PENGARUH KONSELING APOTEKER TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN DAN HASIL TERAPI PASIEN HIPERTENSI RAWAT JALAN DI POLIKLINIK PENYAKIT DALAM

dokumen-dokumen yang mirip
PERBANDINGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DAN TEKANAN DARAH ANTARA PENGGUNAAN LAYANAN PESAN SINGKAT PENGINGAT DAN APLIKASI DIGITAL PILLBOX REMINDER

HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DENGAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT JALAN DI POLIKLINIK PENYAKIT DALAM RSUD

PENGARUH KEPATUHAN DAN POLA PENGOBATAN TERHADAP HASIL TERAPI PASIEN HIPERTENSI

BAB III METODE PENELITIAN. group design with pretest posttest. Penelitian ini dilakukan untuk melihat

KAJIAN PENGOBATAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS KARANG ASAM SAMARINDA

INTISARI PENGARUH LAYANAN PESAN SINGKAT PENGINGAT TERHADAP KEPATUHAN MINUM OBAT PASIEN HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RSUD

AKADEMI FARMASI ISFI BANJARMASIN (Jl. Flamboyan 3 No.

Pengaruh Konseling Apoteker Terhadap Hasil Terapi Pasien Hipertensi di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Kraton Kabupaten Pekalongan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Muhammadiyah Yogyakarta. Semua responden penelitian berdomisili di

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukan dengan memberikan pretest (sebelum perlakuan) dan. penelitian kuasi eksperimental dengan metode non-randomized

PENDAHULUAN Hipertensi merupakan penyakit sistem kardiovaskuler yang umum terjadi.

I. PENDAHULUAN. Hipertensi dikenal secara umum sebagai penyakit kardiovaskular. Penyakit

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 PADA DOKTER KELUARGA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. jumpai. Peningkatan tekanan arteri dapat mengakibatkan perubahan patologis

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan peningkatan angka morbiditas secara global sebesar 4,5 %, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

4.10 Instrumen Penelitian Prosedur Penelitian Manajemen Data Analiasis Data BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.

BAB I PENDAHULUAN. penyakit dari penyakit infeksi ke penyakit non infeksi, yaitu penyakit tidak

PENGARUH KONSELING OBAT DALAM HOME CARE TERHADAP KEPATUHAN PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN KOMPLIKASI HIPERTENSI

INTISARI. M. Fauzi Santoso 1 ; Yugo Susanto, S.Si., M.Pd., Apt 2 ; dr. Hotmar Syuhada 3

TINGKAT KEPATUHAN PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT X PADA TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI

NI LUH PUTU DIAN WULANDARI

HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT ANTIHIPERTENSI TERHADAP TEKANAN DARAH PASIEN HIPERTENSI DI DESA SALAMREJO

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KEPATUHAN PENGGUNAAN OBAT ANTIDIABETES PADA PASIEN DIABETES MELITUS DI PUSKESMAS KALIJUDAN WILAYAH SURABAYA TIMUR ALEXANDER HALIM

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan kerusakan jantung, mata, otak, dan ginjal (WHO, 2009).

RASIONALITAS PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN PROLANIS DI PUSKESMAS KARANGPANDAN KABUPATEN KARANGANYAR. Tugas Akhir

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu kondisi tekanan darah

Saftia Aryzki* dan Alfian R. Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin Jl. Flamboyan III/7B Kayu Tangi Banjarmasin 70123

BAB II METODE PENELITIAN

INTISARI. Endah Dwi Janiarti; Erna Prihandiwati; Anna Apriyanti

POLA PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT JALAN BPJS DI RSUD KRT SETJONEGORO WONOSOBO

Hasil Guna Edukasi Diabetes Menggunakan Telemedicine terhadap Kepatuhan Minum Obat Diabetisi Tipe 2

POLA PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DAN KESESUAIANNYA PADA PASIEN GERIATRI RAWAT JALAN DI RSUD ULIN BANJARMASIN PERIODE APRIL

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian. promotif dan preventif untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang paling sering dijumpai pada pasien-pasien rawat jalan, yaitu sebanyak

EVALUASI PENGARUH PEMBERIAN KONSELING DAN SHORT MESSAGES SERVICE (SMS) TERHADAP KEPATUHAN TERAPI HIPERTENSI PASIEN HEMODIALISIS DI RSUD BANJAR

ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA PENGGUNAAN ANTIHIPERTENSI KOMBINASI DUA OBAT PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

Nur aeni, Anjar Mahardian K, Githa Fungie G. Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Purwokerto

PENGARUH INTERVENSI SMS (SHORT MESSAGE SERVICE) TERHADAP KEPATUHAN PENGOBATAN DAN GAYA HIDUP PASIEN DIABETES MELITUS DI RSUD DR. M.

