PERLINDUNGAN HUKUM NASABAH OLEH BANK SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KEPERCAYAAN MASYARAKAT PENYIMPAN DANA. Aniek Tyaswati W.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Dalam agenda pembangunan nasional Tahun , secara politis dikatakan

BAB II PERLINDUNGAN TERHADAP NASABAH BANK DI INDONESIA

BAB III PELAKSANAAN PENJAMINAN OLEH LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN SESUAI DENGAN UU RI NOMOR 7 TAHUN 2009

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG LIKUIDASI BANK DAN LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN. Pengertian Likuidasi Bank menurut Pasal 1 angka 13 Peraturan Lembaga

NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1999 TENTANG PENCABUTAN IZIN USAHA, PEMBUBARAN DAN LIKUIDASI BANK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN HUKUM HUBUNGAN BANK DENGAN NASABAH. Kemudian pihak bank menggunakan dana yang disetorkan tersebut untuk

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 2/11/PBI/2000 TENTANG PENETAPAN STATUS BANK DAN PENYERAHAN BANK KEPADA BADAN PENYEHATAN PERBANKAN NASIONAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI NASABAH DALAM LIKUIDASI BANK

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG BANK. keuangan (Financial Intermediary) antara debitur dan kreditur

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1998 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1992 TENTANG PERBANKAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I. KETENTUAN UMUM

KEGIATAN BANK DALAM PENGHIMPUNAN DANA MASYARAKAT. Oleh : Fatmah Paparang 1

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG JARING PENGAMAN SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TANGGUNG JAWAB BANK AKIBAT KERUGIAN DIDERITA OLEH NASABAH. Suwardi, SH., MH 1. Raga Taufani 2 ABSTRAK

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Bursa Berjangka didirikan dengan tujuan menyelenggarakan transaksi Kontrak Berjangka yang teratur, wajar, efisien, efektif, dan transparan.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1996 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PENCABUTAN IZIN USAHA, PEMBUBARAN DAN LIKUIDASI BANK

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 93, 1997 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3720)

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1995 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA SIMPAN PINJAM OLEH KOPERASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

JURNAL HUKUM IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TAX AMNESTY TERHADAP LEMBAGA PERBANKAN DALAM MELAKSANAKAN PRINSIP KEHATI-HATIAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO. 7 TAHUN 1992 TENTANG PERBANKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, Presiden Republik Indonesia,

BAB 1 PENDAHULUAN. Nomor 31 Tahun 1992 TLN Nomor 3472, Pasal 4. Aditya Bakti, 2003), hal 86. Universitas Indonesia

PERANAN BANK INDONESIA DALAM PENGAWASAN DAN PEMBINAAN BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) Oleh Eli Ratnaningsih

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Ronny Kusnandar ISSN Nomor

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian yang dimuat secara sah mengikat para pihak sebagai Undang-undang.

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 9 TAHUN 1995 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA SIMPAN PINJAM OLEH KOPERASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI SIMPANAN DEPOSITO

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1995 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA SIMPAN PINJAM I OLEH KOPERASI

PERANAN PEMEGANG SAHAM PADA SAAT TERJADI LIKUIDASI BANK DILIHAT DARI UNDANG UNDANG PERBANKAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1996 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PENCABUTAN IZIN USAHA, PEMBUBARAN DAN LIKUIDASI BANK

BAB III KLAUSULA BAKU PADA PERJANJIAN KREDIT BANK. A. Klausula baku yang memberatkan nasabah pada perjanjian kredit

BAB I PENDAHULUAN. di dalam mewujudkan cita-cita atau tujuan pembangunan nasional, sub sektor ini

SAP & SILABUS IDENTITAS MATA KULIAH

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 7/34/PBI/2005 TENTANG TINDAK LANJUT PENANGANAN TERHADAP BANK PERKREDITAN RAKYAT DALAM STATUS PENGAWASAN KHUSUS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. aset keuangan (financial asset) atau tagihan-tagihan (claim) misalnya: saham,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 41 /POJK.03/2017 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PEMERIKSAAN BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN. meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Peran strategis tersebut terutama disebabkan

Lex et Societatis, Vol. IV/No. 2/Feb/2016/Edisi Khusus

LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN (LPS)

*36403 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 28 TAHUN 1999 (28/1999) TENTANG MERGER, KONSOLIDASI DAN AKUISISI BANK

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/ 6 /PBI/2011 TENTANG

BAB II DEPOSITO SEBAGAI SALAH SATU SURAT BERHARGA. deposito di Bank lazimnya di letakkan pada persyaratan jangka waktu

PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/1/PBI/2013 TENTANG LEMBAGA PENGELOLA INFORMASI PERKREDITAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. nasional dan stabilitas industri perbankan yang mempengaruhi stabilitas

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 7/7/PBI/2005 TENTANG PENYELESAIAN PENGADUAN NASABAH GUBERNUR BANK INDONESIA,

Peran Lembaga Penjamin Simpanan Terhadap Klaim Dana Nasabah Bank Likuidasi

BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN MAKALAH LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN

BAB I PENDAHULUAN. khususnya dalam menunjang pertumbuhan ekonomi negara. Bank adalah salah

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006), hal. 51. Grafindo Persada, 2004), hal. 18. Tahun TLN No. 3790, Pasal 1 angka 2.

