BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya saat ini pendidikan anak usia dini. baik dalam aspek fisik-motorik, kognitif, bahasa, moral dan agama, sosial

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dasar bagi perkembangan anak selanjutnya. dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. penting karena Pendidikan Anak Usia Dini merupakan fondasi dasar. Pendidikan Nasional, Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya

BAB I PENDAHULUAN. anak menentukan perkembangan anak selanjutnya. Anak usia dini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dan pertumbuhan anak karena merupakan masa peka dalam kehidupan anak. Masa

BAB I PENDAHULUAN. Guru memegang peranan penting dalam membentuk watak bangsa dan

I. PENDAHULUAN. Pendidkan anak usia dini mengalami perkembangan yang sangat pesat, hal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. anak belajar menguasai tingkat yang lebih tinggi dari aspek-aspek gerakan,

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan amanat pembukaan Undang-Undang Negara. kehidupan bangsa. Salah satu wahana dalam mencerdaskan setiap warga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya pendidik untuk membantu

I. PENDAHULUAN. Proses pembelajaran fisika seringkali dianggap susah oleh siswa karena cara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Anak usia dini merupakan anak yang berada pada rentang usia 0-6 tahun

BAB I PENDAHULUAN. kembang anak usia lahir hingga enam tahun secara menyeluruh. yang mencakup aspek fisik dan nonfisik dengan memberikan rangsangan

BAB I PENDAHULUAN. komponen dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Indonesia telah mencanangkan pendidikan wajib belajar yang semula 6 tahun

BAB I PENDAHULUAN. layanan pendidikan diperoleh setiap individu pada lembaga pendidikan secara

BAB I PENDAHULUAN. memasuki pendidikan lebih lanjut (UU Sisdiknas, bab I pasal I butir 4).

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan anak sebanyak-banyaknya. Di masa peka ini, kecepatan. pertumbuhan otak anak sangat tinggi hingga mencapai 50 persen dari

PP No 19 Tahun 2005 (PASAL 19, AYAT 1)

BAB I PENDAHULUAN. dimana anak dapat mengeksplorasi pengalaman yang memberikan kesempatan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah proses pembinaan tumbuh

I. PENDAHULUAN. Usia dini merupakan masa keemasan (golden age), oleh karena itu. kemampuan kognitif, afektif, psikomotor, bahasa, sosial emosional dan

BAB I PENDAHULUAN. bidang, misalnya bidang ekonomi, industri, komunikasi, transportasi dan

BAB I PENDAHULUAN. memperhatikan kebutuhan siswanya. Sebagaimana Mulyasa mengungkapkan

BAB I PENDAHULUAN. kecepatan perkembangan otak anak selama hidupnya artinya Golden Age. kecerdasan anak sebanyak-banyaknya (Suyanto, 2003:6).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan kognitif saja tetapi juga tidak mengesampingkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai perencanaan yang sangat menentukan bagi perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanty Tiarareja, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini merupakan pendidikan yang. diselenggarakan untuk mengembangkan kepribadian, pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. satunya ialah PAUD yang membahas pendidikan untuk anak usia 0-6 tahun.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

BAB I PENDAHULUAN. memadukan secara sistematis dan berkesinambungan suatu kegiatan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. meningkatkan kualitas pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas

sendiri dari hasil pengalaman belajarnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. anak usia dini merupakan pendidikan yang. diselenggarakan untuk mengembangkan pribadi, pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN. sejajar atau menyeluruh agar dapat menghasilkan insan sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. masa keemasan karena pada masa itu keadaan fisik maupun segala. kemampuan anak sedang berkembang cepat.

