1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Profesi akuntan publik memiliki peranan penting dalam melakukan audit laporan keuangan dalam suatu organisasi dan merupakan profesi kepercayaan masyarakat. Dari profesi akuntan publik, masyarakat mengharapkan penilaian yang bebas dan tidak memihak terhadap informasi yang disajikan oleh manajemen perusahaan dalam laporan keuangan (Mulyadi dan Puradireja, 1998). Profesi akuntan publik bertanggungjawab untuk menaikkan tingkat keandalan laporan keuangan perusahaan, sehingga informasi tersebut dapat dijadikan sebagai dasar pengambilan keputusan yang tepat. Dalam kenyataanya, sering terjadi kasus-kasus dalam bidang audit, seperti pada Januari 2005, Menteri Keuangan pernah membekukan izin KAP Achmad Rodi Kartamulya dan Joseph Susilo, karena kedua KAP tersebut dinilai melanggar ketentuan yang digariskan oleh IAI-KAP yang tidak sesuai dengan Standar Profesional Akuntan Publik ( SPAP ), hal tersebut menandakan bahwa tingkat keahlian auditor dalam menerapkan SPAP dalam melaksanakan pengauditan masih kurang. Menurut Sri Hastuti ( 2012 ) dalam Tia Aditya, Bisnis Indones ( 2006 ).
2 Selain itu pada kasus bank-bank besar, akuntan publik gagal menentukan adanya pelanggaran, termasuk pelanggaranaturan batas maksimum pemberian kredit (BMPK), hal ini menggambarkan kurang ahlinya auditor dalam melakukan pengauditan, hasil audit Bank Bira merupakan salah satu contoh betapa hasil pemeriksaan akuntan publik sering tidak menemukan indikasi pelanggaran aturan perbankan ( Parwito, TEMPO majalah mingguan,senin 25/06/2007 ). Para pengguna laporan audit mengaharapkan bahwa laporan keuangan yang telah diaudit oleh akuntan publik bebas dari salah saji material, dapat dipercaya kebenarannya untuk dijadikan sebagai dasar pengambilan keputusan dan telah sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku di Indonesia. Oleh karena itu, diperlukan jasa profesional yang independen dan obyektif (akuntan publik) untuk menilai kewajaran laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen. Menurut Alim, dkk (2007) Kasus pelanggaran pada profesi auditor telah banyak dilakukan, mulai dari kasus Enron di Amerika sampai dengan kasus Telkom di Indonesia sehingga membuat kredibilitas auditor semakin dipertanyakan. Kasus Telkom tentang tidak diakuinya KAP Eddy Pianto oleh SEC dimana SEC tentu memiliki alasan khusus mengapa mereka tidak mengakui keberadaan KAP Eddy Pianto. Hal tersebut bisa saja terkait dengan kompetensi dan independensi merupakan dua karakteristik sekaligus yang harus dimiliki auditor. AAA Financial Accounting Commite (2002) dalam Christiawan (2002) menyatakan bahwa kualitas audit ditentukan oleh 2 hal yaitu kompetensi dan independensi. Kedua hal tersebut berpengaruh langsung terhadap kualitas audit.
3 Auditor independen ialah akuntan publik bersertifikat atau kantor akuntan publik yang melakukan audit atas entitas keuangan komersial dan non kormersial (Arens dkk, 2008). Profesi auditor merupakan suatu pekerjaan yang berlandaskan pada pengetahuan yang kompleks dan hanya dapat dilakukan oleh individu dengan kemampuan dan latar pendidikan tertentu. Salah satu tugas auditor dalam menjalankan profesinya adalah menyediakan informasi yang berguna bagi publik untuk pengambilan keputusan ekonomi. Profesi auditor harus bersifat independen dan berkomitmen secara eksplisit dalam melayani kepentingan publik. Sebagai perusahaan yang bergerak di bidang jasa, aset utama yang harus dimiliki oleh sebuah Kantor Akuntan Publik (KAP) adalah tenaga kerja profesional agar dapat bertanggung jawab pada publik, para auditor harus berupaya untuk meningkatkan kemampuan atau kinerja dalam menjalankan profesinya. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kemampuan auditor, yaitu pengetahuan dan pengalaman. Untuk melakukan tugas pengauditan, auditor memerlukan pengetahuan pengauditan dan pengetahuan mengenai bidang auditing dan akuntansi. Selain itu, Indriantoro dan Supomo (2002) menyatakan bahwa akuntan dipandang sebagai suatu profesi karena memiliki ciri-ciri berupa: 1. membutuhkan dasar pengetahuan tertentu untuk dapat melaksanakan pekerjaan profesi tersebut dengan baik (common body of knowledge), 2. memiliki syaratsyarat tertentu untuk menerima anggota (standard of admittance), 3. mempunyai kode etik dan aturan main (code of ethic and code of conduct), 4. memiliki standar untuk menilai pekerjaan (standar of perfomance). Dalam hal ini, berarti di dalam diri seorang akuntan profesional terdapat suatu sistem nilai atau norma yang
