BAB I PENDAHULUAN. penghasilan sebanyak-banyaknya dengan melakukan usaha sekecil-kecilnya. Para

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN BERAGAMA REMAJA MUSLIM DENGAN MOTIVASI MENUNTUT ILMU DI PONDOK PESANTREN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. lembaga sekolah, non formal yakni keluarga dan informal seperti halnya pondok

BAB III METODE PERANCANGAN. ide yang mendasari dilakukannya perancangan tersebut, hingga konsep rancangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berbagai macam permasalahan remaja dalam hal ini salah satunya adalah

BAB I PENDAHULUAN. hlm Ismail SM. Et. All. Paradigma Pendidikan Islam, (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2001),

PENERAPAN PRINSIP SUSTAINABLE DEVELOPMENT PADA PERANCANGAN PONDOK PESANTREN ENTERPRENEUR

BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

Pondok Pesantren Modern di Semarang BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. kota santri yang lain seperti kota Jombang dan juga kota Lamongan. Setiap tahunnya,

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas lingkungan hidup di Indonesia sekarang ini mulai sangat

BAB IV PENUTUP. (tradisional) adalah pesantren yang tetap mempertahankan pengajaran kitab-kitab

BAB IV ANALISIS DATA. A. Pelaksanaan Pemberdayaan Sumber Daya Petani Kopi di Desa. Sekincau Kabupaten Lampung Barat

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pribadi maupun bagian dari masyarakat serta memiliki nilai-nilai moral

BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 308 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN KEAGAMAAN ISLAM NON FORMAL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Agama Islam merupakan agama yang membawa kesejahteraan, kedamaian,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Guru merupakan pihak yang bersinggungan langsung dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bahwa masyarakat dunia semakin dinamis dan komplek dikarenakan adanya. saling tukar menukar informasi dengan cepat.

BAB IV DAMPAK KEBERADAAN PONDOK PESANTREN DALAM BIDANG SOSIAL, AGAMA DAN PENDIDIKAN BAGI MASYARAKAT TLOGOANYAR DAN SEKITARNYA

BAB I PENDAHULUAN. Laut merupakan kekayaan yang terpendam. Manusia sebagai makhluk yang

BAB I PENDAHULUAN. membacanya ibadah dan tidak ditolak kebenarannya (Al-hafidz, 2005: 1).

BAB I PENDAHULUAN. dan kontrol dalam kehidupan. Hal inilah yang membedakan manusia dengan

Potensi Muslimah Muslimah Berpotensi

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan, pendidikan, ilmu pengetahuan, keterampilan, dan kecakapan

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA BERBASIS KEARIFAN LOKAL* 1

BAB I PENDAHULUAN. sendi kehidupan manusia termasuk masalah ekonomi. Kegiatan perekonomian

BAB 1 PENDAHULUAN. Al-Quran merupakan firman Allah yang diturunkan kepada Nabi

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENDIDIKAN DINIYAH DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SEKOLAH ISLAM TERPADU DI PEKANBARU

BAB IV ANALISA. masyarakat Jemur Wonosari yang beragama Islam meyakini bahwa al-qur an

BAB I PENDAHULUAN. satu pun dari semua ini ada karena hak manusia memutuskan untuk. kebesaran dan kekuasaan Allah di alam semesta ciptaan-nya.

BAB I PENDAHULUAN. manusia, karena berkaitan dengan hubungan kita kepada Allah dan hubungan

Masih Spiritualitas Bisnis

keterpeliharaannya Al-Qur an. Allah berfirman:

BAB I PENDAHULUAN. beragama yaitu penghayatan kepada Tuhan, manusia menjadi memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Menyambung yang Terputus dan Menyatukan yang Tercerai), Alfabeta, Bandung, 2009, hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN. banyaknya suku Bugis yang tersebar di seluruh kabupaten yang ada di

Cece Abdulwaly. Diterbitkan oleh: melalui:

BAB I PENDAHULUAN. Dakwah Islamiyah merupakan suatu kegiatan yang bersifat menyeru,

BAB VI PENUTUP. Menanamkan nilai mahabbatulloh dapat meningkatkan keimanan yang

BAB I PENDAHULUAN. maju mundurnya suatu bangsa terletak pada baik tidaknya karakter dan akhlak

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan disegala bidang demi tercapainya tujuan bangsa, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Malang sebagaimana umumnya wilayah Jawa Timur lainnya,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. baik di dunia maupun di Akhirat. Islam mendorong umatnya untuk berilmu dan

