BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek yang penting bagi kehidupan

dokumen-dokumen yang mirip
Abstrak. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, diantaranya dalam bidang pendidikan seperti tuntutan nilai pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

BAB I PENDAHULUAN. yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

UNIVERSITAS SEBELAS MARET NIM. K

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ibu adalah sosok yang penuh pengertian, mengerti akan apa-apa yang ada

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Pendidikan berfungsi untuk mengembangkan dan membentuk

BAB I PENDAHULUAN. Undang No.20 tahun 2003). Pendidikan memegang peranan penting dalam

I. PENDAHULUAN. Peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas, pendidikan memegang

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan sekolah. Pendidikan sekolah merupakan kewajiban bagi seluruh. pendidikan Nasional pasal 3 yang menyatakan bahwa:

memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang lebih tinggi. Salah satu peran sekolah untuk membantu mencapai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi hal yang sangat penting bagi suatu bangsa, dikatakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki fungsi yang sangat penting dalam pengembangan

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika. Oleh:

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN KREATIVITAS DALAM BELAJAR EKONOMI MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS VII SMP N 2 GATAK SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan pondasi kemajuan suatu negara, maju tidaknya

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi berbagai tantangan dan hambatan. Salah satu tantangan yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. di bidang tekhnologi, ilmu pengetahuan, ekonomi, dan pendidikan. Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri,

BAB I PENDAHULUAN. tetap diatasi supaya tidak tertinggal oleh negara-negara lain. pemerintah telah merancang Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. setiap anak dalam periode tertentu. Prestasi belajar yang dicapai oleh siswa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Isni Agustiawati,2014

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR DAN LINGKUNGAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 MOJOLABAN TAHUN PELAJARAN 2009/2010

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam. Indonesia. Di samping itu, pendidikan dapat mewujudkan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara

Guru mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam pelaksanaan belajar mengajar, dimana tugas guru tidak hanya merencanakan, melaksanakan dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesuksesan yang dicapai seseorang tidak hanya berdasarkan kecerdasan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembentukan manusia sempurna melalui pendidikan, di dalam pendidikan berlaku

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu wahana untuk meningkatkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman globalisasi saat ini pengetahuan dan teknologi mengalami

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perubahan budaya kehidupan. Pendidikan yang dapat mendukung pembangunan di masa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia sepanjang rentang kehidupannya memiliki tahap-tahap

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu aspek kehidupan yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu, perlu adanya peningkatan mutu pendidikan di Indonesia. Berdasarkan Undang-undang No. 20 pasal ke-3 (2003)

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

I. PENDAHULUAN. yang mana didalamnya terdapat pembelajaran tentang tingkah laku, norma

BAB I PENDAHULUAN. sebab itu hampir semua negara menempatkan pendidikan sebagai suatu hal yang

BAB I PENDAHULUAN. banyak pilihan ketika akan memilih sekolah bagi anak-anaknya. Orangtua rela untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Nasional yang tercantum dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha untuk merubah suatu bangsa ke arah yang lebih

BAB 1 PENDAHULUAN. kecerdasan, dan keterampialan proses yang diperlukan dalam kehidupan (Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak menuju masa dewasa, dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan

Sesuai dengan tujuan pendidikan yang berbunyi :

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia dari masa ke

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas. Majid (2014: 1) menjelaskan bahwa hal tersebut sesuai dengan

LAMPIRAN 1. DATA VALIDITAS & RELIABILITAS ALAT UKUR

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengembangkan potensi peserta didik melalui kegiatan belajar (dalam

BAB I PENDAHULUAN. BAB II pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa:

I. PENDAHULUAN. menghadapi kehidupan nyata sehari-hari di lingkungan keluarga dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai posisi yang sangat penting dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan dan perkembangan suatu negara. Pendidikan nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagaimana telah kita ketahui bersama bahwa pemerintah sedang giat-giatnya

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pendidikan nasional ditujukan untuk mewujudkan cita-cita

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan

BAB I PEDAHULUAN. pendidikan nasional di Indonesia menyatakan bahwa: Pendidikan nasional

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran penting dalam menghasilkan generasi muda yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau

Judul BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Bandung saat ini telah menjadi salah satu kota pendidikan khususnya

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pendidikan nasional yang ingin dicapai telah ditetapkan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu faktor yang menentukan kemajuan bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah adalah lembaga formal tempat dimana seorang siswa menimba ilmu dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. sebelumnya. UU nomor 20 tahun 2003 pasal 3 menjelaskan bahwa fungsi

