Kata kunci: Produksi, Tenaga Kerja, Modal, dan Lama Usaha

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk

BAB I PENDAHULUAN. diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor-sektor lain dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang disertai terjadinya perubahan struktur ekonomi. Menurut Todaro

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Wilayah Indonesia

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN III-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA UTARA SEMESTER I TAHUN 2016

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN BOJONEGORO ATAS DASAR HARGA BERLAKU MENURUT LAPANGAN USAHA (JUTA RUPIAH),

PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2015 KABUPATEN BANGKA SELATAN

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya melimpah

PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN I-2015

Bila dilihat dari penciptaan sumber pertumbuhan

Pertumbuhan Ekonomi Gorontalo Triwulan III-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN I-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN II-2017


PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN I-2017

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2011

BPS KABUPATEN BATU BARA

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN III-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN I/2016

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN III TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB Lapangan Usaha TAHUN 2015

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TRIWULAN II-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN III-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TAHUN 2016

DAFTAR ISI. Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN ORISINALITAS... KATA PENGANTAR... iv ABSTRAK... vi

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2015

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU UTARA TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN I-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TRIWULAN I Ekonomi Gorontalo Triwulan I-2015 Tumbuh 4,69 Persen Melambat Dibanding Triwulan I-2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN DAIRI TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN III/2016

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TRIWULAN III-2016 Ekonomi Gorontalo Triwulan III-2016 Tumbuh 6,98 Persen Meningkat Dibanding dengan Triwulan II-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN TAHUN 2015

BPS KABUPATEN TAPANULI TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TRIWULAN I-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA UTARA SEMESTER I TAHUN 2017

BPS KABUPATEN MALINAU

PERTUMBUHAN EKONOMI LABUHANBATU TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN II-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TAHUN 2016 Ekonomi Gorontalo Tahun 2016 Tumbuh 6,52 Persen

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dikatakan baik apabila terjadi peningkatan pada laju pertumbuhan di

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN I-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2016

Lainnya. Infokom. konstruksi. Perdagangan. Industri PDRB. Pertumbuhan Ekonomi Triwulan I-2016 Terhadap Triwulan IV-2015 (q-to-q) Pertanian

PERTUMBUHAN EKONOMI TAPANULI SELATAN TAHUN 2016

I. PENDAHULUAN. perekonomian di Bali. Sektor ini menyumbang sebesar 14,64% dari total Produk

PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA TANJUNGBALAI TAHUN 2017

PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN I-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN I TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA BARAT TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN II-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU UTARA TRIWULAN I-2017

Pertumbuhan Ekonomi Kalimantan Selatan Triwulan III-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN I TAHUN 2017

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di Indonesia memiliki tujuan untuk mensejahterakan

BAB I PENDAHULUAN. antar daerah dan struktur perekonomian yang seimbang (Sukirno, 2005).

Abstrak. Kata kunci: modal, tenaga kerja, lama usaha, jam kerja, dan pendapatan

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TRIWULAN I-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAHTRIWULAN I-2017

Pertumbuhan Ekonomi Jawa Tengah Triwulan III

PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN II-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA TANJUNGBALAI TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN I-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN III-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN I-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU UTARA TRIWULAN II-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TRIWULAN I-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN III-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI SERDANG BEDAGAI TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN II-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA SELATAN TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA BARAT TAHUN 2014

Transkripsi:

Judul : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Ayam Broiler di Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan Nama : Didik Prastyo NIM : 1306105047 ABSTRAK Ayam broiler merupakan ayam pedaging yang memiliki nilai ekonomis dengan waktu pemeliharaan antara 5 sampai 6 minggu. Produksi yang optimal diperlukan faktor-faktor produksi yang mendukung dan mempengaruhi produksi ayam broiler untuk mengatasi permasalahan permintaan daging ayam yang terus meningkat serta penurunan presentase pertumbuhan produksi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh tenaga kerja, modal dan lama usaha terhadap produksi ayam broiler secara simultan dan parsial. Mengetahui variabel yang paling dominan mempengaruhi produksi ayam broiler. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan dengan jumlah sampel yang diambil sebanyak 40 orang. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dan koesioner. Tehnik analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda. Hasil analisis secara simultan pada taraf nyata (α) = 5% nilai F hitung (3,513) > F tabel (2,87) menunjukkan bahwa tenaga kerja, modal dam lama usaha secara simultan berpengaruh signifikan terhadap produksi ayam broiler. Kondisi ini menunjukkan semakin banyak tenaga kerja, modal dan lama usaha yang digunakan maka akan semakin tinggi jumlah produksi yang dihasilkan. Nilai dari determinasi majemuk (R 2 ) 0,997 yang berarti bahwa produksi ayam broiler dipengaruhi tenaga kerja, modal dan lama usaha sebesar 99,7 persen dan sisanya 0,03 persen dipengaruhi variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model. Tenaga kerja dan modal secara parsial berpengaruh signifikan positif terhadap terhadap produksi dimana tenaga kerja menunjukkan nilai t hitung (2,074) > t tabel (1,689) dan modal menujukkan nilai t hitung (31,713) > t tabel (1,689), sedangakan lama usaha secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap produksi dengan nilai t hitung (0,008) < t tabel (1,689). Variabel modal memiiki pengaruh paling dominan terhadap produksi ayam broiler di Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan. Kata kunci: Produksi, Tenaga Kerja, Modal, dan Lama Usaha

