BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakekat IPA 2.1.1.1 Pengertian IPA IPA merupakan kumpulan pengetahuan yang diperoleh tidak hanya produk saja tetapi juga mencakup pengetahuan seperti keterampilan dalam hal melaksanakan penyelidikan ilmiah. Proses ilmiah yang dimaksud misalnya melalui pengamatan, eksperimen, dan analisis yang bersifat rasional. Sedang sikap ilmiah misalnya objektif dan jujur dalam mengumpulkan data yang diperoleh. Dengan menggunakan prosesdan sikap ilmiah itu saintis memperoleh penemuan-penemuan atau produk yang berupa fakta, konsep, prinsip, dan teori. Carin (dalam Yusuf, 2007:1) menyatakan bahwa:ipa sebagai produk atau isi mencakup fakta, konsep, prinsip, hukum-hukum, dan teori IPA. Jadi pada hakikatnya IPA terdiri dari tiga komponen, yaitu sikap ilmiah, proses ilmiah, dan produk ilmiah. Hal ini berarti bahwa IPA tidak hanya terdiri atas kumpulan pengetahuan atau berbagai macam fakta yang dihafal, IPA juga merupakan kegiatan atau proses aktif menggunakan pikiran dalam mempelajari gejala-gejala alam yang belum dapat direnungkan. Pengertian IPA menurut beberapa ahli : 1). Menurut Fowler (dalam Santi, 2006:2.9) menyatakan IPA adalah Ilmu yang sistematis dan di rumuskan, ilmu ini berhubungan dengan gejalagejala kebendaan dan terutama di dasarkan atas pengamatan dan induksi. 2). Menurut Nash (dalam Usman, 2006:2) IPA adalah Suatu cara atau metode untuk mengamati alam yang bersifat analisi, lengkap cermat serta menghubungkan antara fenomena lain sehingga keseluruhannya membentuk suatu perspektif yang baru tentang objek yang di amati. 5
6 3). Nokes (dalam Abdullah, 2003:18) IPA adalah Pengetahuan teoritis yang di peroleh dengan metode khusus. Dari pendapat diatas dapat di artikan IPA adalah suatu produk diperoleh dengan metode khusus untuk mendapatkan suatu konsep berdasarkan hasil observasi dan eksperimen tentang gejala alam dan berusaha mengembangkan rasa ingin tahu tentang alam serta berperan dalam memecahkan menjaga dan melestarikan lingkungan. 2.1.1.2 Tujuan Pembelajaran IPA Menurut Muslichah (2006:23) tujuan pembelajaran IPA di SD adalah Untuk menanamkan rasa ingin tahu dan sikap positif terhadap sains, teknologi dan masyarakat, mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan, mengembangkan gejala alam, sehingga siswa dapat berfikir kritis dan objektif.menuruit BNSP (2006:484) mata pelajaran IPA bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut : 1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaban, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-nya. 2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahamankonsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat di tetrapkan dalam kehidupan sehari-hari. 3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat. 4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan. 5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam 6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan 7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.