BAB V PENUTUP. penulis angkat dalam mengkaji pendidikan ekologi dalam perspektif Islam,

MUHAMMADIYAH SEBAGAI GERAKAN PENDIDIKAN

BAB I. Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 2 pasal 3. 2

BAB I PENDAHULUAN. demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkan untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGORBANAN Oleh Nurcholish Madjid

ISLAMIC CENTRE BAB I PENDAHULUAN

Rajawali Pers, 2009), hlm Abudin Nata, Ilmu Pendidikan Islam dengan Pendekatan Multidisipliner, (Jakarta:

BAB I PENDAHULUAN. maupun di akhirat. Dengan pendidikan seseorang akan memperoleh bekal

BAB I PENDAHULUAN. mengantar seseorang untuk meraih kesejahteraan yang didambakan baik di dunia. dan keterampilan yang berguna dalam menjalani hidup.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang kaya dengan hasil pertanian serta

BAB IV ANALISIS RISIKO KUFUR NIKMAT

BAB 1 PENDAHULUAN. mengembangkan pola kehidupan bangsa yang lebih baik. berorientasi pada masyarakat Indonesia seutuhnya, menjadikan pembangunan

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Dari semua pembahasan yang telah dipaparkan maka melahirkan sebuah. kesimpulan sebagai berikut:

ISLAMIC CENTRE DI SLAWI KABUPATEN TEGAL

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran yang diharapkan. Metode pembelajaran merupakan cara yang

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dianalisis dan dibahas tentang

BAB I PENDAHULUAN WIB.

BAB I PENDAHULUAN. kerja, dunia kerja yang semula menggunakan tenaga kerja manusia pada akhirnya

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup manusia. kearah kearifan ( wisdom), pengetahuan ( knowledge), dan etika ( conduct).

BAB I PENDAHULUAN. manusia baik dalam hubungan dengan Tuhannya maupun berinteraksi dengan

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR ISLAMIC CENTRE DI MALANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memiliki pengetahuan dan keterampilan serta menguasai teknologi, namun juga

BAB I PENDAHULUAN. Fiqih adalah ilmu untuk mengetahui hukum Allah baik yang Wajib Sunnah,

BAB I PENDAHULUAN. kedudukan yang sangat strategis dalam seluruh aspek kegiatan pendidikan.

Jika kamu mengikuti kebanyakan manusia di bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. [Q.S. 6 : 116]

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR ISLAMIC CENTER DI KABUPATEN DEMAK

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan teknologi sekarang ini menjadi salah satu tolok

BAB I PENDAHULUAN. di antara makluk-nya yang lain. Allah memberi banyak kelebihan kepada

BAB IV ANALISIS UPAYA GURU PAI DALAM MEMBINA MORAL SISWA SMP NEGERI 1 KANDEMAN BATANG

BAB I PENDAHULUAN. bentuk jati diri yang sebenarnya sedang mereka jalani. Dengan bermain serta belajar,

KONSEP ANAK DALAM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi Kurukulum 2013 Pada Pembelajaran PAI Dan Budi Pekerti

BAB V KESIMPULAN, SARAN DAN PENUTUP

BAB V PENUTUP. di lapangan mengenai rekonstruksi kurikulum Ponpes Salafiyah di Ponpes

BAB I PENDAHULUAN. Artinya : Dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah. (Q.S.Adz-Dzariyat: 49).

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB II FENOMENA KELUARGA DAHULU DAN SEKARANG. bekerja, peran istri yang bekerja terhadap keharmonisan keluarga, dan faktor

2015 STUDI TENTANG PERAN PONDOK PESANTREN DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SANTRI AGAR MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK

BAB I PENDAHULUAN. baik oleh individu maupun masyarakat secara luas. teknologi telah melahirkan manusia-manusia yang kurang beradab.

BAB I PENDAHULUAN. lakunya remaja itu sehari-hari baik di rumah, di sekolah, maupun di dalam

Mendidik Anak Menuju Surga. Ust. H. Ahmad Yani, Lc. MA. Tugas Mendidik Generasi Unggulan

BAB I PENDAHULUAN. Agama Islam di Indonesia merupakan agama terbesar di dunia. Waktu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini permasalahan yang terjadi di kalangan remaja semakin beragam. Permasalahan yang muncul tidak

BAB I PENDAHULUAN. 2014), hlm Imam Musbikin, Mutiara Al-Qur an, (Yogyakarta: Jaya Star Nine,

