BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. sumbangan bagi perekonomian nasional pada umumnya dan penerimaan. koperasi. (UU RI No 19 tahun 2003 tentang BUMN).

BAB I PENDAHULUAN. Program privatisasi pertama kali dikenalkan di Inggris pada masa

BAB I PENDAHULUAN. Setelah beberapa tahun kemudian atau di tahun 1970-an, fakta

BAB I PENDAHULUAN. bisnis strategis agar tidak dikuasai pihak-pihak tertentu. Bidang-bidang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam ekonomi, pemerintah merupakan agen, dimana peran pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Privatisasi merupakan fenomena negara-negara di dunia, privatisasi juga

BAB I PENDAHULUAN. BUMN yang ditujukan menjadi agent of development, serta mengambil posisi

BAB I PENDAHULUAN. Kinerja keuangan merupakan hal penting yang harus dicapai. setiap perusahaan, dalam menghadapi persaingan untuk

BAB I PENDAHULUAN. bidang ekonomi yang sangat pesat, dimana negara-negara di seluruh dunia

BAB I PENDAHULUAN. BUMN adalah sebuah badan usaha yang mempunyai peranan penting

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. mengalihkan captive market yang selama ini dimiliki BUMN menjadi competitive

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Gambaran Umum BUMN

BAB I PENDAHULUAN. suatu sistem ekonomi baru dimana pengolahan informasi, pencarian ilmu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengalami perbaikan. Hal tersebut dikarenakan perekonomian merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. diterapkannya good corporate governance di Indonesia merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan perusahaan dan merupakan salah satu sumber informasi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa saat ini sistem perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. membuat berjalannya sistem perekonomian. Dalam beberapa tahun terakhir ini,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 21 PENINGKATAN PENGELOLAAN BUMN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Keputusan Menteri BUMN No. KEP-100/MBU/2002, BUMN

RESTRUKTURISASI & PRIVATISASI BUMN RASIONALITAS EKONOMI DAN KEPENTINGAN POLITIK

POLITICAL COST DAN BUMN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan yang telah go public pasti memiliki informasi yang dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Indonesia melaksanakan privatisasi Bank Tabungan Negara

BAB I PENDAHULUAN. melakukan penawaran umum kepada publik atau go public diwajibkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan sarana untuk melakukan investasi yaitu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Husnan, 2004:1)

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat terjadi krisis moneter banyak perusahaan yang mengalami penurunan

BAB I PENDAHULUAN. yang diperoleh perusahaan, yaitu apakah laba tersebut akan dibagikan kepada

BAB I PENDAHULUAN. dengan tujuan memperoleh laba (profit oriented). Dalam era globalisasi dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumberdaya lainnya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama investor dalam menanamkan modalnya di sebuah perusahaan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Demi menjaga kelangsungan hidup usahanya, perusahaan harus menjalankan

PENGARUH ECONOMIC VALUE ADDED

BAB I PENDAHULUAN. bertambahnya jumlah perusahaan yang melakukan Initial Public Offering (IPO)

BAB I PENDAHULUAN UKDW. laporan keuangan yang diterbitkan pada setiap periode tertentu.

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN PUBLIK YANG MELAKUKAN MERGER DAN AKUISISI SELAMA DAN SESUDAH KRISIS MONETER

I. PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga keuangan yang sangat berperan dalam. roda perekonomian masyarakat. Bank bertindak sebagai sebuah lembaga

BAB I PENDAHULUAN. meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. masa sekarang ini. Terlebih lagi dengan perekonomian di Indonesia saat ini yang

Restrukturisasi dan privatisasi BUMN. Sistem Ekonomi Indonesia

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup. besar dalam perkembangan perekonomian suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. memperkuat kondisi finansial atau kondisi permodalan yang dimiliki oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Bhayangkara Jaya

