BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan kebutuhan dasar manusia untuk menjalani

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan pendidikan yang berlangsung dalam lingkungan. atau penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental.

BAB I PENDAHULUAN. diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Pendidikan di Indonesia terus berkembang

BAB I PENDAHULUAN. atau penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental. 2 Lebih jauh pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi peserta didik supaya mampu menyesuaikan diri sebaik

BAB I PENDAHULUAN. Peserta didik merupakan masa depan bangsa. Jika peserta didik di didik

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Oleh karena itu, pendidikan menjadi kebutuhan manusia. 1

BAB I PENDAHULUAN. berkembang disegala aspek kehidupannya. Oleh karena itu, pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan sistem dan cara meningkatkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. pemahaman yang mereka miliki dan mereka butuhkan.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat pembudayaan dan peningkatan kualitasnya.1 Pendidikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar mereka. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan memegang peranan yang amat penting untuk menjamin

BAB I PENDAHULUAN. pada peradaban yang semakin maju dan mengharuskan individu-individu untuk terus

BAB 1 PENDAHULUAN. mensosialisasikan kemampuan baru kepada mereka agar mampu. mengantisipasi tuntutan masyarakat yang dinamis. 3

BAB I PENDAHULUAN. masih banyak aspek yang harus diperbaiki secara terus-menerus. Diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi yang diharapkan. Karena hal itu merupakan cerminan dari kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peran yang sangat menentukan bagi

BAB I PENDAHULUAN. dan keterampilan. Menurut Suharjo (2006: 1), pendidikan memainkan peranan. emosi, pengetahuan dan pengalaman peserta didik.

BAB I PENDAHULUAN. dimilikinya, dan mampu berkompetensi dalam persaingan global. Pendidikan tidak hanya mencakup pengembangan intelektual saja, akan

BAB I PENDAHULUAN. Di negara kita Indonesia pendidikan formal seperti sekolah adalah salah

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan, yang berlangsung di sekolah dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu.

BAB I PENDAHULUAN. tertentu termasuk pendidikan yang ada di Indonesia. Tujuan pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan peranan penting dalam kehidupan bermasyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan harkat dan martabatnya. Seiring dengan perputaran waktu. normatif yang lebih baik dan mampu menjawab tantangan zaman.

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Dalam pelaksanaannya, proses pendidikan membutuhkan kesiapan,

BAB I PENDAHULUAN. dan melaksanakan pendidikan. Anak-anak menerima pendidikan dari

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Sebagai suatu kegiatan yang sadar akan tujuan, maka dalam pelaksanaannya

BAB I PENDAHULUAN. guru, isi atau materi pelajaran, dan siswa. 1

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi Kurukulum 2013 Pada Pembelajaran PAI Dan Budi Pekerti

BAB I PENDAHULUAN. latihan. Pendidikan memberikan peranan yang sangat besar dalam menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. kalangan ilmuwan khususnya para ahli pendidikan. Hal ini karena pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. sebuah kehidupan. Tanpa pendidikan manusia tidak akan hidup teratur dan

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. 1 Keberhasilan

Pendidikan merupakan bentuk perkembangnya potensi menjadi. manusia yang peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik. Pada hakikatnya pendidikan adalah sarana untuk mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN. masalah akhlak merupakan salah satu pokok ajaran Islam yang harus

BAB I PENDAHULUAN. mengembangakan kegiatan belajar siswa. Hal ini mengandung pengertian bahwa

BAB I PENDAHULUAN. membentuk sumber daya manusia yang berkualitas. Tanpa adanya pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan saat ini telah menjadi perhatian yang sangat besar

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia, terutama dalam proses pembangunan nasional.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. inovatif. Mampu beradaptasi dengan perubahan kehidupan yang sangat cepat.

BAB I PENDAHULUAN. bangsa, karena salah satu faktor penting dalam kemajuan suatu bangsa itu terletak

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang terjadi. Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. nomor 20 tahun 2003 Bab I pasal 1 disebutkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. asing yang semakin menggeser minat untuk belajar membaca Al-Qur an. yang dampaknya akan menghancurkannya umat islam.