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL i HALAMAN PENGESAHAN.ii PERNYATAAN ORISINIALITAS...iii KATA ENGANTAR..iv ABSTRAK..v DAFTAR ISI..vi DAFTAR TABEL. vii DAFTAR GAMBAR viii DATAR LAMPIRAN.ix BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah.....1 1.2 Rumusan Masalah Penelitian...11 1.3 Tujuan Penelitian......11 1.4 Kegunaan Penelitian...12 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep...13 2.1.1 Produksi...13 2.1.2 Tenaga Kerja...15 2.1.3 Modal...15 2.1.4 Lama Usaha...17 2.1.5 Pengaruh Tenaga Kerja Terhadap Produksi...17

2.1.6 Pengaruh Modal Terhadap Produksi...17 2.1.7 Pengaruh Lama Usaha Terhadap Produksi...18 2.2 Hipotesis Penelitian...19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian... 20 3.2 Lokasi Penelitian atau Ruang Lingkup Wilayah Penelitian... 20 3.3 Objek Penelitian... 21 3.4 Identifikasi Variabel... 21 3.5 Definisi Operasional Variabel... 22 3.6 Jenis dan Sumber Data... 22 3.6.1 Jenis Data... 22 3.6.2 Sumber Data... 23 3.7 Populasi, Sampel dan Metode Penentuan Sampel... 24 3.8 Metode Pengumpulan Data... 24 3.9 Teknik Analisis Data... 25 3.9.1 Analisis Regresi Linear Berganda... 25 3.9.2 Uji Asumsi Klasik... 26 3.9.3 Uji Signifikansi Koofesien Regresi Secara Serempak... 28 3.9.4 Uji Signifikansi Koofesien Regresi Secara Parsial... 30 3.9.5 Analisis Variabel Yag paling Dominan di antara Variabel Tenaga Kerja, Modal dan lama Usaha... 32

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian... 33 4.2 Karakteristik Responden... 35 4.2.1 Jenis Kelamin... 35 4.2.2 Umur... 35 4.2.3 Pendidikan... 36 4.3 Deskripsi Variabel Penelitian... 37 4.4 Uji Asumsi Klasik... 38 4.4.1 Uji Normalitas... 38 4.4.2 Uji Multikolonieritas... 39 4.4.3 Uji Heteroskedastisitas... 40 4.5 Regresi Linier Berganda...41 4.6 Uji Hipotesis... 43 4.6.1 Pengaruh Tenaga Kerja, Modal dan Lama Usaha Terhadap Produksi Ayam Broiler di Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan ( Uji F..)... 43 4.6.2 Uji t... 45 1. Pengaruh Tenaga Kerja Terhadap Produksi Ayam Broiler di Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan... 45 2. Pengaruh Modal Terhadap Produksi Ayam Broiler di Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan... 46 3. Pengaruh Lama Usaha Terhadap Produksi Ayam Broiler di Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan... 48 4.6.3 Standardized Coefficients Beta...49

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan... 51 5.2 Saran... 51 DAFTAR RUJUKAN...53 LAMPIRAN-LAMPIRAN... 57

