BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hukum mempunyai peranan sangat besar dalam pergaulan hidup di

dokumen-dokumen yang mirip
BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 25 TAHUN 2018 TENTANG

Sekapur Sirih. Cilacap, Agustus 2010 Kepala Badan Pusat Statistik Kab. Cilacap. SUBIYANTO, S.Si NIP

Realisasi Tahun ,9 64,25 61,59 105,6 103,3 100,9 100,4 100,3 104,86 108,42

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 18 TAHUN 2018 TENTANG

BIMBINGAN TEKNIS PENGELOLAAN ANGGARAN PENGAWASAN PEMILIHAN BUPATI DAN WAKIL BUPATI 2017 PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN DANA HIBAH

GUBERNUR JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Pajak bumi di Indonesia telah dilaksanakan sejak awal abad 19 ketika pulau

KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 561.4/52/2008 TENTANG UPAH MINIMUM PADA 35 (TIGA PULUH LIMA) KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2009

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP,

PILEG 2014 PARTAI POLITIK PESERTA PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014

PENGEMBANGAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN CILACAP

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP,

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP

METODE PENELITIAN. Metode deskriptif analisis merupakan metode yang digunakan untuk

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP,

pada huruf a, dan sesuai hasil konsultasi dengan Dewan PerwakUan Rakyat Daerah Provinsi Jawa TcnSi pes a b u ^ / K ^ * ^vinsi Jawa

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 15 TAHUN 2018 TENTANG

HASIL TES WAWANCARA CALON PANWASCAM 2017

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Cilacap Selatan merupakan salah satu Kecamatan di Kabupaten Cilacap,

PENGUMUMAN PEMENANG. Nomor : 602.3/ /PMNG."Kode Paket"/19 Tanggal : 3 Juni 2014

BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 0 9 ) TAHUN 2012 TENTANG

DATA PENCAIRAN DANA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) KABUPATEN CILACAP PEMENUHAN KEKURANGAN TRIWULAN 3 & 4 TAHUN 2015

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH

POTENSI PERIKANAN DALAM PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN CILACAP, JAWA TENGAH. Oleh : Ida Mulyani

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Kredit usaha mikro di negara-negara berkembang merupakan salah satu

4. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara

Lampiran 1 Jumlah Penduduk, Kepadatan Penduduk dan Pertumbuhan Penduduk di Wilayah BARLINGMASCAKEB Tahun 2009

BADAN PUSAT STATISTIK KBUPATEN CILACAP

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa dekade terakhir, terjadi perkembangan penduduk di. Indonesia yang demikian pesat. Hasil proyeksi yang dilakukan oleh Badan

Lomba Penulisan Artikel HUT KORPRI Ke 43 Kabupaten Cilacap Mengangkat HARKAT, MINAPOLITAN Cilacap*

ANALISIS AGIHAN IKLIM KLASIFIKASI OLDEMAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KABUPATEN CILACAP JURNAL PUBLIKASI ILMIAH

TIPOLOGI PERKOTAAN DI KABUPATEN CILACAP

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 19 TAHUN 2018 TENTANG

STRATEGI PENGEMBANGAN DAERAH GROWTH POLE MELALUI PEMANFAATAN POTENSI LOKAL

BAB III PEMBAHASAN. Bencana adalah peristiwa atau kejadian pada suatu daerah yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Luas wilayah sekitar ,840 Ha. Letak geografis Kabupaten Cilacap

BAB I PENDAHULUAN. Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

BAB II KONDISI DAERAH SEKITAR TEMPAT TINGGAL PANGLIMA BESAR JENDERAL SOEDIRMAN

Economics Development Analysis Journal

BAB I PENDAHULUAN. Pada hakikatnya seorang anak dilahirkan sebagai akibat dari hubungan

LKj IP Pemerintah Kabupaten Cilacap Tahun 2014 BAB I PENDAHULUAN A. GAMBARAN UMUM D

PANDUAN REKAPITULASI HASIL PENGHITUNGAN SUARA DI TINGKAT KECAMATAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Partisipasi 1 Masyarakat dalam Pengurangan..., Andhip Whenda Polisa, 2015

Relasi. Maning...! Nyoblos. Relawan Demokrasi PEMILU DPR, DPD dan DPRD Tahun 2014 BUKU SAKU PARTAI POLITIK PESERTA PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014