BAB I PENDAHULUAN. dalam keluarga, masyarakat, maupun kehidupan berbangsa dan bernegara. Maju

BAB I PENDAHULUAN. mulai beranjak pada kondisi yang lebih modern. Perubahan dan. pembangunan bangsa dan negara adalah pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. berbudaya, semakin maju bahasa suatu bangsa semakin menunjukkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. dengan peserta didik dalam situasi intruksional edukatif. Melalui proses belajar

BAB I PENDAHULUAN. aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

BAB I PENDAHULUAN. kembali pemikiran kita tentang makna pendidikan itu sendiri. Pendidikan terkait dengan nilai-nilai, mendidik berarti memberikan,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu sistem pada prinsipnya bukan hanya bertujuan untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa yang maju adalah bangsa yang mampu menunjukan tingkat

BAB I PEDAHULUAN. pendidikan nasional di Indonesia menyatakan bahwa: Pendidikan nasional

BAB I PENDAHULUAN. penigkatan kualitas sumber daya manusia. Sebab tanpa pendidikan manusia

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. 1 Keberhasilan proses

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, dituntut sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. muda untuk memperoleh serta meningkatkan pengetahuannya. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I. tujuan pendidikan nasional menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu faktor yang menentukan kemajuan bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 yang menyatakan bahwa : Proses pembelajaran pada umumnya memiliki komponen-komponen

BAB I PENDAHULUAN. Menyambung yang Terputus dan Menyatukan yang Tercerai), Alfabeta, Bandung, 2009, hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN. M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009, hlm

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. menyelenggarakan suatu kehidupan yang penuh kedamaian dan kebahagiaan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. partisipasi dalam proses pembelajaran. Dengan berpartisipasi dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,

BAB I PENDAHULUAN. daya pendidik dan peserta didik. Usaha peningkatan mutu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

BAB I PENDAHULUAN. melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, atau latihan yang berlangsung di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam pendidikan. Akibat pengaruh itu pendidikan semakin mengalami. telah menunjukkan perkembangan yang sangat pesat.

BAB I PENDAHULUAN. hal tersebut, pembangunan nasional dalam bidang pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hak bagi setiap warga negara. Di dalam UUD 1945 Pasal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu sektor penentu keberhasilan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Agama Islam sangat penting bagi siswa di mana pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan pokok bagi manusia. Tanpa

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sarana untuk mencapai tujuan pembelajaran serta dapat

BAB I PENDAHULUAN. Sekretaris Jenderal MPR-RI, Undang-Undang Dasar 1945, Sekjen MPR-RI, Jakarta, hlm. 5 2

BAB I PENDAHULUAN. pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memberikan peran yang sangat besar dalam menciptakan sumber daya. pendidikan nasional Bab 1 Pasal 1, pendidikan adalah:

BAB I PENDAHULUAN. belum lagi ditemukan pada saat arus globalisasi dan Era pasar bebas terus

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sosial budaya dimana dia hidup.

BAB I PENDAHULUAN. Ruzz Media Group, 2009), hlm Wiji Suwarno, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jogjakarta: Ar-

BAB I PENDAHULUAN. dididik, dilatih dan diarahkan agar menjadi manusia yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku yang baik. Pada dasarnya pendidikan merupakan proses untuk

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan dasar manusia untuk menjalani sebuah kehidupan. Tanpa pendidikan manusia tidak akan hidup teratur dan sistematis. Dalam kenyataannya hidup menunjukkan suatu proses sebuah pembelajran. Manusia tidak dirancang untuk dapat hidup langsung tanpa sebuah proses pembelajaran. Proses pembelajaran manusia dimulai dari orang-orang terdekat disekitarnya dan selanjutnya proses belajar itulah yang menjadi basis pendidikan. Dalam sejarah umat manusia, hampir tidak ada kelompok manusia yang tidak menggunakan pendidikan sebagai pembudayaan dan peningkatan kualitas, sekalipun dalam masyarakat yang terbelakang (primitif). 1 Pendidikan merupakan aktivias melayani orang lain dalam mengeksplorasi segenap potensi dirinya, sehinga terjadi proses perkembangan kemanusiaannya agar mampu berkompetensi di dalam lingkup kehidupannya. Pendidikan yang baik adalah yang tidak hanya mempersiapkan para peserta didik untuk suatu profesi atau jabatan tertentu, tetapi juga untuk suatu menyelesaikan masalah-masalah yang di hadapi dalam 1 Hujair AH. Sanaky, Paradigma Pendidikan Islam: Membangun Mayarakat Madani Indonesia, (Yogyakarta:Safitri Insania Press, 2003), hal.4 1