BAB 1 PENDAHULUAN. diukur karena dapat dipakai sebagai dasar pengambilan keputusan baik bagi pihak. internal maupun pihak eksternal perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. telah memiliki perubahan pola pikir tentang uang dan pengalokasiannya. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. barang, pesaing, perkembangan pasar, perkembangan perekonomian dunia.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sentano Kertonegoro (1995 ; 3)

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan untuk menarik investor dari luar dalam hal pendanaan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi kapitalis mendominasi iklim perekonomian di berbagai belahan dunia, baik

BAB I PENDAHULUAN. penting yang dibutuhkan untuk dapat berkembang. Modal perusahaan dapat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perekonomian global persaingan ekonomi semakin kompetitif. Semua

BAB I PENDAHULUAN. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merupakan salah satu pelaku ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi suatu negara. Hal ini dikarenakan pasar modal mempunyai fungsi

Strategi Pengelolaan BUMN Di Masa Mendatang

BAB I PENDAHULUAN. PT. Telekomunikasi Indonesia (Tbk), PT. Indonesia Satelit (Tbk), PT.

BAB I PENDAHULUAN. dan pengeluaran dalam satu periode. Kinerja keuangan bank merupakan salah satu kondisi keuangan bank pada

BAB I PENDAHULUAN. atau perusahaan, khususnya perusahaan publik di Indonesia tentu saja tidak akan

BAB 1 PENDAHULUAN. satunya adalah dengan berinvestasi. Investasi adalah penanaman modal untuk satu

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2012 yang tumbuh sebesar 6,23 persen

BAB I PENDAHULUAN. Aset tidak berwujud yang paling dasar adalah Human Capital atau sumber

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah keuangan merupakan salah satu masalah yang sangat vital bagi

Prosiding Akuntansi ISSN:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Analisis laporan keuangan merupakan perhitungan rasio dari data keuangan

BAB I PENDAHULUAN. yaitu perusahaan swasta, Badan Usaha Milik Negara ( BUMN ), dan koperasi. Agar

BAB III METODE PENELITIAN. atau dengan mengunjungi pusat referensi di pojok Bursa Efek Indonesia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tingkat perkembangan dunia pasar modal dan industri industri

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menyediakan jasa keuangan bagi nasabah-nasabahnya, dimana pada

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan bisnis terutama yang telah go public pada umumnya mempunyai

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Mulyadi (2001) dalam Susilo (2013),kinerja merupakan istilah umum

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara agraris yang mayoritas penduduknya bermata

BAB I PENDAHULUAN. sebagai badan hukum. Jika perseroan terbatas menjalankan fungsi privat dalam kegiatan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi ini dunia usaha semakin berkembang pesat,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dana. Tempat penawaran penjualan efek ini dilaksanakan berdasarkan satu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. penjualan saham di pasar modal (go public). Pasar modal mempertemukan calon

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Berkembangnya teknologi dan pengetahuan dari tahun ke tahun mendorong

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia perbankan yang sangat pesat disertai dengan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilakukan dengan melakukan ekspansi. Seiring dengan ekspansi yang

BAB I PENDAHULUAN. tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang Nomor 25 tahun 1999 tentang

