BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1919, 2014 LIPI. Perjanjian. Pengalihan. Material. Pedoman PERATURAN KEPALA LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PERJANJIAN PENGALIHAN MATERIAL DI LINGKUNGAN LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melindungi dan memanfaatkan sumber daya genetik, sumber daya nongenetik, dan material yang terkait dengan pengetahuan tradisional asal Indonesia serta memastikan agar kegiatan penelitian, pengembangan, dan/atau penerapan teknologi di lingkungan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) bermanfaat bagi kesejahteraan bangsa, perlu menetapkan Peraturan Kepala LIPI tentang Pedoman Perjanjian Pengalihan Material di Lingkungan LIPI; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3419); 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1994 tentang Pengesahan United Nations Convention on Biological Diversity (Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa mengenai Keanekaragaman Hayati) (Lembaran Negara
2014, No.1919 2 Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3556); 3. Undang-undang nomor 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Lembaga Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 84, Tambahan Lebaran Negara Republik Indonesia Nomor 4219); 4. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2006 tentang Pengesahan International Treaty on Plant Genetic Resources for Food and Agriculture (Perjanjian mengenai Sumber Daya Genetik Tanaman untuk Pangan dan Pertanian) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4612); 5. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2013 tentang Pengesahan Nagoya Protocol on Access to Genetic Resources and The Fair and Equitable Sharing of Benefits Arising from Their Utilization to The Convention on Biological Diversity (Protokol Nagoya tentang Akses pada Sumber Daya Genetik dan Pembagian Keuntungan yang Adil dan Seimbang yang Timbul dari Pemanfaatannya atas Konvensi Keanekaragaman Hayati) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5412); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1999 tentang Pemanfaatan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 15, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3803); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2006 tentang Perizinan Melakukan Kegiatan Penelitian dan Pengembangan Bagi Perguruan Tinggi Asing, Lembaga Penelitian dan Pengembangan Asing, Badan Usaha Asing dan Orang Asing (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4666); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 60 tahun 2007 tentang Konservasi Sumber Daya Ikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4779);
3 2014, No.1919 9. Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen, sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2013; 10. Keputusan Presiden Nomor 110 Tahun 2001 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Lembaga Pemerintah Non Departemen, sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2013; 11. Keputusan Presiden Nomor 162/M Tahun 2014 tentang Pemberhentian dan Pengangkatan Dari dan Dalam Jabatan Struktural Eselon I di Lingkungan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia; 12. Peraturan Kepala LIPI Nomor 1 Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja LIPI; 13. Peraturan Kepala LIPI Nomor 4 Tahun 2014 tentang Penyimpanan Kultur Mikroorganisme pada Indonesian Culture Collection/InaCC Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 1273). MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN KEPALA LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA TENTANG PEDOMAN PERJANJIAN PENGALIHAN MATERIAL DI LINGKUNGAN LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA. Pasal 1 Pedoman Perjanjian Pengalihan Material di lingkungan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), yang selanjutnya disebut Pedoman Perjanjian Pengalihan Material dimaksudkan sebagai acuan dalam pelaksanaan pengalihan material di lingkungan LIPI. Pasal 2 Sistematika Pedoman Perjanjian Pengalihan Material meliputi: Bab I Bab II Bab III Ketentuan Umum Penyimpanan Material Pengalihan Material