ISLAM MENJADI SUMBER MOTIVASI PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI

BAB I LANDASAN KURIKULUM AL-ISLAM, KEMUHAMMADIYAHAN DAN BAHASA ARAB DENGAN PARADIGMA INTEGRATIF-HOLISTIK

PENANAMAN ETIKA LINGKUNGAN MELALUI SEKOLAH PERDULI DAN BERBUDAYA LINGKUNGAN

BUPATI BENGKALIS SAMBUTAN BUPATI BENGKALIS PADA PERINGATAN SEPEREMPAT ABAD PONDOK MODERN AL-JAUHAR DURI, 9 FEBRUARI2017

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kepemimpinan

BAB I PENDAHULUAN. harus memelihara dan melestarikan bumi, mengambil manfaatnya serta

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Latar Belakang Pemilihan Objek Persaingan dalam dunia perekonomian kini telah melanda berbagai penjuru dunia. Sebagian orang terjebak dalam egonya untuk memperoleh penghasilan sebanyak-banyaknya dengan melakukan usaha sekecil-kecilnya. Para pengusaha saling beradu siasat dalam memikat para konsumen melalui berbagai added value yang diberikan untuk perusahaannya. Realitas perekonomian yang kini terjadi, seakan telah memalingkan perhatian sebagian orang untuk lebih mementingkan pencarian materi dari pada urusan yang lain. Urusan keluarga, tetangga, lingkungan, bahkan urusan peribadatan, mulai diabaikan oleh sebagian orang yang telah gelap mata untuk berwirausaha ria. Hal ini menjadi sebuah kemerosotan moral dan bukti adanya penurunan keimanan seseorang yang perlu kiranya untuk diwaspadai. Di sisi lain, terdapat sebagian umat Islam yang telah tenggelam ke dalam nikmatnya beribadah. Mereka hanya mengharapkan cinta dan kasih sayang dari Sang Pencipta dengan beribadah terus-menerus dan cenderung mengabaikan urusan duniawi. Mereka berusaha mengasingkan diri dari masyarakat untuk dapat mencapai ketenangan dalam ibadahnya. Paradigma peribadatan yang ekstrem tersebut tidaklah akan menjadi permasalahan jika ia hidup sendiri. Yang menjadi masalah adalah ketika sebagian orang tersebut menjadi penopang hidup bagi 1

2 keluarganya. Bagaimana pun juga, ia harus bekerja untuk mensejahterakan keluarganya terlebih dahulu sebelum ia fokus untuk menghadap Sang Khalik. Islam telah mengajarkan untuk menyeimbangkan antara kehidupan di dunia maupun akhirat (http://www.republika.co.id, 2010). Allah Swt tidak menuntut hambanya untuk beribadah terus-menerus tanpa henti, namun tidak pula memerintahkan hambanya untuk bekerja terus-menerus tanpa sedikit pun mengingatnya. Allah Swt telah mengatur keseimbangan hidup manusia dalam firmannya: "Dan, carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan." (al Qashash: 77). Dari ayat tersebut, Allah memerintahkan kepada manusia untuk selalu berusaha mencari kebahagiaan di akhirat dengan selalu beribadah serta menjauhi larangannya. Selain itu, manusia juga memiliki hak untuk mendapatkan kebahagiaan di kehidupan dunianya dengan belajar dan bekerja keras. Dalam upaya mencari kebahagiaan di dua dunia tersebut, tidak lupa Allah memberikan syarat. Syarat yang pertama, manusia harus saling memberikan kebaikan kepada sesama, jadi dalam beribadah maupun bekerja janganlah sampai merugikan orang lain. Syarat berikutnya, dalam pencarian kebahagiaan di dunia maupun akhirat, Allah melarang manusia untuk merusak alam. Manusia sebagai khalifah di muka bumi, haruslah bisa mengatur keseimbangan alam untuk dapat dimanfaatkan namun tidak lupa pula untuk melestarikannya. Dalam kenyataannya, banyak sekali para pelaku perekonomian yang menghalalkan segala cara untuk mendapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya,