STRATEGI PENGEMBANGAN DAERAH GROWTH POLE MELALUI PEMANFAATAN POTENSI LOKAL

Pola Spasial Bahaya Kekeringan di Kabupaten Cilacap

PENDUDUK USIA SEKOLAH 7-18 TAHUN YANG BEKERJA. Kehutanan & Pertanian Lain. Transportasi & Pergudangan Informasi & Komunikasi Keuangan & Asuransi

'. ' "pada huruf a, dan sesuai frasil konsultasi d.engan Dewan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG. Nomor 07 Tahun 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 07 TAHUN 2010 TENTANG

PENGUMUMAN PENGADAAN LANGSUNG PADA DINAS CIPTA KARYA DAN TATA RUANG KABUPATEN CILACAP APBD KABUPATEN CILACAP TAHUN ANGGARAN 2014

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASER NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL DI KABUPATEN PASER

UNDANG UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

ANALISIS DISPARITAS SPASIAL MENGGUNAKAN DYNAMIC K-MEANS CLUSTER DAN LOCATION QUOTIENT PDRB KABUPATEN CILACAP TAHUN 2014

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MERANGIN NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL

GUBERNURJAWATENGAH. KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 560 / 66 TAHUN 201s TENTANG GUBERNUR JAWA TENGAH,

PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MERANGIN NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 2 TAHUN 2012 T E N T A N G PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG

BUPATI MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DI KABUPATEN MAGELANG

Mempercantik Primadona yang terlupa Gunung Selok

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU

PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PONTIANAK,

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN TAPANULI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPANULI SELATAN NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG

PEMERINTAH KOTA TEBING TINGGI

DATA DASAR PUSKESMAS PROVINSI KEPULAUAN JAWA TENGAH

PEMERINTAH KABUPATEN MALINAU

WALIKOTA TASIKMALAYA

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP RENCANA KERJA ANGGARAN RKA SKPD TAHUN ANGGARAN 2012

UPAH MINIMUM TAHUN 2005 PROPINSI KABUPATEN - KOTAMADYA DI INDONESIA No Propinsi Kabupaten / Kotamadya Sektor Industri Upah Minimum 2005 (Rp)

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2009 NOMOR : 14 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 14 TAHUN 2009 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI

BUPATI SINTANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 47 TAHUN 2018

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KETAPANG NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DI KABUPATEN KETAPANG

BAB I PENDAHULUAN. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

PEMERINTAH KABUPATEN BLORA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

ANALISIS AGIHAN IKLIM KLASIFIKASI OLDEMAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KABUPATEN CILACAP

BUPATI DHARMASRAYA PERATURAN DAERAH KABUPATEN DHARMASRAYA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KATINGAN NOMOR : 5 TAHUN 2011 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

PENGUMUMAN PEMENANG No.: 440/2213/15.0 Tanggal : 17 September 2012

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 9 TAHUN 2011

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH AWAL TAMBAHAN JUMLAH

BUPATI PURWAKARTA PROPINSI JAWA BARAT

PENGUMUMAN PELELANGAN UMUM DENGAN PASCAKUALIFIKASI Nomor : PANLEL/ /LU.BM.0/19

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN NOMOR 16 TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUARA ENIM NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hukum mempunyai peranan sangat besar dalam pergaulan hidup di tengah-tengah masyarakat, khususnya dalam penentuan hak dan kewajiban serta perlindungan kepentingan sosial dan individunya. Dalam konteks pergaulan hidup individu, hukum berperan sedemikian rupa sehingga sesuatu yang berkaitan dalam hubungan antar individu yang satu dengan yang lain dapat berjalan dengan tertib dan teratur, karena hukum secara tegas menentukan hak dan kewajiban mereka masing-masing (Agus Sudaryanto, 2015: 62). Mengingat pentingnya peranan hukum dalam pergaulan masyarakat, hukum dalam aksi tersebut ternyata mempunyai fungsi seperti pengaturan, penertiban, penyelesaian pertikaian, dan sebagainya, sehingga dapat mengiringi masyarakat yang senantiasa berkembang (Satjipto Raharjdo, 1993: 143). Tujuan dari hukum itu sendiri di antaranya adalah untuk mencapai keadilan, kepastian hukum, dan kemanfaatan. Salah satu dari tujuan hukum untuk mencapai kepastian hukum adalah dalam bidang catatan sipil, yang berkaitan dengan kelahiran, kematian, perpindahan dan lain-lain yang harus mempunyai kepastian hukum karena hal tersebut mempunyai akibat hukum. Semakin tahun semakin bertambah pertumbuhan jumlah penduduk di negeri ini. Hal ini tentunya akan berpotensi menimbulkan permasalahan-permasalah 1