2014, No.1919 4 Bab IV Bab V Bab VI Perjanjian Pengalihan Material Komisi Perjanjian Pengalihan Material Penutup Pasal 3 Pedoman Perjanjian Pengalihan Material sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan Kepala LIPI ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Kepala LIPI ini. Pasal 4 Peraturan Kepala LIPI ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Kepala LIPI ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 15 Desember 2014 KEPALA LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA, ISKANDAR ZULKARNAIN Diundangkan di Jakarta pada tanggal 17 Desember 2014 MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, YASONNA H. LAOLY
5 2014, No.1919 LAMPIRAN PERATURAN KEPALA LIPI NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PERJANJIAN PENGALIHAN MATERIAL DI LINGKUNGAN LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA PEDOMAN PERJANJIAN PENGALIHAN MATERIAL DI LINGKUNGAN LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA BAB I KETENTUAN UMUM A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati sangat tinggi (mega diversity) termasuk keanekaragaman sumber daya genetik. Sumber daya genetik merupakan wujud keanekaragaman hayati yang berupa bahan genetik yang terdiri dari tumbuhan, hewan, dan mikroorganisme, yang mengandung unit-unit fungsional pewarisan sifat (hereditas). Sumber daya genetik Indonesia perlu dikelola dan dimanfaatkan sekaligus dijaga kelestariannya dan dilindungi untuk kesejahteraan rakyat. Perlindungan akan keanekaragaman sumber daya genetik masih sangat lemah, belum ada payung hukum yang khusus mengatur secara tegas, sehingga dalam prakteknya seringkali dijumpai pembajakan hayati (biopiracy) maupun penyalahgunaan melalui program-program penelitian. Salah satu upaya Indonesia dalam melindungi sumber daya genetik dapat dilihat dengan diratifikasinya Konvensi Keanekaragaman Hayati (Convention on Biological Diversity) melalui Undang-undang Nomor 5 Tahun 1994 tentang Pengesahan United Nation Convention Biological Diversity (Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa mengenai Keanekaragaman Hayati). Indonesia juga telah meratifikasi Protokol Nagoya melalui Undang-undang Nomor 11 Tahun 2013 tentang Pengesahan Nagoya Protocol on Access to Genetic Resources and the Fair and Equitable Sharing of Benefits Arising from Their Utilization to the
2014, No.1919 6 Convention on Biological Diversity (Protokol Nagoya tentang Akses pada Sumber Daya Genetik dan Pembagian Keuntungan yang Adil dan Seimbang yang Timbul dari Pemanfaatannya atas Konvensi Keanekaragaman Hayati). Indonesia selain kaya dengan sumber daya genetik, juga kaya dengan sumber daya nongenetik dan pengetahuan tradisional. Kondisi geografis Indonesia yang kaya akan sumber daya nongenetik, misalnya air, batuan, sedimen, tanah, mineral, dan fosil sangat potensial untuk dimanfaatkan. Demikian juga dengan pengetahuan tradisional, material yang terkait pengetahuan tradisional juga sangat potensial, misalnya buah naga untuk obat-obatan. Keberadaan negara berkembang dengan berbagai kekayaan keanekaragaman sumber daya genetik, sumber daya nongenetik, dan material yang terkait dengan pengetahuan tradisional milik Indonesia umumnya dan LIPI khususnya dimungkinkan terjadi pengalihan material. Dalam pengalihan material dapat menghasilkan keuntungan, baik dalam bentuk moneter maupun nonmoneter, sehingga wajib dilakukan pembagian manfaat (benefit sharing) baik antara LIPI dengan pihak penerima maupun pihak ketiga. Untuk itu, diperlukan suatu bentuk perlindungan hukum pada proses pengalihan material melalui perjanjian pengalihan material. Oleh karena itu, diperlukan adanya Pedoman Perjanjian Pengalihan Material di lingkungan LIPI sebagai acuan dalam pelaksanaan pengalihan material di lingkungan LIPI. B. Definisi Dalam Pedoman ini yang dimaksud dengan: 1. Material adalah sumber daya genetik termasuk informasi genetik, sumber daya nongenetik termasuk informasi nongenetik, dan material yang terkait dengan pengetahuan tradisional termasuk informasi material yang terkait dengan pengetahuan tradisional, progeni, dan derivatnya. 2. Modifikasi adalah substansi baru yang berasal dan tidak terpisahkan dari material atau bagian material, yang dihasilkan berdasarkan penggunaan material oleh penerima. 3. Sumber Daya Genetik adalah material genetik dari makhluk hidup yang meliputi manusia, tumbuhan, hewan, dan mikroorganisme, serta material genetik yang berasal dari komponen biotik lainnya dari ekosistem, yang membawa unit fungsional pewarisan dan memilliki nilai nyata atau potensial.