3 meski mereka tahu akan ada banyak pihak yang dirugikan. Eksploitasi alam besarbesaran dilakukan pengusaha untuk mendapatkan manfaat dari alam tanpa melestarikannya kembali. Hal ini jelas bertentangan dengan perintah Allah untuk memberikan kebaikan kepada sesama manusia dan kepada alam semesta. Masyarakat muslim yang seharusnya sadar dan mengerti akan perintah Allah tersebut justru masih memiliki peran yang sangat sedikit dalam perekonomian di Indonesia. Hal ini dipicu oleh kurangnya kesadaran dan keterampilan masyarakat muslim dalam berwirausaha. Padahal, dalam sebuah penelitian pada tahun 2005, mengatakan bahwa kemajuan sebuah negara memiliki korelasi dengan jumlah penduduk yang berwirausaha. Di negara-negara maju ada sekitar 6% dari jumlah penduduknya adalah pengusaha, sedangkan di Indonesia pada tahun tersebut jumlah pengusaha hanya mencapai 0,8% dari jumlah penduduk di Indonesia (Susanto. 2009: 2). Ini merupakan sebuah realitas dalam segi perekonomian di negeri ini, betapa kurangnya kesadaran bangsa Indonesia untuk berusaha menghasilkan produk dari pemanfaatan sumber daya yang telah tersedia. Masyarakat muslim di Indonesia, pada umumnya masih mengandalkan pegawai negeri atau karyawan sebagai pekerjaannya dari pada membuka lapangan kerja sendiri. Padahal, menjadi karyawan bukanlah hasil akhir dari sebuah prospek pendidikan, karena peluangnya yang semakin hari semakin kecil. Perlu adanya kesadaran dari masyarakat muslim untuk lebih berusaha menciptakan lapangan pekerjaan sendiri dari pada harus bersusah payah mencari pekerjaan yang belum tentu menjanjikan. Dengan kata lain, perlu adanya penanaman

4 semangat kewirausahaan dalam diri masyarakat Indonesia, khususnya generasi Islam. Melalui fenomena tersebut, pondok pesantren sebagai cikal bakal pendidikan yang berbasis Agama Islam haruslah bisa mengatasi permasalahan perekonomian bangsa ini. Mengingat budaya pondok pesantren kini telah menjadi tren tersendiri dalam dunia pendidikan di Indonesia. Tercatat ada sekitar 21.521 pondok pesantren di Indonesia dengan jumlah santri yang tidak kurang dari 3 juta orang (http://www.scribd.com/astaga/d/24613026-depag-laporankhusus- Prestasi-Santri-dan-Murid-Madrasah-Meningkat-Signifikan). Jumlah ini seiring dengan meningkatnya minat para orang tua untuk menempatkan anaknya di pondok pesantren, dengan harapan anaknya dapat belajar lebih banyak tentang Agama Islam. Pendidikan agama seperti tauhid, fiqih, akhlak, dan ilmu al Quran maupun hadits menjadi menu utama yang disuguhkan oleh pondok pesantren pada umumnya. Kurikulum pendidikan nasional yang sebelumnya tidak diajarkan pun, kini telah banyak diterapkan di pondok pesantren sebagai wujud metamorfosis dari pondok pesantren salafiyah menjadi kholafiyah. Penambahan kurikulum nasional ini merupakan suatu usaha dari para pengasuh pondok pesantren untuk menyeimbangkan ilmu agama dengan ilmu pengetahuan yang nantinya diterima oleh para santri. Selain integrasi antara ilmu pengetahuan dan agama, santri sebagai calon manusia yang beriman dan berilmu, sangatlah perlu untuk dibekali dengan kemampuan berwirausaha. Dengan demikian, ketika kembali ke masyarakat, para santri dapat mengamalkan ilmunya, serta mensejahterakan dirinya, keluarganya, dan masyarakat di lingkungannya

5 (http://www.republika.co.id, 2011). Maka dari itu, perlu adanya pondok pesantren enterpreneur sebagai lembaga pendidikan yang selain memberikan bimbingan agama dan ilmu pengetahuan umum kepada santrinya, juga membekali dengan kemampuan berwirausaha. Dengan demikian, diharapkan dapat mengatasi permasalahan ekonomi di Indonesia yang sedang membutuhkan pengusaha yang ulet, jujur, dan peduli terhadap lingkungan. Kota Malang sebagai salah satu kota pendidikan di Indonesia, juga memiliki tradisi pondok pesantren yang tidak kalah dengan daerah lain di Jawa Timur. Tercatat oleh Departemen Agama Malang ada 48 pondok pesantren di Kota malang, baik itu salafiyah maupun kholafiyah. Dari 48 pondok pesantren yang tersebar di lima kecamatan di Kota Malang ada lebih dari 7223 santri yang merupakan pelajar SD, SMP, SMA atau sederajat bahkan mahasiswa di berbagai perguruan tinggi (http://www.ariessoftware.net/depagmalang). Dari data tersebut dapat dilihat betapa besar minat para orang tua untuk memasukkan anaknya di pondok pesantren di kota Malang. Sayangnya, dari sekian banyak pondok pesantren di kota malang belum ada yang fokus untuk membekali santrinya dalam berwirausaha. Padahal, peluang bisnis di Kota Malang yang menjadi kota terbesar kedua di Jawa Timur sangatlah luas. Sebagai kota pendidikan, tiap tahunnya terjadi peningkatan jumlah penduduk di Kota Malang yang juga memberi pengaruh besar terhadap luasnya peluang berwirausaha. Oleh karena itu, Pondok Pesantren Enterpreneur di Kota Malang merupakan sebuah alternatif dalam mengembangkan jiwa-jiwa wirausaha dengan tidak meninggalkan nilai-nilai keislaman. Dengan adanya pondok pesantren ini,