Berdasarkan pendapat diatas, menegaskan bahwa pendidikan sangat penting bagi setiap insan manusia. Pendidikan sangat erat kaitannya dengan guru dan

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari kehidupan seseorang, baik dalam keluarga, masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting karena pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan menurut bentuknya dibedakan menjadi dua, yaitu

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB I PENDAHULUAN. Akan tetapi yang perlu diingat bahwa pendidikan akan berhasil dengan. negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. Seiring perkembangan masyarakat Indonesia di era globalisasi ini,

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan suatu negara. Tanpa pendidikan suatu negara akan tertinggal jauh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan karena pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN. pembelajaran. Karena itu guru harus dapat membuat suatu pengajaran menjadi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dipasaran, tetapi bukan berarti masalah ini telah usai karena masalah-masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Beralihnya masyarakat kita dari masyarakat yang masih sederhana

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menegaskan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan tujuan pendidikan nasional tersebut, maka menjadi. pemerintah, masyarakat, maupun keluarga. Namun demikian, pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan Negara Indonesia termuat dalam pembukaan UUD

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan fisik dan alat reproduksi menjadi sempurna. terlibat konflik dengan orang tua karena perbedaan pandangan.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang. Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 berfungsi untuk

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu aspek yang penting bagi kehidupan manusia. Pendidikan nasional di Indonesia memiliki tujuan sebagaimana tertulis dalam Undang-Undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3, yaitu Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mencapai tujuan Pendidikan Nasional tersebut, Pemerintah Republik Indonesia melalui Departemen Pendidikan Nasional berupaya mengadakan perbaikan dan pembaharuan sistem pendidikan di Indonesia, yaitu dalam bentuk pembaharuan kurikulum, penataan guru, peningkatan manajemen pendidikan, serta pembangunan sarana dan prasarana pendidikan, untuk menunjang peningkatan mutu pendidikan di Indonesia. Peningkatan mutu pendidikan akan tercapai apabila proses pembelajaran yang diselenggarakan di kelas benar-benar efektif dan berguna untuk mencapai kemampuan, pengetahuan, sikap dan keterampilan yang diharapkan. Dalam hal ini guru menjadi salah satu

2 faktor yang penting dalam menentukan berhasilnya proses pembelajaran di dalam kelas. (www.idtesis.com) Menurut Wiwik Ida Kurotul Aini (2008) guru di sekolah, selain memiliki peran sebagai pengajar, juga memiliki peran sebagai manager di dalam kelas. Peranan guru sebagai manajer dalam kegiatan belajar di kelas sudah lama diakui sebagai salah satu faktor yang penting dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Guru sebagai tenaga profesional, dituntut tidak hanya mampu mengelola pembelajaran saja tetapi juga harus mampu mengelola kelas, yaitu menciptakan dan mempertahankan kondisi belajar yang optimal bagi tercapainya tujuan pengajaran. Oleh karena itu sejalan dengan upaya pemerintah dalam meningkatkan mutu di semua jenjang pendidikan, penerapan strategi pengelolaan kelas dalam pembelajaran merupakan salah satu alternatif yang diyakini dapat digunakan untuk memecahkan persoalan yang mendasar dari permasalahan pendidikan di tanah air. Sebanyak 25 persen masalah prestasi yang rendah terjadi di SMAN X di Bandung. Siswa-siswa di SMAN X memiliki taraf intelegensi (IQ) diatas ratarata, namun pada kenyataannya beberapa diantaranya memiliki prestasi akademik di bawah rata-rata. Selain itu, beberapa diantara guru yang mengajar terkadang bersikap mengabaikan kegiatan pembelajaran, yaitu dengan meninggalkan sekolah pada jam pelajarannya, sehingga kelas dalam keadaan kosong. Keadaan tersebut menunjukkan kurangnya perhatian guru mengenai pentingnya manajemen kelas.