2 kehidupan sehari-hari. 2 Pendidikan dapat berlangsung dilingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Melalui pendidikan diharapkan dapat ditumbuhkan kemampuan untuk menghadapi tuntutan objek masa kini, baik tuntutan dari dalam maupun dari luar masyarakat yang bersangkutan. 3 Pendidikan ialah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup serta pendidikan dapat diartikan sebagai pengajaran yang diselenggarakan di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal. 4 Dalam UUD No.20/2003 tentang sistem pendidikan nasional, tercantum pengertian bahwa: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya sehingga memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan oleh dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. 5 Berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, sebagaimana dirumuskan dalam Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003, tentang sistem pendidikan Nasional merumuskan Dasar, Fungsi dan Tujuan Pendidikan Nasional: Pasal 2 : Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945 Pasal 3 : Pendidikan Nasioanal berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, 2 Ashar Arsyat, Media Pembelajaran, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2008), hal 1 3 Umat Tirtahardja, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: PT Asdi Mahasatya, 2005), hal. 129 4 Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran Untuk Membantu Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar, (Bandung: CV Alfabeta, 2005), hal 3. 5 Wiji Suwarno, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media Group, 2009), hal.21-22

3 sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokrasi serta bertanggung jawab. 6 Inti dari pendidikan adalah interaksi yang baik didasari oleh kemampuan guru untuk berkomunikasi dengan para peserta didiknya, baik secara lisan, tertulis, menggunakan media pendidikan, maupun aktivitas kelompok. 7 Salah satu cara untuk merealisasikan pendidikan yang baik bukan hanya dengan interaksi antara guru dan peserta didik saja, akan tetapi juga melalui suatu proses pembelajaran. Proses pembelajaran adalah suatu upaya untuk mencapai tujuan pendidikan. Interaksi atau hubungan timbal balik yang terjadi antara guru dan peserta didik merupakan syarat utama berlangsungnya proses belajar mengajar. Belajar merupakan aktivitas yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan perubahan dalam dirinya melalui pelatihan-pelatihan atau pengalaman-pengalaman. Dengan demikian, belajar dapat membawa perubahan bagi si pelaku, baik perubahan pengetahuan, sikap, maupun keterampilan. 8 Belajar tidak hanya konteks umum saja, akan tetapi pembelajaran agama juga harus ditekankan. Untuk membentuk peserta didik yang memiliki moral dan akhlakul karimah dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu pelajaran agama sangat dibutuhkan oleh peserta didik saat ini. Terutama pelajaran tentang Aqidah atau keyakinan. 6 Undang-Undang RI No.20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS, (Bandung: Citra Umbara, 2008), hal.6 7 Muhammad Fathurohman dan Sulistyorini, Belajar dan Pembelajaran, (Yogyakarta: Teras, 2012), hal. 267 8 Baharuddin & Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Ar Ruzz Media, 2012), hal. 12.

4 Pembelajaran Aqidah Akhlak merupakan bagian dari salah satu pembelajaran agama yang bertujuan untuk membentuk akhakul karimah dan mempunyai moral yang tinggi. Pemelajaran Aqidah Akhlak bukanlah satu-satunya pembelajaran yang dapat menetukan perilaku peserta didik, akan tetapi pembelajaran Aqiah Akhlak memberikan kontribusi yang cukup besar dalam perilaku peserta didik sehari-hari. Terutama dalam hal budi pekerti dalam kehidupan sehari-hari. Juga dapat mendidik peserta didik untuk menjadi manusia yang lebih dekat dengan Allah SWT. Ayat Al-Qur an yang terkait dengan pentingnya pendidikan, hal ini sesuai dengan firman Allah SWT yang berbunyi: Artinya: Dan tidak sepatutnya orang-orang mukmin itu semua pergi kemedan perang, mengapa sebagian diantara mereka tidak pergi untuk memperdalam ilmu pengetahuan agama mereka dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali, agar mereka dapat menjaga dirinya (.At- Taubah ayat 122.) Dari dalil diatas dapat disimpulkan bahwa untuk menuntut ilmu agama dan kedudukan orang yang menuntut ilmu agama harus mampu menjadi pengingat bagi orang yang tidak tahu masalah agama serta serta

