchith, Issu-issu Kontemporer dalam Pendidikan Islam, Buku Daros STAIN KUDUS, Kudus, 2009, hlm. 37. 3 Abdul Majid & Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, Rosda Karya, Bandung, 2004, hlm. 178. 1

2 Kelemahan-kelemahan tersebut, dimiliki sekolah/madrasah berkaitan dengan munculnya kesenjangan kurikulum. Seperti halnya pada mapel Pendidikan Agama Islam yaitu, terbatasnya sarana prasarana serta fasilitas yang disediakan untuk kepentingan penerapan kurikulum. Hubungan antara keterbatasan-keterbatasan yang ada, dengan kegiatan penerapan kurikulum Pendidikan Agama Islam di sekolah bersifat sistemik.4 Sehingga pemenuhan salah satu sektor tertentu dari keterbatasan ini, tidak dapat mengatasi persoalan kesenjangan secara keseluruhan. Sebab terbentur oleh keterbatasan pada salah satu aspek pembelajaran yaitu, gaya pembelajaran guru seperti mempertahankan cara-cara pembelajaran lama (tradisional), menggunakan metode ceramah, menghafal dan demonstrasi praktik-praktik ibadah yang nampak kering. Cara-cara demikian membuat siswa tampak bosan, jenuh dan kurang bersemangat belajar agama. Jika secara psikologi siswa tertarik dengan metode yang digunakan guru demikian, maka dengan sendirinya siswa akan memberikan feedback (umpan balik) psikologi yang kurang mendukung dalam proses pembelajaran.5 Disinilah problem (masalah) yang dihadapi berkenaan dengan metode yang digunakan guru yaitu, tidak melatih siswa untuk berperan aktif. Oleh karena itu, merancang pembelajaran aktif, efektif dan bermakna sangat diperlukan, untuk menunjang proses belajar mengajar seperti yang telah diatur dalam implementasi Kurikulum 2013. Merupakan aktualisasi kurikulum dalam pembelajaran dan pembentukan kompetensi, serta karakter peserta didik. Hal tersebut menuntut keaktifan dalam menciptakan dan menumbuhkembangkan berbagai kegiatan, sesuai dengan rencana yang telah diprogramkan. Kaitanya hal tersebut di sekolah, untuk mengaktualisasikan kurikulum 2013, guru dapat mengambil keputusan atas dasar penilaian tepat ketika, peserta didik belum dapat membentuk kompetensi dasar, apakah kegiatan pembelajaran dihentikan, diubah metodenya, atau mengulangi pembelajaran 4 Abdul Majid & Dian Andayani, Ibid, hlm.179. Ismail SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, Rasail, Semarang 2011, hlm. 5-4. 5

3 yang lalu, untuk itu guru perlu menguasai prinsip-prinsip pembelajaran pemilihan dan pengunaan media pembelajaran, strategi dan pendekatan pembelajaran, serta metode yang akan digunakan.6 Oleh karena itu peneliti dalam hal ini, memfokuskan permasalahan tentang metode pembelajaran. Kita ketahui bahwa metode merupakan faktor terpenting dalam kegiatan belajar mengajar, seperti yang telah dijelaskan dalam Al-Qur an surat Ali Imron ayat 159:7 Artinya: Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-nya. (Q.S. Ali Imron ayat 159). Ayat tersebut menjelaskan bahwa tujuan mendidik dan mengajar harus dengan cara yang tepat, bijaksana dan tidak boleh kasar, agar mendapat simpati yang baik dan berhasil sesuai tujuan yang dicita-citakan. Hal ini menunjukkan, metode dalam kegiatan belajar mengajar merupakan faktor penting dalam pembelajaran. Hakikatnya setiap individu memiliki ciri-ciri dan karakter yang berbeda-beda. Karakter yang menonjol pada anak usia Sekolah Dasar yaitu: senang bermain, selalu bergerak, bekerja atau bermain dalam kelompok. Oleh karena itu, guru harus mampu mengembangkan kompetensi siswa dan merealisasikan dalam pembelajarannya. Sehingga 6 E.Mulyasa, Pengembangan Implementasi Kurikulum 2013, Rosda Karya, Bandung, 2014, hlm. 99-100. 7 Al-Qur an Surat Ali Imron ayat 159, Al-Qur an & Terjemahannya Departemen Agama RI, Proyek Pengadaan Kitab Suci al-qur an, Diponegoro, Bandung, 2005, hlm. 56.

4 dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat langsung dalam pembelajaran. Seperti halnya dalam pemilihan metode Hiwar Qur ani ini. Karena metode ini dirasa efektif, karena memberikan kesempatan kepada siswa untuk meningkatkan kemampuan berfikir kritis, mampu memahami masalah dalam mencapai hasil belajar yang maksimal terutama untuk pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Kaitannya dengan metode pembelajaran, peneliti memilih penelitian di SD 1 Tumpangkrasak Jati Kudus. Karena menerapkan metode Hiwar Qur ani pada mata pelajaran PAI. Oleh karena itu, harapan peneliti dapat mengetahui implementasi metode Hiwar Qur ani untuk meningkatkan kemamapuan berfikir kritis siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Adapun hasil fungsinya nanti, dapat dijadikan bahan evaluasi dan rujukan bagi sekolah atau madrasah lainnya secara umum. Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis bermaksud untuk mengkaji lebih dalam mengenai pelaksanaan Implementasi Metode Hiwar Qur ani untuk Meningkatkan Kemamapuan Berfikir Kritis Siswa pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SD I Tumpangkrasak Jati Kudus Tahun Pelajaran 2016/2017. Semoga dapat memperkaya metode pembelajaran yang bisa digunakan dalam proses belajar mengajar. B. Penegasan Istilah 1. Metode Pembelajaran Metode pembelajaran adalah suatu cara penyampaian bahan pelajaran untuk mencapai tujuan yang ditetapkan dan bagian integral dalam sistem pengajaran.8 2. Hiwar Qur ani Metode pembelajaran Hiwar Qur ani (dialog) yaitu, percakapan silih berganti antara dua pihak atau lebih, membicarakan suatu topik dan dengan sengaja diarahkan kepada satu tujuan yang dikehendaki oleh guru. 8 M. Basyirudin Usman, Metode Pembelajaran Agama Islam, Ciputat Press, Jakarta, 2005, hlm. 31.