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya adalah Taman Kanak-Kanak (TK). Undang-undang tentang. sistem Pendidikan Nasional Pasal 28 Ayat (3) menyebutkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah Tunas harapan bangsa. Mereka ibarat bunga yang tengah

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini sebagai pribadi unik yang memiliki masa-masa emas dalam

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah, melalui bimbingan, pengajaran dan latihan yang berlangsung di

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Program Studi PG-PAUD. Oleh :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam menghadapi persaingan global yang semakin ketat di zaman modren saat. Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 14 dinyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB V PEMBAHASAN. penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Maka dari iru tugas seorang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah pokok yang dihadapi dunia pendidikan di Indonesia adalah masalah yang berhubungan dengan mutu atau

BAB I PENDAHULUAN. ada dijalur pendidikan formal. Pendidikan prasekolah adalah pendidikan untuk membantu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

MENINGKATKAN KEDISIPLINAN ANAK MELALUI PEMBIASAAN DI KELOMPOK B PAUD NEGERI PEMBINA PALU

BAB I PENDAHULUAN. PAUD diberikan melalui kegiatan bermain seraya belajar. Pada saat bermain

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan secara terjadwal, dan dalam suatu interaksi edukatif di bawah

BAB I PANDAHULUAN. kehidupan selanjutnya dan memiliki sejumlah karakteristik tertentu.

BAB I PENDAHULUAN. mampu mencapai kualifikasi dan kompetensi yang ditetapkan. Namun, salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses memanusiakan manusia atau lazim

BAB I PENDAHULUAN. gembira dapat memotivasi anak untuk belajar. Lingkungan harus diciptakan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan umum pembelajaran matematika yang dirumuskan dalam. Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi, adalah agar siswa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berpartisipasi aktif, memberikan ruang gerak yang cukup bagi prakarsa,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mulyaningsih, 2013

BAB I PENDAHULUAN. pentingnya kemampuan bahasa bagi kehidupan manusia, tidak terkecuali bagi

MENINGKATKAN KEDISIPLINAN ANAK MELALUI METODE PEMBERIAN TUGAS PADA KELOMPOK B DI TK BUNGAMPUTI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penjelasan dari peneliti saja. Pembelajaran tidak berhasil dengan baik,

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT)

BAB I PENDAHULUAN. mandiri ilmu yang dipelajarinya. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan pendidikan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. sebelum pendidikan dasar yang merupakan upaya pembinaan yang ditujukan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Nisfa Rahadiani Sajdah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang harus. dikembangkan sejak dini agar dapat berkembang secara optimal.

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Anak Usia Dini

UPAYA PENGEMBANGAN KECERDASAN VISUAL SPASIAL ANAK MELALUI PERMAINAN BALOK DI TK RA GUPPI MANDAN SUKOHARJO

MENINGKATKAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI ALAT PERMAINAN EDUKATIF PADA KELOMPOK B TK EL. ROY BALEURA KECAMATAN LORE TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dengan sangat cepat, hal ini terlihat dari sikap anak yang terlihat jarang

BAB I PENDAHULUAN. Usia dini merupakan masa keemasan (golden age), oleh karena itu

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yaitu TPA, Playgroup dan PAUD sejenis (Posyandu). Pendidikan formal yaitu. Taman Kanak-kanak (TK) maupun Raudhatul Athfal (RA).

BAB I PENDAHULUAN 1. 5 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab terhadap pembentukan sumber daya manusia yang unggul. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. V SDN 02 Jatiharjo, Jatipuro, Karanganyar. 1. Nilai ulangan Formatif banyak yang kurang memenuhi KKM.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masa yang terjadi sejak anak berusia 0 6 tahun. Masa ini adalah masa yang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini. formal, non-formal dan informal. Pendidikan anak usia dini jalur pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ARTIKEL SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Program Studi PG PAUD OLEH :

BAB I PENDAHULUAN. prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu kunci utama dalam perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memerlukan proses yang panjang sehingga perlu di awali sejak usia anak masih

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sesuai dengan yang termuat dalam Undang-Undang Republik

I. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) diajarkan bukan hanya untuk mengetahui dan