BAB I PENDAHULUAN. Bank memiliki peranan yang sangat penting dalam perekonomian

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KRISIS SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB IV. Akibat hukum adalah akibat dari melakukan suatu tindakan untuk. memperoleh suatu akibat yang dikehendaki oleh pelaku dan atau telah

- 1 - PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 199/PMK.010/2008 TENTANG INVESTASI DANA PENSIUN MENTERI KEUANGAN,

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI BANK DAN NASABAH

UU No. 8/1995 : Pasar Modal

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1992 TENTANG PERBANKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. mendukung sistem perekonomian suatu negara. Jika industri perbankan dalam

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KRISIS SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/ 15 /PBI/2014 TENTANG KEGIATAN USAHA PENUKARAN VALUTA ASING BUKAN BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata Bank dalam kehidupan sehari-hari bukanlah merupakan hal yang asing lagi.

BAB III TANGGUNG GUGAT BANK SYARIAH ATAS PELANGGARAN KEPATUHAN BANK PADA PRINSIP SYARIAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1999 TENTANG MERGER, KONSOLIDASI DAN AKUISISI BANK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Perlindungan hukum atas dana nasabah pada bank melalui lembaga penjamin simpanan

SALINAN PERATURAN LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN NOMOR 2/PLPS/2005 TENTANG LIKUIDASI BANK DEWAN KOMISIONER LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN,

2017, No tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2008 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 24 T

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1999 TENTANG MERGER, KONSOLIDASI DAN AKUISISI BANK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Asia. Langkah yang ditempuh dalam menghadapi krisis moneter salah satunya

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN [LN 2004/96, TLN 4420]

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembiayaan murabahan..., Claudia, FH UI, 2010.

PERATURAN BANK INDONESIA TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PEMBERIAN PERINTAH ATAU IZIN TERTULIS MEMBUKA RAHASIA BANK GUBERNUR BANK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. yang menjadi sarana dalam pelaksanaan kebijakan pemerintah yaitu kebijakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ekonomi nasional dewasa ini menunjukkan arah

PP 9/1999, PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 3/25/PBI/2001 TENTANG PENETAPAN STATUS BANK DAN PENYERAHAN BANK KEPADA BADAN PENYEHATAN PERBANKAN NASIONAL

Lex et Societatis, Vol. III/No. 4/Mei/2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NASABAH PENYIMPAN ATAS SIMPANANNYA YANG TIDAK DIJAMIN OLEH LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN

Transkripsi:

ISSN : NO. 0854-2031 PERLINDUNGAN HUKUM NASABAH OLEH BANK SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KEPERCAYAAN MASYARAKAT PENYIMPAN DANA Aniek Tyaswati W.L * ABSTRACT Efforts to increase the Bank's role as a collector and distributor of public funds needs to be done by taking into account the safety factor for the public funds entrusted to the bank because the bank's activities in the deployment of public funds depends on public confidence to put their funds. This confidence can be obtained in the presence of legal certainty in regulation and bank supervision and deposit insurance upon bank customers, through supervision and guidance to banks in Indonesia which is done by Bank Indonesia. Examination of the implementation of banking activities is basically an attempt by Bank Indonesia in order to control the banking activities in order to operate in accordance with applicable laws and regulations, the existence of Deposit Guarantee institutions and an opportunity for the depositors community in the completion action of customer complaints is a form of legal protection against bank customers or the public depositors. Key words: Protection Law, Bank's Customers ABSTRAK Usaha peningkatan peran Bank sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat perlu dilakukan dengan memperhatikan faktor keamanan atas dana yang dititipkan masyarakat kepada bank karena kegiatan bank dalam pengerahan dana masyarakat sangat tergantung pada kepercayaan masyarakat yang menempatkan dananya. Kepercayaan ini dapat diperoleh dengan adanya kepastian hukum dalam pengaturan dan pengawasan bank serta penjaminan simpanan nasabah bank, melalui kegiatan pengawasan dan pembinaan terhadap bank-bank yang ada di Indonesia oleh Bank Indonesia. Pemeriksaan terhadap penyelenggaraaan kegiatan usaha perbankan pada dasarnya merupakan upaya Bank Indonesia dalam rangka mengontrol kegiatan usaha perbankan agar beroperasi sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku, keberadaan Lembaga Penjaminan Simpanan serta kesempatan bagi masyarakat penyimpan dana dalam melakukan tindakan penyelesaian pengaduan nasabah merupakan bentuk perlindungan hukum terhadap nasabah bank atau masyarakat penyimpan dana. Kata Kunci : Perlindungn Hukum, Nasabah Bank PENDAHULUAN Kegiatan bank sebagai pengerah * Penulis adalah Dosen Fakultas Hukum UNTAG Semarang, Email : aniek.tyas@yahooco.id dana masyarakat diatur di dalam Pasal 6 huruf a Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 191