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris dengan potensi alam yang sangat melimpah. Sumber daya alam Indonesia dibidang pertanian memiliki potensi 101 juta hektar dengan perkembangan dan kemajuan bidang pertanian menyumbang 13,8 persen dari Gross Domestic Product (GDP) di Indonesia (BPS, 2016). Kontribusi sektor pertanian secara langsung berupa penyediaan pangan masyarakat dan secara tidak langsung dapat menciptakan efek pengganda (multiplier effect), sehingga sektor pertanian layak untuk dijadikan sektor andalan dalam perekonomian Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) pertanian dalam pengertian luas mencangkup semua kegiatan yang melibatkan pemanfaatan mahluk hidup (termasuk tanaman, hewan dan mikrobia) untuk kepentingan manusia. Pesatnya laju pertumbuhan penduduk Indonesia membuat usaha pertanian perlu digalakkan kembali di seluruh wilayah Indonesia. Berbagai sektor terus mengalami pertumbuhan terutama dalam bidang pertanian, kehutanan dan perikanan. Provinsi Bali merupakan salah satu provinsi dengan PDRB yang terus meningkat dari tahun 2013 sampai 2015 dapat disajikan dalam tabel 1.1.

Tabel 1.1 Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Bali Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha, 2013 2015 (miliyar rupiah) Tahun No Lapangan Usaha 2013 2014 2015 1 Pertanian, Kehutanan, & Perikanan 17 343.29 18 146.92 18 765.33 2 Pertambangan dan Penggalian 1 555.36 1 546.11 1 440.56 3 Industri pengolahan 7 565.25 8 237.39 8 824.58 4 Pengadaan Listrik dan Gas 251.32 260.6 259.44 5 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah & Daur Ulang 261.54 280.9 286.48 6 Konstruksi 11 239.45 11 441.35 12 014.64 7 8 9 Perdagangan Besar & Eceran; Reparasi Mobil & Sepeda Motor 9 963.18 10 687.10 11 515.28 Transportasi dan Pergudangan 8 512.26 9 008.99 9 417.81 Penyediaan Tabel Akomodasi & 13.1.1 : Makan Minum 22 287.90 23 807.92 25 178.80 10 Informasi dan Komunikasi 7 325.44 7 853.79 8 634.46 11 Jasa Keuangan dan Asuransi 4 766.72 5 164.47 5 508.29 12 Real Estat 5 412.28 5 893.51 6 199.90 13 Jasa Perusahaan 1 222.19 1 313.69 1 405.53 14 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan & Jaminan Sosial Wajib 6 611.21 7 321.79 7 927.62 15 Jasa Pendidikan 5 687.84 6 289.73 6 852.21 16 Jasa Kesehatan & Kegiatan Sosial 2 370.86 2 665.51 2 899.10 17 Jasa Lainnya 1 727.50 1 859.34 2 007.87 P D R B / Gross Regional Domestic Products 114 103.58 121 779.13 129 137.91

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bali, 2016 Berdasarkan Tabel 1.1, dapat dilihat bahwa sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan memiliki kontribusi yang besar. Selama periode 2013-2015 konstribusi sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan dalam pembentukan PDRB Provinsi Bali terus mengalami peningkatan yaitu sebesar 17.349,29 miliyar rupiah pada tahun 2013, 18.146,92 miliyar rupiah pada tahun 2014 atau naik sebesar 4,63 persen dan 18.765,33 miliyar rupiah pada tahun 2015 atau naik sebesar 3,41 persen. Peternakan merupakan salah satu dari lima subsektor pertanian. Peternakan adalah kegiatan memelihara hewan ternak untuk dibudidayakan dan mendapatkan keuntungan dari kegiatan tersebut (Muhammad Rasyaf, 2002). Subsektor peternakan terbagi menjadi ternak besar, yaitu sapi (perah/potong), kerbau, dan kuda, dan ternak kecil yang terdiri dari kambing, domba, dan babi serta ternak unggas (ayam, itik, dan burung puyuh). Produksi ayam broiler di Indonesia pada tahun 2016 mencapai 1.689.584 ton (Dirjen Peternakan, 2016), sedangkan untuk konsumsi perkapita menurut Presiden Direktur CPIN, Tjiu Thomas Effendy (Kompas, 2016), tingkat konsumsi daging ayam masyarakat Indonesia baru mencapai 9 kilogram (kg) per kapita per tahun. Provinsi Bali dengan jumlah penduduk 4.152.800 jiwa pada tahun 2015 memiliki tingat konsumsi daging ayam 20,6 kilogram per kapita per tahun (BPS, 2016). Kontribusi pertanian dalam bidang peternakan di Bali memiliki andil yang besar untuk