baru. Di antaranya yaitu permasalahan yang berkaitan dengan administrasi kependudukan. Permasalahan dari petumbuhan penduduk ini tidak hanya kekurangan makan pada sebagian besar penduduk saja, tetapi juga kekurangan kesempatan kerja, bersekolah, kekurangan tempat tinggal, kekurangan air dan berbagai macam persoalan yang tidak teratasi. Banyaknya masalah yang berhubungan dengan penduduk ini, menimbulkan banyak perhatian orang yang tertarik ke arah itu. Sehingga menimbulkan kesadaran untuk mempelajarinya, untuk memperoleh pengetahuan yang dapat dipakai untuk melakukan berbagai macam aksi-aksi sosial, aksi penyadaran, aksi perencanaan, dan aksi pembangunan (Ruslan H. Prawiro, 1983: 2). Tertib administrasi kependudukan dilakukan untuk menyeimbangkan jumlah penduduk yang semakin banyak yang menyangkut seluruh masalah kependudukan. Sebagaimana diketahui bahwa kinerja pelayanan masyarakat di bidang administrasi kependudukan terutama pelayanan yang menyentuh masyarakat banyak seperti pelayanan Kartu Tanda Penduduk (KTP), Surat Keterangan Keluarga, Akte Kelahiran, dan lain-lain, dewasa ini belum memuaskan. Masih kurangnya kinerja pelayanan masyarakat tersebut dampaknya sangat besar terutama terhadap bidang sosial dan ekonomi. Masyarakat pada era reformasi sekarang ini semakin kritis dan semakin menyadari akan hak-haknya untuk memperoleh pelayanan yang baik, sedangkan pemerintah yang berkewajiban memberikan pelayanan yang baik 2

kepada masyarakat belum mampu memenuhi tuntutan tersebut (https://hasmaretia.wordpress.com/2011/10/13/etikabirokrasidankodetikpns/). Pada umumnya kedudukan hukum seseorang dimulai pada saat ia dilahirkan dan akan berakhir pada saat ia meninggal. Sedangkan peristiwa kelahiran sampai dengan kematian seseorang, akan membawa akibat-akibat hukum yang sangat penting tidak saja yang bersangkutan sendiri, akan tetapi bekas istri atau bekas suami dan anak mereka. Berdasarkan itu maka sangat pentinglah seseorang memiliki dan memperoleh suatu tanda bukti dalam kedudukan hukumnya. Hal ini bertujuan agar seseorang lebih mudah mendapatkan kepastian tentang peristiwa yang dialaminya (www.kpai.go.id/tinjauan/akta-kelahiran-adalah-hak-setiap-anak-indonesia). Manusia atau orang merupakan subyek hukum (rechtspersoonlijkheid) di samping badan hukum. Ini merupakan hukum yang berlaku secara universal dalam sistem hukum manapun. Sebagai subyek hukum, orang mempunyai hak, kewajiban, dan kewenangan. Akan tetapi, tidak semua orang mempunyai kewenangan melakukan perbuatan hukum. Umumnya hukum mensyaratkan kedewasaan dan kesehatan jiwa (tidak gila atau terbelakang mental) agar memiliki kewenangan umum melakukan perbuatan hukum. Namun demikian, diperlukan syarat-syarat khusus agar seseorang dapat melakukan perbuatan hukum yang khusus pula (Munir Fuady, 2005: 203). Untuk membuktikan bahwa seseorang itu telah cakap untuk melakukan perbuatan hukum, maka salah satunya dapat dibuktikan dengan bukti otentik yang diperoleh dari hasil Pencatatan Sipil. 3