BAB I PENDAHULUAN. ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. dan Kebudayaan No. 0486/U/1992 tentang Taman Kanak-kanak adalah

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Potensi dan kemampuan dasar anak usia dini sudah dimulai sejak usia 0-6 tahun, masa ini merupakan masa emas yang hanya datang sekali seumur hidup dan tidak akan mungkin terulang kembali. Masa ini juga disebut dengan periode sensitif dimana pada masa itu anak secara khusus mudah menerima berbagai stimulus dari lingkungannya. Itulah sebabnya praktik pendidikan anak usia dini (PAUD) sangatlah penting, hal ini terlihat dari pemerintah yang semakin memperhatikan praktik penyelenggaraan pendidikan anak usia dini (PAUD). Selain itu, saat ini banyak sekali ditemukan taman kanak-kanak (TK/RA) yang berdiri hampir di semua tempat di setiap daerah. Inilah salah satu bukti betapa berkembangnya saat ini pendidikan anak usia dini. Pendidikan anak usia dini merupakan suatu upaya pembinaan yang diajukan kepada anak sejak lahir sampai usia enam tahun yang dilakukan dengan memberikan rangsangan berbagai pendidikan awal guna membina, menumbuhkan dan mengembangkan seluruh potensi anak usia dini secara optimal sehingga terbentuk perilaku dan kemampuan dasar sesuai dengan tahap perkembangannya baik dalam aspek fisik-motorik, kognitif, bahasa, moral dan agama, sosial emosional dan seni, yang dapat berpengaruh terhadap kehidupannya kelak.. Kemampuan dasar inilah yang akan membantu anak untuk memenuhi kebutuhan dalam kehidupannya. Kehidupan anak dalam melakukan kegiatan untuk memenuhi kebutuhannya sangat banyak ragamnya. Anak membutuhkan kekuatan atau

2 dorongan dari dalam dirinya ataupun dari luar dirinya agar kegiatannya dapat terlaksana. Begitupun juga dalam kegiatan belajar agar kegiatan belajar dapat terwujud, maka anak memerlukan kekuatan atau dorongan dari dalam ataupun dari luar dirinya, dorongan ini biasa disebut motivasi. Motivasi memiliki jenis yang beragam, salah satunya adalah motivasi belajar. Motivasi belajar harus dimiliki oleh anak sebagai dasar dalam melakukan kegiatan pembelajaran. Minat, kesiapan, perhatian, ketekunan, keuletan, kemandirian, dan prestasi merupakan pengaruh dari motivasi belajar anak. Motivasi belajar yang tinggi mendorong anak untuk lebih berprestasi. Selain itu motivasi juga dapat menjadikan anak lebih bersemangat dalam menjalankan semua aktivitasnya. Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri anak yang menimbulkan kegiatan belajar yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan dapat tercapai dengan baik. Sejalan dengan Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 2013 Tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 19 Ayat 1 berbunyi sebagai berikut. Proses Pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis Peserta Didik. Berdasarkan undang-undang tersebut, salah satu hal utama yang perlu dilakukan oleh guru dalam proses pembelajaran adalah memotivasi anak. Sebagai seorang motivator, tugas guru adalah memotivasi belajar anak dari luar sehingga nantinya anak mampu menumbuhkan motivasi belajar mereka dari dalam. Motivasi yang berasal dari diri anak (intrinsik) berperan penting karena akan