mencukupi kebutuhan pangan hewani. Ayam menjadi salah satu produk peternakan yang tinggi permintaannya menginggat jumlah penduduk Bali dan jumlah penduduk pendatang semakin bertambah. Menurut BPS Provinsi Bali menunjukkan, laju pertumbuhan penduduk di Bali dari tahun 2000 hingga 2010 mencapai 2,15 persen. Data tahun 2010 menunjukkan jumlah penduduk Bali mencapai 3,9 juta orang, sedangkan pada tahun 2015 kepadatan penduduk Bali mencapai 736,7 jiwa per km 2 atau 4,2 juta orang dengan luas wilayah Bali 5636,66 km 2, maka angka tersebut menunjukkan pertumbuhan penduduk di Bali sangat pesat. Kondisi ini harus diikuti dengan pertumbuhan usaha peternak ayam broiler (pedaging) guna memenuhi kebutuhan daging masyarakat. Kegiatan usaha yang menarik dikaji di subsektor peternakan adalah usaha agribisnis ayam broiler. Kondisi ini dilandasi beberapa alasan, yaitu: (1) periode siklus produksinya yang relatif pendek membuat perputaran modal relatif cepat, menjadikannya cocok untuk usaha peternakan rakyat; (2) usaha ayam ras pedaging mempunyai kaitan yang luas baik kaitan kebelakang (backward linkage) dan kaitan kedepan (forward linkage); (3) kemampuannya dalam menyerap tenaga kerja secara ekstensif; dan (4) sebagai salah satu komoditas yang mempunyai potensi ekspor (Saptana dan I Wayan Rusastra, 2004). Ayam broiler yang merupakan jenis ras unggulan hasil persilangan dari jenis-jenis ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi, terutama dalam memproduksi daging ayam. Daging ayam broiler dapat berguna sebagai barang substitusi bagi daging sapi dan

ikan (Hadini, dkk, 2011). Sebenarnya ayam broiler ini baru populer di Indonesia sejak tahun 1980-an dimana pemerintah mencanangkan penggalakan konsumsi daging ruminansia yang pada saat itu semakin sulit keberadaannya. Ayam broiler saat ini telah dikenal masyarakat Indonesia dengan berbagai kelebihannya dengan hanya 5-6 minggu sudah bisa dipanen. Kesuksesan beternak ayam broiler harus didukung oleh pemerintah, adanya perlindungan produsen dan perlindungan harga akan menentukan kelangsungan peternak ayam broiler. Peternak dapat beternak secara mandiri dan secara kemitraan, melalui model kemitraan keberhasilan peternak akan lebih terjamin karena ketiga unsur produksi sudah diintregrasi oleh perusahaan. Model peternakan mandiri (peternak kecil) akan memakan biaya produksi yang lebih besar dibangdingkan dengan model kemitraan (Singh, Varinder Pal, et al, 2010). Menurut Chang, Hui-Shung (2007), bahwa diantara produk unggas, daging ayam broiler adalah yang termurah dan paling populer di kalangan konsumen di seluruh dunia. Peternak kontrak atau kemitraan dan integrasi vertikal, yang merupakan model usaha dari produsen broiler yang paling efisien di dunia telah mengakibatkan peningkatan produksi, pemasaran yang lebih efisien, dan meningkatnya jumlah produk bernilai tambah dengan biaya lebih rendah. Menurut Nesheim dan Card (1979), bahwa proses produksi ayam broiler akan berhasil jika ada intregasi antara ketiga unsur tersebut, yaitu; pelaku usaha pemeliharaan ayam, usaha pembibitan dan perusahaan pakan. Kondisi ini sudah diatur oleh perusahaan yang bekerjasama dengan peternak, selain itu harga

ayam broiler sudah dijamin sejak awal sehingga model usaha kemitraan lebih aman dan menjanjikan kepastian daripada usaha mandiri. Tingginya biaya pakan, vaksin dan obat-obatan, dan disorganisasi di sektor peternakan akan mengakibatkan produksi menurun (Taru, V. B., et al 2010). Peternak ayam broiler memilih tempat yang dekat dengan perusahan pakan untuk memperkecil biaya transportasi (Pramod R, 2003). Berdasarkan kriteria investasi yang diperoleh maka dari segi finansial usaha peternakan ayam broiler milik seorang peternak memberikan keuntungan dan layak usaha. Kelayakan usaha tersebut dibuktikan dengan kajian analisa finansial selama 4 tahun proses pemeliharaan diperoleh nilai Net B/C Ratio selama lebih besar satu yaitu 1,05 ( Thamrin, dkk, 2006). Selain itu keuntungan yang diperoleh oleh peternak kemitraan dan mandiri tidak jauh berbeda (Akhter, S., M. H. A. Rashid, and H. Uddin, 2013). Bali memiliki peternak ayam ras pedaging dengan model kemitraan yang cukup banyak di setiap Kabupaten/Kota untuk memenuhi kebutuhan daging ayam masyarakat Bali. Menurut Susilowati, S. H. (2013) bahwa di Bali penerapan biosecurity atau perlindungan dari efek yang merugikan dari organisme seperti agen penyakit dan hama yang merugikan peternak sudah berjalan dengan baik. Kondisi ini akan mempengaruhi tingkat pertumbuhan peternakan ayam broiler di Provinsi Bali. Berikut disajikan jumlah cacah jiwa ternak ayam broiler berdasarkan Kabupaten/Kota di Provinsi Bali.