BAB I PENDAHULUAN. seluruh pembuluh dimana akan membawa darah ke seluruh tubuh. Tekanan darah

HUBUNGAN KEPATUHAN PASIEN DALAM MENGKONSUMSI OBAT CAPTOPRIL TERHADAP TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS ALALAK SELATAN BANJARMASIN

DAFTAR ISI RINGKASAN... SUMMARY... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN...

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

KEPATUHAN PENGGUNAAN OBAT ANTIDIABETES PADA PASIEN DIABETES MELITUS DI PUSKESMAS GUNDIH WILAYAH SURABAYA PUSAT LUCAS SUCIPTO

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS AISYIYAH YOGYAKARTA 2016

ABSTRAK. EFEK TERAPI AJUVAN EKSTRAK DAUN SELEDRI (Apium graveolens L.) TERHADAP PENDERITA HIPERTENSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT JALAN DI PUSKESMAS SEMPAJA SAMARINDA

Susanty Wahyu Nanurlaili, I Wayan Sudhana Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Udayana, Denpasar, Bali.

HUBUNGAN PENGETAHUAN PASIEN HIPERTENSI TENTANG OBAT GOLONGAN ACE INHIBITOR DENGAN KEPATUHAN PASIEN DALAM PELAKSANAAN TERAPI HIPERTENSI DI RSUP PROF DR

INTISARI HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PERILAKU PENGOBATAN DENGAN TEKANAN DARAH PASIEN HIPERTENSI DI POLIKLINIK PENYAKIT DALAM RSUD DR.

DARTAR ISI. Daftar Isi. Pengantar Dari Penyunting. Formulir Untuk Berlangganan

HUBUNGAN ANTARA KEPATUHAN PENGGUNAAN OBAT DAN KEBERHASILAN TERAPI PADA PASIEN HIPERTENSI DI RUMAH SAKIT DAERAH SURAKARTA TAHUN 2010

Pengaruh Konseling Farmasis terhadap Kepatuhan dan Kontrol Hipertensi Pasien Prolanis di Klinik Mitra Husada Kendal

olahraga secara teratur, diet pada pasien obesitas, menjaga pola makan, berhenti merokok dan mengurangi asupan garam (Tedjasukmana, 2012).

BAB II. METODE PENELITIAN

Farmaka Vol. 14 No Evaluasi Penggunaan Obat Antihipertensi pada Pasien Rawat Jalan di Fasilitas

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. DM tipe 2 di Puskesmas Banguntapan 2 Bantul yang telah menjalani

Farmaka Volume 14 Nomor 2 19

Kata Kunci: Kesesuaian dan ketidaksesuaian, Resep, Obat Antihipertensi

Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi (JMPF) Journal of Management and Pharmacy Practice

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimental dengan rancangan pre-post test with control group design yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. antihipertensi di RSUP DR.Sardjito Yogyakarta. Berdasarkan database ASKES jumlah data

Jurnal Farmasi Indonesia, November 2015, hal Vol. 12 No. 2

PENGARUH RELAKSASI BENSON TERHADAP TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS DENPASAR TIMUR II TAHUN 2014

PENGARUH PENYULUHAN OBAT ANTIHIPERTENSI TERHADAP PENGETAHUAN PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS GUNUNG ANYAR SURABAYA TIMUR

GAMBARAN PENGGUNAAN OBAT DAN KEPATUHAN MENGKONSUMSI OBAT PADA PENYAKIT HIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT JALAN RSUD KRATON KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

*Fakultas Kesehatan Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang albuminuria, yakni: mikroalbuminuria (>30 dan <300 mg/hari) sampai

INTISARI. Kata Kunci : Hipertensi, Pelayanan Komunikasi, Informasi Dan Edukasi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi merupakan penyakit yang umum ditemukan di masyarakat

KAJIAN PENGGUNAAN OBAT HIPOGLIKEMIK ORAL PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI PUSKESMAS TEMINDUNG SAMARINDA

EVALUASI PENGARUH PEMBERIAN INFORMASI OBAT OLEH APOTEKER TERHADAP KEPATUHAN PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 RAWAT JALAN DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA

PERIODE JANUARI 2012 JUNI 2012

PENGARUH KETEPATAN TERAPI DAN KEPATUHAN TERHADAP HASIL TERAPI HIPERTENSI DI POLIKLINIK PENYAKIT DALAM RSUP Dr. SARDJITO YOGYAKARTA

INTISARI. Puskesmas 9 NopemberBanjarmasin. 1 Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin 2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke menjadi masalah kesehatan yang perlu mendapat perhatian khusus.