7 2014, No.1919 4. Sumber Daya Nongenetik adalah material nongenetik antara lain biota yang telah dipreservasi (diawetkan), air, batuan, sedimen, tanah, mineral, dan fosil, yang mana didalamnya sudah tidak mengandung sumber daya genetik. 5. Pengetahuan Tradisional adalah pengetahuan yang dimiliki, dikuasai, dan/atau digunakan oleh suatu komunitas, masyarakat, atau suku bangsa tertentu yang bersifat turun temurun dan terus berkembang sesuai dengan perubahan lingkungan. 6. Pengalihan Material adalah pemindahan penguasaan material ke luar maupun di dalam wilayah Indonesia dari penyedia material kepada penerima material berdasarkan suatu perjanjian. 7. Perjanjian Pengalihan Material yang selanjutnya disingkat PPM adalah kesepakatan tertulis antara Penyedia Material dan Penerima Material atas pengalihan material yang disertai dengan daftar material. 8. Daftar Material adalah dokumen yang memuat informasi terkait dengan material yang akan dipindahkan. 9. Pemanfaatan Material adalah penggunaan material untuk kegiatan penelitian, pengembangan, dan/atau penerapan termasuk pembagian keuntungan yang berasal dari pemanfaatannya. 10.Penyedia Material (Provider) yang selanjutnya disebut Penyedia adalah Lembaga Penyimpan atau satuan kerja di lingkungan LIPI. 11.Penerima Material (Recipient) yang selanjutnya disebut Penerima adalah orang, satuan kerja di lingkungan LIPI, lembaga pendidikan, lembaga penelitian, instansi pemerintah, dan/atau badan hukum yang menerima material. 12.Satuan Kerja adalah satuan kerja di lingkungan LIPI. 13.Lembaga Penjamin adalah lembaga penelitian, perguruan tinggi atau badan hukum yang telah bekerja sama dengan Penyedia, baik di dalam maupun di luar negeri, yang memberi jaminan dan bertanggung jawab sepenuhnya terhadap Penerima perorangan. 14.Lembaga Penyimpan adalah unit di lingkungan LIPI yang diberi wewenang oleh Kepala LIPI untuk mengelola dan bertanggung jawab atas koleksi material. 15.Komisi PPM adalah komisi yang dibentuk oleh Kepala LIPI untuk memberikan pertimbangan dan rekomendasi terhadap permohonan, pelaksanaan, dan evaluasi PPM yang memerlukan perhatian khusus. C. Maksud dan Tujuan Maksud ditetapkannya Pedoman ini untuk menjadi acuan dalam penyusunan dan pelaksanaan PPM.
2014, No.1919 8 Tujuan ditetapkannya Pedoman ini untuk: 1. Melindungi material dan memastikan agar kegiatan penelitian, pengembangan, dan/atau penerapan teknologi yang terkait dengan material tidak menimbulkan kerugian bagi masyarakat dan lingkungan hidup. 2. Mendorong pemanfaatan material untuk meningkatkan daya saing nasional dan kesejahteraan masyarakat. 3. Mendorong investigasi aplikasi dari sumber daya genetik, sumber daya nongenetik dan material terkait pengetahuan tradisional dalam rangka pemanfaatannya untuk meningkatkan daya saing nasional dan kesejahteraan masyarakat. BAB II
9 2014, No.1919 PENYIMPANAN MATERIAL A. Lembaga Penyimpan 1. Setiap material wajib disimpan di Lembaga Penyimpan. Lembaga penyimpan meliputi bidang: a. Spesimen flora dan sejenisnya, termasuk informasi genetik, disimpan di Herbarium Bogoriense. b. Spesimen fauna dan sejenisnya, termasuk informasi genetik disimpan di Museum Zoologicum Bogoriense. c. Tumbuhan dan tanaman hidup serta sejenisnya, termasuk informasi genetik, disimpan di Kebun Raya. d. Material kelautan lainnya, disimpan di Satuan Kerja Bidang Kelautan. e. Material kebumian serta sejenisnya, disimpan di Satuan Kerja Bidang Kebumian. 2.Khusus bidang material sebagaimana dimaksud pada huruf a sampai dengan huruf e yang berjenis mikoorganisme wajib disimpan di Indonesian Culture Collection (InaCC). 3. Jenis material maupun turunannya yang belum termasuk dalam bidang Lembaga Penyimpan sebagaimana dimaksud dalam angka 1, sementara disimpan pada satuan kerja terkait sampai dibentuknya Lembaga Penyimpan bidang dimaksud. 