BAB I PENDAHULUAN. menginginkan sustainability. Perusahaan yang telah go public akan meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. negara kepada pihak luar maupun pihak di dalam negara itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. finansial (financial assets) dan investasi pada aset riil (real assets). Investasi pada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Tata ekonomi dunia abad 21, yang ditandai dengan globalisasi ekonomi, dimana negara-negara diseluruh dunia menjadi satu kekuatan pasar yang semakin terintegrasi tanpa rintangan batas teritorial negara. Salah satu perwujudan nyata dari globalisasi ekonomi antara lain terjadi dalam bentuk-bentuk bisnis korporasi yang mengarah pada meningkatnya ketergantungan ekonomi antar negara melalui peningkatan volume dan keragaman transaksi antar negara (cross-border transaction) dalam bentuk barang dan jasa, aliran dana internasional (international capital flows), pergerakan tenaga kerja (human movement) dan penyebaran teknologi informasi yang sangat cepat. BUMN sebagai salah satu bisnis korporasi di Indonesia tidak lepas dari pengaruh globalisasi sehingga menyebabkan BUMN perlu melakukan tinjauan ulang baik terhadap struktur, strategi usaha maupun strategi manajemen. Keberadaan badan usaha yang dimiliki oleh negara yang disebut dengan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) disamping adanya badan usaha lain seperti Badan Usaha Milik Swasta (BUMS) dan Koperasi, menurut Pandji (1995:8-10) memiliki maksud dan tujuan untuk: 1. Memberikan sumbangan bagi perkembangan perekonomian nasional pada umumnya dan penerimaan negara pada khususnya. 2. Mengejar keuntungan. 3. Menyelenggarakan kemanfaatan umum, berupa penyediaan barang dan/ atau jasa yang bermutu tinggi dan memadai bagi pemenuhan hajat hidup orang banyak.

4. Menjadi perintis kegiatan-kegiatan usaha yang belum dapat dilaksanakan oleh sektor swasta dan koperasi. 5. Turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha golongan ekonomi lemah, korperasi dan masyarakat. BUMN yang jumlahnya pada Maret 2005 terdiri dari 158 BUMN dan 21 Badan Usaha Patungan Minoritas (14 Perum, 143 Persero, dan 3 berbentuk lainnya) bergerak hampir diseluruh sektor ekonomi, pertanian, manufaktur, pertambangan, dan perdagangan, keuangan (bank dan non bank), telekomunikasi, transportasi, listrik, konstruksi,dll. Bahkan beberapa diantaranya bergerak dalam industri yang vital atau industri hulu. Dalam posisinya sebagai industri hulu dan juga sebagai salah satu kekuatan ekonomi nasional, kinerja BUMN merupakan faktor penentu tingkat efisiensi industri dibawahnya (industri hilir), dan secara lebih luas terhadap tingkat efisiensi ekonomi nasional. Sehingga dapat dikatakan kinerja BUMN sangat menentukan tingkat perekonomian nasional. Tantri Abeng mengatakan dilihat dari kinerja keuangan yang dihasilkan menunjukkan BUMN sering diidentikkan sebagai unit usaha yang tidak efisien. Dengan total aset BUMN pada posisi per 5 Maret 2004 mencapai Rp.1.177,76 triliun, laba sebelum pajak yang diperoleh hanya Rp.29,43 triliun, ROA sebesar 2,49% dari total aset Rp.1.177,76 triliun dan ROE sebesar 6,10% dan total ekuitas sebesar Rp.481,93 triliun (Gatra 5 Maret 2005). Dari angka-angka tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa kontribusi BUMN kepada anggaran negara relatif masih kecil dan dengan tingkat return yang dihasilkan masih dibawah cost of capital perbankan. Angka-angka ini lebih lanjut memberikan indikasi tingkat utilisasi asset yang masih rendah atau biaya produksi lebih tinggi. Di era persaingan global yang semakin tajam ini tidak bisa dipertahankan, BUMN sebagai salah satu bisnis korporasi milik pemerintah perlu melakukan tinjauan ulang struktur dan strategi usaha serta melandaskan strategi manajemen dengan bisnis entrepreneurship, cost efficiency dan competitive advantages. Dalam pasar yang bersaing, keunggulan kompetitif (competitive advantage) merupakan faktor yang desisif dalam meningkatkan kinerja perusahaan. Oleh