SKRIPSI. Oleh: Yuni Novianti Marin Marpaung NIM KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PROGRAM STUDI FISIOTERAPI FAKULTAS KEDOKTERAN

BAB I LATAR BELAKANG

HIPERTENSI OLEH : ANITA AMIR C RIZKI AMALIAH RIFAI C PEMBIMBING : Dr. SRI ASRIYANI, Sp. Rad

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN UMUM DENGAN KEPATUHAN PASIEN HIPERTENSI DI RUMAH SAKIT X BOYOLALI NASKAH PUBLIKASI

ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN PENDERITA HIPERTENSI PADA PASIEN RAWAT JALAN DI RSU SUNDARI MEDAN SKRIPSI

ABSTRAK. EFEK LABU SIAM (Sechium edule Swartz) TERHADAP TEKANAN DARAH PEREMPUAN DEWASA

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN DIIT RENDAH GARAM PADA PASIEN HIPERTENSI DI KAMPUNG MEKAR SARI KABUPATEN TANGERANG

PENGARUH PEMBERIAN GARAM SODIUM RENDAH TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI BLUD RUMAH SAKIT UMUM PROF.DR.


Analisis Penggunaan Obat Antihipertensi di Poliklinik Rawat Jalan Rumah Sakit PMI Bogor: Perbandingan Cost Effectiveness dan Kualitas Hidup Pasien

BAB I PENDAHULUAN. diastolik yang di atas normal. Joint National Committee (JNC) 7 tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH TERAPI MUSIK INSTRUMENTAL BALI TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI DI BANJAR KAJA SESETAN DENPASAR SELATAN

STUDI PENGGUNAAN ANGIOTENSIN RESEPTOR BLOKER (ARB) pada PASIEN STROKE ISKEMIK RAWAT INAP di RSU. Dr. SAIFUL ANWAR MALANG

PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN DENGAN PENYAKIT GINJAL KRONIS DI BANGSAL PENYAKIT DALAM RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG.

MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol.1 No.2 Mei 2014

ABSTRAK PENGETAHUAN SIKAP DAN PERILAKU PENDERITA HIPERTENSI PRIMER TERHADAP HIPERTENSI

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIHIPERTENSI DAN KEPATUHAN PADA PASIEN HIPERTENSI DI RUMAH SAKIT DAERAH SURAKARTA PERIODE SEPTEMBER- OKTOBER TAHUN 2010 SKRIPSI

SKRIPSI PENGARUH SLOW-STROKE BACK MASSAGE

Transkripsi:

PENGARUH KONSELING APOTEKER TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN DAN HASIL TERAPI PASIEN HIPERTENSI RAWAT JALAN DI POLIKLINIK PENYAKIT DALAM THE INFLUENCE OF OF PHARMACIST COUNSELING ON ADHERENCE TO ANTIHYPERTENSIVE THERAPY AND OUTCOMES OF HYPERTENSIVE OUTPATIENTS IN THE CLINIC OF INTERNAL DISEASE Yosi Febrianti, Satibi, Rina Handayani Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta ABSTRAK Pemberian konseling yang tepat dan bermanfaat diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan terhadap terapi obat untuk mencapai tekanan darah yang diinginkan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pemberian konseling terhadap tingkat kepatuhan dan hasil terapi serta mengetahui hubungan tingkat kepatuhan dan hasil terapi pasien hipertensi rawat jalan di di RSUD Sleman. Penelitian ini dilakukan dengan rencangan control group design with pretest posttest. Penelitian ini dilakukan pada 106 pasien yang terbagi secara random menjadi 2 kelompok yaitu 53 pasien pada kelompok kontrol dan 53 pasien pada kelompok perlakuan. Pada kelompok perlakuan, konseling diberikan 2 kali setiap 2 minggu. Penilaian kepatuhan dilakukan dengan menggunakan kuesioner MMAS (Morisky Medication Adherece Scale) pada kedua kelompok tersebut yaitu pada awal pasien rawat jalan dan 1 bulan setelah pemberian konseling. Kemudian nilai dari MMAS pada kedua kelompok akan dianalisis dengan Mann Whitney dan Wilcoxon karena data tidak terdistribusi normal serta diuji chi square dan spearman untuk mengetahui hubungan dari masing-masing kelompok. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi penurunan rerata tekanan darah bermakna pada kelompok perlakuan 19,2 poin (p=0,000) pada tekanan darah sistolik dan 6,03 poin (p=0,074) pada tekanan darah diastolik sedangkan pada kelompok kontrol tidak terdapat perubahan rerata yang bermakna. Hasil uji korelasi kepatuhan dan hasil terapi menunujukkan hubungan yang positif dan bermakna antara kategori MMAS dengan tekanan darah sistolik (p=0,000; r=0,725) dan tekanan darah diastolik (p=0,002; r=0,205). Penelitian ini menyimpulkan bahwa konseling dapat berpengaruh terhadap kepatuhan pasien sehingga dapat menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik pada kelompok perlakuan dibandingkan kelompok control. Kata kunci: konseling, apoteker, kepatuhan, tekanan darah ABSTRACT It is expected that appropriate and useful counseling can be able to increase the adherence on the medical therapy in order to achieve the desired blood pressure. The research was conducted using control group design with pretest posttest design to identify the influence of pharmacist s counseling on the adherence and to identify the relation between the adherence and the therapy result of the hypertension patients. Subject s who patients receiving antihypertension therapy divided into two groups, consisting of intervention group (receiving counseling from the researcher) and control group (not receiving counseling the researcher). Data collecting was conducted by doing interview and completion of MMAS adherence questionnaire. Patients were selected randomly and group into, while value of blood pressure were taken from medical record. They were observed for one month. There were 106 research subject consisting of 53 patients of the intervention group and 53 patients of the control group. There was significant difference in the MMAS category between the control group and the intervention group (p=0.000). The significant decrease of the average of blood tension occurred in the intervention group of 19.2 point (p=0.000) of systolic blood pressure and 6.03 point (p=0.000) of diastolic blood pressure, while there was no significant means of change in the control group. The result of correlation test between the adherence and the therapy result indicate a positive a significant correlation between the category of MMAS and systolic blood pressure (p=0.000; r=0,725) and diastolic blood pressure (p=0.000; r=0.205). This research concludes that counseling can influence the patient s adherence so that it can decrease the systolic and diastolic blood pressure in the intervention group compared to that of control group. Keywords: counseling, pharmacist, compliance, blood pressure PENDAHULUAN Hipertensi didefinisikan sebagai kenaikan tekanan darah sistolik, tekanan darah diastolic atau keduanya. Diagnosis klinik hipertensi berdasarkan pada rata-rata dua atau lebih pembacaan tekanan darah dalam keadaan duduk pada tiap dua kali kunjungan atau dua lebih secara teratur (Saseen dan Carter, 2008). Tujuan terapi antihipertensi adalah menurunkan resiko morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler dan ginjal. Target penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik adalah kurang dari 140/90 mmhg (pada pasien nondiabetes) yang dikaitan dengan penurunan komplikasi kardiovaskular. Pasien hipertensi dengan diabetes atau atau penyakit ginjal kronik, target penurunan tekanan darah lebih 311