Tahun 1998 (selanjutnya disebut UU No.10 Tahun 1998), yaitu bank dapat melakukan kegiatan penghimpunan dana masyarakat dalam bentuk simpanan berupa giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu. Bank merupakan badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak. Sejalan dengan fungsi utama bank sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat (financial intermediary), bank memiliki posisi strategia dalam per ekonomian suatu negara, Tersedia atau tidaknya dana masyarakat melalui perbankan akan mempengaruhi per kembangan pembangunan karena dapat mempengaruhi produktifitas masyarakat yang tidak memiliki kecukupan modal untuk berproduksi. Bertitik tolak dari posisi strategis bank tersebut, perbankan di Indonesia dibangun dengan tujuan untuk menunjang pelaksanaan pemerataan pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak. Usaha peningkatan peran sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat perlu dilakukan dengan memperhatikan faktor keamanan atas dana yang dititipkan masyarakat kepada bank karena kegiatan bank dalam pengerahan dana masyarakat sangat tergantung pada kepercayaan masyarakat yang menempatkan dananya. Pengetahuan masyarakat, terutama masyarakat penyimpan dana dalam skala kecil (deposan kecil) mengenai kemampuan bank dalam mengelola sumber dananya biasanya sangat tergantung pada informasi yang diperoleh dari promosi bank atau dari isu-isu yang tersebar di masyarakat. Sedikit guncangan terhadap suatu bank akan menimbulkan dampak yang cukup berarti terhadap penarikan dana masyarakat. Sebagai upaya untuk menjaga stabilitas dan ketahanan sistem perbankan nasional, perlu diciptakan suatu mekanisme untuk menjaga tingkat kepercayaan masyarakat terhadap lembaga perbankan. Salah satu instrumen pendukung yang diperlukan adalah adanya jaring pengaman keuangan yang dapat memberikan keyakinan akan perlindungan dana nasabah dalam hal bank gagal dalam memenuhi kewajibannya. Kepercayaan masyarakat terhadap industri perbankan nasional merupakan salah satu kunci untuk memelihara stabilitas industri perbankan sehingga krisis tersebut tidak terulang. Kepercayaan ini dapat diperoleh dengan adanya kepastian hukum dalam pengaturan dan pengawasan bank serta penjaminan simpanan nasabah bank untuk meningkatkan kelangsungan usaha bank secara sehat. Kelangsungan usaha bank secara sehat dapat menjamin keamanan simpanan para nasabahnya serta meningkatkan peran bank sebagai penyedia dana pembangunan dan pelayanan jasa perbankan. Upaya yang dapat dilakukan untuk memberi rasa aman kepada masyarakat atas terjaminnya dana yang mereka simpan di bank adalah dengan memberikan perlindungan hukum terhadap simpanan nasabah bank sehingga dapat mempertahankan kepercayaan masyarakat terhadap industri perbankan. Dalam tulisan ini akan membahas mengenai bagaimanakah hubungan hukum bank dan nasabah penyimpan dana? dan bagaimanakah perlindungan hukum terhadap simpanan nasabah bank? PEMBAHASAN Hubungan Bank dan Nasabah Penyimpan Dana Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dan ditambah dengan Undang- Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 192

tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1997 tentang Perbankan (selanjutnya disebut dengan Undang- Undang Nomor 10 Tahun 1998 ) di dalam Pasal 1 angka 1 disebutkan bahwa bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Lebih lanjut dikemukakan oleh Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 sebagaimana telah diubah dan ditambah dengan Undang-Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1997 tentang Perbankan, disebutkan di dalam Pasal 3, bahwa fungsi utama perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat. Berdasarkan dua fungsi utama dari suatu bank yaitu fungsi pengerahan dana dan fungsi penyaluran dana, maka terdapat dua hubungan hukum antara bank dan nasabah, yaitu hubungan hukum antara bank dan nasabah penyimpan dana serta hubungan hukum antara bank dan nasabah debitur Di dalam hubungan hukum antara bank dan nasabah penyimpan dana, bank menempatkan dirinya sebagai peminjam dana milik masyarakat (para penanam dana). Bentuk hubungan hukum antara bank dan nasabah penyimpan dana dapat dilihat dari hubungan hukum yang muncul dari produk-produk perbankan. Bentuk hubungan hukum itu dapat tertuang dalam bentuk peraturan bank yang besangkutan dan syarat-syarat umum yang harus dipatuhi oleh setiap nasabah penyimpan dana. Syarat-syarat tersebut harus disesuaikan dengan produk perbankan yang ada, karena syarat dari suatu produk perbankan tidak akan sama dengan syarat dari produk perbankan yang lain. Dalam produk perbankan seperti tabungan, maka ketentuan ketentuan dan syarat-syarat umum yang berlaku adalah ketentuanketentuan dan syarat-syasrat umum rekening tabungan, demikian juga dengan produk bank yang lain seperti deposito, giro. Hubungan antara bank dan nasabah penyimpan dana tersebut juga didasarkan pada dua unsur yang saling terkait, yaitu hukum dan kepercayaan. Suatu bank hanya bisa melakukan kegiatan dan mengembang kan banknya, apabila masyarakat percaya untuk menempatkan uangnya pada produkproduk perbankan yang ada pada bank tersebut. Berdasarkan kepercayaan masyarakat tersebut bank dapat me mobilisir dana dari masyarakat untuk ditempatkan pada banknya dan bank akan memberikan jasa-jasa perbankan. Artinya nasabah penyimpan dana hanya bersedia menyimpan dananya pada suatu bank, apabila nasabah percaya kepada bank yang bersangkutan dan mampu untuk membayar kembali dana apabila ditagih. Bank juga mempunyai kedudukan yang khusus di dalam masyarakat yaitu sebagai bagian dari sistem moneter yang terpercaya, maka hubungan hukum anatar bank dan nasabah 1 penyimpan dana diliputi asas kepercayaan. Selanjutnya hubungan kontraktual menjadi dasar utama hubungan hukum antara bank dan nasabah penyimpan atau para nasabahnya. Hubungan kontraktual ini terjadi pada saat nasabah menjalin hubungan hukum dengan pihak bank, setelah nasabah melakukan hubungan seperti nasabah membuka rekening tabungan, deposito, dan produk perbankan lainnya. Dalam hal ini Holden didalam penelitian Ronny Sautma Bako mengata 2 kan : 1 Sutan Remi Sjahdeni. Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan Yang Seimbang Bagi Para Pihak Dalam Perjanjian Kredit Bank di Indonesia. Ringkasan Disertasi Doktor pada Universitasa Indonesia, Jakarta 19983, hal 11. 2 Ronny Sautma Hotma Bako. Hubungan Bank Dan Nasabah Terhadap Produk Tabungan Dan Deposito (Suatu Tinjauan Hukum Terhadap Perlindungan Deposan Di Indonesia Dewasa ini), PT.Citra Aditya Bakti, Bandung, 1995, hal 34. 193

Hubungan kontraktual yang ada antara bank dan nasabah tersebut adalah suatu hubungan yang kompleks yang pada mulanya terdapat dalam kebiasaankebiasaan yang berlaku dalam dunia perbankan. Banyak dari kebiasan-kebiasan tersebut kemudian diakui oleh Pengadilan dan sedemikian rupa ketentuan-ketentuan tersebut telah diakui berlakunya oleh Pengadilan, sehingga harus dianggap sebagai syarat-syarat yang selalu tersirat dalam setiap perjanjian antara bank dengan nasabah. Selanjutnya dikemukakan bahwa sedikit sekali nasabah yang menyadari bahwa ketika ia membuka suatu rekening pada suatu bank yang mungkin pada waktu pelaksanaannya tidak banyak formalitas yang harus dilakukannya, bahwa ia sebenarnya telah memasuki suatu perjanjian yang di dalamnya tersirat banyak syarat-syarat dan tentunya harus tetap berpegang pada syarat-syarat umum 3 perjanjian. Dalam praktek perbankan penyerah an dana oleh nasabah untuk disimpan oleh bank selalu mengandung pengertian bahwa bank menerima simpanan tersebut berhak untuk memakai dana tersebut sekehendak nya untuk keperluan apapun juga dan nasabah penyimpan dana sementara tidak mempunyai hak apapun mengenai tujuan pemakaian dana tersebut oleh bank. Hak nasabah penyimpan dana semata-mata hanya berupa hak untuk menagih dan mendapatkan kembali dana tersebut. Praktek perbankan ini bersikap bahwa uang atau dana yang telah diserahkan oleh nasabah penyimpan dana kepada bank adalah uang milik bank. Hal ini berarti bahwa dana yang disimpan oleh nasabah merupakan kekayaan bank selama dalam 4 penyimpanan bank. Dalam praktek perbankan juga berlaku ketentuan bahwa nasabah penyimp an dana yang menyimpan atau meminjam kan uangnya kepada bank dilakukan bukan 3 Periksa ketentuan dalam Pasal 1338 KUH Perdata yuncto Pasal 1320 KUH Perdata. 4 Ronny Sautma Hotma Bako Ibid hal 37 dengan cuma-cuma, artinya pihak bank harus memberikan bunga kepada nasabah 5 penyimpan dana tersebut. Hal tersebut sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Pasal 1765 KUH Perdata bahwa Adalah diperboleh kan memperjanjikan bunga atas peminjam an uang atau lain barang yang menghabis karena pemakaian Sesuai dengan ketentuan Pasal 1765 KUH Perdata tersebut, maka hubungan antara bank dan nasabah penyimpan dana merupakan perjanjian peminjaman uang dengan bunga. Dalam hubungan antara bank dan nasabah akan terlihat adanya dua sisi tanggung jawab, yakni kewajiban yang terletak pada bank dan kewajiban yang yang menjadi beban nasabah penyimpan dana sebagai akibat hubungan hukum denngan bank. Hak dan kewajiban nasabah diwujudkan dalam suatu bentuk prestasi. Prestasi yang harus dipenuhi oleh bank dan nasabah adalah prestasi yang telah ditentukan dalam perjanjian antara bank 6 dan nasabah terhadap produk perbankan. Adapun kewajiban dari bank diantaranya adalah sebagai berikut : 1. menjaga kerahasiaan keuangan nasabah bank 2. mengamankan dana nasabah 3. menerima sejumlah uang dari nasabah 4. melaporkan kegiatan perbankan secara transparan kepada masyarakat 5. mengetahui secara mendalam tentang nasabahnya Hak Nasabah antara lain adalah: 1. mengetahui secara terperinci tentang produk-produk perbankan yang ditawarkan 2. mendapatkan bunga atas produk tabungan dan deposito yang telah diperjanjikan terlebih dahulu. Perlindungan Hukum Terhadap Simpanan Nasabah Bank 5 Ibid hal 38 6 Ibid hal 52 194