3 mempengaruhi proses belajar anak dan keberhasilan dalam belajar yang di laksanakan oleh guru sedangkan motivasi yang berasal dari luar dirinya dinamakan motivasi ekstrinsik, merupakan pendorong atau penarik yang menyebabkan anak menjadi bersemangat, hal ini dikarenakan adanya sesuatu yang mampu membuatnya begitu antusias dalam belajar. Saat seorang anak mempunyai motivasi positif ia akan memperlihatkan minat, mempunyai perhatian, dan bekerja keras sampai tugas-tugas dapat diselesaikan dengan baik. Adapun Ciri-ciri motivasi belajar menurut Sardiman (2009:83) yaitu: (1) tekun menghadapi tugas, (2) ulet menghadapi kesulitan, (3) menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah, (4) lebih senang bekerja mandiri, (5) cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin, (6) dapat mempertahankan pendapatnya, (7) tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu, (8) senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal. Ciri-ciri motivasi belajar yang dipaparkan di atas akan ada pada diri setiap anak tetapi tentu saja tidak selamanya anak memiliki motivasi yang tinggi, motivasi anak bisa saja berubah-ubah kadang-kadang kuat, kadang-kadang lemah, bahkan pada suatu saat motivasi belajar dapat hilang sama sekali. Semua itu harus di pahami oleh guru, agar dalam berinteraksi dengan anak dapat memberikan motivasi yang tepat dan optimal. Sesuai observasi selama satu minggu di RA ICMA Pernantian Kecamatan Kotapinang, masih ditemukan anak-anak didik yang memiliki motivasi belajar rendah. Hal itu dapat dilihat dari adanya anak dengan perhatiannya rendah dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Misalnya, tidak mengerjakan tugas, suka mengganggu teman, kurang memperhatikan penjelasan guru tentang tema yang disampaikan dan berbicara terus menerus dengan temannya, terlambat mengumpulkan tugas atau lembar kerja karena terlalu banyak berbicara dengan

4 temannya, bahkan ada yang tidak bisa menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru padahal sebelumnya guru sudah memberikan petunjuk dan memberi contoh cara mengerjakannya. Rendahnya motivasi belajar anak disebabkan oleh strategi yang digunakan guru dalam menumbuhkan motivasi belajar anak belum sesuai, kurangnya variasi guru menggunakan permainan dalam pembelajaran dan guru belum menerapkan Hypnoteaching dalam memotivasi belajar anak. Guru dengan kewajibannya sebagai motivator, harus memiliki suatu strategi agar upaya yang dilakukan oleh guru mampu menumbuhkan motivasi belajar siswa secara maksimal. Adakalanya saat proses pembelajaran berlangsung anak akan mulai bosan, di awal proses pembelajaran anak memang memiliki motivasi yang tinggi tetapi di akhir-akhir proses pembelajaran motivasi anak menjadi lemah. Saat inilah guru harus menciptakan suasana yang menyenangkan pada anak saat kegiatan pembelajaran agar anak rileks dan tenang. Ketika anak rileks dan tenang maka anak akan mudah mengikuti perintah guru, mendengarkan guru dan tentunya anak akan termotivasi dalam belajar. Keadaan rileks dan tenang pada anak tentu saja bisa dibangun oleh guru dengan berbagai cara, salah satunya adalah penerapan Hypnoteaching. Hypnoteaching yang bekerja dengan melibatkan otak bawah sadar mampu menciptakan suasana yang tenang dan menyenangkan pada anak sehingga anak mudah menyerap informasi dari guru tentu saja hal ini juga akan berpengaruh terhadap motivasi belajar anak. Hypnoteaching menurut Pertiwi (2014:20) adalah suatu kondisi kenyamanan yang menjadikan siswa tenang dan mengikuti proses pembelajaran. Hypnoteaching juga seni berkomunikasi dengan jalan memberikan sugesti agar para siswa menjadi lebih cerdas, hal tersebut sejalan dengan