Pencatatan Sipil adalah pencatatan peristiwa penting yang dialami oleh seseorang dalam register pencatatan sipil pada Instansi Pelaksana. Catatan sipil ini dibuat dalam bentuk akta yang disahkan oleh pihak yang berwenang mengurusi masalah kependudukan dan catatan sipil, yaitu Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil. Salah satu jenis catatan sipil adalah Akta Kelahiran. Namun demikian, sebagian masyarakat belum begitu paham akan arti pentingnya pencatatan sipil yang salah satunya adalah catatan akta kelahiran. Masyarakat yang tinggal di perdesaan yang biasanya menundanunda untuk membuat akta kelahiran anaknya. Apabila seorang anak akan memasuki jenjang pendidikan barulah orang tua segera membuat akta kelahiran. Tak jarang ada sebagian masyarakat yang masih enggan membuat akta kelahiran anak. Kebiasaan yang terjadi di masyarakat, apabila anak akan memasuki jenjang pendidikan maka hanya menggunakan catatan kelahiran dari desa atau yang lazim disebut dengan buis. Di sinilah peran lembaga pencatat sipil sangat dibutuhkan demi tercapainya tertib administrasi kependudukan. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan menjelaskan bahwa Akta Kelahiran merupakan dokumen kependudukan yang memberikan bukti terjadinya peristiwa kelahiran yang menjelaskan nama anak, jenis kelamin, tempat dan tanggal lahir, nama orang tua, dan kewarganegaraan. Undang-undang ini memberikan hak kepada setiap penduduk untuk memperoleh Dokumen Kependudukan, pelayanan yang sama dalam Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil, perlindungan 4

atas Data Pribadi, kepastian hukum atas kepemilikan dokumen, Informasi mengenai data hasil Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil atas dirinya dan/atau keluarganya, serta ganti rugi dan pemulihan nama baik sebagai akibat kesalahan dalam Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil serta penyalahgunaan Data Pribadi oleh Instansi Pelaksana. Kabupaten Cilacap merupakan salah satu kabupaten terbesar di Jawa Tengah. Kabupaten Cilacap ini terdiri dari 24 Kecamatan yang terdiri dari Kecamatan Kedungreja, Kesugihan, Adipala, Binangun, Nusawungu, Kroya, Maos, Jeruklegi, Kawunganten, Gandrungmangu, Sidareja, Karangpucung, Cimanggu, Majenang, Wanareja, Dayeuhluhur, Sampang, Cipari, Patimuan, Bantarsari, Cilacap Tengah, Cilacap Selatan, Cilacap Utara, dan Kampung Laut. Dari beberapa Kecamatan yang terdapat di Kabupaten Cilacap, Kecamatan Wanareja merupakan salah satu Kecamatan dengan populasi terbanyak. Walaupun demikian, tetapi masih banyak kelompok anak di bawah umur 18 tahun yang belum memiliki Akta Kelahiran, seperti yang tersaji dalam tabel berikut ini : Tabel 1 Data Agregat Kependudukan berdasarkan Kelompok Umur 18 Tahun Dan Kepemilikan Akta Kelahiran di Kabupaten Cilacap Tahun 2015 No_ kec Kecamatan 0-18 tahun 0-18 tahun ber akta kelahiran Jml l Jml p Jumlah Jml l Jml p Jumlah % 1 Kedungreja 14.476 13.628 28.104 8.549 8.333 16.882 60,07 2 Kesugihan 21.111 19.755 40.866 11.626 10.873 22.499 55,06 3 Adipala 14.293 13.512 27.804 8.742 8.413 17.155 61,70 4 Binangun 10.455 9.809 20.264 6.673 6.345 13.018 64,24 5

5 Nusawungu 14.085 13.312 27.397 7.780 7.448 15.228 55,58 6 Kroya 18.403 17.343 35.746 12.458 11.914 24.372 68,18 7 Maos 7.439 7.033 14.472 5.155 4.877 10.032 69,32 8 Jeruklegi 12.617 11.827 24.444 7.484 7.075 14.559 59,56 9 Kawunganten 14.814 13.957 28.771 6.130 5.774 11.904 41,37 10 Gandrungmangu 18.601 17.131 35.732 9.869 9.263 19.132 53,54 11 Sidareja 9.965 9.714 19.679 6.307 6.209 12.519 63,60 12 Karangpucung 12.881 11.991 24.872 7.487 7.005 14.492 58,27 13 Cimanggu 17.248 16.072 33.320 8.377 7.805 16.182 48,57 14 Majenang 22.419 21.472 43.891 11.935 11.330 23.265 53,01 15 Wanareja 18.134 17.006 35.140 7.069 6.644 13.713 39,02 16 Dayeluhur 7.295 6.983 14.278 2.839 2.785 5.624 39,39 17 Sampang 7.029 6.781 13.810 3.735 3.587 7.322 53,02 18 Cipari 11.436 10.744 22.180 6.725 6.231 12.956 58,41 19 Patimuan 8.436 7.774 16.210 5.215 4.900 10.115 62,40 20 Bantarsari 12.732 12.127 24.859 8.206 7.930 16.136 64,91 21 Cilacap selatan 14.056 13.123 27.179 8.191 7.705 15.896 58,49 22 Cilacap tengah 14.899 13.793 28.692 8.947 8.443 17.390 60,61 23 Cilacap utara 12.840 11.966 24.806 8.385 7.789 16.174 65,20 24 Kampung laut 3.083 2.864 5.947 1.372 1.229 2.601 43,74 318.746 299.717 618.463 179.256 169.907 349.163 56,46 Sumber : Disdukcapil Kabupaten Cilacap Dari data di atas, dapat diketahui bahwa Kecamatan Wanareja merupakan Kecamatan dengan jumlah persentase paling rendah dalam hal pencatatan kelahiran yaitu hanya sekitar 39,02 % jumlah anak yang memiliki akta kelahiran. Lebih dari 50 % dari jumlah anak di bawah 18 tahun di 6