4 mengatur perilaku mereka dalam proses pelaksaan tugas. Pengembangan dan kesadaran etik atau moral memainkan peran penting dalam semua era profesi akuntansi (Louwers dkk., 1997 dalam Indriantoro dan Supomo., 2002). Trotter (1986) dalam Saifuddin (2004) mendefinisikan bahwa orang yang berkompeten adalah orang dengan keterampilan mengerjakan pekerjaan dengan mudah, cepat, intuitif dan sangat jarang atau tidak pernah membuat kesalahan. Untuk dapat memiliki keterampilan, seorang auditor harus menjalani pelatihan teknis yang cukup. Pencapaian dimulai dengan pendidikan formal, yang selanjutnya diperluas melalui pengalaman dan praktek audit (SPAP, 2001). Sikap mental independen sama pentingnya dengan keahlian dibidang praktik akuntansi dan prosedur audit yang harus dimiliki oleh setiap auditor. Auditor tidak hanya berkewajiban mempertahankan sikap mental independen, tetapi juga harus menghindari hal-hal yang dapat mengakibatkan independensinya diragukan masyarakat. Sikap mental independen auditor menurut masyarakat inilah yang tidak mudah diperoleh olehnya. Kompetensi dan independensi yang dimiliki auditor dalam penerapannya akan terkait dengan etika. Akuntan mempunyai kewajiban untuk menjaga standar perilaku etis tertinggi mereka kepada organisasi dimana mereka bernaung, profesi mereka, masyarakat dan diri mereka sendiri dimana akuntan mempunyai tanggungjawab menjadi kompeten dan untuk menjaga integritas dan obyektivitas mereka (Nugrahaningsih, 2005). Integritas diperlukan agar auditor dapat bertindak jujur dan tegas dalam melaksanakan audit.
5 Prinsip-prinsip perilaku yang berlaku bagi auditor antara lain integritas dan kompetensi. Integritas diperlukan agar auditor dapat bertindak jujur dan tegas dalam melaksanakan audit serta kompetensi auditor didukung oleh pengetahuan, dan kemampuan yang diperlukan untuk melaksanakan tugas (Sukriah, dkk 2009). Akuntan secara terus menerus berhadapan dengan dilema etika yang melibatkan pilihan-pilihan antara nilai-nilai yang bertentangan. Dilema yang sering terjadi dalam setting auditing, misalnya dapat terjadi ketika auditor dan klien tidak sepakat terhadap beberapa aspek fungsi dan tujuan pemeriksaan. Dalam keadaan ini, klien bisa mempengaruhi proses pemeriksaan yang dilakukan oleh auditor. Klien dapat menekan auditor untuk mengambil tindakan yang dapat melanggar standar pemeriksaan. Sehingga dapat dianggap bahwa auditor yang termotivasi oleh etika profesi dan standar pemeriksaan, maka auditor akan berada dalam situasi konflik. Memenuhi tunutan klien, berarti melanggar standar. Namun tidak memenuhi tuntutan klien, bisa menghasilkan sangsi oleh klien berupa kemungkinan penghentian penugasan (Indriantoro dan Supomo, 2002). Bedasarkan latar belakang masalah diatas, maka peneliti ingin mengkaji penelitian dengan judul: Pengaruh Independensi, Kompetensi dan Integritas Auditor terhadap Kualitas Audit (KAP Jakarta Selatan dan Jakarta Barat).
6 B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka Pada penelitian ini dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Apakah Independensi auditor berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit? 2. Apakah Kompetensi auditor berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit? 3. Apakah Integritas auditor berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit? C. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian Pada bagian ini akan dijelaskan secara umum mengenai tujuan dan kegunaan penelitian. Pada tujuan penelitian menunjukkan hasil yang diharapkan dalam penelitian ini. Sedangkan dalam kegunaan penelitian menunjukkan manfaat yang dihasilkan dalam penelitian ini. a. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan diatas, penelitian ini mempunyai tujuan untuk: 1. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara independensi auditor terhadap kualitas audit. 2. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara kompetensi auditor terhadap kualitas audit. 3. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara integritas auditor terhadap kualitas audit.
7 4. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan secara bersama-sama antara independensi, kompetensi dan integritas auditor terhadap kualitas audit. b. Manfaat Penelitian Dengan adanya penelitian ini diharapkan ada manfaat yang dapat diambil bagi semua pihak yang berkepentingan. Hasil analisis yang diperoleh dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk : 1. Bagi Peneliti, dapat mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama mengikuti pembelajaran tentang independensi, kompetensi dan integritas auditor. 2. Bagi Akademis, diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan yang berkaitan dengan independensi, kompetensi dan integritas auditor. 3. Bagi penelitian selanjutnya, penelitian ini dapat dipergunakan sebagai bahan dalam melanjutkan penelitian terkait dengan pengaruh independensi, kompetensi, dan integritas terhadap kualitas audit. 4. Bagi auditor, agar dapat mengetahui faktor-faktor yang menpengaruhi kualitas audit.