3 Masalah prestasi yang rendah juga mungkin disebabkan karena lingkungan belajar yang diciptakan oleh guru kurang efektif. Guru terkadang cenderung lebih memusatkan perhatian pada kelemahan anak daripada memuji mereka karena upaya dan kemajuan kecil yang dicapai anak, sehingga siswa menjadi berkecil hati, dan bisa mengakibatkan perasaan rendah diri dan kegagalan. Perasaan rendah diri tersebut dapat membuat siswa merasa malu atau takut untuk berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan pembelajaran di kelas, misalnya malu untuk bertanya atau takut untuk menyampaikan pendapatnya. Guru juga terkadang kurang memberikan perhatian mengenai sejauhmana pemahaman siswa mengenai materi pelajaran. Pelabelan guru terhadap siswa, seperti label berprestasi rendah atau siswa yang lamban belajar, seringkali mempengaruhi sikap guru terhadap siswa, misalnya siswa tersebut hanya diberikan sedikit kesempatan dibandingkan siswa lain untuk berpartisipasi di kelas. Hal-hal seperti ini dapat mempengaruhi perilaku yang ditampilkan siswa di kelas terkait dengan proses pembelajaran. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Tarmidi (2006), strategi yang digunakan dalam manajemen kelas diyakini memiliki korelasi yang positif dengan perubahan tingkah laku dan prestasi hasil pembelajaran siswa. Dengan kata lain, manajemen kelas merupakan salah satu cara untuk meningkatkan efektifitas dan kualitas pembelajaran di kelas. Menurut Winzer (dalam Winataputra, 2003:99) Manajemen kelas adalah cara-cara yang ditempuh guru dalam menciptakan lingkungan kelas agar tidak terjadi kekacauan dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencapai tujuan akademik dan sosial. Pengelolaan dipandang sebagai salah satu aspek

4 penyelenggaraan sistem pembelajaran yang mendasar, di antara sekian macam tugas guru di dalam kelas. Terdapat tiga strategi manajemen di dalam kelas, yaitu authoritative strategy of classroom management, authoritarian strategy of classroom management, dan permissive strategy of classroom management (Santrock, 2007). Authoritative strategy of classroom management adalah strategi yang mengutamakan pada pentingnya tuntutan atau perintah, pengawasan, kehangatan, dan kemandirian siswa. Authoritarian strategy of classroom management adalah strategi yang menekankan pada pentingnya tuntutan atau perintah dan pengawasan, tetapi tidak menekankan pada kehangatan dan kemandirian siswa. Sedangkan permissive strategy of classroom management adalah strategi yang menekankan pentingnya kehangatan dan kemandirian, tetapi tidak mementingkan tuntutan atau perintah dan pengawasan (Kenneth W. Christian, Ph.D., 2002). Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada 30 orang siswa kelas XI-IPA di SMAN X Bandung dapat diketahui bahwa sebanyak 76,67 persen (23 siswa) mengatakan bahwa guru mata pelajaran Fisika, Kimia, Biologi memberikan tuntutan dan aturan yang cukup ketat di kelas, pengawasan terhadap apa yang siswa lakukan terkait dengan pembelajaran, guru juga berupaya untuk membina relasi yang hangat dengan siswa, serta memberikan dukungan dan kesempatan kepada siswa untuk menjadi pembelajar yang mandiri, atau dengan kata lain mengatakan bahwa strategi manajemen kelas yang dihayati oleh siswa adalah strategi manajemen kelas authoritative. Dari 76,67 persen tersebut, sebanyak 73,33 persen (22 siswa) memiliki prestasi akademik di atas rata-rata

5 atau tinggi pada mata pelajaran tersebut dan 3,33 persen (1 siswa) memiliki prestasi akademik di bawah rata-rata atau rendah pada mata pelajaran tersebut. Sebanyak 20 persen (6 siswa) mengatakan bahwa guru mata pelajaran Fisika, Kimia, Biologi memberikan tuntutan dan aturan yang ketat kepada siswa dan juga memberikan banyak pengawasan terhadap siswa selama pembelajaran, tetapi siswa merasa bahwa mereka tidak memiliki kedekatan relasi dengan gurunya karena merasa takut atau segan terhadap gurunya, dan siswa juga kurang diberikan kesempatan untuk memulai melakukan sesuatu terkait dengan pembelajaran yang sesuai dengan inisiatif mereka. Hal ini akhirnya membuat siswa hanya menunggu perintah dari gurunya saja, atau dengan kata lain mengatakan bahwa strategi manajemen kelas yang dihayati adalah strategi manajemen kelas authoritarian. Dari 20 persen tersebut, sebanyak 3,33 persen (1 siswa) memiliki prestasi akademik di atas rata-rata atau tinggi pada mata pelajaran tersebut dan 16,67 persen (5 siswa) memiliki prestasi akademik di bawah rata-rata atau rendah. Selain itu, sebanyak 3,33 persen (1 siswa) memiliki prestasi akademik di bawah rata-rata atau rendah pada mata pelajaran Fisika, Kimia, Biologi, mengatakan bahwa guru mata pelajaran tersebut banyak memberikan kebebasan kepada siswa untuk berbuat sesuai dengan keinginan mereka dan hanya memberikan sedikit aturan kepada siswa, siswa merasa memiliki relasi yang dekat dengan gurunya karena keterbukaan guru terhadap keinginan-keinginan siswa, atau dengan kata lain mengatakan bahwa strategi manajemen kelas yang dihayati adalah strategi manajemen kelas permissive.