4. Selain menyimpan material, Lembaga Penyimpan dapat melakukan pengalihan material dengan persetujuan Kepala Satuan Kerja. 5.Lembaga Penyimpan berkewajiban: a. Menyimpan dan menginvetarisir material sesuai dengan karakteristik material. b. Merawat, menjaga orisinalitas dan keamanan untuk keberlangsungan material selama berada dalam penguasaannya. c. Melaporkan secara tertulis kepada Kepala Satuan Kerja Penyedia apabila material hilang atau rusak pada saat dalam penguasaannya. B. Persyaratan Penyimpanan Material 1. Penyimpanan material pada Lembaga Penyimpan atau Satuan Kerja dilaksanakan sesuai dengan prosedur penyimpanan. 2. Penyimpanan material dilaksanakan dengan dokumen serah terima, dari: a. Pegawai kepada Kepala Satuan Kerja; b. Kepala Satuan Kerja kepada Kepala Lembaga Penyimpan
2014, No.1919 10 BAB III PENGALIHAN MATERIAL A. Persyaratan Material yang Dapat Dialihkan 1. Material tersimpan di Lembaga Penyimpan atau Satuan Kerja yang berfungsi sebagai Lembaga Penyimpan. 2. Memiliki duplikat. 3. Material yang sudah teridentifikasi. 4. Material yang belum terindentifikasi, pengalihannya harus mendapatkan persetujuan Komisi PPM. 5. Material yang pengalihannya tidak dilarang oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku. B. Persyaratan Penerima 1. Badan hukum dan/atau perorangan. 2. Bagi perorangan wajib mendapat jaminan dari Lembaga Penjamin. 3. Memiliki fasilitas penelitian dan/atau penyimpanan. 4. Memiliki sumber daya manusia yang mampu mengelola material. C. Persyaratan Pengalihan Material 1. Pengalihan material dari Lembaga Penyimpan ke Penerima wajib menggunakan PPM dengan memberitahukan kepada Kepala Satuan Kerja Penyedia. 2. Pengalihan material wajib mengikuti ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 3. Pengalihan material yang perlu mendapat perhatian khusus wajib memperoleh persetujuan tertulis Komisi PPM. 4. Apabila material yang telah dialihkan tidak habis terpakai, wajib dikembalikan kepada Penyedia atau dimusnahkan, kecuali disepakati lain. 5. Penyusunan PPM berkoordinasi dengan Biro Kerja Sama, Hukum dan Hubungan Masyarakat LIPI dan salinan dokumen PPM yang ditandatangani didokumentasikan di Biro Kerja Sama, Hukum dan Hubungan Masyarakat LIPI.
11 2014, No.1919 BAB IV PERJANJIAN PENGALIHAN MATERIAL A. Kewajiban dan Hak dalam Pelaksanaan PPM 1.Kewajiban Penyedia dan Penerima a. Kewajiban Penyedia 1) Mengalihkan material kepada Penerima. 2) Menyerahkan material sesuai dengan spesifikasi dan kondisi material sebagaimana diperjanjikan dalam PPM. 3) Menyiapkan dokumen pendukung terkait material. b. Kewajiban Penerima 1) Pengajuan permintaan pengalihan material harus disertai dengan proposal pemanfaatan material. 2) Memenuhi persyaratan administrasi dan biaya-biaya yang ditentukan Penyedia. 3) Bertanggung jawab terhadap segala risiko yang menyangkut atas material pada saat pengiriman dan pada saat dalam penguasaannya. 4) Tidak mengalihkan material kepada pihak ketiga, kecuali diperjanjikan lain. 5) Tidak memindahkan material ke tempat selain yang telah disepakati dalam PPM, kecuali memperoleh persetujuan tertulis dari Penyedia. 6) Tidak menggunakan material selain tujuan yang telah disepakati dalam PPM, kecuali disepakati lain. 7) Mengembalikan atau memusnahkan material sesuai yang diperjanjikan, kecuali disepakati lain. 8) Tidak memberikan informasi kepada pihak ketiga terhadap segala hal yang berkaitan dengan material, kecuali atas izin tertulis dari Penyedia. 9) Setiap publikasi yang dilakukan oleh Penerima wajib memperhatikan authorship serta mencantumkan pengakuan dan informasi yang wajar atas material yang digunakan. 10) Bersedia memberikan informasi secara tertulis terkait pemanfaatan material apabila diminta oleh Penyedia. 11) Dalam hal pelaksanaan PPM menghasilkan invensi, wajib melaporkan kepada Penyedia. 12) Memenuhi mekanisme kepatuhan penelusuran kembali (tracking system).