Volume 3 Nomor 4 September 2013 rendah lagi yaitu 130/80 mmhg. Pengobatan antihipertensi umumnya untuk selama hidup. Penghentian pengobatan cepat atau lambat akan diikuti dengan naiknya tekanan darah sampai sebelum dimulai pengobatan antihipertensi. Walaupun demikian, ada kemungkinan untuk menurunkan dosis dan jumlah obat antihipertensi secara bertahap bagi pasien yang diagnosis hipertensinya sudah pasti dan tetap patuh terhadap pengobatan nonfarmakologis. Tindakan ini harus disertai dengan pengawasan tekanan darah yang ketat (Yogiantoro, 2006). Konseling kepada pasien yang dilakukan apoteker merupakan komponen pelayanan kefarmasian yang bertujuan meningkatkan luaran terapitik dengan memaksimalkan penggunaan obat dengan tepat (ASHP, 1997). Dengan demikian pasien dapat merasakan manfaatnya dengan meningkatkan kualitas hidup dna kualitas pelayanan kesehatan. Esensi semua konseling adalah membantu orang untuk mengatasi masalah atau persoalan penting secara efektif. Kepatuhan adalah suatu proses yang betul-betul dipengaruhi oleh lingkungan tempat pasien tinggal, tenaga kesehatan, kepedulian sistem kesehatan. Kepatuhan juga berhubungan dengan cara yang ditempuh oleh pasien dalam menilai kebutuhan pribadi untuk pengobatan untuk berbagai kompetisi yang diperlukan, keinginan, dan perhatian (efek samping, cacat, kepercayaan, biaya, dan seterusnya). Kepatuhan tidak hanya dipengaruhi oleh pasien, kepatuhan juga dipengaruhi oleh tenaga kesehatan yang tersedia, pemberian pengobatan yang komplek, sistem akses dan pelayanan kesehatan (Rantutucci, 2007). Modified Morisky Scale (MMS) adalah kuesioner yang diperbaharui kembali dengan munculnya New 8 item Self Report Morisky Medication Adherence Scale (MMAS). Tingkat kepatuhan penggunaan obat berdasarkan patient self-report dinilai kuesioner MMAS lebih bisa menangkap barier hal yang berhubungan dengan penggunaan obat. Nilai kepatuhan penggunaan obat MMAS adalah 8 skala baru untuk mengukur kebiasaan penggunaan obat dengan rentang nilai 0 sampai 8 dan dikategorikan menjadi 3 tingkat kepatuahan obat: kepatuhan tinggi (nilai 8), kepatuhan sedang ( nilai 6 - <8), dan kepatuhan rendah (nilai <6). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konseling apoteker terhardap kepatuhan serta hubungan kepatuhan terhadap hasil terapi pada pasien hipertensi usia lanjut di poliklinik jantung RSUD Sleman. METODE Penelitian ini dilakukan dalam bentuk eksperimen dengan design kontrol group design with pretest posttest. Sampel dalam penelitian ini adalah penderita hipertensi di poliklinik penyakit dalam RSUD Sleman yang masih menjalani terapi obat antihipertensi dan dapat mengikuti pretest dan postest. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling yaitu 53 pasien untuk kelompok kontrol dan 53 pasien untuk kelompok perlakuan. Penelitian ini meliputi pretest dan postest dengan kuesioner yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya untuk kelompok perlakuan dan kontrol. Pertama, data tekanan darah subjek peneltian dicatat dari rekam medik kemudian kuesioner Morisky Medication Adherence Scale (MMAS) disebarkan kepada semua subjek penelitian, baik kelompok perlakuan maupun kelompok kontrol. Selanjutnya, kelompok perlakuan diberikan konseling oleh peneliti. Konseling yang diberikan meliputi: pengertian hipertensi, tujuan pengobatan hipertensi, terapi nonfarmakologi pada penanganan hipertensi, pengobatan hipertensi dan permasalahan tentang obat-obatan serta membantu pasien untuk meningkatkan ketaatan terhadap terapi yang diberikan. Pada kunjungan kedua, dilakukan pengukuran tekanan darah kembali pada subjek penelitian di masing-masing kelompok, kurang lebih 1 bulan berikutnya dicatat kembali data tekanan darah yang diukur oleh dokter/perawat. Selanjutnya dilakukan pengisian kembali kuesioner kepatuhan menggunakan Morisky Medication Adherence Scale (MMAS). Kemudian nilai dari MMAS dan rerata tekanan darah pada kedua kelompok akan dianalisis dengan Mann Whitney dan Wilcoxon karena data tidak terdistribusi normal. 312