6 Berdasarkan hasil wawancara tersebut, dapat diliat bahwa setiap siswa memiliki penghayatan yang berbeda-beda mengenai strategi manajemen kelas yang digunakan oleh guru di kelas pada mata pelajaran Fisika, Kimia, Biologi, demikian juga dengan prestasi akademik yang diperoleh siswa. Kebanyakan siswa yang memiliki prestasi akademik tinggi menghayati strategi manajemen di kelasnya adalah authoritative, tetapi ada juga yang memiliki penghayatan yang sama namun memiliki prestasi akademik yang rendah. Kebanyakan siswa yang memiliki prestasi akademik rendah menghayati strategi manajemen di kelasnya adalah authoritarian, tetapi ada juga yang memiliki penghayatan yang sama namun memiliki prestasi akademik yang tinggi. Sedangkan siswa yang menghayati strategi manajemen di kelasnya adalah permissive memiliki prestasi yang rendah. Dari uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai hubungan antara strategi manajemen kelas dan prestasi akademik mata pelajaran Fisika, Kimia, Biologi pada siswa kelas XI-IPA SMAN X di Bandung. 1.2. Identifikasi Masalah Dari penelitian ini ingin diketahui mengenai hubungan antara strategi manajemen kelas dan prestasi akademik mata pelajaran Fisika, Kimia, Biologi pada siswa kelas XI-IPA SMAN X di Bandung.

7 1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran mengenai strategi manajemen kelas dan prestasi akademik mata pelajaran Fisika, Kimia, Biologi pada siswa kelas XI-IPA SMAN X di Bandung. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauhmana hubungan antara strategi manajemen kelas dan prestasi akademik mata pelajaran Fisika, Kimia, Biologi pada siswa kelas XI-IPA SMAN X di Bandung. 1.4. Kegunaan Penelitian 1.4.1. Kegunaan Teoretis Sebagai masukan bagi ilmu Psikologi, khususnya Psikologi Pendidikan mengenai hubungan antara strategi manajemen kelas dan prestasi akademik siswa. Sebagai masukan bagi peneliti lain yang hendak melakukan penelitian lanjutan mengenai strategi manajemen kelas dan prestasi akademik siswa. 1.4.2. Kegunaan Praktis Sebagai masukan bagi guru siswa SMA umumnya, dan khususnya guru yang mengajar mata pelajaran Fisika, Kimia, dan Biologi mengenai hubungan antara strategi manajemen kelas dan prestasi akademik siswa, sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan untuk menentukan strategi manajemen

8 kelas yang akan dikembangkan di dalam kelas sehingga dapat menunjang prestasi akademik siswa. Sebagai masukan bagi pihak sekolah, khususnya wakil kepala sekolah bagian kurikulum agar dapat mengawasi penggunaan strategi manajemen kelas oleh guru dalam mengajar. 1.5. Kerangka Pikir Siswa kelas XI SMAN X Bandung tergolong dalam masa perkembangan remaja. Masa remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa. Bagi remaja, sekolah memiliki pengaruh yang besar karena sebagian besar waktunya dihabiskan di sekolah. Remaja menghabiskan waktu beberapa tahun untuk bersekolah sebagai anggota dari suatu masyarakat kecil yang di dalamnya terdapat beberapa tugas untuk diselesaikan, orang-orang yang perlu dikenal dan mengenal diri mereka, serta peraturan yang menjelaskan dan membatasi perilaku, perasaan, dan sikap. Melalui sekolah remaja mengembangkan berbagai kemampuan, diantaranya kemampuan kognitif, kemampuan sosial, dan perkembangan identitas (Santrock, 2002). Kemampuankemampuan tersebut dapat diperoleh remaja melalui interaksi pembelajaran dengan guru di sekolah dan interaksi dengan teman sebaya. Kegiatan pembelajaran di sekolah bertujuan untuk menghasilkan perubahan-perubahan positif pada para peserta didik. Salah satu aspek yang menjadi pusat perhatian dari kegiatan pembelajaran di sekolah adalah aspek kognitif, disamping aspek afeksi dan motorik. Hasil yang diperoleh dari kegiatan

