BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebagaimanaditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.14/Menhut-II/2007 TENTANG TATACARA EVALUASI FUNGSI KAWASAN SUAKA ALAM, KAWASAN PELESTARIAN ALAM DAN TAMAN BURU

BAB I PENDAHULUAN. ekosistemnya. Pada Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi

I PENDAHULUAN. masyarakat serta desakan otonomi daerah, menjadikan tuntutan dan akses masyarakat

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2004 TENTANG PERENCANAAN KEHUTANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki tanah air yang kaya dengan sumber daya alam dan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan modal dasar bagi pembangunan berkelanjutan untuk kesejahteraan

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1998 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN EKOSISTEM LEUSER PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1998 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN EKOSISTEM LEUSER PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 108 TAHUN 2015 TENTANG

KAWASAN KONSERVASI UNTUK PELESTARIAN PRIMATA JURUSAN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BAB I PENDAHULUAN. perubahan iklim (Dudley, 2008). International Union for Conservation of Nature

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Konservasi Lingkungan. Lely Riawati

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Bagi manusia, lahan sangat dibutuhkan dalam menjamin kelangsungan hidup

Pembangunan KSDAE di Eko-Region Papua Jakarta, 2 Desember 2015

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.378, 2010 KEMENTERIAN KEHUTANAN. Kawasan Hutan. Fungsi. Perubahan.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Taman Nasional Kerinci Seblat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: P. 34/Menhut-II/2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.19/Menhut-II/2004 TENTANG KOLABORASI PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM

NOMOR 27 TAHUN 1999 TENTANG ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

2014 POTENSI EKOWISATA DI KAWASAN TAMAN BURU GUNUNG MASIGIT KAREUMBI

NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM

Hutan di Indonesia memiliki peran terhadap aspek ekonomi, sosial maupun. (Reksohadiprodjo dan Brodjonegoro 2000).

PP 62/1998, PENYERAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN DI BIDANG KEHUTANAN KEPADA DAERAH *35837 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ARAHAN PENGEMBANGAN KAWASAN TAMAN HUTAN RAYA NGARGOYOSO SEBAGAI OBYEK WISATA ALAM BERDASARKAN POTENSI DAN PRIORITAS PENGEMBANGANNYA TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Hampir separuh wilayah daratnya berupa hutan. Untuk itu pemerintah

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan laut di berbagai bagian dunia sudah menunjukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia dianugerahi oleh Tuhan Yang Maha Esa kekayaan sumber daya

hakikatnya adalah bagian integral dari pembangunan nasional yang berkelanjutan sebagai pengamalan Pancasila;

PERATURAN PEMERINTAH Nomor 68 Tahun 1998, Tentang KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SMP NEGERI 3 MENGGALA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA RANCANGAN PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR. TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA BUNDER

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Kehutanan Nomor 41 tahun 1999, hutan adalah

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1990 TENTANG KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM HAYATI DAN EKOSISTEMNYA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Hutan sebagai karunia dan amanah Tuhan Yang Maha Esa yang

SKRIPSI HERIYANTO NIM : B

BAB I PENDAHULUAN. oleh bangsa Indonesia dan tersebar di seluruh penjuru tanah air merupakan modal

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu Negara yang memiliki sumberdaya alam

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

I. PENDAHULUAN. dari penunjukan kawasan konservasi CA dan SM Pulau Bawean adalah untuk

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lampiran 3. Interpretasi dari Korelasi Peraturan Perundangan dengan Nilai Konservasi Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan aslinya (Hairiah, 2003). Hutan menjadi sangat penting

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MAMBERAMO RAYA DI PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1990 TENTANG KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM HAYATI DAN EKOSISTEMNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR

PERLINDUNGAN KEANEKARAGAMAN HAYATI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 2

PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN III

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Ecotouris, dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi ekowisata. Ada

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayai dan Ekosistemnya;

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.49/Menhut-II/2014 TENTANG

this file is downloaded from

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MAMBERAMO RAYA DI PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