6 diharapkan dapat menghasilkan generasi-generasi muslim Indonesia yang kaya. Bukan saja kaya dalam hal materi tetapi juga kaya akan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah swt. Sehingga nantinya, tidak ada lagi pengusaha-pengusaha yang melakukan eksploitasi alam besar-besaran yang merugikan lingkungan serta keberlanjutan kehidupan manusia serta makhluk-makhluk lainnya. Dengan begitu, peran manusia sebagai khalifah di dunia pun dapat dipertanggungjawabkan. 1.1.2 Latar Belakang Pemilihan Tema Kondisi alam yang sudah tidak bersahabat, memaksa para manusia untuk berfikir bagaimana cara untuk mempertahankan sumber daya alam yang tersisa di Bumi ini. Begitu pula dengan arsitek yang dituntut untuk menciptakan sebuah karya arsitektur yang turut serta dalam proses keberlanjutan sumber daya alam tersebut. Sustainable Architecture sebagai salah satu tema arsitektur yang dikaitkan dengan tema ekologi atau lingkungan kini banyak diterapkan pada karya arsitektur modern. Namun tidak hanya aspek lingkungan saja yang perlu dipertahankan, tetapi ada aspek lainnya yang juga butuh untuk dijaga keberlanjutannya. Sustainable Architecture memberi jawaban atas kebutuhan tersebut. Sustainable Architecture dipilih menjadi tema dalam perancangan ini, karena Pondok Pesantren Enterpreneur memang dirancang dengan tujuan untuk keberlanjutan hidup masyarakat yang lebih baik. Ada 3 aspek nilai-nilai keberlanjutan yang diterapkan dalam perancangan ini. Tidak hanya aspek ekologis sebagaimana bangunan-bangunan modern saat ini dirancang demi keselamatan lingkungan, namun dimasukkan pula aspek sosial-budaya dan aspek sosial-

7 ekonomi. Penerapan Sustainable Architecture ke dalam perancangan Pondok Pesantren Enterpreneur juga melalui pendekatan-pendekatan ketiga aspek tersebut. Pondok pesantren Enterpreneur merupakan wujud keberlanjutan dari sebuah budaya pendidikan Islam di Indonesia yang perlu untuk dilestarikan dan dikembangkan. Pengembangan pondok pesantren ke arah pemberdayaan manusia menjadi seorang wirausahawan, merupakan inovasi dalam peningkatan kualitas perekonomian di negeri ini. Bimbingan kewirausahaan yang mengarah pada pengelolaan sumber daya alam, juga merupakan perwujudan manajemen lingkungan bagi para calon pengusaha. Jadi, dalam perancangan Pondok Pesantren Enterpreneur, ketiga aspek sustainable architecture tersebut secara langsung dapat terlihat penerapannya. Aspek sosial-budaya terwujudkan dalam pondok pesantren itu sendiri, aspek sosial-ekonomi melalui bimbingan wirausahanya, dan aspek lingkungan melalui pengolahan sumber daya alam dalam berwirausaha. Melalui penerapan ketiga aspek sustainable architecture tersebut, sangat terlihat adanya korelasi antara tema dengan objek rancangan. Aspek-aspek tersebut menjadi bagian yang terpisahkan dalam perancangan Pondok Pesantren Enterpreneur. Maka dari itu, diharapkan melalui pemilihan tema tersebut, output perancangan yang dihasilkan menjadi maksimal. Pondok Pesantren Enterprenenur benar-benar dapat mewujudkan keberlanjutan budaya pesantren, memperbaiki perekonomian bangsa, serta menjadi contoh dalam pemanfaatan sumber daya alam yang baik.

