PENDAHULUAN. memegang peranan yang sangat penting dalam ilmu pengetahuan dan berbagai. Partai politik dalam pemilihan umum (pemilu) melakukan kampanye

dokumen-dokumen yang mirip
KESANTUNAN DENGAN DAYA SEMIOTIKA BAHASA BERKAMPANYE CALON LEGISLATIF PARTAI GOLONGAN KARYA DI KABUPATEN LABUHAN BATU UTARA

KOMISI PEMILIHAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. Dunia perpolitikan di Indonesia mengalami perkembangan pesat bila ditinjau dari segi

REKAPITULASI HASIL VERIFIKASI FAKTUAL PARTAI POLITIK TINGKAT PROVINSI PROVINSI...

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TANAH LAUT KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TANAH LAUT. Nomor 11/Kpts/ /III/2014

KOMISI PEMILIHAN UMUM

MODEL C 1 DPR UKURAN PLANO

BAB I PENDAHULUAN. Darma, (2009: 91) mengatakan, bahasa politik adalah bahasa yang digunakan

Kajian Pelaporan Awal Dana Kampanye Partai Politik Pemilu 2014: KPU Perlu Tegas Atas Buruk Laporan Dana Kampanye Partai Politik

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BERITA ACARA NOMOR :. TENTANG

TAHAPAN PILPRES 2014 DALAM MEWUJUDKAN BUDAYA DEMOKRASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan sebuah sarana yang digunakan manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. politiknya bekerja secara efektif. Prabowo Effect atau ketokohan mantan

I. PENDAHULUAN. memberikan kebebasan kepada masyarakat untuk menyatakan pendapat

BAB I PENDAHULUAN. dimana adanya pemberian kebebasan seluas-luasnya. untuk berpendapat dan membuat kelompok. Pesatnya

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi dan juga sebagai cerminan. menyampaikan hak nya sebagai warganegara. Pemilihan umum merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemilihan Umum (Pemilu) adalah salah satu cara dalam sistem

BAB I PENDAHULUAN. kekuasaan, kedaulatan berada pada tangan rakyat. Demokrasi yang kuat,

KEWAJIBAN PELAPORAN DANA KAMPANYE PESERTA PEMILIHAN UMUM LEGISLATIF 2014

DISAMPAIKAN OLEH : YUDA IRLANG, KORDINATOR ANSIPOL, ( ALIANSI MASYARAKAT SIPIL UNTUK PEREMPUAN POLITIK)

BAB I PENDAHULUAN. langsung oleh rakyat. Pemilihan umum adalah proses. partisipasi masyarakat sebanyak-banyaknya dan dilaksanakan

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KARANGANYAR KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KARANGANYAR. NOMOR : 13 /Kpts-K/KPU-Kab-012.

I. PENDAHULUAN. wilayah dan tataran kehidupan publik, terutama dalam posisi-posisi pengambilan

DAFTAR ISI. Halaman Daftar isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Gambar... v

2013, No.1608

BAB I PENDAHULUAN. dengan kebebasan berpendapat dan kebebasan berserikat, dianggap

PROFIL DPRD KABUPATEN SUMENEP PERIODE Disusun oleh: Bagian Humas & Publikasi Sekretariat DPRD Sumenep

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang digunakan dalam suatu negara. Indonesia adalah salah satu

I. PENDAHULUAN. ini merupakan penjelmaan dari seluruh rakyat Indonesia. DPR dan DPRD dipilih oleh rakyat serta utusan daerah dan golongan

-3- MEMUTUSKAN: Pasal I

ISU KRUSIAL SISTEM PEMILU DI RUU PENYELENGGARAAN PEMILU

BUPATI BANYUWANGI SALINAN KEPUTUSAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 188/729/KEP/ /2012

2017, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Komisi ini yang dimaksud dengan: 1. Pemilihan Umum yang selanjutnya disebut Pemilu adala

PEMETAAN DAN KAJIAN CEPAT

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

-3- MEMUTUSKAN : Menetapkan: PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM TENTANG PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM. BAB I KETENTUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kekuasaan. Bahasa-bahasa para politisi tersebut yang. pesan yang disampaikan dapat sampai pada sasaran.

--. Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 0 Tahun 008 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Jenderal Komisi Pemilihan Umum, Sekretaria

PENGENALAN PUBLIK TENTANG PARTAI POLITIK: BAGAIMANA KUALITAS PILEG 2014?

2015 MODEL REKRUTMEN PARTAI POLITIK PESERTA PEMILU 2014 (STUDI KASUS DEWAN PIMPINAN DAERAH PARTAI NASDEM KOTA BANDUNG)

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2014 NOMOR 2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KENDAL. SALINAN KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KENDAL NOMOR : 10/Kpts/KPU-Kab /TAHUN 2015 TENTANG

KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA PONTIANAK

BAB II KAJIAN TEORI. Fraser dalam Irawan (2010:7) mendefinisikan kesopanan adalah property

KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA PANGKALPINANG. NOMOR : 10/Kpts/KPU-Kota /2013 TENTANG

LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI

LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI II DPR RI

BAB I PENDAHULUAN. Sejak reformasi, masyarakat berubah menjadi relatif demokratis. Mereka

BAB I PENGANTAR. keterlibatan masyarakat dalam berpartisipasi aktif untuk menentukan jalannya

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2017 TENTANG TAHAPAN, PROGRAM DAN JADWAL PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM TAHUN 2019

DAFTAR TABEL. Pileg 2014, Diolah dari Hasil Wawancara dengan Berbagai Narasumber, Hasil Rekapitulasi

KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR : 20/Kpts/KPU Kab /2015 TENTANG

KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA BENGKULU KEPUTUSAN

SURVEI NASIONAL PEMILIH MUDA: EVALUASI PEMERINTAHAN, CITRA DAN PILIHAN PARPOL DI KALANGAN PEMILIH MUDA JELANG PEMILU 2014

SEJARAH PEMILU DI INDONESIA. Muchamad Ali Safa at

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIK. daya semiotika bahasa berkampanye Partai Golkar di Kabupaten Labura.

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum (Pemilu) adalah proses pemilihan orang-orang untuk mengisi

Terpelajar itu harusnya setia dalam mendidik (Tawakkal Baharuddin) Untuk: Keluarga, Saudara dan Sahabat

KESANTUNAN BERBAHASA SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH: KAJIAN BERDASARKAN PRAGMATIK

BAB I PENDAHULUAN. hampir seluruh organisasi politik memiliki strategi yang berbeda-beda.

I. PENDAHULUAN. dilakukan dengan keikutsertaan partai politik dalam pemilihan umum yang

BAB III METODE PENELITIAN

KOMISI PEMILIHAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. sedang mengalami perubahan menuju era globalisasi. Setiap perubahan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.304, 2010 KOMISI PEMILIHAN UMUM. Kampanye. Pilkada. Pedoman Teknis.

Efek Jokowi: Peringatan Penting dari Survei Eksperimental

UNTUK SISWA SMA SE-KOTA MEDAN

KETUA KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA SEMARANG

BAB 1 PENDAHULUAN. karena keberhasilan suatu perusahaan atau organisasi terletak pada kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemuda sebagai generasi penerus bangsa idealnya mempunyai peran

Peningkatan Keterwakilan Perempuan dalam Politik pada Pemilu Legislatif Nurul Arifin

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG

KOMISI PEMILIHAN UMUM

BAB III PEMBAHASAN DAN ANALISIS. Penelitian mengenai Evaluasi Pemilihan Umum Pada Proses

MEKANISME DAN MASALAH-MASALAH KRUSIAL YANG DIHADAPI DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH SECARA LANGSUNG. Oleh : Nurul Huda, SH Mhum

BAB II KAJIAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. 1. Peran. Peran merupakan aspek yang dinamis dalam kedudukan (status)

ADVOKASI UNTUK PEMBAHASAN RUU PEMILU

BUPATI MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK DI KABUPATEN MAGELANG

SALINAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TUBAN KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TUBAN. NOMOR : 59 /Kpts/KPU Kab /2010 TENTANG

RANCANGAN PERATURAN KPU TENTANG TAHAPAN, PROGRAM DAN JADWAL PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM TAHUN 2019

2 Nomor 11 Tahun 2014 tentang Pengawasan Pemilihan Umum; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum (Lembar

BAB VI PENUTUP. sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa : Faktor Kemenangan koalisi Suharsono-Halim dalam

2 2. Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Tata Tertib (Berita Negara Republik Indonesia Nomor 1607); MEMUTU

PROVINSI BANTEN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN SERANG PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG

No.849, 2014 BAWASLU. Kampanye. Pemilihan Umum. Presiden dan Wakil Presiden. Pengawasan.