C. BIDANG KEHUTANAN SUB SUB BIDANG SUB BIDANG URAIAN

C. BIDANG KEHUTANAN SUB SUB BIDANG SUB BIDANG URAIAN

TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM MENTERI KEHUTANAN,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 1998 TENTANG PENYERAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN DI BIDANG KEHUTANAN KEPADA DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 1998 TENTANG

I. PENDAHULUAN. margasatwa, kawasan pelestarian alam seperti taman nasional, taman wisata alam,

I. PENDAHULUAN. Pariwisata secara luas adalah kegiatan rekreasi di luar domisili untuk

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH NOMOR 46 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA POCUT MEURAH INTAN

BAB I PENDAHULUAN. pesat pada dua dekade belakangan ini. Pesatnya pembangunan di Indonesia berkaitan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN... TENTANG KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM HAYATI DAN EKOSISTEMNYA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

BAB I PENDAHULUAN. Kawasan suaka alam sesuai Undang Undang Nomor 5 Tahun 1990 adalah sebuah

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MAMBERAMO RAYA DI PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Penyelamatan Ekosistem Sumatera Dalam RTR Pulau Sumatera

PENGEMBANGAN KAWASAN HUTAN WISATA PENGGARON KABUPATEN SEMARANG SEBAGAI KAWASAN EKOWISATA TUGAS AKHIR

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : 613/Kpts-II/1997 TENTANG PEDOMAN PENGUKUHAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PERAIRAN

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagaimanaditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah maka pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah dititik beratkan pada Pemerintah Daerah Kabupatenatau Kota, karena itu pemerintah daerah adalah pelaksana utama pembangunan, termasuk melaksanakan penataan ruang kabupaten atau kota.terkait dengan rencana pembangunan daerah, tata ruang memiliki fungsi yang sangat menentukan. Penjelasan Undang-Undang Nomor 26 Tahun2007 tentang penataan ruang dikemukakan bahwa pelaksanaan pembangunan, baik di tingkat pusat maupun tingkat daerah, harus sesuai dengan rencana tata ruang yang telah ditetapkan. Di dalam subsistem wilayah tiap daerah terdapat sumber daya alam dengan berbagai macam kegiatan pemanfaatan ruang yang berbeda-beda. Apabila tidak dilakukan penyusunan rencana tata ruang yang baik, kemungkinan ketidakseimbangan laju pertumbuhan antar daerah dan menurunya kualitas lingkungan hidup akan semakin meningkat. Suaka Margasatwa Mamberamo Foja merupakan salah satu wilayah yang dengan tingkat keanekaragaman hayati (biodervesity) yang sangat tinggi di dunia. Berbagai jenis satwa endemik/spesifik Papua ditemukan di kawasan hutan konservasi ini seperti cenderawasih, kanguru, kasuari, mambruk, maleo, dan lainnya. Ekspedisi Archbold pada tahun 1929/1930 yang memfokuskan

2 pengamatannya pada mamalia darat dan burung, yang berlanjut pada penelitian yang dilakukan oleh Conservatiaon International (CI) tahun 2005, menemukan bahwa di Kawasan Mamberamo Foja terdapat lebih dari 100 spasies mamalia. Khusus di Pegunungan Foja, ditemukan 42 spesies mamalia, termasuk kanguru mantel emas (Dendrolagus pulcherrimus) yang merupakan spesies mamalia baru di Indonesia. Hal ini terlihatdari besarnya perhatian pemerintah dalam pendayagunaan kawasan ini untuk kepentingan kelestarian lingkungan hidup dan masyarakat yang tinggal di dalamnya. Mengingat kekhasan satwa dan habitatnya serta tingkat keanekaragaman hayati yang sangat tinggi maka Kawasan Mamberamo Foja yang memiliki luas 1.018.000 ha ditunjuk sebagai kawasan suaka margasatwa dengan Surat Keputusan MenteriPertanian Nomor :782/kpts/Um/10/1982 dan diperluas dengan areal 1.000.000 ha yang ditunjuk dengan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 891/kpts-II/1999, sehingga luas keseluruhan menjadi 2.018.000 ha. Perluasan kawasan suaka margasatwa ini dilakukan dengan berbagai pertimbangan antara lain, kerena luas kawasan konservasi yang ada belum efektif untuk menjaga keserasian dan keseimbangan antara pembangunan dan lingkungan hidup. Provinsi Papua yang dikenal kaya dengan berbagai jenis flora dan fauna di Indonesia harus dipertahankan dan dilestarikan keberadaannya, sertaperkembangan aktivitas manusia dalam kawasan hutan semakin meningkat yang dapat menyebatkan terjadinya kerusakkan lingkungan hidup termasuk kelestarian.karena itu pengembangan Kawasan Suaka Margasatwa Mamberamo Foja memiliki nilai strategis dalam upaya meningkatkan kehidupan masyarakat,