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan selama kurun waktu 7 (tujuh) bulan selama bulan Februari sampai Juni 2013 dan dilakukan secara prospekstif terhadap pasien hipertensi yang menggunakan Askes. Subjek yang mengikuti penelitian dari awal sampai akhir sebanyak 106 terdiri dari 53 pasien hipertensi yang tidak mendapat konseling dari peneliti pada awal penelitian (kelompok kontrol) dan 53 pasien hipertensi yang mendapat perlakuan berupa konseling dari peneliti (kelompok perlakuan). Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling. Pemilihan subjek untuk tiap-tiap kelompok dilakukan dengan cara subjek dengan urutan ganjil dimasukan ke dalam kelompok kontrol dan subjek urutan genap dimasukan dalam kelompok perlakuan. Pemantauan tingkat hasil terapi (tekanan darah) pada pasien dilakukan selama satu bulan. Karakteristik responden terdapat pada tabel I. Hubungan berbagai karakteristik subjek dengan kelompok perlakuan dan kontrol didapatkan hubungan yang tidak bermakna. Sebagian besar subjek penelitian penderita hipertensi pada kedua kelompok adalah perempuan. Pada kelompok perlakuan dan kontrol, frekuensi terbanyak pada rentang umur 50-65 tahun. Subjek penelitian didominasi oleh pasien dengan kelompok umur 50-65 tahun. Sebagian besar subjek penelitian pada kelompok kontrol mengalami obese (13,2%), sedangkan kelompok perlakuan hanya 1,9%. Perbedaan ini mungkin disebabkan pengambilan sampel tidak dilakukan proses maching (penyetaraan). Mayoritas subjek yang mengikuti penelitian ini mempunyai tekanan darah antara 155/80 mmhg. Risiko kardiovaskular yang dimiliki oleh subjek adalah diabetes melitus dan dislipidemia. Tabel I. Distribusi Karakteristik Pasien Hipertensi Rawat Jalan di RSUD Sleman Karakteristik Kelompok Kontrol Intervensi (n=53) P value N % N % Jenis Kelamin Laki-Laki 18 17 22 20,8 0,423 Perempuan 35 33 31 62,3 Umur 18-33 tahun 0 0 0 0 34-49 tahun 8 7,5 6 5,7 0,566 50-65 tahun 45 42,5 47 44,3 Pendidikan SD 7 6,6 4 3,8 SMP 9 8,5 12 11,3 SMA 19 17,9 22 20,8 0,628 Diploma/Sarjana 18 17 15 14,2 Pekerjaan Pensiunan 26 24,5 14 13,2 Buruh/Tani 7 6,6 14 13,2 Ibu Rumah Tangga 16 15,1 19 17,9 0,330 Guru/dosen 4 3,8 6 5,7 Indek Massa 18,5-24,9 (Normal) 28 26,4 39 36,8 Tubuh (kg/m 2 ) 25-29,9 (Over Weight) 11 10,4 12 11,3 0,004 30 (Obese) 14 13,2 2 1,9 Derajat Derajat 1 (TDS 140-159 28 26,4 27 25,5 Hipertensi dan/atau TDD 89-99) (mmhg) Derajat 2 (TDS 160 25 23,6 26 24,5 0,846 dan/atau TDD 100) Merokok Ya 16 15,1 18 17 0,677 Tidak 37 34,9 35 36 Dislipidemia Ya 8 7,5 9 17 1,000 Tidak 43 40,6 43 40,6 Diabetes Ya 10 9,4 10 9,4 0,282 Mellitus (DM) Tidak 50 94,3 49 94,3 313

Volume 3 Nomor 4 September 2013 Obat-obat yang didapatkan pasien dalam terapi ada dalam bentuk tunggal dan dalam bentuk kombinasi. Distribusi kombinasi obat pada pasien dapat dilihat pada tabel II. Adanya pola peresepan yang sama antara kelompok kontrol dan perlakuan dapat memperkuat hasil penelitian karena tidak dipengaruhi oleh kedua variabel tersebut. Pasien hipertensi yang berobat di RSUD Sleman, mendapat obat-obat anthipertensi seperti yang terlihat pada tabel II. Hasil uji statistik dengan menggunakan Chi-Square, terapi antihipertensi pada kedua kelompok tidak ada perbedaan yang bermakna antara kedua kelompok tersebut [P=0,511 (P>0,005)]. Pada gambar 1 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden mendapatkan antihipertensi golongan CCB khususnya amlodipin. Pola peresepan OAH ini umumnya sesuai dengan algoritma penanganan menurut JNC VII. Tabel II. Terapi Antihipertensi yang Digunakan pada Pasien Hipertensi Rawat Jalan di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Sleman Periode Desember-Juni 2013 Kelompok Kontrol Kelompok Konseling Terapi Obat Anti Hipertensi (n=53) (n=53) p value % % Monoterapi Obat Antihipertensi Diuretik 3 2,8 1 9 ACEI 5 4,7 2 1,9 CCB 18 17 25 23,6 ARB 9 8,5 11 10,4 Kombinasi 2 Obat Antihipertensi ACEI+Diuretik 1 9 2 1,9 CCB+Diuretik 1 9 0 0 P=0,511 ACEI+CCB 2 1,9 3 2,8 CCB+ARB 8 7,5 7 6,6 Kombinasi 3 Obat Antihipertensi CCB+ARB+Diuretik 4 3,8 0 0 ACEI+CCB+Diuretik 1 9 1 9 ACEI+ARB+Diuretik 1 9 1 9 Keterangan : ACEI : Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor CCB : Calcium Channel Bloker ARB : Angiotensin Reseptor Blocker 7% 5% 7% 4% 1% 5% 10% 14% Hidroklotiazid Furosemid Captopril Amlodipin 5 mg Amlodipin 10 mg Valsartan 80 mg Candesartan 8 mg 29% 18% Candesartan 16 mg Irbesartan 150 mg Irbesartan 300 mg Gambar 1. Distribusi Antihipertensi Digunakan pada Pasien Hipertensi di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Sleman Periode Desember-Juni 2013 314