M e n g i n g a t k e g i a t a n u s a h a perbankan antara lain membutuhkan dukungan permodalan yang berasal dari dana nasabah, maka sudah sewajarnya apabila masyarakat (nasabah) sebagai pengguna jasa perbankan mendapat perlindungan. Perlindungan terhadap nasabah bank ini pada dasarnya merupakan jaminan yang dapat menimbulkan rasa aman bagi nasabah bank, terutama jaminan terhadap keamanan dana simpanan di bank. M e n u r u t P u r w a d a r m i n t a perlindungan hukum merupakan tindakan melindungi ataupun memberikan pertolongan dalam bidang hukum. Jadi tempat perlindungan melalui ketentuanketentuan, kaidah-kaidah maupun peraturan - peraturan yang mengatur kehidupan masyarakat yang diakui, diikuti 7 dan dilaksanakan anggota masyarakat. Perlindungan hukum merupakan upaya penegakan hukum untuk menghasil kan nilai-nilai yang dijabarkan dalam 8 kaidah-kaidah. Perlindungan terhadap nasabah bank dapat berupa peraturan perundangundangan yang diterbitkan oleh pemerintah maupun berdasarkan perjanjian yang ditutup antara pihak bank dengan nasabah nya. Dalam hal ini, sudah barang tentu masyarakat lebih cenderung membutuhkan perlindungan yang didasarkan pada ketentuan perundang-undangan terutama yang ditetapkan oleh pemerintah. Di dalam UU Nomor 7 Tahun 1992 tidak ada pasal yang secara tegas mencantumkan pemberian perlindungan terhadap nasabah. Akan tetapi ada beberapa pasal-pasal yang dimaksudkan untuk memberikan perlindungan terhadap nasabah yaitu Pasal 29 ayat 1 UU Nomor 7 Tahun 1992 sebagaimana diubah dan ditambah dengan Undang-Undang Nomor 7 Purwadarminta. Perlindungan Hukum Bagi Nasabah Bank. 8 Barda Nawawi Arief. Polisi Sebagai Penegak Hukum, Majalah Masalah-Masalah Hukum. Fakultas Hukum UNDIP, Semarang,1988, hal 17 10 tahun 1998 yang menyebutkan bahwa pembinaan dan pengawasan bank dilakukan oleh bank Indonesia. Pengawasan dan pembinaan bank oleh Bank Indonesia menjadi sangat penting artinya, karena dalam undangundang ini tidak memberikan perlindungan terhadap nasabah bank dalam bentuk khusus, akan tetapi yang diterapkan adalah perlindungan tidak langsung, dimana bank berkewajiban untuk selalu menjaga kesehatannya karena bank yang kondisinya sehat dapat dijamin terlindunginya dana masyarakat yang disimpan pada bank dan berpegang pada prinsip kehati-hatian dalam menjalankan usahanya. Pemeriksaan terhadap penyelenggaraaan kegiatan usaha perbankan pada dasarnya merupakan upaya Bank Indonesia dalam rangka mengontrol kegiatan usaha perbankan agar beroperasi sesuai dengan ketentuan perundangundangan yang berlaku. Kegiatan usaha di bidang perbankan sebagian besar menggunakan dana masyarakat. Hal ini sesuai dengan fungsi utama lembaga perbankan yang diatur dalam Pasal 3, bahwa fungsi bank adalah sebagai penghimpun dana dan penyalur dana masyarakat. Penggunaan dana masyarakat tersebut, sudah barang tentu mengharuskan bank untuk mengelola dana tersebut agar tidak merugikan nasabahnya. Untuk itu, bank menyediakan informasi bagi kepentingan nasabahnya mengenai kemungkinan timbulnya resiko dari transaksi nasabah yang dilakukan melalui bank. Hal ini diatur dalam Pasal 29 ayat (3) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 sebagaimana diubah dan ditambah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 yang berbunyi Dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah dan melakukan kegiatan usaha lainnya, bank wajib menempuh cara-cara yang tidak merugikan bank dan kepentingan nasabah yang mempercayakan dananya kepada bank. Selanjutnya dalam Pasal 29 ayat (4) 195