9 pembelajaran yang dapat menggambarkan fungsi aspek kognitif siswa adalah prestasi akademik. Prestasi akademik yang diperoleh siswa merupakan hasil dari evaluasi yang dilakukan oleh guru berdasarkan materi yang telah diperoleh siswa selama mengikuti proses pembelajaran melalui metode evaluasi tertentu. Menurut Gage & Berliner (1984), prestasi akademik adalah sesuatu yang diperoleh atau dipelajari, yang merupakan hasil dari proses belajar yang dibantu dengan instruksi dan kegiatan belajar. Proses belajar di sekolah direncanakan dan diatur agar tujuan pendidikan dapat tercapai. Secara umum, prestasi akademik dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal siswa. Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri siswa yang mempengaruhi prestasi belajar siswa adalah taraf inteligensi; motivasi belajar; perasaan, sikap, dan minat; keadaan sosio-ekonomis dan sosiokultural; serta keadaan fisik dan psikis siswa. Sedangkan faktor eksternal, yang berasal dari luar diri siswa, yang mempengaruhi prestasi belajar adalah guru, yaitu cara guru mengatur proses pembelajaran di dalam kelas (strategi manajemen kelas); sistem sosial yang ada di sekolah, dan faktor-faktor situasional yang ada di lingkungan sekitar siswa (Winkel, 1983). Penelitian ini akan difokuskan untuk menelaah salah satu faktor eksternal yang berpengaruh terhadap prestasi akademik yaitu cara guru mengatur proses pembelajaran di dalam kelas. Salah satu pihak yang berperan besar dalam merencanakan proses belajar di dalam kelas adalah guru, yang berperan sebagai seorang manajer di kelas. Dengan kata lain, keberhasilan dalam proses pendidikan

10 salah satunya bergantung pada cara guru mengatur proses pembelajaran di dalam kelas (strategi manajemen kelas). Strategi manajemen kelas merujuk pada corak interaksi antara guru dan siswa di dalam lingkungan kelas. Strategi yang digunakan akan dapat menciptakan suasana yang khas di dalam kelas. Konsep strategi manajemen kelas ini merujuk pada konsep pola asuh dari Diana Baumrind (1971), yang mengungkapkan tipe dari pola asuh, yaitu Authoritative Parenting, Authoritarian Parenting, dan Permissive Parenting yang terdiri atas Neglectfull Parenting dan Indulgent Parenting. Namun, dalam strategi manajemen kelas dibedakan menjadi tiga saja, yaitu Authoritative strategy of classroom management, Authoritarian strategy of classroom management, dan Permissive strategy of classroom management (Santrock, 2007). Authoritative strategy of classroom management merupakan strategi yang dikembangkan oleh guru yang merujuk pada sikap responsif dan demanding yang diberikan secara seimbang. Siswa menjadi termotivasi untuk menjadi pemikir dan pekerja yang independen tetapi tetap diberikan pengawasan yang efektif oleh guru. Selain itu, guru juga memberikan keleluasaan berbicara kepada siswanya dan menunjukkan sikap memperhatikan terhadap mereka. Batasan dalam kelas tetap diberikan jika diperlukan, aturan dan sanksi dibuat dengan jelas, tetapi tetap memiliki toleransi terhadap pelanggaran aturan. Di dalam kelas, guru menempatkan siswa sebagai pusat dalam kegiatan belajar, dan berusaha mencari cara bagi setiap siswanya untuk dapat berhasil dan meraih prestasi.