Tabel III menunjukkan perbandingan secara statistik antara kategori MMAS pada kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan diperoleh angka significancy 0,000 (p < 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan bermakna antara skor MMAS pada kelompok kontrol dan skor MMAS pada kelompok perlakuan. Kepatuhan tinggi ( skor MMAS = 8) pada kelompok perlakuan lebih besar dibandingkan kelompok kontrol (28,3% > 26.40% 2,8%). Hal ini menunjukan bahwa konseling apoteker dapat memberikan dampak positif bagi kepatuhan pasien pada kelompok perlakuan. Tabel IV menunjukkan sebagian besar pasien tidak patuh terhadap pengobatan hipertensi yang dijalani disebabkan pasien sering lupa untuk meminum obat dan adanya pemahaman pasien yang salah tentang penyakit mereka sehingga mereka sengaja tidak meminum obatnya. 28.30% 20.80% 17.90% 3.80% 2.80% Rendah Sedang Tinggi Kontrol Perlakuan Gambar 2. Gambaran Tingkat Kepatuhan Penggunaan Antihipertensi pada Kelompok Kontrol dan Perlakuan pada Akhir Penelitian Tabel III. Perubahan Skor Kepatuhan Rata-Rata MMAS terhadap Pengobatan Antihipertensi antara Pretest dan Postest pada Tiap Kelompok. Perubahan Skor Kepatuhan Rata-Rata MMAS Rata-Rata P P Pretest Postest Perubahan Value 1 Value 2 Kontrol 4,24 5,48 1,23 0,026 0,000 Perlakuan 4,75 7,21 2,45 0,000 Keterangan : 1 : uji Wilcoxon 2 : uji Mann Whitney Tabel IV. Alasan Ketidakpatuhan Pasien terhadap Pengobatan No. Alasan Ketidakpatuhan Kelompok Total Kontrol % Perlakuan % (%) 1. Pasien tidak merasa membutuhkan obat 1 0,9 0 0 0,9 2. Lupa 20 18,9 23 21,7 40,6 3. Merasa kondisi kesehatan telah membaik 23 21,7 23 21,7 43,4 4. Merasa kondisi kesehatan semakin memburuk 4 3,8 4 3,8 7,5 5. Merasa pusing/sakit kepala 5 4,7 3 2,8 7,5 =53 =53 315