2014, No.1919 12 13)Dalam hal PPM yang bertujuan komersial, Penerima : a) Mengimplementasikan hak kekayaan intelektual yang diperoleh atas memanfaatan material. b) Membagi keuntungan sesuai dengan yang disepakati bersama. 2. Hak Penyedia dan Penerima a. Hak Penyedia 1) Mendapatkan akses informasi dari pemanfaatan material. 2) Mendapatkan pencantuman yang layak atas dasar informasi awal material. 3) Menerima kembali material sesuai yang diperjanjikan, kecuali disepakati lain. 4) Melakukan mekanisme penelusuran kembali (tracking system) terhadap material. b. Hak Penerima 1) Menerima dan memanfaatkan material sesuai dengan yang diperjanjikan dalam PPM. 2) Mendapatkan akses informasi terhadap material yang dialihkan. 3) Mendaftarkan atau mengajukan permintaan Hak Kekayaan Intelektual atas hasil pemanfaatan material. B. Pilihan Hukum dan Penyelesaian Perselisihan 1. PPM harus menggunakan Hukum Indonesia, kecuali disepakati lain. 2. Setiap perselisihan dalam pelaksanaan PPM antara Penyedia dan Penerima diselesaikan dengan musyawarah. 3. Apabila tidak dapat diselesaikan dengan musyawarah, harus diselesaikan di pengadilan Indonesia atau alternatif penyelesaian perselisihan lain. C. Ketentuan Substansi Muatan dalam PPM Ketentuan Substansi Muatan dalam PPM paling sedikit memuat: 1. Judul. 2. Waktu dan tempat penandatanganan. 3. Identitas Penyedia dan Penerima. 4. Deskripsi material.
13 2014, No.1919 5. Tujuan pengalihan material. 6. Hak dan kewajiban Penyedia dan Penerima. 7. Perlakuan terhadap sisa material. 8. Kepemilikan material. 9. Penyelesaian Perselisihan. 10.Pengaturan tentang Hak kekayaan Intelektual. 11.Prinsip kerahasiaan material dan/atau muatan informasi serta data yang terkait. 12.Mekanisme kepatuhan terhadap penelusuran kembali (tracking system). D. Pembagian PPM 1. Berdasarkan wilayah Mitra Kerja, PPM terdiri atas: a. Dalam Negeri b.luar Negeri 2. Berdasarkan tujuan, PPM terdiri atas: a. Nonkomersial b. Komersial
2014, No.1919 14 BAB V KOMISI PERJANJIAN PENGALIHAN MATERIAL A. Organisasi dan Keanggotaan 1. Komisi PPM merupakan tim adhoc yang dibentuk dan ditetapkan oleh Kepala LIPI. 2. Struktur organisasi Komisi PPM berbentuk horizontal yaitu ketua dan anggota memiliki kedudukan sejajar tanpa hierarki. 3. Keanggotaan Komisi PPM terdiri atas: a. Ketua merangkap sebagai anggota 1) Ketua Komisi PPM dipilih oleh dan dari anggota baik secara aklamasi atau secara pemungutan suara. 2) Dalam hal terjadi pemungutan suara dimana terdapat dua atau lebih calon ketua maka yang berhak menjadi ketua adalah pemilik suara terbanyak. 3) Ketua Komisi PPM bertugas memimpin jalannya rapat. 4) Ketua Komisi PPM berwenang mewakili anggota untuk menandatangani surat rekomendasi hasil keputusan Komisi PPM. 5) Apabila ketua berhalangan, mengundurkan diri, atau berhenti dari jabatannya maka posisi ketua akan digantikan oleh salah satu anggota yang dipilih secara mutatis mutandis dengan ketentuan pemilihan ketua. b. Anggota 1) Anggota Komisi PPM paling sedikit 5 (lima) orang, dengan kriteria sebagai berikut: a) memiliki kredibilitas, integritas, dan kearifan; b) mewakili kelompok keahlian dalam dunia ilmu pengetahuan di LIPI; dan c) memiliki pengetahuan dalam bidang terkait PPM. 2) Anggota mempunyai tugas membantu ketua dalam melaksanakan tugas Komisi PPM. 3) Mewakili ketua, apabila ketua berhalangan hadir. 4. Masa kerja Komisi PPM selama 1 (satu) tahun dan dapat diperpanjang berdasarkan Keputusan Kepala LIPI.