karena itu, upaya privatisasi (go public) BUMN dalam rangka meningkatkan daya saing dan membangun keunggulan kompetitif merupakan suatu keharusan. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, privatisasi berarti proses, cara perbuatan menjadi milik perorangan (dari milik Negara), merupakan proses yang multidimensi. Proses privatisasi terfokus pada beberapa dimensi pokok ekonomi atau bisnis, kesehatan usaha, kebijaksanaan pemerintah, pengelola usaha BUMN itu sendiri, termasuk proses pemasyarakatan sahamnya di pasar modal serta aspek hukum mengaturnya, secara sempit sebenarnya privatisasi adalah transaksi bisnis yang melibatkan dua pihak atau lebih, dengan salah satu diantaranya sebagai penjual dan pihak lainnya berperan sebagai pembeli. Penjualnya adalah pemerintah atas nama negara dan calon pembelinya adalah masyarakat luas termasuk asing. Privatisasi juga memiliki makna yang luas, menswastakan BUMN, Djoko Santoso Moeljono (2004:52-57), mencatat beberapa makna yang terkandung dalam privatisasi adalah: 1. Merupakan sebuah transformasi yang lebih sempurna ke arah ekonomi kapitalis. 2. Karena pudarnya keyakinan terhadap teori Negara kesejahtraan seperti yang diperkenalkan oleh John Maynard Keynes (1883-1987). 3. Pemerintah harus fokus pada pekerjaan-pekerjaan pemerintah saja, tidak usah mengurusi hal yang bukan core competence-nya. Sedangkan ide utama yang mendukung kegiatan privatisasi tersebut adalah: 1. Kesadaran dari pemerintah tentang keterbatasan dalam pengelolaan BUMN. 2. Pemerintah seharusnya tidak melakukan kegiatan bisnis, seharusnya berfungsi sebagai fasilitator. 3. Mencegah intervensi dan proteksi pemerintah agar BUMN dikelola dengan professional. 4. Pembenahan BUMN yang diprivatisasi akan memberikan kontribusi fiskal yang positif bagi negara.

Privatisasi yang pada intinya, akan ditempuh melalui management of change, reformasi, ataupun restrukturisasi baik pada sisi pemerintah dalam kedudukannya sebagai pemilik (prinsipal) maupun pada sisi Chief Executive Officer (CEO), BUMN sebagai pengelola usaha (agen). Apabila ditinjau dari sisi ekonomi makro dapat berfungsi sebagai pengurang beban keuangan dalam neraca negara, pengembangan pasar modal dalam negeri baik kepada masyarakat maupun pihak asing dan mengurangi campur tangan birokrasi terhadap pengelolaan BUMN dan dapat membangun professionalitas pengelolaan perusahaan. Akan tetapi di Indonesia privatisasi tidak selalu merupakan pilihan terbaik bagi peningkatan kinerja BUMN, di satu pihak privatisasi diyakini amat diperlukan, tidak saja untuk menutup defisit APBN, namun jauh lebih penting untuk mendorong transparansi disejumlah BUMN yang pada gilirannya juga akan meningkatkan efisiensi dan menguntungkan konsumen, sedangkan di lain pihak masih banyak pertentangan di masyarakat dalam hal privatisasi yang sebenarnya telah lama dilaksanakan oleh negara maju. Tidak sedikit masyarakat berpendapat bahwa sebenarnya BUMN memberikan surplus bagi pendapatan negara, melakukan privatisasi terhadap BUMN pada akhirnya akan memberikan nilai surplus ketangan lain, bahkan mungkin memberikan nilai tersebut kepada pihak asing. Hal ini apabila benar, berarti bertentangan dengan azas kesejahtraan masyarakat dan social responsibility. Secara pasti pelaksanaan BUMN akan mendatangkan suatu dampak, baik terhadap internal maupun eksternal dari BUMN. Beberapa implikasi dari privatisasi adalah terjadinya perubahan komposisi kepemilikan, masuknya kepemilikan asing atas BUMN dikarenakan lemahnya pasar dalam negeri (setelah krisis), dan terjadinya pergantian CEO. Penelitian mengambil referensi dari penelitian Zaroni (2004) yang berjudul Pengaruh Kepemilikan Pemerintah, Kepemilikan Asing, dan Penggantian CEO terhadap Kinerja Keuangan Badan Usaha Milik Negara Sesudah Diprivatisasi yang mengacu pada penelitian D Souza, Megginson, dan