7 2.1.1.3 Ruang Lingkup IPA Adapun ruang lingkup bahan kajian IPA di SD menurut BSNP (2006:485) meliputi aspek-aspek : 1). Mahkluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan, 2). Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi : cair, padat dan gas, 3). Energi dan perubahannya meliputi : gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana, 4). Bumi dan alam semesta meliputi : tata surya, dan benda-benda langit lainnya. Berdasarkan uraian di atas dapat di simpulkan bahwa ruang lingkup IPA di SD adalah mahkluk hidup dan proses kehidupan, benda/materi, energi dan perubahannya, serta bumi dan alam semesta. 2.1.1.4 Prinsip-Prinsip Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran IPA di SD akan efektif bila siswa aktif berpartisipasi dalam proses pembelajaran. Oleh sebab itu guru SD perlu menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran di SD. Prinsip-prinsip pembelajaran di SD menurut Depdiknas (dalam Maslichah, 2006:44) adalah Prinsip motivasi, prinsip latar, prinsip menemukan, prinsip belajar melakukan (learning to doing), prinsip belajar sambil bermain, prinsip hubungan sosial. Prinsip pembelajaran di atas dapat di uraikan sebagai berikut : 1. Prinsip motivasi, merupakan daya dorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Jadi motivasi siswa perlu di tumbuhkan, guru harus berperan sebagai motivator sehingga muncul rasa ingin tahu siswa terhadap pembelajaran. 2. Prinsip latar, pada hakikatnya siswa telah memiliki pengetahuan awal. Oleh karena itu dalam pembelajaran sebaiknya guru perlu menggali pengetahuan, keterampilan, pengalaman apa yang telah di miliki siswa
8 sehingga kegiatan pembelajaran tidak berawal dari kekosongan terhadap materi. 3. Prinsip menemukan, pada dasarnya siswa sudah memiliki rasa ingin tahu yang besar sehingga berpotensi untuk mencari tahu guna menemukan sesuatu. 4. Prinsip belajar sambil melakukan, pengalaman yang di peroleh melalui bekerja merupakan hasil belajar yang tidak mudah di lupakan. Oleh karena itu dalam proses pembelajaran hendaknya siswa di arahkan untuk berkegiatan. 5. Prinsip belajar sambil bermain, bermain merupakan kegiatan yang di sukai pada usia SD, dengan bermaian akan menciptakan suasana yang menyenangkan sehingga akan mendorong siswa untuk melibatkan diri dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu dalam setiap pembelajaran perlu diciptakan suasana yang menyenangkan melalui kegiatan bermain sehingga memunculkan kekreatifan siswa. 6. Prinsip hubungan sosial, dalam beberapa hal kegiatan belajar akan lebih berhasil jika di kerjakan secara berkelompok. Dengan kegiatan berkelompok siswa tahu kelebihan dan kekurangannya sehingga tumbuh kesadaran perlunya interaksi dan kerjasama dengan orang lain. Beberapa prinsip pembelajaran IPA di atas yang paling mendasari di terapkan pada pembelajaran kooperatif adalah prinsip hubungan sosial yang tidak terlepas dari prinsip-prinsip lainnya.
9 2.2 Kajian Hasil-Hasil Penelitian yang Relevan 2.2.1 Hasil Belajar 1. Hakikat Belajar Ada beberapa konsep tentang belajar yang didefinisikan oleh para pakar psikologi, antara lain: a. Menurut Gagne and Berliner (1989:255) dalam Anni, Tri Catharina (2004:2) belajar merupakan proses dimana suatu organisme mengubah perilakunya karena hasil dari pengalaman. b. Menurut Morgan et.al. (1986:140) dalam Anni, Tri Catharina (2004:2) belajar merupakan perubahan relatif permanen yang terjadi karena hasil praktik atau pengalaman. c. Menurut Slavin (1994:152) dalam Anni, Tri Catharina (2004:2) belajar merupakan perubahan invidu yang disebabkan oleh pengalaman. d. Menurut Gagne (1977:3) dalam Anni, Tri Catharina (2004:2) belajar merupakan perubahan disposisi atau kecakapan manusia, yang berlangsung selama periode waktu tertentu, dan perubahan perilaku itu tidak berasal dari proses pertumbuhan. Konsep tentang belajar mengandung tiga unsur utama, yaitu: a. Belajar berkaitan dengan perubahan perilaku. b. Perubahan perilaku itu terjadi karena didahului oleh proses pengalaman. c. Perubahan perilaku terjadi karena belajar bersifat relatif permanen. Jadi, belajar (learning) mengacu pada perubahan perilaku yang terjadi sebagai akibat dari interaksi antara individu dengan lingkungannya. Perubahan perilaku yang dimaksud dapat berbentuk perubahan kognitif, afektif, maupun psikomotorik (Anni, Tri Catharina, 2004: 3). Benyamin S. Bloom (Gay, 1985: 72 76; Gagne dan Berliner, 1984: 57 56) dalam Anni, Tri Catharina (2004: 6) mengusulkan tiga taksonomi yang disebut dengan ranah belajar, yaitu: a. Ranah Kognitif Ranah kognitif berkaitan dengan hasil berupa pengetahuan, kemampuan, dan kemahiran intelektual yang mencakup kategori:
10 pengetahuan/ingatan, pemahaman, penerapan/aplikasi, analisis, sintesis dan penilaian. b. Ranah Afektif Taksonomi tujuan pembelajaran afektif, dikembangkan oleh Krathwohl dkk, merupakan hasil belajar yang paling sukar diukur. Tujuan pembelajaran ini berhubungan dengan sikap, minat, dan nlai. Kategori tujuan pembelajaran ini mencerminkan hierarki yang berentengan dari keinginan untuk menerima sampai dengan pembentukan pola hidup. c. Ranah Psikomotorik Tujuan pembelajaran ranah psikomotorik menunjukkan adanya kemampuan fisik seperti keterampilan motorik dan syaraf, manipulasi objek, dan koordinasi syaraf. Penjabaran ranah psikomotorik ini sangat sukar karena seringkali tumpang tindih dengan ranah kognitif dan afektif. Maka ranah-ranah tersebut harus selalu diperhatikan karena satu sama lain saling menunjang dalam kegiatan pembelajaran. Hasil belajar adalah sebuah kalimat yang terdiri atas dua kata yaitu hasil dan belajar yang memiliki arti yang berbeda. Hasil adalah prestasi dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individu maupun kelompok. Hasil tidak akan pernah dihasilkan selama orang tidak melakukan sesuatu. Untuk menghasilkan sebuah prestasi dibutuhkan perjuangan dan pengorbanan yang sangat besar. Hanya dengan keuletan, sungguh sungguh, kemauan yang tinggi dan rasa optimisme dirilah yang mampu untuk mancapainya. Sementara itu, Arikunto mengatakan bahwa hasil belajar adalah hasil akhir setelah mengalami proses belajar, perubahan itu tampak dalam perbuatan yang dapat diaamati,dan dapat diukur. Nasution mengemukakan bahwa hasil adalah suatu perubahan pada diri individu. Perubahan yang dimaksud tidak halnya perubahan pengetahuan, tetapi juga meliputi perubahan kecakapan, sikap, pengertian, dan penghargaan diri pada individu tersebut (Kutublog, 2011).
11 Belajar dan mengajar merupakan konsep yang tidak bisa dipisahkan. Belajar merujuk pada apa yang harus dilakukan seseorang sebagai subyek dalam belajar. Sedangkan mengajar merujuk pada apa yang seharusnya dilakukan seseorang guru sebagai pengajar. Dua konsep belajar mengajar yang dilakukan oleh siswa dan guru terpadu dalam satu kegiatan. Diantara keduannya itu terjadi interaksi dengan guru. Kemampuan yang dimiliki siswa dari proses belajar mengajar saja harus bisa mendapatkan hasil bisa juga melalui kreatifitas seseorang itu tanpa adanya intervensi orang lain sebagai pengajar. Oleh karena itu hasil belajar yang dimaksud disini adalah kemampuankemampuan yang dimiliki seorang siswa setelah ia menerima perlakukan dari pengajar (guru), seperti yang dikemukakan oleh Sudjana. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Selain itu ada yang mengartikan bahwa hasil belajar adalah kemampuan keterampilan, sikap dan keterampilan yang diperoleh siswa setelah ia menerima perlakuan yang diberikan oleh guru sehingga dapat mengkonstruksikan pengetahuan itu dalam kehidupan sehari-hari (Sanjaya, 2011). Selain itu ada yang mengartikan hasil belajar merupakan hasil nilai yang diperoleh siswa dari hasil evaluasi setelah kegiatan proses pembelajaran. Hasil belajar adalah bukti keberhasilan dan usaha yang dilakuakan dan merupakan kecakapan yang diperoleh melalui kegiatan pembelajaran di sekolah yang dinyatakan dengan angka. Selanjutnya Soemantri (Sumoharjo, 2011) mengatakan bahwa hasil belajar merupakan suatu indikator dari perubahan yang terjadi pada diri siswa setelah mengalami proses belajar dimana untuk mengungkapnya biasanya menggunakan suatu alat penilaian yang ditetapkan sekolah oleh guru. Dalam dunia pendidikan khususnya sekolah hasil belajar merupakan nilai yang diperoleh siswa terhadap suatu mata pelajaran tertentu. Sejalan dengan pendapat tersebut Mappa berpendapat bahwa hasil belajar adalah hasil yang dicapai oleh siswa dalam bidang studi tertentu yang menggunakan tes standar alat ukur keberhasilan belajar seorang siswa. Jadi