Tabel 1.2 Jumlah Produksi Ayam Broiler Kabupaten/Kota di Provinsi Bali Tahun 2015 (Kg) No Kabupaten/Kota Jumlah 1 Kota Denpasar 27.500 2 Badung 6.057.450 3 Gianyar 4.535.208 4 Klungkung 4.936.500 5 Karangasem 17.437.338 6 Bangli 16.235.100 7 Buleleng 2.068.650 8 Jembrana 8.289.900 9 Tabanan 25.955.172 Total 85.542.318 Sumber : Dinas Peternakan Dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali, 2016 Berdasarkan tabel 1.2 produksi ayam broiler memiliki jumlah yang besar yaitu 85.542.318 kilogram pada tahun 2015. Jumlah produksi ayam broiler terbanyak berada di Kabupaten Tabanan yaitu 25.955.172 kilogram dan jumlah terkecil berada di Kota Denpasar yaitu 27.500 kilogram. Produksi ayam broiler di Provinsi Bali yang bertambah dan terus naik dari tahun 2011 disajikan pada gambar 1.1. Gambar 1.1 Jumlah Produksi Ayam Broiler di Provinsi Bali Tahun 2011-2015 (Kg)

90000000 80000000 70000000 60000000 50000000 55859769 52850799 64630539 73452123 85542318 jumlah 40000000 tahun 30000000 20000000 10000000 0 2011 2012 2013 2014 2015 Sumber : Dinas Peternakan Dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali, 2016 Berdasarkan gambar 1.1 jumlah ayam broiler pada tahun 2012 mengalami penurunan dibawah 55.000.000 kilogram, kemudian pada tahun 2013 meningkat diatas 60.000.000 kilogram. Peningkatan terus terjadi hingga pada tahun 2015 mencapai lebih dari 85.000.000 kilogram, sedangkan di Kabupaten Tabanan dari tahun 2011-2015 terus mengalami kenaikan dari 11.803.158 kilogram pada tahun 2011 hingga mencapai 25.955.172 kilogram pada tahun 2015 disajikan pada gambar 1.2. Gambar 1.2 Jumlah Produksi Ayam Broiler di Kabupaten Tabanan Tahun 2011-2015 (Kg)

30000000 25000000 24,853,185 25,955,172 20000000 15000000 10000000 11,803,158 14,761,701 19,233,665 jumlah tahun 5000000 0 2011 2012 2013 2014 2015 Sumber : Dinas Peternakan Dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali, 2016 Kabupaten Tabanan dengan sektor pertanian sebagai sektor unggulan menjadikan Kabupaten Tabanan sebagai sentra peternakan khususnya peternakan ayam broiler. Jumlah ayam broiler yang terus meningkat dan merata di setiap kecamatan hingga ke desa-desa. Gambar 1.2 menunjukkan jumlah produksi ayam broiler semakin meningkat dari tahun ke tahun yaitu meningkat 29,2 persen pada tahun 2014 dan 4,43 persen pada tahun 2015, namun pada tahun 2015 mengalami penurunan presentase pertumbuhan sebesar 24,77 persen, sehingga kondisi ini menarik untuk diteliti agar dapat menjadi pertimbangan untuk tahun berikutnya. Menurut Leegomonchai, Porametr, and Tomislav Vukina (2005), bahwa penurunan produksi bisa terjadi karena adanya pergesekan antara perusahaan kemitraan dan peternak sehingga akan mempengaruhi produktifitas peternak ayam broiler. Kondisi ini sejalan dengan pendapat Todsadee Areerat, et al (2012),