Nash yang berjudul Determinant of Performance Improvements In Privatized Firms: The Role of Restructuring and Corporate Governance. Pada penelitian tersebut D Souza, Megginson, dan Nash (2001) menyimpulkan bahwa peningkatan efisiensi yang sangat signifikan pada BUMN hanya terjadi bila kepemilikan pemerintah pada BUMN semakin berkurang. Sedangkan Zaroni (2004) mengatakan, masuknya investor asing melalui penyertaan saham pada BUMN yang diprivatisasi justru akan mengakibatkan akan menurunnya kinerja keuangan perusahaan tersebut. Selanjutnya Zaroni mengatakan, Privatisasi tidak cukup efektif dapat meningkatkan kinerja keuangan BUMN, selama tiga tahun sesudah diprivatisasi kinerja keuangan BUMN hanya terjadi peningkatan pada net sales dan economic value added. Indikator keuangan lain seperti Return On Sales, Return On Investment, dan Return On Equity justru mengalami penurunan. Sedangkan Ojat Darojat (Jurnal Studi Indonesia: 2004) mengatakan privatisasi memiliki peranan penting dalam meningkatkan kinerja operasi dan keuangan BUMN. Peningkatan ini dapat dilihat dari indikator profitability, efficiency, capital spending dan produktifitas serta deviden pay out yang menunjukan peningkatan setelah privatisasi. Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Nurul Nurfitriani (UTAMA: 2006) dalam skripsinya mengatakan yang melakukan privatisasi tidak memiliki perbedaan tingkat kinerja keuangan yang signifikan antara sebelum dan sesudah privatisasi karena dilihat dari aspek keuangan. Hal ini berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan perusahaan sebelum dan sesudah privatisasi. Berbagai fenomena ini menjadi sangat menarik sehingga penulis tertarik untuk mengkaji hal-hal tersebut didalam suatu skripsi yang berjudul: Pengaruh Privatisasi Terhadap Kinerja Keuangan BUMN. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar masalah yang telah dikemukakan di atas, penulis mengidentifikasikan pokok masalah adalah sebagai berikut: Apakah privatisasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja keuangan BUMN.

1.3 Pembatasan Masalah Penulis akan membatasi masalah yang akan diteliti agar cakupan penelitian tidak terlalu luas dan tidak menyimpang dari tujuan penelitian yang telah ditetapkan. Pembatasan masalah tersebut adalah sebagai berikut: 1. Penulis hanya meneliti pengaruh dari privatisasi terhadap tingkat kinerja keuangan BUMN yang diukur dengan indikator Return On Sales, Return On Investment dan Return On Equity. Alasannya adalah hampir semua tujuan privatisasi adalah untuk meningkatkan out put, efisiensi, dan profitabilitas perusahaan. Hasil penelitian Meggison, Nash dan Van Randenborgh (1994), Boubakri dan Cosset (1998), dan D Souza dan Meggison (1999) mengatakan bahwa peningkatan kinerja BUMN sesudah diprivatisasi dapat dilihat terutama dalam hal kinerja keuangan yang dapat diukur dengan indikator perubahan: (1) Profitabilitas, (2) Efisiensi Operasi, (3) Pengeluaran modal untuk investasi, (4) Output, (5) Likuiditas, (6) Leverage dan (7) Pay Out. Penelitian ini dilakukan pada BUMN yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta dimana terdapat fenomena khusus yaitu adanya penolakan terhadap privatisasi yang dilakukan pemerintah terhadap BUMN. 2. Penelitian dilakukan terhadap perusahaan-perusahaan BUMN yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. BUMN yang diteliti telah mengeluarkan laporan keuangan didalamnya termasuk Neraca, dan Laporan Laba Rugi. Laporan keuangan milik perusahaan tersebut diasumsikan wajar, karena telah diaudit oleh akuntan publik dan dilaporkan pada Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM). Dalam hal ini penulis mengambil periode yang diteliti adalah periode 2 tahun sebelum dan 2 tahun sesudah privatisasi sampai tahun 2004. 1.4 Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud dari dilakukannya penelitian adalah untuk memperoleh data-data sebagai bahan kajian dalam penyusunan skripsi. Selanjutnya data tersebut akan diolah, dianalisa, dan diinterpretasikan sehingga diharapkan dapat diperoleh