8 1.2 Rumusan Masalah Berangkat dari pernyataan di atas, adapun rumusan masalahnya antara lain sebagai berikut: 1. Bagaimana rancangan Pondok Pesantren Enterpreneur sebagai lembaga pendidikan Islam yang sekaligus memberikan wadah untuk pengembangan kewirausahaan yang fokus pada pengelolaan sumber daya alam yang baik? 2. Bagaimana rancangan Pondok Pesantren Enterpreneur yang menerapkan tema Sustainable Architecture? 1.3 Tujuan Berdasarkan rumusan masalah di atas, yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk merancang Pondok Pesantren Enterpreneur sebagai lembaga pendidikan Islam yang sekaligus memberikan wadah untuk pengembangan kewirausahaan yang fokus pada pengelolaan sumber daya alam yang baik. 2. Untuk merancang Pondok Pesantren Enterpreneur yang menerapkan tema Sustainable Architecture. 1.4 Manfaat 1. Manfaat bagi Akademik Untuk menambah wawasan tentang perancangan pondok pesantren khususnya dengan penerapan tema sustainable architecture. Sebagai

9 langkah awal dalam sistem pendidikan pondok pesantren yang juga memberikan pendidikan kewirausahaan bagi santrinya. 2. Manfaat bagi Masyarakat Memberikan sarana pendidikan Islam kepada santri secara mandiri layaknya pondok pesantren, dan memberikan pelatihan serta bimbingan khusus dalam mengejar peluang usaha ketika di masyarakat nanti. 3. Manfaat bagi Pemerintah Daerah Dengan memberikan bimbingan wirausaha kepada santri, dapat membantu usaha pemerintah dalam rangka untuk mengurangi tingkat pengangguran di masyarakat. Menghilangkan secara perlahan paradigma masyarakat untuk tidak bergantung pada pekerjaan kepegawaian dengan penanaman semangat kewirausahaan, sehingga dapat meningkatkan jumlah wirausahawan di Indonesia. 1.5 Batasan 1.5.1 Batasan Objek a. Lokasi Lokasi berada di Kota Malang Kecamatan Lowokwaru, sesuai dengan RDTRK sebagai lahan untuk pendidikan. b. Perancangan Objek yang akan dirancang berupa pondok pesantren modern atau kholaf yang dikhususkan bagi mahasiswa laki-laki di perguruan tinggi yang ada di Kota Malang. Fasilitas yang disediakan pada pondok dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

10 Edukasi: Memberikan pendidikan Agama Islam melalui pengkajian kitab-kitab kuning dan pendidikan al Qur an. Mengharuskan santri untuk menetap di asrama yang telah disediakan, dengan menaati segala aturan yang berlaku dalam proses bimbingan sikap dan mental. Memperbolehkan santri untuk mendapatkan pendidikan formal di luar pondok pesantren, yaitu perguruan tinggi mana pun yang ada di Kota Malang. Keterampilan: Melibatkan santri dalam membuka lapangan usaha, serta pengelolaan sumber daya alam yang baik. Pendidikan wirausaha memang difokuskan dalam pengelolaan sumber daya alam, karena menunjang tema keberlanjutan dari ketiga aspeknya. Wirausaha yang diajarkan meliputi tiga proses antara lain: Budidaya, Produksi, dan Distribusi. Ketiga proses tersebut menjadi satu rangkaian proses yang saling berhubungan dan menunjang keberlanjutan mulai dari alam, sosial, hingga perekonomian. Penunjang: Merupakan fasilitas pesantren yang menunjang keberadaan pesantren tersebut di masyarakat. Fungsi penunjang mengkhususkan peran pesantren sebagai penopang kesejahteraan duniawi dan ukhrawi masyarakat sekitar. Contoh fungsi penunjang dari pesantren tersebut ialah pengadaan koperasi jual beli barang dan jasa.

11 1.5.2 Batasan Tema Tema perancangan yang akan diterapkan adalah Sustainable Architecture, yang merupakan upaya untuk mempertahankan sumber daya melalui arsitektur. Jadi, dalam pembangunan Pondok Pesantren Enterpreneur, diupayakan tetap menjaga kelestarian sumber daya tersebut, sehingga dapat terus dimanfaatkan dalam jangka waktu yang lama. Aspek-aspek yang merupakan sumber daya yang perlu dipertahankan dalam Sustainable Architecture adalah: aspek lingkungan, aspek sosial budaya, serta aspek sosial ekonomi.