mengatakan bahwa sosial ekonomi mempengaruhi produktifitas peternakayam broiler. Tabel 1.3 Jumlah Produksi dan Jumlah Peternak Ayam Broiler Kemitraan Per Kecamatan di Kabupaten Tabanan Tahun 2016 Sumber: Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali, 2016 No Kecamatan Hasil Jumlah Peternak (Kg) (Orang) 1 Baturiti 287.250 42 2 Penebel 178.350 29 3 Marga 358.500 40 4 Kediri 14.240 1 5 Tabanan 158.250 15 6 Kerambitan 136.500 17 7 Selemadeg Timur 276.000 22 8 Selemadeg 117.000 20 9 Selemadeg Barat 235.500 30 10 Pupuan 309.750 83 Total 2.071.340 299 Berdasarkan Tabel 1.3 populasi ayam broiler terbanyak terdapat di Kecamatan Pupuan dan yang kedua terdapat di Kecamatan Marga. Hasil panen terbanyak di Kecamatan Marga sebesar 358.500 kilogram, sedangakan Kecamatan Pupuan hasil panen masih dibawah Kecamatan Marga sebesar 307.750 kilogram. Jumlah peternak terbanyak terdapat di Kecamatan Pupuan, kedua Kecamatan Baturiti dan yang ketiga Kecamatan Marga. Jumlah faktor produksi yang digunakan menentukan jumlah produksi yang ingin dicapai, semakin banyak faktor produksi yang digunakan maka produksi akan semakin meningkat. Menurut Rahji (2011), bahwa manajemen yang

efisien dapat meningkatkan hasil yang efisien. Manajemen yang efisien dapat dicapai dengan adanya pelatihan dan sosialisasi dari perusahaan dan pemerintah terkait (Chukwuji, et al, 2006). Menurut Praditia, dkk (2015), efisiensi lebih maksimal dapat ditentukan oleh biaya produksi, kualitas dan kuantitas dari setiap faktor produksi, manajemen yang dilakukan serta pengetahuan peternak dalam mengelola peternakan akan memberikan hasil produksi yang besar. Selain itu faktor produksi yang berpengaruh terhadap produksi ayam broiler adalah DOC (Day Old Chickens/ anak ayam), pakan, vitamin, pemanasan dan kematian (Sunarno, et al, 2017). Penggunaan modal yang berbeda akan menghasilkan jumlah produksi yang berbeda pula. Kebutuhan modal harus disesuaikan dengan kebutuhan peternak yang berbeda-beda menurut jumlah ayam broiler. Semakin lama usaha ternak yang dijalani peternak akan semakin terampil dalam mengolah modal dan tenaga kerja guna meningkatkan jumlah produksi, sehingga peternakan akan terus berjalan dan semakin produktif. Berdasarkan latar belakang diatas yaitu kebutuhan daging ayam penduduk Bali yang semakin bertambah, dan terjadinya penurunan presentase pertumbuhan produksi, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Ayam Broiler di Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan. 1.2. Rumusan Masalah Penelitian Rumusan penelitian dalam penelitian ini adalah:

1) Apakah jumlah tenaga kerja, modal dan lama usaha berpengaruh secara simultan terhadap produksi ayam broiler di Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan? 2) Bagaimanakah jumlah tenaga kerja, modal dan lama usaha berpengaruh secara parsial terhadap produksi ayam broiler di Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan? 3) Diantara jumlah tenaga kerja, modal dan lama usaha, manakah yang paling berpengaruh terhadap produksi ayam broiler di Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan? 1.3. Tujuan Penelitian 1) Untuk mengetahui jumlah tenaga kerja, modal dan lama usaha berpengaruh secara simultan terhadap produksi ayam broiler di Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan. 2) Untuk mengetahui jumlah tenaga kerja, modal dan lama usaha berpengaruh secara parsial terhadap produksi ayam broiler di Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan. 3) Untuk mengetahui faktor yang paling berpengaruh terhadap produksi ayam broiler di Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan. 1.4. Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini mempunyai manfaat, yaitu: 1. Manfaat teoritis

a. Bagi peternak Penelitian ini diharapkan menjadi informasi bagi peternak produksi ayam broiler. b. Bagi lembaga Penelitian ini diharapkan menjadi bahan pertimbangan pemerintah daerah untuk mengembangkan potensi daerah terutama dalam bidang peternakan khususnya produksi ayam broiler. c. Bagi ilmu pengetahuan Menambah khazanah ilmu pengetahuan dan memperkaya hasil penelitian yang telah ada dan dapat memberikan gambaran tentang faktor-faktor yang mempengaruhi produksi produksi ayam broiler. 2. Manfaat praktis Hasil penelitian ini secara umum memberikan sumbangan informasi kepada pelaku usaha, para pemuda dan masyarakat tentang produksi ayam broiler.