gambaran mengenai pengaruh privatisasi terhadap kinerja keuangan perusahaan milik negara. Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis apakah privatisasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja keuangan BUMN. 1.5 Kerangka Pemikiran Keberadaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sebagai salah satu pelaku ekonomi nasional telah dimanfaatkan dalam Undang-Undang Dasar 1945. Sebagian besar BUMN menitikberatkan usahanya dengan memanfaatkan keunggulan komparatif yang berupa sumber daya yang dimiliki negara untuk memenuhi kebutuhan rakyat, baik sandang, pangan, maupun papan serta penyediaan infrastruktur jalan, listrik dan juga untuk menghasilkan devisa negara. Perubahan tatanan perekonomian dunia yang mengarah kepada globalisasi dan kemajuan inovasi teknologi yang semakin efektif dan efisien ternyata tidak dapat diantisipasi dengan baik oleh BUMN, dengan segala keunggulan yang ada ternyata BUMN tidak dapat berjalan lancar dan mengalami berbagai macam kendala yang diakibatkan oleh tata pengelolaan yang kurang baik dimana perilaku manajemen cenderung lebih berorientasi pada politik daripada bisnis, kecendrungan KKN (Korupsi, Kolusi dan Nipotisme), dan jaringan birokrasi yang tidak efisien. Pola-pola bisnis yang konvensional dalam bentuk monopoli, subsidi pajak maupun tarif, dan perlindungan industri yang dianut selama ini tidak mampu menghadapi persaingan yang semakin kompleks dalam dunia bisnis. Berbagai pola bisnis yang tidak efisien ini tidak bisa lagi dipertahankan, juga campur tangan pemerintah yang mengakibatkan ketidakmampuan BUMN untuk berkompetisi secara bebas. Dalam rangka melaksanakan program reformasi terhadap BUMN selaku pengelola aset produktif negara agar menjadi suatu badan usaha yang sehat lepas dari campur tangan pemerintah, mempunyai profesionalitas, mampu mengembangkan struktur perekonomian dari pasar monopolistik menjadi pasar bebas, menciptakan efisiensi dan produktivitas yang tinggi dan terutama menciptakan suatu kultur bisnis dalam BUMN, maka pemerintah melalui Menteri

Negara Pendayagunaan BUMN melaksanakan privatisasi sejumlah BUMN dalam usahanya untuk mewujudkan visi BUMN sebagai perusahaan kelas dunia. Privatisasi merupakan pengalihan sebagian atau keseluruhan kepemilikan, asset dan kontrol pemerintah terhadap BUMN kepada pihak swasta. Pasal 78 Undang-Undang Republik Indonesia No.19 tahun 2003 tentang BUMN menyebutkan bahwa privatisasi dilaksanakan dengan tiga cara yaitu: a. Penjualan saham berdasarkan ketentuan pasar modal (Initial Public Offering). b. Penjualan saham langsung kepada investor (Strategic Sales). c. Penjualan saham kepada manajemen dan/ atau karyawan yang bersangkutan. Menurut Tantri Abeng (Gatra 5 Maret 2005) privatisasi adalah upaya untuk meningkatkan nilai dari perusahaan (value creation) baik dengan meningkatkan laverage asset yang dimiliki dan/ atau dengan melibatkan pihak swasta dalam pemilikan BUMN melalui beberapa cara: Initial Public Offering (IPO), Private Placement oleh Strategic Investor dan/ atau Private Placement oleh lembaga keuangan. Privatisasi juga memungkinkan terjadinya peningkatan kemampuan dan transfer of technology, meluaskan akses ke pasar global, meningkatkan efisiensi dan nilai perusahaan secara keseluruhan. Privatisasi dalam Undang-Undang No.19 tahun 2003 tentang BUMN pasal 74 dimaksudkan untuk: a. Memperluas kepemilikan masyarakat atas Persero. b. Meningkatkan efisiensi dan produktifitas perusahaan. c. Menciptakan struktur keuangan dan manajemen keuangan yang baik atau kuat. d. Menciptakan struktur industri yang sehat dan kompetitif. e. Menciptakan Persero yang berdaya saing dan berorientasi global. f. Menumbuhkan iklim usaha, ekonomi makro dan kapasitas pasar. Privatisasi dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan kinerja dan nilai tambah perusahaan dan meningkatkan peran serta masyarakat dalam pemilikan saham persero.