5 mampu menjaga diri dari hal-hal yang menjerumuskan kedalam lembah kenistaan. Mata pelajaran Aqidah Akhlak dalam kurikulum MI adalah salah satu mata pelajaran agama yang diarahkan untuk mempersiapkan peserta didik mengenal, memahami, menghayati dan mengamalkan perilaku Islam yang kemudian menjadi dasar pandangan hidupnya melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, pelatihan, serta penggunaan pengalaman. 9 Karena Aqidah dan akhlak merupakan komponen penting dalam ajaran Islam dan menjadi landasan bagi umat Islam dalam menjalani kehidupan baik di dunia maupun di akhirat kelak. Namun masih banyak peserta didik yang kurang aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Berdasarkan fenomena yang ada khususnya dalam dunia pendidikan, masih sedikit sekali guru yang menerapkan metode pembelajaran yang pas dengan materi pembelajaran dan yang disukai peserta didik. Dengan demikian metode pembelajaran yang menarik sangat dibutuhkan oleh guru agar siswa bisa menerima informasi atau pesan dengan baik, karena melalui metode pembelajaran guru dapat membantu peserta didik mendapat informasi, ide, keterampilan, cara berfikir, dan mengekspresikan ide. 10 9 Dirjen Bimbingan Departeman Agama, Kegiatan Pembelajaran Aqidah (Edisi Juni 2003), hal 3 10 Agus Suprijono, Cooperatif Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM, (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2011), hal, 46

6 Adapun alasan peneliti untuk memilih lokasi MI Miftahul Huda untuk dijadikan lokasi penelitian yaitu karena sekolah ini masih belum menggunakan model ataupun metode yang bervariatif dalam pembelajaran sehari-hari. Sehingga pembelajarannya menjadi kurang bervariatif, sehingga nilai peserta didik tidak maksimal. Padahal jumlah peserta didik di madrasah ini banyak sehingga sangat disayangkan jika pembelajarannya kurag variatif atau hanya menggunakan metode yang masih konvensional. Dan di sekolah ini juga belum pernah di adakan penelitian dengan model pembelajaran kooperatif tipe examples non examples. Maka dari itu peneliti tertarik untuk mengambil lokasi ini untuk dijadikan penelitian, dengan harapan pembelajaran lebih bervariatif. Agar pembelajaran Aqidah Ahklak menjadi lebih menyenangkan dan diminati oleh peserta didik, maka pembelajaran Aqidah Ahklak harus diadakan inovasi baru yaitu dengan memanfaatkan metode pembelajaran. Dengan adanya metode pembelajaran siswa lebih aktif dan antusias untuk mengikuti pembelajaran Aqidah Ahklak. Akan tetapi penggunaan dan pemilihan metode juga harus sesuai dengan materi yang akan diajarkan, supaya pembelajaran lebih maksimal. Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Reni, S.Pd.I. guru kelas IV di MI Miftahul Huda terdapat kendala dalam pross pembelajaran Aqidah Ahklak Guru tersebut menuturkan bahwa: Terdapat kendala dalam pembelajaran Aqidah Ahklak, salah satunya adalah peserta didik banyak yang masih mengobrol saat

7 pembelajaran berlangsung, peserta didik masih kurang faham dan kurang fokus dengan materi yang disampaikan guru, anak cenderung ramai dan mudah bosan saat pembelajaran berlangsung. Selain guru masih menggunakan metode konvensional di dalam proses pembelajaran seperti menggunakan metode hafalan, sehingga membuat peserta didik kurang mampu untuk memahami materi yang disampaikan.. Selain itu peserta diidk yang tidak faham akan materi juga tidak mau bertanya kepada guru dengan alasan malu. 11 Selain itu, berdasarkan pengamatan dalam proses pembelajaran Aqidah Ahklak di kelas IV MI Miftahul Huda Dono Sendang Tulungagung juga tidak menggunakan metode ataupun model yang berfariatif dalam pembelajaran Aqidah Ahklak, metode yang digunakan hanya metode-metode konvensional saja. Selain itu media atau alat peraga yang menunjang pembelajaran Aqidah Ahklak satu-satunya media yang digunakan hanyalah buku, sehingga pembelajaran menjadi kurang bermakna dan peserta didik kurang mendapatkan pengalaman langsung dalam pembelajaran. Dan setelah diterangkan materi peserta didik langsung di suruh untuk mengerjakan LKS. Sebagian peserta didik kurang tertarik dan kurang termotivasi dalam mengikuti pembelajaran. Saat guru menyampaikan materi peserta didik banyak yang ngobrol sendiri dan bermain sendiri dengan teman satu bangkunya atau seperti memperhatikan akan tetapi tidak faham maksud dari guru. Serta kerja sama antar peserta didik masih perlu ditingkakan lagi. Banyak peserta didik yang kurang bisa bekerja sama dengan baik dengan sesama peserta didik. 12 11 Wawancara khusus dengan Guru Aqidah Ahklak Kelas IV MI Miftahul Huda Dono Sendang Tulungagung pada 4 Nopember 2016. 12 Hasil Observasi di MI Miftahul Hudo Dono Sendang Tulungagung pada 4 Nopember 2016.