3 kelestarian budaya dan dalam upaya menunjang peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah serta pembangunan kawasan wisata yang sekaligus menjadi kawasan konservasi budaya dan lingkungan alamnya. Pemanfaatan sumber daya alam di dalam Kawasan Suaka Margasatwa Mamberamo Foja telah memberikan berbagai manfaat kepada masyarakat yang tinggal didalamnya. Dari pengambilan hasil Sungai Mamberamo dan hasil hutan, sehingga masyarakat sangat menggantungkan hidupnya sehari-hari. Dalam tatanan sosial masyarakat yang hidup di kawasan ini, pemanfaatan ruang dan sumber daya diatur secara tradisional dan turun temurun. Tiap kampung yang berada di kawasan memiliki aturan sendiri dalam pemanfaatan aset lingkungan. Selain itu pencarian dan perburuan hewan dalam kawasan memang sangat sering terjadi.perburuan semenjak bertahun-tahun lampau terutama dilakukan pada buaya air tawar.hingga tak heran jika populasinya dari hari kehari semakin berkurang. Benar sekarang populasi buaya di sana semakin berkurang hingga masyarakat sulit menangkapnya, ujar Bastian Wamafma kepada JUBI.Menurutnya masyarakat menangkap anak buaya dan menjualnya kepada salah satu perusahaan penangkaran buaya di Entrop, Kota Jayapura.Saat ini koleksi penangkaran buaya itu telah mencapai ribuan ekor yang siap diekspor.survey lain juga menyebutkan ada beberapa satwa lindung yang diperdagangkan antara lain, nuri kepala hitam (Lorius lorry), kakatua (Cacatua galerita), mambruk (Goura victoria), penyu (Celonia myas), kasuari (Casuarius spp), kuskus (Spillocus spp), bayan (Eclectus roratus) dan kangguru (Phalanger

4 spp).bahkan burung cendrawasih juga seringkali diawetkan untuk diperdagangkan antar pulau. Kawasan ini kerap juga diganggu dengan pembangunan gedung-gedung pemerintahan, pembangunan jalan dan pengembangan wilayah perkotaan.sejumlah pihak mengatakan, jika untuk itu maka harus dilakukan secara bijak dan hati-hati agar jangan sampai mengorbankan fungsi konservasi di kawasan Mamberamo. Namun yang terjadi justru banyak copy blok dari sumber lain sehingga tata ruang yang dikerjakan konsultan sangat tidak relevan, tegas seorang staf Conservation International Indonesia (CII), Tommy Wakum. Gedung pemerintahan yang dibangun salah satunya adalah Kantor Bupati Mamberamo Raya dibangun tepat didalam hutan produksi.hutan ini dikelola oleh PT. Mamberamo Alas Mandiri di sekitar Kampung Kasonaweja. Hutan Produksi itu adalah milik perusahaan, mereka membayar pajak selama menebang dalam areal tersebut.tapi yang tetap diharapkan adalah agar jangan sampai pembangunan yang terjadi malah merusak kawasan suaka margasatwa ini, ujar Lindon Pangkali kepada JUBI beberapa waktu lalu.(dominggus A Mampioper/Dari berbagai sumber).berkaitan dengan hal tersebut diatas, peranan tata ruang pada hakekatnya dimaksudkan untuk mencapai pemanfaatan sumber daya optimal dengan sedapat mungkin menghindari konflik pemanfaatan sumber daya, dapat mencegah timbulnya kerusakan lingkungan hidup serta meningkatkan keselarasan. Kawasan Suaka Margasatwa Mamberamo Foja,secara astronomis terletak pada 137º10 46,6536-140º 23 55,032 Bujur Timur dan 1º27 28,8864 -