12 dalam hal ini keberhasilan belajar seorang siswa dalam menempuh proses belajar disekolah dapat dilihat dari standar yang digunakan. Sedangkan menurut Usman dan Setiawati (Sumoharjo, 2011) menjelaskan bahwa belajar menghasilkan perubahan dalam diri seseorang sebagai hasil dari belajar atau prestasi dari belajarnya itu. Hasil belajar adalah perubahan yang terjadi pada diri individu yang belajar, bukan saja perubahan yang mengenai pengetahuan, tetapi juga kemampuan untuk membentuk kecakapan dalam bersikap. Hasil belajar merupakan hasil yang dicapai oleh siswa setelah proses pembelajaran dalam waktu tertentu yang diukur dengan menggunakan alat evaluasi tertentu. Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu penilaian akhir dari proses dan pengenalan yang telah dilakukan berulang-ulang yang akan tersimpan dalam jangka waktu lama atau bahkan tidak akan hilang selama-lamanya karena hasil belajar turut serta dalam membentuk pribadi individu yang selalu ingin mencapai hasil yang lebih baik lagi sehingga akan merubah cara berpikir serta menghasilkan perilaku kerja yang lebih baik. 2.2.2 Pembelajaran Kooperatif Menurut Slavin (1994) dalam Suradi dan Djadir (3;2004), tujuan pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi dimana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya. Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai tujuan pembelajaran penting yang dirangkum sebagai berikut: a. Hasil belajar akademik, Pembelajaran kooperatif meliputi berbagai macam tujuan sosial. Namun demikian menurut Ibrahim dkk (2000) dalam Suradi dan Djadir (3;2004), bahwa pembelajaran kooperatif juga bertujuan untuk meningkatkan kinerja pebelajar dalam tugas tugas akademik. Para ahli mengemukakan bahwa model ini unggul dalam membantu pebelajar memiliki konsep-konsep yang sulit. Struktur penghargaan pada pembelajaran kooperatif telah dapat meningkatkan penilaian pebelajar pada
13 belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar. Selain itu, pembelajaran kooperatif dapat memberikan keuntungan baik pada pebelajar kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerjasama menyelesaikan tugas tugas akademik. b. Penerimaan terhadap perbedaan individu. Tujuan lain dari model pembelajaran kooperatif adalah penerimaan terhadap orang yang berbeda ras, budaya, kelas sosial, maupun kemampuan. Allport (Ibrahim, 2000) mengemukakan bahwa kontak fisik di antara orang-orang yang berbeda ras atau kelompok etnis tidak cukup untuk mengurangi kecurigaan dan perbedaan ide. Pembelajaran kooperatif memungkinkan pebelajar yang berbeda latar belakang dan kondisi untuk bekerja saling bergantung satu dengan yang lain atas tugas-tugas bersama, dan melalui penggunaan struktur penghargaan kooperatif, belajar untuk menghargai satu dengan yang lain. c. Pengembangan keterampilan sosial, keterampilan sosial amat penting untuk dimiliki oleh masyarakat. Banyak kerja orang dewasa sebagian besar dilakukan dalam organisasi yang saling bergantung satu sama lain dan di dalam masyarakat yang secara budaya beragam. Atas dasar itu, Ibrahim (2000) mengemukakan bahwa tujuan penting yang lain dari pembalajaran kooperatif adalah untuk mengajarkan kepada pebelajar keterampilan kerjasama dan kolaborasi. d. Lingkungan Belajar dan Sistern Pengelolaan, lingkungan belajar untuk pembelajaran kooperatif dicirikan oleh proses demokrasi dan peran aktif pebelajar dalam menentukan apa yang harus dipelajari dan bagaimana mempelajarinya. Pembelajar menerapkan suatu struktur tingkat tinggi dalam pembentukan kelompok dan mendefinisikan semua prosedur, namun pebelajar diberi kebebasan dalam mengendalikan dari waktu ke waktu di dalam kelompoknya. Jika pembelajaran kooperatif ingin menjadi sukses, materi pembelajaran yang lengkap harus tersedia di berbagai sumber belajar. Keberhasilan Juga menghendaki syarat dari menjauhkan kesalahan tradisional yaitu secara ketat mengelola tingkah laku pebelajar dalam kerja
14 kelompok. Selain unggul dalam membantu pebelajar dalam memilih konsep-konsep sulit, model ini sangat berguna untuk membantu pebelajar menumbuhkan kemampuan kerjasama, berpikir kritis, dan kemampuan membantu teman. Menurut Slavin (dalam Solihin, 2007:5) pembelajaran kooperatif atau Cooperatif learning adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4-6 orang. Dengan struktur kelompok yang heterogen keberhasilan belajar dari kelompok tergantung pada kemampuan dan aktivitas anggota kelompok baik secara individu maupun kelompok. Tidak semua kerja kelompok bisa dianggap Cooperative learning. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur pembelajaran kooperatif harus ditetapkan, yaitu: 1. Saling ketergantungan positip 2. Tanggung jawab perseorangan 3. Tatap muka 4. Komunikasi antar anggota 5. Evaluasi proses kelompok Menurut Nur (2000), ciri-ciri model pembelajaran kooperatif sebagai berikut: 1. Siswa dalam kelompok secara kooperatif menyelesaikan materi belajar sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai. 2. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan yang berbeda-beda, baik tingkat kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Jika mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan jender. 3. Penghargaan lebih menekankan pada kelompok dari pada masingmasing individu.