GAMBARAN UMUM. Bergesernya paradigma penyelenggaraan pemerintahan dari government ke

WORKSHOP DPRD KABUPATEN REMBANG 15 JUNI 2012

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

RENCANA PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM TAHUN 2017 NO JUDUL RANCANGAN PERATURAN UNIT KERJA

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN CIAMIS Jln. Jend. Sudirman No. 43 Ciamis

BAB 1 PENDAHULUAN. daerah tidak lagi terbatas pada kewenangan yang bersifat administratif tapi telah

STRATEGI MENINGKATKAN KETERWAKILAN PEREMPUAN

2017, No Kehormatan Penyelenggara Pemilihan Umum tentang Perubahan atas Peraturan Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilihan Umum Nomor 1 Tahun 2

PENGHITUNGAN PEROLEHAN KURSI PARTAI POLITIK DALAM PEMILIHAN UMUM DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN/KOTA TAHUN 2014

SEKILAS PEMILU PARTAI POLITIK PESERTA PEMILU

Transkripsi:

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Indonesia telah mengalami perkembangan yang sangat pesat seiring dengan perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan. Bahasa Indonesia memegang peranan yang sangat penting dalam ilmu pengetahuan dan berbagai bidang kehidupan, seperti bidang politik, ekonomi, teknologi, olahraga, sosial budaya, maritime, dan kesehatan. Hal ini menjadi sorotan dan menarik pada bidang politik khususnya terkait dengan kampanye yang dilakukan partai politik. Partai politik dalam pemilihan umum (pemilu) melakukan kampanye karena bagian dari pendidikan politik bagi masyarakat yang dilaksanakan secara bertanggung jawab. Kampanye politik dalam pemilu dilaksanakan di Indonesia sekali lima tahun yang sangat ditunggu-tunggu oleh masyarakat Indonesia. Pemilu merupakan pesta demokrasi untuk menyuarakan isi hati nurani secara langsung, bebas, dan rahasia. Kampanye berdasarkan definisinya merupakan kegiatan yang dilaksanakan oleh organisasi politik atau calon yang bersaing memperebutkan kedudukan dalam parlemen dan sebagainya untuk mendapat dukungan massa pemilih dalam suatu pemungutan suara (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2003:498). Sehubungan dengan pelaksanaan pemilu, para elit politik menggunakan berbagai gaya bahasa dalam mengurusi pemilu terkait dengan kampanye. Ada yang menggunakan tuturan yang bahasa santun, ada yang menggunakan gaya semiotika budaya, ada yang menggunakan gaya bahasa sindiran, kritikan, istilah

asing, dan hujatan. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya bahasa Indonesia dalam aktivitas manusia sehari-hari termasuk yang berkaitan dengan pemilu dalam berkampanye. Selanjutnya, partai politik sebagai peserta pemilu tahun 2014 yang legal melakukan kampanye telah disahkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) pusat meliputi: (1) Partai Nasional Demokrat (Nasdem), (2) Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), (3) Partai Keadilan Sejahtera (PKS), (4) Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), (5) Partai Golongan Karya (Golkar), (6) Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra), (7) Partai Demokrat, (8) Partai Amanat Nasional (PAN), (9) Partai Persatuan Pembangunan (PPP), (10) Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura), (11) Partai Bulan Bintang (PBB), dan (12) Partai Keadilan Persatuan Indonesia (PKPI). Kedua belas partai politik ini berlaku secara nasional maka setiap provinsi, kabupaten/kota, dan kecamatan ada kepengurusannya terutama di Kabupaten Labuhanbatu Utara (Labura). Dari kedua belas partai politik, penelitian ini terfokus pada Partai Golongan Karya (Golkar). Partai Golkar berdasarkan sejarahnya dulu bernama Sekretariat Bersama (Sekber) Golkar dengan berlambangkan pohon beringin didirikan pada tanggal 20 Oktober 1964 oleh golongan militer perwira Angkatan Darat dengan menghimpun organisasi pemuda, wanita, sarjana, buruh, tani, dan nelayan. Kemudian Sekber Golkar berubah menjadi partai politik Golkar di bawah pimpinan Presiden Soeharto. Partai Golkar sebagai peserta pemilu pertama sekali pada tahun 1971. Pada waktu