Menurut Mar rie Muhamad (1996: 6) privatisasi bukan sekedar menjual sebagian atau seluruh asset BUMN kepada pihak swasta tapi jauh lebih luas dari pada itu. Pengertian pertama adalah memberikan kesempatan kepada pihak swasta menjadi pemain utama dalam bisnis, kedua adalah bagaimana lembaga-lembaga pemerintah biasa bertingkah laku seperti swasta. Dengan privatisasi akan terjadi keterkaitan yang erat antara individu (pemilik dan manajer) terhadap kinerja perusahaan maka makin tinggi imbalan kepada individu dalam perusahaan, baik dalam bentuk imbalan langsung ataupun semakin meningkatnya nilai perusahaan, sebaiknya bila perusahaan menderita kerugian yang berkepanjangan maka akan bangkrut dan berimplikasi langsung pada individu dalam perusahaan, pemilik, manajemen dan karyawan. Dengan diprivatisasinya BUMN maka terjadi perubahan komposisi kepemilikan yang menyebabkan BUMN harus melakukan redefenisi misi dan tujuan perusahaan. Perubahan kepemilikan tersebut kemungkinan diikuti dengan pergantian CEO. CFO yang ditunjuk atas dasar politically atau kepanjangan tangan dari pemerintah, setelah diprivatisasi akan diganti dengan CEO BUMN yang professional dengan harapan membawa banyak perubahan. Makna lain dari privatisasi yang seringkali tidak terungkap secara transparan adalah terkait dengan defisit anggaran pemerintah. Beratnya beban anggaran untuk menopang BUMN membuat pemerintah lebih memilih untuk menjual atau memprivatisasi dari pada melakukan restrukturisasi maupun profitisasi terhadap BUMN yang ada. Pemerintah menempatkan pendapatan dari pelaksanaan privatisasi sebagai salah satu sumber pendapatan pengurang defisit anggaran selain deviden. Hal ini dapat dilihat dari beberapa kebijakan Kerja Sama Operasi (KSO) dan Built Operate Transfer (BOT) oleh pemerintah disebabkan karena pemerintah tidak memiliki dana untuk melakukan investasi ataupun membiayai pembangunan infrastruktur (Ojat Darojat, Jurnal Studi Indonesia: Vol 14: 51). Perubahan lain dari terdaftarnya BUMN di bursa efek adalah sistem pantauan kinerja akan bekerja lebih efektif, yang dalam hal ini akan menjadi alat picu peningkatan efisiensi usaha. BUMN akan selalu menyampaikan informasi