Untuk kepentingan nasabah, bank wajib menyediakan informasi mengenai kemungkinan timbulnya resiko kerugian sehubungan dengan transaksi nasabah yang dilakukan melalui bank. Pemberian informasi merupakan salah satu bentuk perlindungan hukum konsumen termasuk dalam hal ini nasabah 9 bank. Pengawasan dan pembinaan bank yang dilakukan oleh Bank Indonesia lebih lanjut diatur dalam Pasal 30 ayat (2), yang berbunyi Bank atas permintaan Bank Indonesia, wajib memberikan kesempatan bagi pemeriksaaan buku-buku dan berkasberkas yang ada padanya, serta wajib memberikan bantuan yang diperlukan dalam rangka memperoleh kebenaran dari segala keterangan, dokumen dan penjelasan yang dilaporkan oleh bank yang bersangkut an. Pasal 31 Bank Indonesia melakukan pemeriksaaan terhadap bank, baik secara berkala maupun setiap waktu apabila diperlukan. Dengan demikian, pemeriksaaan yang dilakukan oleh Bank Indonesia dalam rangka kegiatan pengawasan dan pembina an bank dapat dilakukan baik secara rutin berkala untuk jangka waktu tertentu, maupun dapat juga dilakukan setiap saat apabila dirasa perlu oleh bank Indonesia. Lebih lanjut menurut ketentuan Pasal 31 ayat (2), dalam rangka penetapan kebijaksanaan makro Dewan Moneter dapat meminta Bank Indonesia untuk : a. Menyampaikan laporan mengenai hasil pemeriksaaan bank yang dilakukan ; b. Melakukan pemeriksaaan khusus terhadap bank, dan melaporkan hasil pemeriksaan yang dilakukan. Untuk mendukung data laporan Bank Indonesia dalam pemeriksaan tersebut, maka bank wajib menyampaikan neraca dan laporan laba rugi tahunan kepada Bank Indonesia serta penjelasannya 9 Yusuf Sofie, Perlindungan Konsumen Dan Instrumen-Instrumen Hukumnya, PT.Citra Aditya Bakti, Bandung, 2003, hal 37 dan laporan berkalanya, sesuai dengan waktu dan bentuk yang ditetapkan oleh Bank Indonesia (Pasal 34 ayat 1), Bank berkewajiban mengumumkan neraca dan perhitungan laba ruginya sesuai dengan waktu dan bentuk yang ditetapkan oleh Bank Indonesia (Pasal 35). Berdasarkan data normatif maupun kasus penyelesaian bagi bank yang bermasalah, menunjukkan bahwa pada dasarnya merupakan kewajiban bank untuk memperhatikan kepentingan nasabah dalam menjalankan usahanya. Namun demikian, dalam pelaksanaannya apakah ketentuan perundang-undangan di bidang perbankan tersebut dipatuhi atau tidak oleh lembaga perbankan, akan sangat tergantung pada penilaian Bank Indonesia. Berdasarkan unsur-unsur penilaian Bank Indonesia di atas, menunjukkan bahwa bentuk pengawasan lembaga perbankan lebih dititik beratkan pada tindakan preventif agar bank menjaga kesehatannya. Oleh karenanya efektifitas pengawasan terhadap bank bagi kepenting an nasabah yang menitipkan dananya akan sangat tergantung pada efektifitas peng awasan dan pembinaan yang dilakukan 10 Bank Indonesia. Sesuai dengan tindakan Bank Indonesia dalam melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap bank yang diatur di dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 sebagaimana diubah dan ditambah dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, menunjukkan bahwa sanksi pidana maupun sanksi administratif yang diterap kan peraturan perundang-undangan ini cukup berat, yaitu dengan dicabutnya ijin usaha bank maupun keharusan bank yang 11 bersangkutan untuk melakukan likuidasi. Namun demikian, dalam hal ini kepentingan pemulihan dana nasabah 10 Kasmir, Bank & Lembaga Keuangan Lainnya, PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1999, hal 543. 11 Eddi Sopandi, Beberapa Hal dan Catatan Berupa Tanya Jawab Hukum Bisnis, PT.Refika Aditama, Bandung, 2003, hal. 130. 196