pemilu tahun 1971 Partai Golkar sebagai pemenang pemilu dan kemenangan tersebut berlangsung sampai tahun 1997 (Arrianie.2010:61-70). Berdasarkan sejarah partai politik maka peneliti terfokus meneliti Partai Golkar karena (1) lambang dan warna Partai Golkar dari dulu sampai sekarang tidak pernah berubah, (2) Bupati Kabupaten Labura merupakan fungsionaris Partai Golkar, (3) Ketua DPRD Kabupaten Labura adalah Partai Golkar, dan (4) Hanya Partai Golkar yang mengadakan kampanye terbuka bagi masyarakat di Kabupaten Labura. Untuk mewujudkan pemilu legislatif yang damai dan berintegritas maka KPU Daerah Kabupaten Labura (KPUD Labura) membagi jumlah kursi setiap daerah pemilihan (dapil) yaitu, dapil 1: Kecamatan Kualuh Hulu, tujuh kursi yang diperebutkan oleh 83 orang calon legislatif (caleg)dari dua belas partai politik; dapil 2 Kecamatan Kualuh Selatan, enam kursi yang diperebutkan oleh 72 orang caleg dari dua belas partai politik; dapil 3: Kualuh Hilir dan Kualuh Ledong, enam kursi yang diperebutkan oleh 69 orang caleg dari dua belas partai politik; dapil 4: Kecamatan Aekkuo dankecamatan Merbau, tujuh kursi yang diperebutkan oleh 78 orang caleg dari dua belas partai politik; dapil 5: Kecamatan Aeknatas dan Kecamatan Nasembilan-Nasepuluh, sembilan kursi yang diperebutkan oleh 103 orang caleg dari dua belas partai politik. Dengan demikian, jumlah kursi setiap partai politik berdasarkan dapil yang dibagi KPU yaitu,(1) Partai Nasdem, jumlah caleg sebanyak 35 orang semua dapil, (2) PKB, jumlah caleg sebanyak 35 orang semua dapil, (3) PKS, jumlah caleg sebanyak 35 orang semua dapil, (4) PDIP, jumlah caleg sebanyak 35 orang

semua dapil, (5) Partai Golkar, jumlah caleg sebanyak 35 orang semua dapil, (6) Partai gerinda, jumlah caleg sebanyak 34 orang semua dapil, (7) Partai Demokrat, jumlah caleg sebanyak 35 orang semua dapil, (8) PAN, jumlah caleg sebanyak 35 orang semua dapil, (9) PPP, jumlah caleg sebanyak 33 orang semua dapil, (10) Partai Hanura, jumlah caleg sebanyak 33 orang semua dapil, (11) PBB, jumlah caleg sebanyak 35 orang semua dapil, dan (12) PKPI, jumlah caleg sebanyak 24 orang semua dapil, maka jumlah total caleg partai politik di Kabupaten Labura sebanyak 408 orang dan disahkan oleh KPUDLabura. Para caleg yang telah terdaftar di KPUD Kabupaten Labura memiliki nomor urut yang sudah ditentukan oleh masing-masing partai politik. Caleg yang memiliki nomor urut satu belum dapat dipastikan terpilih menjadi anggota legislatif dan begitu juga nomor urut besar belum dapat dipastikan terpilih menjadi anggota legislatif maka caleg yang terpilih menjadi salah satu anggota legislatif berdasarkan Undang-Undang Pemilu No.8 Tahun 2012 adalah suara terbanyak yang dipilih oleh masyarakat. Caleg Partai Golkar dalam berkampanye kepada masyarakat menggunakan bahasa. Bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia, karena bahasa Indonesia merupakan bahasa resmi dan bahasa nasional bangsa Indonesia. Para caleg Partai Golkar dalam berkampanye dilarang menghina seseorang, agama, suku, ras, golongan, calon, dan/atau peserta pemilu yang lain yang ditetapkan dalam UU Pemilu No.8 Tahun 2012. Materi kampanye dapat disampikan melalui tulisan, suara, gambar, tulisan dan gambar, atau suara dan gambar, yang bersifat naratif,