5 3º43 34.9058 Lintang Selatan dengan luas kawasan sebesar 2.018.000 Ha. Lokasi Kawasan Suaka Margasatwa Mamberamo Foja meliputi delapankabupaten yakni Kabupaten Mamberamo Raya, Kabupaten Tolikara, Kabupaten Puncak Jaya, Kabupaten Jayapura, Kabupaten Yahukimo, Kabupaten Pegunungan Bintang, Kabupaten Waropen, dan Kabupaten Keerom. Kabupaten Mamberamo Raya merupakan kabupaten yang terluas wilayahnya masuk dalam Kawasan Suaka Margasatwa Mamberamo Foja yakni seluas 1.574.645 ha. Kabupaten Mamberamo Raya meliputi delapan distrik yakni Distrik Mamberamo Hilir, Mamberamo Tengah, Distrik Mamberamo Timur, Distrik Mamberamo Hulu, Distrik Rufaer, Distrik Waropen Atas, Distrik Benuki, dan Distrik Sawai. Sejalan dengan berkembangnya Kabupaten Mamberamo Raya, maka kebutuhan akan ruang semakin meningkat baik ruang publik maupun ruang privat. Dengan kondisi ini Kabupaten Mamberamo Raya yang ± 60% dari luas wilayah administrasinya masuk dalam kawasan Suaka Margasatwa dalam pengembangan sangat membutuhkan penataan ruang yang baik dan secara bijak serta strategi pengembangan wilayah yang sesuai dengan nilai-nilai ekologis yang berwawasan lingkungan. Pengembangan kawasan ini harus dilaksanakan dengan tidak mengorbankan kepentingan masyarakat, seperti terjaminnya hak-hak dasar masyarakat termasuk menempatkan fungsi lingkungan dan dampaknya pada masyarakat adat sebagai amanat Undang-Undang Otonomi Khusus maupun terjaminnya pelaksanaan pembangunan yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan (sustainable development).

6 Seiring dengan digulirkannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Kauangan Pusat dan Daerah, yang merupakan aturan yang memberikan kewenangan kepada daerah untuk mengurus daerahnya sendiri, maka pemerintah daerah dirangsang memacu kemampuannya untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) sesuai dengan potensi sumber daya alam yang dimilikinya. Sebab, dengan otonomi daerah, kemandirian daerah untuk membiayai daerahnya sangat diutamakan, tidak terlalu mengharapkan kucuran dana dari pemerintah pusat melalui Dana Alokasi Umum (DAU). Dengan adanya regulasi yang menyangkut otonomi daerah dan perimbangan keuangan diatas, dengan dalil meningkatkan PAD, maka masing-masing daerah dapat melakukan eksploitasi terhadap sumber daya yang ada. Keberadaan Suaka Margasatwa dengan kekayaan potensi tambang, biodervesity baik flora dan fauna, dan hasil hutan baik itu kayu dan non-kayu yang ada didalamnya, merupakan potensi yang dapat memberikan pendapatan bagi daerah. Dalam hal ini, pemerintah daerah beranggapan dapat meningkatkan pendapan asli daerah (PAD) melalui eksploitasi Suaka Margasatwa itu, yang pada gilirannya dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat di daerah ini. Namun, Kawasan Suaka Margasatwa dengan potensi yang dimilikinya tidak dapat dieksploitasi oleh pemerintah daerah seperti hutan produksi ataupun hutan produksi terbatas, karena adanya Undang-Undang Nomor5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, sehingga pengelolaannya menjadi otoritas pemerintah pusat (Kementrian Kehutanan). Jadi, kewenangan pengelolaan