ketika likuidasi, tidaklah mendapat prioritas dalam penyelesaiannya tanpa adanya ketentuan CAR (Capital Adequasi Ratio). Dengan adanya ketentuan CAR (Capital Adequesi Ratio) kepentingan nasabah dalam hal likuidasi bank relatif akan terpenuhi. Mengingat dengan adanya CAR yang memadai, bank akan memiliki dana yang cukup untuk didistribusikan kepada para nasabah pemilik yang mempunyai simpanan pada bank yang bersangkutan. Pengetahuan masyarakat (nasabah bank) pada umumnya masih awam terhadap kondisi kesehatan bank yang merupakan jaminan perlindungan dana masyarakat. Hal ini antara lain disebabkan karena hasil pemeriksaaan Bank Indonesia terhadap tingkat kesehatan bank bersifat rahasia, sehingga tidak dapat diketahui secara terbuka oleh masyarakat umum termasuk para nasabah bank. Oleh karenanya, masyarakat maupun nasabah bank tidak akan pernah mengetahui secara pasti bank mana yang termasuk sebagai bank yang benar-benar sehat kondisinya. Adapun pengawasan dan pembina an yang dilakukan oleh bank Indonesia telah dimulai dari perijinan, seperti yang tercantum dalam Pasal 16 ayat (1) Undang- Undang Nomor 7 Tahun 1992 sebagaimana diubah dan ditambah dengan Undang- Undang Nomor 10 tahun 1998 yang berbunyi Setiap pihak yang melakukan kegiatan menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan wajib terlebih dahulu memperoleh izin usaha sebagai Bank Umum atau Bank Perkreditan Rakyat dari Pimpinan Bank Indonesia, kecuali apabila kegiatan menghimpun dana dari dari masyarakat dimaksud diatur dengan Undang-undang tersendiri. Selanjutnya dalam hal bank mengalami kesulitan dana yang apabila dibiarkan dengan sendirinya akan membawa kerugian bagi bank itu sendiri, pemerintah dan nasabah maka, dalam hal suatu Bank mengalami kesulitan yang membahayakan kelangsungan usahanya tersebut, Bank Indonesia dapat melakukan tindakan agar : a. Pemegang saham menambah modal b. Pemegang saham mengganti Dewan komisaris dan Direksi Bank. c. Bank mengahapusbukukan kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah yang macet dan memperhitung kan kerugian Bank dengan modalnya. d. Bank melakukan merger atau konsoli dasi dengan bank lain. e. Bank dijual kepada pembeli yang bersedia mengambil alih seluruh kewajiban. f. Bank menyerahkan pengelolaan seluruh atau sebagian kegiatan bank kepada pihak lain. g. Bank dijual sebagian atau seluruh harta dan atau kewajiban bank kepada bank atau pihak lain. Pimpinan Bank Indonesia dapat mencabut izin usaha bank dan memerintah kan Direksi bank untuk segera menye lenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham guna membubarkan badan hukum bank dan membentuk tim likuidasi. Selanjutnya dalam rangka me laksanakan program penjaminan terhadap simpanan nasabah bank maka dibentuk suatu lembaga yang independen yang diberi tugas dan wewenang untuk melaksanakan program dimaksud melalui Undang- Undang Nomor 24 Tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan. Di dalam Undang-Undang ini ditetapkan penjaminan simpanan nsasabah bank yang diharapkan dapat memelihara kepercayaan masyarakat terhadap industru perbankan dan dapat meminimumkan risiko yang membebani anggaran negara atau risiko yang menimbulkan moral hazard. Penjaminan simpanan nasabah bank tersebut diselenggarakan oleh Lembaga Penjaminan Simpanan (LPS) yang mempunyai dua fungsi yaitu menjamin simpanan nasabah bank dan melakukan penyelesaian atau penanganan Bank Gagal. Penjaminan 197