grafis, karakter, interaktif atau tidak interaktif, serta dapat diterima melalui perangkat penerima pesan. Para caleg Partai Golkar berkampanye dalam pemasangan alat peraga kampanye dilaksanakan dengan pertimbangan etika, estetika, kebersihan, dan keindahan kota atau kawasan setempat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan (Lihat Undang-Undang No. 8 Tahun 2012 tentang pemilu dan Paraturan Komisi Pemilihan Umum (PKPU) No. 15 Tahun 2013 tentang Kampanye Partai Politik). Para caleg Partai Golkar dalam berkampanye harus mematuhi Peraturan Komisi Pemilihan Umum (PKPU) No.15 Tahun 2013dan UU Pemilu No. 8 Tahun 2012 karena ada sebagian caleg Partai Golkar dalam berkampanye kurang menonjolkan visi dan misi Partai Golkar kepada masyarakat, baik itu kampanye ujuran juru kampanye (jurkam) maupun berkampanye secara tulis (semiotika bahasa jargon). Dalam hal ini, para caleg Partai Golkar berkampanye melakukan pendekatan kepada masyarakat umumnya dengan berbahasa sopan dan santun menyapa pada saat berkampanye, misalnya caleg menyapa seorang laki-laki tua dengan kata Bapak dan bukan dengan kata kamu. Ketika caleg menyapa yang lebih muda darinya maka lebih tepat disapa dengan kata Adik daripada kata Anda atau Saudara. Kesantunan bahasa dituntut dapat menyampaikan pesan, informasi, dan tujuan serta mampu menjaga keharmonisan budaya masyarakat. Hal ini, berhubungan dengan norma-norma sosial dan sistem budaya yang berlaku dalam masyarakat ketika berinteraksi. Interaksi santun ini untuk menghindari

ketersinggungan bahkan kesalahpahaman sehingga dapat memperkecil munculnya konflik dan menciptakan keharmonisan hubungan caleg Partai Golkar dengan masyarakat. Kesantunan berbahasa juga memiliki nilai budaya yang berkaitan dengan kesopanan, rasa hormat, sikap yang baik, etika berbahasa, atau perilaku yang pantas. Kesantunan berbahasa merupakan bagian cerminan dalam tatacara berkomunikasi yangdirealisasikan melalui bahasa verbal. Bahasa verbal direalisasikan jurkam dan caleg Partai Golkar melalui maksim dan semiotika bahasa dalam fungsi ujar yakni pernyataan, pertanyaan, perintah, dan tawaran. Dalam teori Leech (1983:53) kesantunan berbahasa merupakan ajaran atau kebenaran umum dalam bertindak tutur atau dikatakan maksim yaitu maksim kebijaksanaan, maksim penerimaan, maksim kemurahan, maksim kerendahan hati, maksim kesetujuan, dan maksim kesimpatian dalam bertutur sebagai berikut. Maksim kebijaksanaan harus meminimalkan kerugian orang lain atau memaksimalkan keuntungan bagi orang lain ketika bertutur, misalnya silahkan datangke TPS tanggal 9 April 2014. Maksim penerimaan harus memaksimalkan kerugian bagi diri sendiri dan meminimalkan keuntungan diri sendiri dalam pertuturan, misalnya saya akan meminjami Anda dana kampanye. Selanjutnya, maksim kemurahan harus memaksimalkan rasa hormat kepada orang lain dan meminimalkan rasa tidak hormat kepada orang lain dalam pertuturan, misalnya baju partaimu bagus sekali. Maksim kerendahan hati harus memaksimalkan ketidakhormatan pada diri sendiri dan meminimalkan rasa