Kecamatan Wanareja ini yang belum memiliki akta kelahiran. Padahal Akta Kelahiran merupakan instrumen penting yang harus dimiliki oleh setiap orang. Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala bagian Pencatatan Sipil Kabupaten Cilacap pada Selasa 12 Januari 2016, Engkan Sugiri, mengatakan bahwa pihaknya sudah berusaha untuk melakukaan upaya-upaya persuasif kepada masyarakat pada setiap Kecamatan. Namun hal tersebut tidak menjamin untuk menjadikan masyarakat sadar hukum, khususnya dalam hal pencatatan sipil. Kesadaran hukum masyarakat khususnya di desa untuk membuat akta kelahiran bagi anak-anak mereka masih rendah disebabkan oleh minimnya pengetahuan masyarakat tentang pentingnya pembuatan akta kelahiran (wawancara pada 12 Januari 2016). Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk menyusun skripsi yang berjudul Kajian Yuridis Terhadap Pelaksanaan Pencatatan Akta Kelahiran Untuk Mewujudkan Tertib Administrasi Kependudukan Di Kecamatan Wanareja. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang melatarbelakangi penulisan ini, maka penulis merumuskan masalahnya sebagai berikut : 1. Bagaimanakah pelaksanaan pencatatan akta kelahiran untuk mewujudkan tertib administrasi kependudukan di Kecamatan Wanareja? 7

2. Kendala apa sajakah yang dihadapi oleh masyarakat dan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil dalam pencatatan akta kelahiran di Kecamatan Wanareja? 3. Bagaimanakah upaya yang dilakukan oleh Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil dalam mewujudkan tertib administrasi kependudukan di Kecamatan Wanareja? 1.3 Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui tentang pelaksanaan pencatatan akta kelahiran di Kecamatan Wanareja demi terwujudnya tertib administrasi kependudukan. 2. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi oleh masyarakat dan juga Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil dalam pencatatan akta kelahiran di Kecamatan Wanareja. 3. Untuk mengetahui upaya-upaya yang dilakukan oleh Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil dalam mewujudkan tertib administrasi kependudukan di Kecamatan Wanareja. 1.4 Manfaat Penelitian Dengan adanya penelitian ini, penulis sangat berharap akan dapat memberikan manfaat : 1. Manfaat teoritis a) Sebagai tambahan wacana referensi acuan penelitian yang sejenis dari permasalahan yang berbeda. 8

b) Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi kalangan mahasiswa umumnya dan mahasiswa hukum pada khususnya sebagai referensi terkait dalam kajian ini. 2. Manfaat praktis a) Untuk memenuhi tugas akhir sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana Strata 1. b) Sebagai bahan informasi dan referensi bagi peneliti lain yang berkaitan dengan pelakanaan terhadap pencatatan akta kelahiran untuk mewujudkan tertib administrasi kependudukan. c) Menjadi bahan masukan bagi Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil untuk meningkatkan kinerjanya demi tercapainya tertib administrasi kependudukan di Kabupaten Cilacap. d) Dengan adanya penulisan ini diharapkan masyarakat wanareja khususnya lebih meningkatkan kerjasama terkait dengan pembuatan akta kelahiran ini sehingga akan terwujud tertib administrasi kependudukan. Masyarakat akan dapat lebih memahami bahwa akta kelahiran merupakan hak setiap anak yang harus diberikan kepadanya, dan memahami akan arti pentingnya memiliki akta kelahiran bagi anaknya. 9