simpanan nasabah bank yang dilakukan LPS bersifat terbatas tetapi dapat mencakup sebanyak-banyaknya nasabah. Setiap bank yang menjalankan usahanya di Indonesia diwajibkan menjadi peserta dan membayar premi penjaminan. Dalam hal bank tidak dapat melanjutkan usahanya dan harus dicabut izin usahanya, LPS akan membayar simpanan setiap nasabah bank tersebut sampai jumlah tertentu. Adapun simpanan yang tidak dijamin akan diselesaikan melalui proses likuidasi bank. Likuidasi ini m e r u p a k a n t i n d a k l a n j u t d a l a m penyelesaian bank yang mengalami kesulitan keuangan. Berkaitan dengan penyelesaian pengaduan nasabah sebagai salah satu bentuk peningkatan perlindungan nasabah dalam rangka menjamin hak-hak nasabah dalam berhubungan dengan bank oleh karena itu dipandang perlu untuk mengatur penyelesaian pengaduan nasabah dalam suatu Peraturan Bank Indonesia Nomor 77/PBI/2005 tentang Penyelesaian Pengaduan Nasabah. Dalam pelaksanaan kegiatatan usaha perbankan seringkali hak-hak nasabah tidak dapat terlaksana dengan baik sehingga menimbulkan friksi antara nasabah dengan bank yang ditunjukkan dengan munculnya pengaduan nasabah. Pengaduan nasabah ini apabila tidak diselesaikan dengan baik oleh bank berpotensi menjadi perselisihan atau sengketa yang pada akhirnya akan dapat merugikan nasabah dan atau bank. Tidak adanya mekanisme standar dalam penanganan pengaduan nasabah selama ini telah menyebabkan perselisihan atau sengketa antara nasabah dengan bank cenderung berlarut-larut, antara lain ditunjukkan dengan cukup banyaknya keluhan-keluhan nasabah diberbagai media. Munculnya keluhan-keluhan yang tersebar kepada publik melalui berbagai media tersebut dapat menurunkan reputasi bank di mata masyarakat dan berpotensi menurunkan kepecayaan masyarakat pada lembaga perbankan apabila tidak segera ditanggulangi. Oleh karena itu, untuk mengurangi publikasi negatif terhadap operasional bank dan menjamin terselenggaranya mekanis me penyelesaian pengaduan nasabah secara efektif dalam jangka waktu yang memadai, maka Bank Indonesia memandang perlu untuk menetapkan standar minimum mekanisme penyelesaian pengaduan nasabah. Selain tujuan tersebut, Peraturan Bank Indonesia ini juga ditujukan untuk mendukung kesetaraan hubungan antara bank sebagai pelaku usaha dengan nasabah sebagai konsumen pengguna jasa perbankan sebagaimana diamanatkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen KESIMPULAN Hubungan hukum antara bank dan para nasabahnya adalah hubungan kontraktual. Hubungan kontraktual ini terjadi pada saat nasabah menjalin hubungan hukum dengan pihak bank, antara lain setelah nasabah melakukan hubungan seperti nasabah membuka rekening tabungan, deposito atau pada produk-produk bank yang lainnya. Di dalam hubungan hukum tersebut terdapat keseimbangan yang tertuang dalam hak dan kewajiban dari pihak bank maupun nasabah. Berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, terutama Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 sebagaimana diubah dan ditambah dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan berikut peraturan pelaksanaannya, perlindungan terhadap nasabah bank diberikan oleh Bank Indonesia melalui pengawasan dan pembinaan bank. Pembinaan dan pengawasan yang dilakukan Bank Indonesia terhadap bank tersebut dimaksud kan agar bank dapat selalu menjaga kesehatannya, karena bank yang kondisi 198

nya sehat dapat dijamin terlindunginya dana masyarakat yang disimpan pada bank tersebut. Selanjutnya dalam rangka melaksanakan program penjaminan terhadap simpanan nasabah bank maka dibentuk suatu lembaga yang independen yang diberi tugas dan wewenang untuk melaksanakan program dimaksud melalui Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan. Demikian juga berkaitan dengan penyelesaian pengaduan nasabah sebagai salah satu bentuk peningkatan perlindung an nasabah dalam rangka menjamin hakhak nasabah dalam berhubungan dengan bank, dipandang perlu untuk mengatur penyelesaian pengaduan nasabah dalam suatu Peraturan Bank Indonesia Nomor 77/PBI/2005 tentang Penyelesaian Pengaduan Nasabah. DAFTAR PUSTAKA Barda Nawawi Arief. Polisi Sebagai P e n e g a k H u k u m, M a j a l a h M a s a l a h - M a s a l a h H u k u m. F a k u l t a s H u k u m U N D I P, Semarang,1988, Eddi Sopandi, Beberapa Hal dan Catatan Berupa Tanya Jawab Hukum Bisnis, PT.Refika Aditama, Bandung, 2003 Kasmir, Bank & Lembaga Keuangan Lainnya, PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1999 Purwadarminta. Kamus Bahasa Indonesia Ronny Sautma Hotma Bako. Hubungan Bank Dan Nasabah Terhadap Produk Tabungan Dan Deposito (Suatu Tinjauan Hukum Terhadap Perlindungan D eposan D i Indonesia Dewasa ini), PT.Citra Aditya Bakti, Bandung, 1995 Sutan Remi Sjahdeni. Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan yyang Seimbang Bagi Para Pihak Dalam Perjanjian Kredit Bank di Indonesia. Ringkasan Disertasi D o k t o r p a d a U n i v e r s i t a s a Indonesia, Jakarta 1998 Yusuf Sofie, Perlindungan Konsumen Dan Instrumen-Instrumen Hukumnya, PT.Citra Aditya Bakti, Bandung, 2003. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 dan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 dan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004 Tentang Bank Indonesia. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan Peraturan Bank Indonesia Nomor 7 Tahun 2005 tentang Penyelesaian Pengaduan Nasabah. 199