8 Oleh karena itu, untuk mengatasi masalah pembelajaran tersebut peneliti menggunakan salah satu model pembelajaran dan pengajaran Aqidah Ahklak adalah menggunakan model kooperatif tipe examples non examples. Alasan peneliti mengambil pembeljaran kooperatif yaitu pembelajaran kooperatif mengandung pengertian bekerja bersama mencapai tujuan bersama. Dalam kegiatan kooperatif, peserta didik secara individual mencari hasil yang menguntungkan bagi seluruh anggota kelompoknya. Dan alasan lain mengapa peneliti memilih pembelajaran Aqidah Akhlah untuk dijadikan penelitian, karena nilai pembelajaran Aqidah akhlak peserta didik banyak yang berada dibawah KKM. Sehigga peneliti tertarik untuk menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe examples non examples ini untuk diterapkan dalam mata pelajaran Aqidah Akhlak. Pembelajaran kooperatif adalah mengajar dengan mengelompokkan peserta didik kedalam kelompok-kelompok kecil. Pada kelompok-kelompok kecil tersebut terdiri peserta didik dengan tingkat kemampuan yang berbeda, peserta didik menggunakan sejumlah kegiatan belajar untuk mengembangkan pemahaman terhadap suatu konsep atau sub konsep. 13 Langkah-langkah dari model kooperatif tipe example non example sebagai berikut: 13 Etin Solikatin dan Raharjo, Cooperatif Learning Analisis Model Pembelajaran IPS (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hal 4

9 1. Persiapkan gambar, diagram, atau tabel sesuai materi bahan ajar dan kompetensi. 2. sajikan gambar ditempel atau pakai OHP, dengan ptunjuk guru siswa mencermati sajian. 3. diskusi kelompok tentang sajian gambar tadi. 4. presentasi hasil kelompok. 5. bimbingn penyimpula, evaluasi dan reflaksi. 14 Dari uraian di atas peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian di MI Miftahul Huda Dono Sendang dengan menggunakan model pembelajran kooperatif tipe examples non examples pada mata pelajaran Aqidah Akhlak khususnya pada materi akhlak terpuji nabi dan rasul. Oleh karena itu peneliti mengambil judul Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Examples Non Examples Pada Pembelajaran Aqidah Ahklak Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Kelas IV MI Miftahul Huda Dono Sendang Tulungagung. B. Fokus Peneltian Dari pemaparan latar belakang, maka yang menjadi fokus penelitian adalah: 1. Bagaimana peningkatan keaktifan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran Aqidah Akhlak materi akhlak terpuji nabi dan rasul melalui model pembelajaran kooperatif tipe examples non examples pada kelas IV MI Miftahul Huda Dono Sendang Tulungagung? 14 Ngalimun dkk, Strategi Dan Model Pembelajaran (Yogyakarta: Aswaja Presindo, 2016), hal 244

10 2. Bagaimana peningkatan hasil belajar Aqidah Akhlak materi akhlak terpuji nabi dan rasul melalui model pembelajaran kooperatif tipe examples non examples pada kelas IV MI Miftahul Huda Dono Sendang Tulungagung? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mendeskripsikan peningkatan keaktifan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran Aqidah Ahklak materi ahklak terpuji nabi dan rasul melalui model pembelajaran kooperatif tipe example non example pada kelas IV MI Miftahul Huda Dono Sendang Tulungagung. 2. Untuk mendeskripsikan peningkatan hasil belajar Aqidah Akhlak materi akhlak terpuji nabi dan rasul melalui model pembelajaran kooperatif tipe example non example pada kelas IV MI Miftahul Huda Dono Sendang Tulungagung. D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini aalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini dapat berfungsi sebagai sumbangan untuk memperkaya khasanah bagi pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya tentang model kooperatif tipe example non example. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Kepala MI Miftahul Huda Dono Sendang, Tulungagung