hormat pada diri sendiri dalam pertuturan, misalnya caleg itu sangat dermawan pada masyarakat. Selanjutnya, maksim kecocokan harus memaksimalkan kesetujuan di antara penutur dan petutur serta meminimalkan ketidaksetujuan di antara mereka, misalnya kericuhan dalam sidang umum DPR itu sangat memalukan. Maksim kesimpatian harus memaksimalkan rasa simpati dan meminimalkan rasa antipati kepada lawan tuturnya, misalnya anak guru berjuang untuk rakyat. Keenam maksim tersebut berkaitan dengan norma-norma sosial dan budaya yang berlaku dalam suatu masyarakat. Keterkaitan maksim dengan norma sosial dan budaya direalisasikan caleg Partai Golkar dalam berkampanye bagi masyarakat Labura. Realisasi itu sesuai dengan apa yang dikemukakan Halliday (2004:295) bahwa konteks situasi merupakan hubungan antara orang yang berinteraksi disebut pelibat (tenor) berkaitan dengan aktifitas sosial disebut dengan medan (field) berkaitan dengan peran dan fungsi bahasa disebut sarana (mode). Dalam konteks situasi bahwa bahasa merupakan bagian dari sistem semiotika sosial dan hidup dalam konteks sehingga sistem semiotika bahasa bersosialisasi dengan sistem-sistem semiotika lain dan sekaligus juga meminjamkan sistem-sistem antara lain sistem semiotika konteks. Hubungan bahasa dengan konteks situasi merupakan hubungan realisasi bahasa sebagai sebuah sistem semiotika sosial. Dengan kata lain, bahasa wujud dalam konteks dan tiada bahasa tanpa sistem konteks sosial. Sistem konteks sosial berada pada tingkat unsur atau strata yaitu petanda dan penanda atau signified dan signifier secara umum.

Dalam penelitian ini, istilah semiotika bahasa yaitu, arti yang setara dengan petanda berhubungan dengan makna teks pemaknaan semantics, bentuk berhubungan dengan tatabahasa pengataan lexicogrammar, dan ekspresi yang setara dengan penanda berhubungan dengan bunyi, tulisan, dan isyarat. Kontekskonteks tersebut dihubungkan pada kesantunan dengan daya semiotika bahasa berkampanye caleg Partai Golkar karena daya semiotika bahasa memegang peranan yang sangat penting dalam budaya berkampanye sehingga konteks situasi, budaya, dan ideologi difungsikan oleh caleg Partai Golkar berkampanye kepada masyarakat Labura. Leech dalam Chaer (2010:5-8) mengatakan (a) apa yang harus dikatakan kepada seorang mitra tutur pada waktu dan keadaan tertentu berkenaan dengan status sosial dan budaya dalam masyarakat, (b) ragam bahasa yang paling wajar digunakan dalam waktu dan budaya tertentu, (c) kapan dan bagaimana menggunakan giliran berbicara dan menyela atau menginterupsi pembicaraan orang lain, (d) kapan harus diam dan mendengar tuturan orang,dan (e) bagaimana kualitas suara, apakah keras, pelan, meninggi, dan bagaimana sikap fisik di dalam berkomunikasi sehingga penutur dan mitra tutur dapat dikatakan santun berbahasa apabila menguasai tata cara kesantunan berbahasa. Dengan demikian, kekuatan caleg dalam berkampanye untuk mempengaruhi masyarakat dengan mempersiapkan materi kampanye secara baik, ragam bahasa yang dimengerti masyarakat, bersikap demokrasi bertindak tutur, dan tinggi rendah suara caleg sangat mempangaruhi masyarakat dalam berkampanye.