5 pendapat Wati & Kusuma (2016:01) bahwasanya penerapan Hypnoteaching dapat meningkatkan kualitas diri para siswa, memotivasi diri para siswa, dan meningkatkan prestasi para siswa. Hypnoteaching ini bekerja dengan melibatkan pikiran bawah sadar dengan memberikan sugesti-sugesti positif pada anak melalui cara, dalam situasi tertentu, dan menciptakan suasana yang menyenangkan pada anak saat sudah mulai bosan pada kegiatan pembelajaran yang berlangsung. Pemanfaatan pikiran bawah sadar dalam Hypnoteaching ini disebabkan cara kerja otak bawah sadar lebih besar dominasinya terhadap kerja otak. Keterbatasan kemampuan pendidik anak usia dini dan orang tua dalam memberi rangsangan bagi anak, dan keterbatasan sumber referensi tentang upaya memotivasi belajar anak, merupakan salah satu kendala kurang optimalnya motivasi belajar anak. Sehingga saat memasuki kegiatan di kelas anak seringkali tidak mengerjakan tugas dan tidak bisa mengikuti perintah-perintah dari guru, dan ini tentu saja mengakibatkan anak akan sulit untuk menyerap informasi yang disampaikan guru. Penerapan Hypnoteaching merupakan strategi yang cukup efektif untuk menggerakkan motivasi belajar siswa. Hal ini dibuktikan dalam penelitian yang dilakukan pada tahun 2015 oleh Rahmawati yang berjudul Pengaruh Penerapan Metode Hypnoteaching Terhadap Motivasi Belajar Mahasiswa Universitas Indraprasta Pgri. Dalam penelitian tersebut, kesimpulan yang dihasilkan adalah ada pengaruh positif antara implementasi Hypnoteaching terhadap motivasi belajar siswa. Berdasarkan latar belakang yang memuat landasan teori maupun bukti yang mendukung penerapan Hypnoteaching berpengaruh terhadap motivasi belajar, penulis tertarik untuk mengkaji masalah tersebut dengan mengadakan

6 penelitian yang berjudul Pengaruh penerapan Hypnoteaching terhadap Motivasi Belajar Anak Usia 5-6 Tahun di RA ICMA Pernantian kec. Kota Pinang Kabupaten Labuhan Batu Selatan tahun ajaran 2016/2017. 1.2 Identifikasi Masalah Dalam penelitian ini dapat diidentifikasi beberapa masalah yaitu: 1. Beberapa anak memiliki motivasi belajar yang rendah 2. Strategi yang digunakan belum sesuai untuk mengupayakan motivasi belajar anak 3. Kurangnya permainan saat kegiatan pembelajaran 4. Penerapan Metode Hypnoteaching yang belum dimanfaatkan. 1.3 Pembatasan Masalah Banyaknya masalah yang diidentifikasi maka perlu dibatasi agar penelitian ini lebih terarah dan memberikan batasan pedoman kerja bagi penulis. Maka dalam penelitian ini masalah dibatasi hanya Pengaruh Penerapan Hypnoteacing Terhadap Motivasi Belajar Anak Usia 5-6 Tahun di RA ICMA Pernantian kec. Kota Pinang tahun ajaran 2016/2017. 1.4 Rumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah yang dikaji, maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu apakah terdapat pengaruh penerapan hypnoteacing terhadap motivasi belajar anak usia 5-6 tahun di Ra Icma Pernantian Kec. Kota Pinang tahun ajaran 2016/2017?.

7 1.5 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penerapan Hypnoteaching terhadap Motivasi Belajar anak usia 5-6 tahun di RA ICMA kec. Kota Pinang tahun ajaran 2016/2017. 1.6 Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan tentang penerapan hypnoteaching dalam meningkatkan motivasi belajar anak. 2. Manfaat Praktis Adapun manfaat praktis yang diharapkan pada penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Bagi guru. Sebagai bahan masukan bagi guru bahwasanya Hypnoteaching dapat meningkatkan motivasi belajar anak. b. Bagi Sekolah Sebagai bahan masukan bagi sekolah agar dapat menyediakan sarana belajar yang diperlukan untuk meningkatkan motivasi belajar anak. c. Bagi Peneliti. Sebagai bekal ilmu bahwa dalam menerapkan Hypnoteaching dapat berpengaruh terhadap motivasi belajar anak usia dini.