15 2.2.3 Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Heads Together) Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur-struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola-pola interaksi siswa dalam memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan isi akademik. Tipe ini dikembangkan oleh Kagen dalam Ibrahim (2000:28) dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. Penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT merujuk pada konsep Spencer Kagen dalam Ibrahim (2000:28) untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dengan mengecek pemahaman mereka mengenai isi pelajaran tersebut. Sebagai pengganti pertanyaan lansung kepada seluruh kelas, guru menggunakan empat langkah sebagai berikut : (a) Penomoran, (b) Pengajuan pertanyaan, (c) Berpikir bersama, (d) Pemberian jawaban. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Slavin (Ibrahim, 2000:16) tentang pengaruh pembelajaran kooperatif terhadap hasil belajar pada semua tingkat kelas dan semua bidang studi menunjukkan bahwa kelas kooperatif menunjukkan hasil belajar akademik yang signifikan lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol. Langkah-langkah pembelajaran Kooperatif Tipe NHT untuk pembelajaran IPA kelas IV SD Negeri Simpar adalah sebagai berikut : Langkah 1. Persiapan Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Langkah 2. Pembentukan kelompok Dalam pembentukan kelompok disesuaikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 4 sampai 5 orang siswa. Guru memberi nomor kepada setiap
16 siswa dalam kelompok dan nama kelompok yang berbeda. Kelompok yang dibentuk merupakan percampuran yang ditinjau dari latar belakang sosial, jenis kelamin dan kemampuan belajar. Selain itu, dalam pembentukan kelompok digunakan nilai tes (pre-test) sebagai dasar dalam menentukan masing-masing kelompok. Sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai, guru memperkenalkan keterampilan kooperatif dan menjelaskan tiga aturan dasar dalam pembelajaran kooperatif yaitu : 1. Tetap berada dalam kelas 2. Mengajukan pertanyaan kepada kelompok sebelum mengajukan pertanyaan kepada guru 3. Memberikan umpan balik terhadap ide-ide serta menghindari saling mengkritik sesama siswa dalam kelompok Langkah 3. Diskusi masalah Dalam kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada setiap siswa sebagai bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok, setiap siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa setiap orang mengetahui jawaban dari pertanyaan yang telah ada dalam LKS atau pertanyaan yang telah diberikan oleh guru. Pertanyaan dapat bervariasi, dari spesifik sampai yang bersifat umum. Langkah 4. Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban Dalam tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban kepada siswa di kelas. Langkah 5. Memberi kesimpulan Guru memberikan kesimpulan atau jawaban akhir dari semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan.
17 2.3 Kerangka Pikir Kondisi Awal GURU: Pembelajaran Bersifat Konvensional SISWA Hasil Belajar IPA rendah Tindakan GURU: Menggunakan Pendekatan Kooperatif tipe NHT Siklus I Menggunakan metode Ceramah, Diskusi, Tugas Kelompok Siklus II metode Observasi, Ceramah, Diskusi, Tugas Kelompok Kondisi Akhir Hasil belajar IPA meningkat Gambar 1 : Kerangka Berfikir 2.4 Hipotesis Tindakan Melalui penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT hasil belajar IPA siswa kelas empat SD Negeri Simpar diduga akan meningkat.