Penelitian ini dilakukan dengan alasan yaitu (a) pemilu dilaksanakan di Indonesia sekali lima tahun untuk memilih wakil-wakil rakyat, (b) pesta demokrasi yang sangat ditunggu-tunggu masyarakat Indonesia untuk menggunakan hak memilih dan hak dipilih, (c) semua jurkam dan caleg Partai Golkar memainkan peranan fungsi bahasa dalam berkampanye baik bentuk lisan maupun tulisan, (d) para caleg saat pemilu perang bahasa dan perang semiotika untuk menjadi anggota legislatif masa bakti tahun 2014-2019, dan (e) sejauh pengetahuan peneliti bahwa penelitian ini belum pernah dilakukan di Kabupaten Labura. 1.2 Batasan Masalah Penelitian ini hanya membahas kesantunan dengan daya semiotika bahasa berkampanye caleg Partai Golkar meliputi: maksim kebijaksanaan, maksim penerimaan, maksim kemurahan, maksim kerendahan hati, maksim kesetujuan, maksim kesimpatian, dan semiotika bahasa dalam fungsi ujar yakni pernyataan, pertanyaan, perintah, dan tawaran yang direalisasikan pada deklaratif, imperatif, dan interogatif. 1.3Rumusan Masalah Berdasarkan uraian-uraian pada latar belakang penelitian dirumuskan sebagai berikut. 1. Bagaimanakah kesantunan bahasa berkampanye calon legislatif Partai Golkar di Kabupaten Labuhanbatu Utara? 2. Bagaimanakah daya semiotikabahasa berkampanye calon legislatif Partai Golkar di Kabupaten Labuhanbatu Utara melalui fungsi ujar?

1.4 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan sebagai berikut. 1. Menganalisis kesantunan bahasa berkampanye calon legislatif Partai Golkar di Kabupaten Labuhanbatu Utara. 2. Menganalisis daya semiotikabahasa berkampanye calon legislatif Partai Golkar di Kabupaten Labuhanbatu Utara melalui fungsi ujar. 1.5 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan memiliki manfaat teoritis maupun praktis. Manfaat teoritis adalahtemuan penelitian ini memberi kontribusi serta memperkaya khasanah penelitian linguistik sedangkan manfaat praktis adalah penelitian ini dapat menjadi rujukan bagi masyarakat, pemerhati politik, dan peneliti bahasa. Di samping itu juga, temuan penelitian memberi manfaat praktis kepada jurukampanye partai politik, kepala daerah, dan masyarakat luas ketika dalam berkampanye. 1.6 Definisi Istilah Agreement Approbation Bahasa : Kesetujuan : Kemurahan : Sistem lambang bunyi yang arbiter yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama berinteraksi dan mengidentifikasikan diri. Berkampanye : Mengadakan kampanye untuk melawan atau mengadakan Aksi dan sebagainya. Calon : Orang yang diusulkan atau dicadangkan supaya dipilih

atau diangkat menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat sudah disampaikan kepada panitia pemilihan. Daya semiotika : Kemampuan verbal untuk melakukan sesuatu atau bertindak. Data display Golkar Interpretant : Penyajian data dilakukan dalam uraian singkat : Partai politik golongan karya. : Tanda yang ada dalam benak seseorang tentang objek yang dirujuk sebuah tanda Kesantunan :Kesopansantunan, etiket, tatacara, adat, tatakrama, atau kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat. Kampanye : Kegiatan yang dilaksanakan oleh organisasi politik atau calon yang bersaing memperebutkan kedudukan dalam parlemen dan sebagainya untuk mendapat dukungan massa pemilih dalam suatu pemungutan suara. Korpus Legislatif Maksim Mode Modesty Nonbiunique Politeness Politeness principle Realisasi : Data-data yang dipakai sebagai sumber bahan penelitin. : Dewan yang berwewenang membuat undang-undang. : Ketentuan ataukebenaran umum dalam bertindak tutur. : Sarana : Kerendahan hati : Hubungan satu ke satu : Kesantunan : Kesantunan berdasarkanprinsip : Perwujudan

Reduksi data Seme : Merangkum pokok dan membuang yang tidak diperlukan : Penafsiran Semiotika = semiotik : Ilmu kajian tanda Signifier Sympathy Tact Tenor Verification : Penanda : Kesimpatian : Kebijaksanaan : Pelibat : Verifikasi