11 Dengan adanya kebebasan dan komunikasi yang terjalin antara guru dan siswanya di dalam kelas, maka siswa dapat lebih mengembangkan kreativitasnya dan menjadi pembelajar yang aktif, siswa tidak segan bertanya kepada guru jika ada suatu pelajaran yang tidak dimengerti, sehingga pemahaman terhadap pelajaran menjadi lebih baik. Guru dapat mengetahui kapan siswa memerlukan bantuan dan pengawasan dan kapan siswa dapat dibiarkan mengerjakan sesuatu secara mandiri. Dengan adanya pengawasan yang diberikan oleh guru, maka siswa akan lebih bertanggung jawab terhadap tugas-tugas yang diberikan oleh guru, sehingga tidak mengerjakannya dengan asal-asalan. Jika siswa dapat memahami pelajaran dengan baik, memperhatikan penjelasan yang disampaikan oleh guru, mengerjakan setiap tugas yang diberikan dengan baik dan bertanggung jawab, dan siswa memiliki inisiatif untuk belajar dan mengerjakan tugas tanpa diperintah, maka hal ini akan memungkinkan siswa memperoleh prestasi akademik yang tinggi. Authoritarian strategy of classroom management adalah strategi manajemen kelas yang ditunjukkan dengan sikap demanding guru yang besar kepada siswanya, dan hanya disertai oleh sikap responsif yang lebih kecil. Guru menunjukkan adanya fokus yang kaku pada prosedur atau aturan daripada siswanya sendiri. Strategi ini menuntut siswa untuk patuh tanpa adanya toleransi terhadap pelanggaran aturan, guru lebih banyak membatasi dan menghukum siswa saat siswa melakukan kesalahan, dan lebih memfokuskan perhatian pada aturan dan sanksi daripada pada siswanya. Segala prosedur dan aturan di dalam kelas

12 ditentukan secara ketat oleh guru, dan siswa hanya mengikuti dan menjalankan aturan yang ada tersebut. Siswa cenderung menjadi pembelajar yang pasif, kurang inisiatif, dan bergantung pada guru karena guru yang menentukan semua yang harus dilakukan oleh siswa dalam kegiatan pembelajaran. Siswa juga merasa sulit untuk memulai aktivitas belajar seperti mengulang pelajaran atau membaca buku pelajaran jika guru tidak menyuruhnya, sehingga pemahaman siswa terhadap pelajaran cenderung terbatas pada apa yang siswa dapatkan dari gurunya di kelas. Standar dan harapan yang ditetapkan oleh guru terhadap siswa tinggi, guru terkadang menjadi kurang memperhatikan kebutuhan yang dimiliki siswa karena terlalu terfokus pada pencapaian standar dan pemenuhan aturan yang telah ditetapkan. Siswa juga dapat merasa tidak nyaman dengan keadaan di dalam kelas dan menjadi takut terhadap guru, sehingga apa yang dilakukan oleh siswa di kelas cenderung semata-mata untuk menghindari hukuman dari gurunya. Manajemen kelas yang demikian dapat membuat siswa menjadi kurang dapat memahami pelajaran dan dapat mengakibatkan prestasi yang diperoleh siswa menjadi rendah. Permissive strategy of classroom management memiliki sifat yang bertentangan dengan authoritarian strategy. Pada strategi ini guru menunjukkan sikap responsif yang lebih besar daripada sikap demanding. Guru menawarkan kemandirian yang luas tetapi relatif sedikit pengawasan terhadap mereka, dan memiliki kepekaan terhadap kebutuhan dan keinginan dari siswanya. Guru yang permissive terkadang mengalami kesulitan dalam mengambil keputusan karena terlalu mempertimbangkan perasaan dan pendapat dari orang lain. Aturan dan

13 tuntutan yang ada tidak jelas dan lemah. Guru kurang memberikan pengarahan dan adanya kelonggaran dalam kelas. Siswa mendapatkan pengarahan yang kurang dari guru mengenai apa yang harus siswa pelajari atau kerjakan, akibatnya siswa terkadang cenderung mengabaikannya atau mengerjakannya dengan asal-asalan. Selain itu, kurangnya pengawasan dan tuntutan dari guru membuat siswa merasa bingung mengenai apa yang harus dicapai dalam proses pembelajaran, siswa juga menjadi dapat bersikap semaunya. Siswa cenderung dapat menjadi kurang bertanggung jawab dalam pembelajaran karena guru tidak pernah memberikan hukuman jika ada pelanggaran yang dilakukan oleh siswa. Prestasi belajar yang diperoleh siswa cenderung tidak adekuat. Jika siswa dapat mengembangkan inisiatif untuk memulai pelajaran, maka siswa dimungkinkan untuk memperoleh prestasi yang tinggi. Sebaliknya jika siswa kurang atau tidak dapat mengembangkan inisiatif, maka kemungkinan siswa tersebut akan memperoleh prestasi yang rendah. Jika guru mengembangkan strategi manajemen kelas permissive, tetapi siswa memberikan respon yang tidak sesuai dengan yang diharapkan oleh guru, melainkan siswa menjadi bersikap semaunya dan tidak bertanggung jawab terhadap pelajaran, siswa menjadi berani melawan guru, dan prestasi akademik yang ditunjukkan siswa rendah, maka dimungkinkan guru akan meningkatkan tuntutan terhadap siswanya, sehingga strategi manajemen kelas yang digunakan dapat bergeser menjadi authoritative, atau bahkan menjadi authoritarian. Perubahan strategi manajemen kelas ini dapat meningkatkan prestasi akademik siswa jika strategi manajemen kelas guru bergeser ke strategi manajemen kelas