11 Sebagai masukan dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan khusunya pada mata pelajaran Aqidah Ahklak untuk MI. b. Bagi Guru MI Miftahul Huda Dono Sendang, Tulungagung Dengan adanya penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat menjadi sebuah acuan pada proses belajar mengajar dalam upaya meningkatkan hasil belajar Aqidah Ahklak di MI c. Bagi peserta didik MI Miftahul Huda Dono Sendang, Tulungagung Sebagai tolak ukur untuk mengikuti pembelajaran Aqidah Ahklak yang lebih bermakna, sehingga siswa lebih menyukai pelajaran Aqidah Ahklak dan meningkatkan hasil belajarnya. d. Bagi peneliti lain Untuk menambah wawasan dan mendapat pengalaman, pengetahuan dalam melakukan penelitian dan melatih diri dalam menerapkan ilmu pengetahuan khususnya tentang model kooperatif tipe example non example dalam pembelajaran Aqidah Ahklak. E. Hipotesis Tindakan Hipotesis tindakan yang diajukan dalam penelitian ini adalah jika model pembelajaran kooperatif tipe example non example diterapkan pada mata pelajaran aqidah akhlak pokok bahasan akhlak terpuji nabi dan rasul, maka hasil belajar siswa kelas IV madrasah Ibtidaiyah Miftahul Huda Dono Tulungagung dapat ditingkatkan.

12 F. Definisi Istilah Agar tidak terjadi salah penafsiran dalam memahami istilah yang dipakai dalam penelitian ini, maka perlu adanya penegasan istilah dari Penerapan Model Kooperatif Tipe Examples Non Examples Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Aqidah Akhlak Peserta Didik Kelas IV MI Miftahul Huda Dono Sendang Tulungagung sebagai berikut: 1. Model Examples Non Examples Model yang menggunakan media gambar dalam penyampaian materi pembelajaran yang bertujuan mendorong siswa untuk belajar berfikir kritis dengan jalan memecahkan permasalahan-permasalahan yang terkandung dalam contoh-contoh gambar yang disajikan. 2. Hasil Belajar Kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar disebut juga dengan prestasi belajar. Prestasi merupakan hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dan aktivitas dalam belajar. Hasil belajar akan diperoleh siswa setelah siswa mengikuti proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe example non example materi ahklak terpuji nabi dan rasul. 3. Aqidah Ahklak Yaitu salah satu mata pelajaran agama yang berhubungan dengan keyakinan dan perbuatan seseorang. Mata pelajaran tersebut yang akan

13 diajarkan dengan menggunkan model pembelajran kooperatif tipe example non example di MI Miftahul Huda Dono Sendang Tulungagung. G. Sistematika Penulisan Setelah penelitian ini dilakukan, penulis kemudisn menuangkan hasil penelitian ke dalam sebuah laporan penelitian. Sistematika penulisan laporan tersebut meliputi: 1. Bagian awal, menunjukkan identitas peneliti dan identitas penelitian yang dilakukan. Dimana komponennya meliputi halaman judul, abstrak peneltian, persetujuan pembimbing, pengesahan, mott0, persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar dan lampiran. 2. Bagian utama, menjelaskan inti ari kegiatan penelitian, meiputi: a. Bab I Pendahuluan Pendahuluan ini bertujuan untuk memberi pengantar kepada pembaca dalam memahami isi laporan penelitian. b. Bab II Kajian Pustaka Pada bab ini memuat uraian tentang tinjauan pustaka atau bukubuku teks yang berisi teori-teori besar dan hasil dari penelitian terdahulu. c. Bab III Metode Penlitian Berisi tentang pendekatan dan rancangan penelitian, kehadiran peneliti, lokasi penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, analisis data, pengecekan keabsahan data, tahap-tahap penelitian. d. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

14 Berisi tentang paparan data atau temuan yang disajikan dalambentuk topik sesuai dengan pernyataan-pernytaan penelitian dan hasil analisis data. e. Bab V Penutup Memuat tentang kesimpulan dan saran-saran