7 kawasan Suaka Margasatwa tetap ditangan pemerintah pusat untuk melakukan program konservasi dengan bekerja sama di antara pemangku kepentingan lain, termasuk pemerintah daerah. Dengan mengkaji pemberlakuan otonomi daerah berhubungan dengan suaka margasatwa, maka berkembangnya tiga wacana terhadap kawasan suaka margasatwa yang berada di Kabupaten Mamberamo Raya : 1. Kehendak daerah untuk mengelola suaka margasatwa. Pandangan yang demikian muncul karena pemerintah daerah melihat bahwa Suaka Margasatwa melimpah dengan sumber daya alam, yang dapat dieksploitasi guna meningkatkan PAD. 2. Pemerintah daerah melihat Suaka Margasatwa sebagai daerah konservasi dan sadar dengan tujuan konservasi, tetapi daerah tidak menerima manfaat ekonomi secara langsung dari kawasan itu. Karena daerah melihat potensi ekonomi yang melimpah yang ada didalamnya, maka daerah mendesak pemerintah pusat agar memberikan kompensasi ke daerah atas keberadaan Suaka Margasatwa, karena tidak dapat dikelola oleh pemerintah daerah. Artinya, pemerintah pusat diminta untuk mengganti opportunity cost yang seharusnya dapat dimanfaatkan oleh daerah. 3. Pemerintah pusat sadar bahwa pengelolaan kawasan Suaka Margasatwa harus dikembangkan pola collaborative management dengan mengundang berbagai stakeholder, karena keterbatasan anggaran, sumber daya manusia, dan pengawasan bagi aparatur pemerintah, baik di pusat maupun daerah.

8 Berkaitan dengan hal tersebut diatas, peranan tata ruang pada hakekatnya dimaksudkan untuk mencapai pemanfaatan sumber daya optimal dengan sedapat mungkin menghindari konflik pemanfaatan sumber daya, dapat mencegah timbulnya kerusakan lingkungan hidup serta meningkatkan keselarasan. Dalam lingkup tata ruang itulah maka pemanfaatan dan alokasi lahan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dengan konsep ruang dalam pembangunan baik sebagai hasil atau akibat dari pembangunan maupun sebagai arahan atau rencana pembangunan yang dikehendaki, khususnya konteks kali ini adalah pemanfaatan dan alokasi lahan di kawasan Suaka Margasatwa Mamberamo Foja dan daerah sekitarnya. Berdasarkan pada latarbelakang ini, maka menjadi sangat menarik untuk dilakukan penelitian yang mendalam tentang Pengaruh Penetapan(Eksistensi) Kawasan Suaka Margasatwa Mamberamo Foja Terhadap Perkembangan Kehidupan Wilayah Kabupaten Mamberamo Raya. 1.2 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka keberadaan Kawasan Suaka Margasatwa Mamberamo Foja ini dipengaruhi oleh dinamika kelembagaan dan kebijakan daerah. Pemerintah daerah mempunyai kewenangan yang lebih luas dalam mengelola sumber daya alam yang berada didaerahnya. Sebagai konsekuensinya Kawasan Suaka Margasatwa menerima beban dalam menampung berbagai kepentingan para pihak, baik pihak masyarakat, stakeholder dan pemerintah khususnya kepentingan ekonomi dan juga kebutuhan lahan untuk

9 peruntukan pembangunan, maka berdasarkan hal tersebut dirumuskan beberapa pertanyaan yang akan diteliti oleh peneliti sebagai berikut : 1. Seperti apakah proses pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam dalam Kawasan Suaka Margasatwa Mamberamo Foja? 2. Bagaimanakah pengaruhsuakamargasatwa Mamberamo Foja terhadapperkembangan kehidupan wilayah Kabupaten Mamberamo Raya? 1.3 Tujuan dan Sasaran Penelitian Dengan melihat permasalahan diatas maka yang menjadi tujuan dan sasaran dari dalam penelitian ini adalah : 1.3.1 Tujuan Penelitian Adapun beberapa tujuan yang akan dicapai dari penelitian ini: 1. Untuk menjelaskan hubungan antara pengelolaan Kawasan Suaka Margasatwa Mamberamo Foja dengan perubahan tata kehidupan masyarakat pada suatu wilayah yang proporsi ruang kawasan suaka margasatwa cukup besar seperti di Kabupaten Mamberamo Raya. 2. Untuk mendeskripsikan proses pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam di dalam Kawasan Suaka Margasatwa Mamberamo Foja. 3. Untuk menunjukan pengaruh Suaka Margasatwa Mamberamo Foja terhadapperkembangan kehidupan wilayah Kabupaten Mamberamo Raya.