15 2014, No.1919 B. Tugas dan Tanggung Jawab 1. Tugas Komisi PPM a. Menelaah usulan PPM yang memerlukan perhatian khusus. Perhatian khusus yang dimaksud antara lain: 1) di luar kompetensi Lembaga Penyimpan, yang menyangkut kepentingan LIPI; 2) material bersifat langka; 3) belum terindentifikasi; 4) tidak memiliki duplikat; 5) berbahaya; 6) memiliki dampak atau potensi yang luas terhadap kepentingan nasional. b. Memberikan pertimbangan dan rekomendasi atas usulan PPM yang memerlukan perhatian khusus. c. Hasil pertimbangan dan rekomendasi berisi persetujuan atau penolakan secara tertulis atas usulan PPM. d. Hasil pertimbangan dan rekomendasi dikeluarkan oleh Komisi PPM diserahkan kepada Kepala LIPI paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak diterimanya usulan PPM. e. Memantau pelaksanaan PPM yang telah disetujui Komisi PPM. f. Memberikan advokasi dan pendampingan penyelesaian kasus PPM. g. Memberikan rekomendasi penyelesaian sengketa PPM. h.melaksanakan monitoring dan evaluasi pelaksanaan PPM. 2. Dalam hal terjadi kasus yang perlu ditelaah secara khusus, Komisi PPM dapat meminta bantuan dari pihak lain atau ahli selain anggota Komisi PPM untuk turut serta dalam rapat dan memberikan masukannya. 3. Keanggotaan pihak lain atau ahli sebagaimana dimaksud dalam angka 2 hanya bersifat sementara dan berakhir ketika kasus sudah diputuskan oleh rapat anggota. 4. Dalam melaksanakan tugasnya, Komisi PPM bertanggung jawab dan melaporkan hasil pelaksanaan tugasnya secara tertulis kepada Kepala LIPI paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun. C. Sekretariat Komisi PPM 1. Sekretariat merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Komisi PPM. 2. Sekretariat bertugas memfasilitasi Komisi PPM dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang telah ditentukan dalam Peraturan ini.
2014, No.1919 16 3. Sekretariat bertugas melaksanakan kegiatan administrasi. 4. Sekretariat berada di Biro Kerja Sama, Hukum, dan Hubungan Masyarakat. D. Pembiayaan Biaya untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawab Komisi PPM dibebankan pada Anggaran Belanja LIPI yang berkenaan dan dana lain yang sah.
17 2014, No.1919 BAB VI PENUTUP Keberadaan negara berkembang dengan berbagai kekayaan keanekaragaman sumber daya genetik, sumber daya nongenetik, dan material yang terkait dengan pengetahuan tradisional milik Indonesia umumnya dan LIPI khususnya dimungkinkan terjadi pengalihan material. Dalam pengalihan material dapat menghasilkan keuntungan, baik dalam bentuk moneter maupun nonmoneter, sehingga wajib dilakukan pembagian manfaat (benefit sharing) baik antara LIPI dengan pihak penerima maupun pihak ketiga. Untuk menjaga keanekaragaman sumber daya genetik, sumber daya nongenetik, dan material yang terkait dengan pengetahuan tradisional diperlukan suatu bentuk perlindungan hukum pada proses pengalihan material melalui PPM. Oleh karena itu, diperlukan adanya Pedoman Perjanjian Pengalihan Material di lingkungan LIPI sebagai acuan dalam pelaksanaan pengalihan material di lingkungan LIPI. KEPALA LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA, ISKANDAR ZULKARNAIN