14 authoritative, melainkan jika bergeser ke strategi manajemen kelas authoritarian, maka prestasi akademik siswa akan tetap menjadi rendah. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dilihat bahwa prestasi akademik yang tinggi berhubungan dengan authoritative strategy of classroom management. Sedangkan prestasi akademik yang rendah berubungan dengan Authoritarian strategy of classroom management dan Permissive strategy of classroom management. Untuk mengetahui lebih jelas mengenai hal-hal tersebut dapat dilihat melalui bagan kerangka pikir berikut ini:

15 Bagan 1.1. Kerangka Pikir Proses Pembelajaran Strategi Manajemen Kelas Pada Pelajaran IPA Authoritative Authoritarian Permissive Siswa kelas XI- IPA SMAN X di Kota Bandung Prestasi Akademik Mata Pelajaran IPA Faktor Internal: - Taraf inteligensi - Motivasi belajar - Perasaan, sikap, minat - Keadaan sosio-ekonomis dan sosio-kultural - Keadaan fisik dan psikis Faktor Eksternal: - Guru - Sekolah - Faktor-faktor situasional

16 1.6. Asumsi 1. Prestasi akademik siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah strategi manajemen kelas. 2. Setiap guru akan mengembangkan suatu strategi manajemen kelas dengan bentuk tertentu dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas. 3. Strategi manajemen kelas authoritative akan menunjang siswa untuk memiliki prestasi akademik yang tinggi. 4. Strategi manajemen kelas authoritarian akan mengakibatkan siswa memiliki prestasi akademik yang rendah. 5. Strategi manajemen kelas permissive akan mengakibatkan siswa memiliki prestasi akademik yang rendah. 1.7. Hipotesis H 1.1 : Terdapat hubungan antara strategi manajemen kelas authoritative dan prestasi akademik mata pelajaran Fisika pada siswa kelas XI- IPA SMAN X di Bandung. H 1.2 : Terdapat hubungan antara strategi manajemen kelas authoritative dan prestasi akademik mata pelajaran Kimia pada siswa kelas XI- IPA SMAN X di Bandung. H 1.3 : Terdapat hubungan antara strategi manajemen kelas authoritative dan prestasi akademik mata pelajaran Biologi pada siswa kelas XI- IPA SMAN X di Bandung.

17 H 1.4 : Terdapat hubungan yang negatif antara strategi manajemen kelas authoritarian dan prestasi akademik mata pelajaran Fisika pada siswa kelas XI-IPA SMAN X di Bandung. H 1.5 : Terdapat hubungan yang negatif antara strategi manajemen kelas authoritarian dan prestasi akademik mata pelajaran Kimia pada siswa kelas XI-IPA SMAN X di Bandung. H 1.6 : Terdapat hubungan yang negatif antara strategi manajemen kelas authoritarian dan prestasi akademik mata pelajaran Biologi pada siswa kelas XI-IPA SMAN X di Bandung. H 1.7 : Terdapat hubungan yang negatif antara strategi manajemen kelas permissive dan prestasi akademik mata pelajaran Fisika pada siswa kelas XI-IPA SMAN X di Bandung. H 1.8 : Terdapat hubungan yang negatif antara strategi manajemen kelas permissive dan prestasi akademik mata pelajaran Kimia pada siswa kelas XI-IPA SMAN X di Bandung. H 1.9 : Terdapat hubungan yang negatif antara strategi manajemen kelas permissive dan prestasi akademik mata pelajaran IPA Biologi pada siswa kelas XI-IPA SMAN X di Bandung.