10 1.3.2 Sasaran Penelitian Beranjak dari tujuan, sebagaimana disebutkan diatas maka sasaran dari penelitian ini adalah : 1. Terwujudnya pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alamdi Kawasan Suaka Margasatwa Mamberamo Foja agar tetap terjaga keseimbangan ekosistemnya. 2. Terciptanya suatu sistem koordinasi pengelolaan Kawasan Suaka Margasatwa antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah dan Masyarakat. 3. Merekomendasi arah kebijakan pembangunan struktur ruang wilayah Kabupaten Mamberamo Raya. 1.4 Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk : 1. Bagi masyarakat, meningkatkan pemahaman dan peran serta masyarakat dalam mendukung kebijakan dan pengelolan kawasan Suaka Margasatwa. 2. Bagi pemerintah, memberikan masukan kepada pemerintah daerah Kabupaten Mamberamo Raya dalam melaksanakan pembangunan dan pengembangan wilayah. serta bagi pengambil keputusan dan pembuat kebijakan pembangunan dalam kawasan Suaka Margasatwa. 3. Bagi ilmu pengetahuan, memberi wawasan dan pemahaman penulis tentang perkembangan kehidupan wilayah dengan keberadaan kawasan suaka margasatwa mencapai 60% dari luasan suatu wilayah.

11 1.5 Keaslian Penelitian Dari hasil pengamatan yang dilakukan, terdapat beberapa penelitian dan studi yang berkaitan dengan topik penelitian ini dan pernah dilakukan, antara lain: Tabel 1.1 Keaslian Penelitian No Nama Topik Fokus Pendekatan 1 Djamiko (2007) 2 Muhammad Idaham (2008) 3 Petrus Kasihiw (2000) Sumber : Hasil Peneliti,2012 Kajian Pengelolaan Kawasan Cagar Alam Mandor Di Kabupaten Landak, Provinsi Kalimantan Barat. Dampak Penetapan Batas Kawasan Ekosistem Leuser Terhadap Partisipasi Masyarakat Dalam Perlindungan Zona Taman Nasional Gunung Leuser Di Kabupaten Langkat. Evaluasi Kegiatan Konservasi Cagar Alam (Studi Kasus Pengelolaan Cagar Alam Pegunungan Arfak Manokwari) - Pengelolaan kawasan Cagar Alam Mandor dan faktor-faktor yang menyebabkan kerusakan lingkungan di Kawasan Cagar Alam Mandor - Dampak penetapan batas kawasan Ekosistem terhadap partisipasi masyarakat dalam perlindunagn zona inti dan faktorfaktor apa saja yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam perlindungan zona inti Taman Nasiona Gunung Leuser. - Pengelolan cagar alam dan pemasangan tapal batas kawasan konservasi. Deskriptif Kualitataif Deskripsi Korelasional - Metode Evaluasi - Pendekatan Behavioral Approach.

12 Dari beberapa penelitian diatas, menunjukan bahwa penelitian tentang Pengaruh Penetapan (Eksistensi) Kawasan Suaka Margasatwa Mamberamo Foja Terhadap Perkembangan Kehidupan Wilayah Kabupaten Mamberamo Raya dengan fokus penelitian padapengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam dalam Kawasan Suaka Margasatwa Mamberamo Foja serta pengaruh penetapan Kawasan Suaka Margasatwa Mamberamo Foja terhadap perkembangan kehidupan wilayah Kabupaten Mamberamo Rayadengan menggukan metode induktifkualitatif dengan pendekatan eksploratifmerupakan penelitian yang baru dan cukup relevan untuk dilaksanakan.