perusahaan sesuai dengan persyaratan pasar modal sehingga BUMN akan menjadi transparan, sementara itu bagi masyarakat dan pasar modal itu sendiri akan selalu mengawasi kinerja BUMN sehingga dapat lebih memacu manajemen selalu berperilaku efisien dan termotivasi untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Menurut Indra Bastian (2002: 175), penilaian tingkat kinerja BUMN meliputi dua aspek penting, yaitu aspek kinerja korporasi dan aspek kinerja manajemen, yang ditentukan oleh hasil penilaian terhadap kinerja keuangan, kinerja operasional dan manfaatnya bagi masyarakat. Aspek penilaian kinerja keuangan BUMN diantaranya dapat diukur dengan indikator: Return On Sales, Return On Investment dan Return On Equity. Hasil penelitian Meggison, Nash dan Van Randenborgh (1994), Boubakri dan Cosset (1998), dan D Souza dan Meggison (1999) mengatakan bahwa peningkatan kinerja BUMN sesudah diprivatisasi dapat dilihat terutama dalam hal kinerja keuangan yang dapat diukur dengan indikator perubahan: (1) Profitabilitas, (2) Efisiensi Operasi, (3) Pengeluaran modal untuk investasi, (4) Output, (5) Likuiditas, (6) Leverage dan (7) Pay Out. Ukuran kinerja keuangan akan memberikan petunjuk apakah strategi perusahaan, implementasi, dan pelaksanaan dalam privatisasi memberikan kontribusi atau tidak, kepada peningkatan laba dan efisiensi BUMN yang merupakan tujuan finansial perusahaan. Menurut Kaplan (2000:6), tujuan finansial berhubungan dengan profitabilitas, yang diukur nilainya oleh laba operasi. Tujuan finansial lainnya berupa pertumbuhan penjualan yang cepat atau terciptanya arus kas. Berdasarkan uraian yang dikemukakan diatas, maka penulis mencoba untuk menetapkan hipotesis yang akan diteliti dan diuji kebenarannya yaitu sebagai berikut: Privatisasi tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja keuangan BUMN. Secara sederhana, digambarkan dalam bagan kerangka pemikiran sebagai berikut: Gambar 1.1

Alur Kerangka Pemikiran BUMN Kontrol Pasar Modal Privatisasi Dengan Mekanisme: Melakukan IPO Strategic Sales/ Private Placement Kontrol Masyarakat Kinerja Keuangan Sesudah privatisasi: Rasio Profitabilitas Operasi Rasio Efektivitas Aset Rasio Daya Saing Manajemen Rasio Likuiditas Rasio Leverage Rasio Efesiensi Operasi Rasio Payout Privatisasi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja keuangan BUMN 1.6 Metodologi Penelitian Dalam penelitian ini metode yang akan digunakan adalah adalah metode deskriptif dengan pendekatan komparatif. Penelitian ini akan difokuskan pada laporan keuangan khususnya Neraca dan Laporan Laba/Rugi pada perusahaan BUMN yang telah terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) yang dipilih berdasarkan

criteria tertentu. Data yang diperoleh dalam penelitian ini akan diolah, dianalisa dan diproses lebih lanjut dengan menggunakan dasar-dasar teori yang dipelajari. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Penelitian Lapangan Dalam penelitian ini, dilakukan observasi langsung pada objek penelitian dengan tujuan untuk memperoleh data-data sekunder, yaitu neraca dan laporan laba/ rugi perusahaan BUMN yang telah listing di BEJ yang dipilih berdasarkan kriteria tertentu. 2. Penelitian Kepustakaan Metode pengumpulan data yang dilakukan dengan mempelajari dan menelaah literatur-literatur yang berhubungan dengan masalah yang akan dibahas. Teknik ini dimaksudkan untuk mendapatkan landasan teori yang akan mendukung data primer yang telah didapatkan. Populasi penelitian ini adalah semua BUMN yang melaksanakan privatisasi dan telah terdaftar di BEJ. 1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian Penulis melakukan penelitian di BEJ Widyatama Jl. Cikutra No.204 Bandung. Sedangkan waktu untuk melakukan penelitian ini dimulai pada bulan Maret sampai dengan selesai. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Atas BUMN