5 Metode Hiwar mampu melahirkan sikap saling keterbukaan antara guru dan murid, mendorong untuk saling take and give (memberi dan mengambil) proses belajar mengajar.9 3. Kemampuan Berfikir Kritis Berfikir kritis memungkinkan siswa dapat menganalisis informasi secara cermat dan membuat keputusan yang tepat, dalam menghadapai isu-isu yang kotroversial, dengan membiasakan/melatih kemapuan siswa, untuk selalu berfikir kritis dapat mengarah pada pembentukan sifat bijaksana.10 4. Pendidikan Agama Islam (PAI) Pendidikan Agama Islam yaitu, usaha sadar dan terencana untuk menyiapkan siswa dalam menyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan.11 C. Fokus Penelitian Penelitian kualitatif menetapkan, pendidikan berdasarkan keseluruhan situasi sosial. Penelitian ini meliputi aspek place (tempat), actor (pelaku), activitiy (aktivitas) yang berinteraksi sinergis.12 Peneliti perlu membatasi masalah yang akan diteliti. Sehingga penelitian ini difokuskan pada kelas IV (empat) Sekolah Dasar, yaitu Pertama, tentang pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SD 1 Tumpangkrasak Jati Kudus. Kedua, tentang Implementasi metode Hiwar Qur ani untuk meningkatkan kemampuan berfikir kritis siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Ketiga, faktor pendukung dan 9 Didin Jamaliddin, metode Pendidikan Anak: teori dan praktik, Pustaka Al-Fikriis, Bandung, 2010, hlm. 54. 10 Andi Prastowo, Pembelajaran Konstruktivistik-Scientific untuk Pendidikan Agama di Sekolah/madrasah, Rajagrfindo Persada, Jakarta, 2015, hlm. 272. 11 Departemen Agama RI, Pedoman Umum Pendidikan Agama Islam di Sekolah Umum Tingkat Menengah dan Sekolah Luar Biasa, 2003, hlm. 2. 12 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kulitatif, dan R&D, ALFABETA, Bandung, 2005, hlm. 35.

6 penghambat implementasi metode Hiwar Qur ani untuk meningkatkan kemampuan berfikir kritis siswa. D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penelitian ini memiliki rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SD 1 Tumpangkrasak Jati Kudus Tahun Ajaran 2016/2017? 2. Bagaimana implementasi metode Hiwar Qur ani untuk meningkatkan kemampuan berfikir kritis siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SD 1 Tumpangkrasak Jati Kudus Tahun Ajaran 2016/2017? 3. Apa saja faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan metode Hiwar Qur ani untuk meningkatkan kemampuan berfikir kritis siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SD 1 Tumpangkrasak Jati Kudus Tahun Ajaran 2016/2017? E. Tujuan Penelitian Berpijak dari rumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SD I Tumpangkrasak Jati Kudus Tahun Ajaran 2016/2017. 2. Untuk mengetahui implementasi metode Hiwar Qur ani untuk meningkatkan kemampuan berfikir kritis siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SD I Tumpangkrasak Jati Kudus Tahun Ajaran 2016/2017. 3. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat implementasi metode Hiwar Qur ani untuk meningkatkan kemampuan berfikir kritis siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SD I Tumpangkrasak Jati Kudus Tahun Ajaran 2016/2017.

7 F. Manfaat dan Kegunaan Penelitian 1. Manfaat Teoritis a) Memberikan konstribusi terhadap khazanah keilmuan, dibidang keilmuan Pendidikan Agama Islam. Juga bisa dijadikan sebagai bahan pertimbangan lebih lanjut, dalam penelitian lanjutan yang berkaitan dengan penerapan metode Hiwar Qur ani yang diterapkan oleh pendidik. b) Menambah konstribusi pemikiran dalam rangka mengembangkan pembelajaran Pendidikan Agama Islam. 2. Manfaat Praktis a) Manfaat Bagi Siswa (1) Memberikan pengalaman baru dalam pembelajaran, serta memberi kebebasan dalam belajar Pendidikan Agama Islam secara kritis, aktif, kreatif dan menyenangkan. (2) Adanya pelaksanaan metode Hiwar Qur ani dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam, siswa dapat melatih diri menyampaikan argumentasinya dengan baik. b) Manfaat Bagi Guru (1) Memperkaya metode pembelajaran yang bisa digunakan dalam proses belajar mengajar di kelas. (2) Sebagai masukan bagi para guru, dalam upaya memperbaiki penggunaan metode pembelajaran yang selama ini digunakan dalam mengajar. c) Manfaat Bagi Sekolah (1) Memberikan masukan kepada pihak-pihak terkait tentang manfaat metode Hiwar Qur ani. (2) Meningkatkan kualitas pembelajaran Pendidikan Agama Islam, sehingga dapat meningkatkan kemampuan berfikir kitis siswa di sekolah, khususnya dalam bidang mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.

8 d) Manfaat Bagi Peneliti Penelitian ini dapat memberikan wawasan, pengalaman, dan pemahaman mengenai pengelolaan kelas dan mengembangkan sikap kritis, kreatif dan inovatif bagi peningkatan kualitas pembelajaran Pendidikan Agama Islam.