Volume 3 Nomor 4 September 2013 Tabel V. Rerata Tekanan Darah Sistolik (TDS) Kelompok Kontrol dan Perlakuan pada Awal Penelitian, Setelah 2 Minggu dan Setelah 1 Bulan. Waktu Kunjungan Rerata Tekanan Darah Sistolik (TDS) Kontrol p value Perlakuan p value Awal 155,47±10,29 155,09±10,67 Setelah 2 minggu 150±10,19 0,000* 141,32±10,92 0,000* Setelah 1 Bulan 149,25±10,16 136,04±10,25 Keterangan TDS : Tekanan Darah Sistolik * : Uji Wilcoxon Tabel VI. Rerata Tekanan Darah Diastolik (TDD) Kelompok Kontrol dan Perlakuan pada Awal Penelitian, Setelah 2 Minggu dan Setelah 1 Bulan. Waktu Kunjungan Rerata Tekanan Darah Diastolik (TDD) Kontrol p value Perlakuan p value Awal 88,87±6,09 85,47±5,39 Setelah 2 minggu 86,42±4,81 0,000* 80,75±4,31 0,000* Setelah 1 Bulan 81,32±3,94 79,62±4,78 Keterangan TDS : Tekanan Darah Diastolik * : Uji Wicoxon Tabel VII. Rerata Perubahan ( ) Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik pada Pasien Hipertensi Kelompok Kontrol dan Perlakuan Setelah 1 Bulan Rerata Perubahan Setelah 1 Bulan Kelompok Sistolik (mmhg) Diastolik (mmhg) Kontrol 6,22±7,65 5,47±6,37 Perlakuan 19,2±5,51 6,03±7,16 Nilai P 0,000* 0,002* Keterangan TDS : Tekanan Darah Sistolik * : menggunakan uji Mann-Whitney Hasil penelitian pada tekanan darah sistolik pasien pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol pada akhir penelitian samasama mengalami penurunan, namun berdasarkan rata-rata penurunan sistolik kelompok perlakuan mengalami penurunan yang lebih besar dibandingkan kelompok kontrol (19,2 mmhg > 6,22 mmhg). Tekanan darah diastolik pada kelompok perlakuan juga mengalami penurunan lebih besar dibandingkan kelompok kontrol (6,03 mmhg > 5,47 mmhg), maka dapat diambil kesimpulan bahwa pasien hipertensi kelompok perlakuan (yang memperoleh konseling apoteker) terjadi penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik secara bermakna dibandingkan kelompok kontrol. Data tekanan darah sistolik, diastolik dan rerata perbandingan terdapat pada tabel V, VI, dan VII. Hasil uji korelasi yang ditunjukkan pada tabel VIII menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara kategori MMAS dengan tekanan darah sistolik dengan kekuatan korelasi kuat, sedangkan untuk tekanan darah diastolik menunjukkan hubungan yang positif dan bermakna dengan kekuatan korelasi lemah. Hal ini sesuai dengan kondisi yang diharapkan, yaitu adanya hubungan yang signifikan antara penurunan hasil terapi pada tekanan darah sistolik dan diastolik dengan kategori MMAS. Kekuatan korelasi yang lemah pada tekanan diastolik dikarenakan konseling bukanlah faktor yang dominan dalam menurunkan tekanan darah. 316

Tabel VIII. Hubungan Kategori MMAS dengan Penurunan Tekanan Darah Tekanan Darah Kategori MMAS Nilai P* Nilai r* Kesimpulan Perubahan sistolik 0,000 0,725 Terdapat korelasi bermakna antara setelah 1 bulan kepatuhan dengan tekanan darah, kekuatan korelasi kuat, arah korelasi positif Perubahan diastolik 0,035 0,205 Terdapat korelasi bermakna antara setelah 1 bulan kepatuhan dengan tekanan darah, kekuatan korelasi lemah, arah korelasi positif Keterangan : * : uji Spearman Keterbatasan Penalitian Walaupun sudah diupayakan sebaik mungkin, penelitian ini masih banyak keterbatasan, antara lain pasien merupakan pasien rawat jalan sehingga pengamatan hanya dapat dilakukan pada saat pasien melakukan pemeriksaan, subjek penelitian keseluruhan merupakan pasien ASKES, maka peresepan terbatas pada obat yang disediakan dalam daftar obat PT. ASKES, sehingga mengakibatkan kemungkinan bias dari segi obat-obatan yang dipakai, peneliti tidak melakukan pre-test untuk kuesioner MMAS (Morisky Medication Adherence Scale) pada subjek penelitian sehingga mengakibatkan kemungkinan adanya bias dari segi skor MMAS, tidak dapat memaksa pasien untuk berkunjung kembali ke RSUD Sleman (follow up). KESIMPULAN Konseling apoteker mempunyai pengaruh yang bermakna (p=0,000) terhadap kepatuhan pasien hipertensi di RSUD Sleman serta kepatuhan mempunyai hubungan yang positif dan bermakna (p=0,000; r=0,725) terhadap penurunan tekanan darah sistolik dan kepatuhan juga mempunyai hubungan positif dan bermakna (p=0,02; r=0,205) terhadap penurunan tekanan darah diastolik sehingga dengan semakin tinggi tingkat kepatuhan pasien maka semakin besar penurunan tekanan darah. DAFTAR PUSTAKA American Society of Health-System Phamacist, 1997, ASHP Guideline on Phamacist- Conducted Patient Education and Conducted Patient Education and Conseling, Am. J. Health-Syst. Pharm, 54: 162-73. Rantucci, M.J., 2007, Komunikasi Apoteker-Pasien (Edisi 2), diterjermahkan dari Bahasa Inggris oleh Sani, EGC, Jakarta. Saseen, J.J. and Carter, B.L., 2008, Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach, 6 nd edition, Mc. Graw-Hill Medical, United State of America. Yogiantoro, M., 2006, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid I, edisi IV, Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Universitas, Jakarta, Indonesia. 317