BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. adalah skizofrenia. Skizofrenia adalah kondisi maladaptif pada psikologis dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. pada gangguan jiwa berat dan beberapa bentuk waham yang spesifik sering

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku di mana. tidak mampu menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain,

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh banyak faktor, baik faktor dari petugas (perawat, dokter dan tenaga

BAB I PENDAHULUAN. Banyak persepsi yang menganggap komunikasi itu hal yang mudah, yang menerima pesan dalam berkomunikasi (Suryani, 2015)

BAB I PENDAHULUAN. serta ketidakpastian situasi sosial politik membuat gangguan jiwa menjadi

BAB I PENDAHULUAN. yang utuh untuk kualitas hidup setiap orang dengan menyimak dari segi

BAB I PENDAHULUAN. mengatasi tantangan hidup, dapat menerima orang lain apa adanya dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan, dan pesan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa adalah gangguan dalam cara berfikir (cognitive),

BAB I PENDAHULUAN. akan mengalami kekambuhan. WHO (2001) menyatakan, paling tidak ada

BAB 1 PENDAHULUAN. sehat, serta mampu menangani tantangan hidup. Secara medis, kesehatan jiwa

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEKAMBUHAN PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. landasan teoretis yang melandasi penelitian ini. Kemudian, definisi operasional

BAB 1 PENDAHULUAN. kelompok atau masyarakat yang dapat dipengaruhi oleh terpenuhinya kebutuhan dasar

BAB I PENDAHULUAN. adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku dimana. individu tidak mampu mencapai tujuan, putus asa, gelisah,

BAB I PENDAHULUAN. pengertian antara pemberi informasi dengan penerima informasi. mendapatkan pengetahuan (Taylor, 1993 dalam Uripni, dkk. 2003).

BAB III PENYAJIAN DATA. Dalam Proses Penyembuhan Kesehatan Mental Klien Rumah Sakit Jiwa Tampan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa pada manusia. Menurut World Health Organisation (WHO),

BAB I PENDAHULUAN. genetik, faktor organo-biologis, faktor psikologis serta faktor sosio-kultural.

GAMBARAN POLA ASUH KELUARGA PADA PASIEN SKIZOFRENIA PARANOID (STUDI RETROSPEKTIF) DI RSJD SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab yang sering disampaikan adalah stres subjektif atau biopsikososial

BAB I PENDAHULUAN. dalam segi kehidupan manusia. Setiap perubahan situasi kehidupan individu

BAB I PENDAHULUAN. melangsungkan pernikahan dengan calon istrinya yang bernama Wida secara

BAB I PENDAHULUAN. tersebut menjadi faktor stressor bagi anak baik terhadap anak maupun orang tua

BAB 1 PENDAHULUAN. deskriminasi meningkatkan risiko terjadinya gangguan jiwa (Suliswati, 2005).

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN. S DENGAN GANGGUAN MENARIK DIRI DI RUANG ABIMANYU RSJD SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. karena sehat sangatlah mahal. Orang yang mengalami sakit akan merasa

PSIKOLOGI KOMUNIKASI. Ruang Lingkup Psikologi. Komunikasi. Oni Tarsani, S.Sos.I., M.Ikom. Komunikasi. Modul ke: Fakultas Ilmu

BAB I PENDAHULUAN. tersebut yang disertai dengan perilaku mengamuk yang tidak dapat dibatasi

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa adalah salah satu masalah kesehatan yang masih. banyak ditemukan di setiap negara. Salah satunya adalah negara

BAB I PENDAHULUAN. penyimpangan dari fungsi psikologis seperti pembicaraan yang kacau, delusi,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian kecerdasan emosional

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

yang disampaikan perawat dapat diterima dengan baik oleh pasien (Alex, 2010). Sasongko (2010), dalam penelitiannya yang berjudul perbedaan tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. klinis bermakna yang berhubungan dengan distres atau penderitaan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN TEORETIS

BAB I PENDAHULUAN. sesamanya dalam kehidupan sehari-hari. Untuk menjalankan kehidupannya

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang pesat menjadi stresor pada kehidupan manusia. Jika individu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. siklus kehidupan dengan respon psikososial yang maladaptif yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN. Peristiwa gangguan jiwa yang terjadi dari tahun ke tahun dan dari. waktu ke waktu akan berdampak negatif pada setiap individu yang

BAB I PENDAHULUAN. adanya tekanan fisik dan psikologis, baik secara internal maupun eksternal yang

BAB 1 PENDAHULUAN. keluarga, kelompok, organisasi, atau komunitas. (Stuart, 2007).

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesalahpahaman, dan penghukuman, bukan simpati atau perhatian.

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan peranan komunikasi menjadi lebih penting dalam pemberian asuhan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa adalah bagian dari kesehatan secara menyeluruh, bukan sekedar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pelayanan kesehatan merupakan bagian penting dalam meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. yang sering juga disertai dengan gejala halusinasi adalah gangguan manic depresif

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. yang penting secara klinis yang terjadi pada seseorang dan dikaitkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial, dimana untuk mempertahankan kehidupannya

PENGARUH RELAKSASI PROGRESIF TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. prosedur pembedahan. Menurut Smeltzer dan Bare, (2002) Pembedahan / operasi

BAB I PENDAHULUAN. perpecahan antara pemikiran, emosi dan perilaku. Stuart, (2013) mengatakan

BAB I PENDAHULUAN. sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia

BAB I 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. gagal bisa juga berakibat buruk. Hal ini sangat tergantung kapan, bagaimana,

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa adalah berbagai karakteristik positif yang menggambarkan

BAB 1 PENDAHULUAN. operasi melalui tiga fase yaitu pre operasi, intraoperasi dan post. kerja dan tanggung jawab mendukung keluarga.

BAB I PENDAHULUAN. keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan

INOVASI KEPERAWATAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA PASIEN KANKER DIRUANG SIRSAK RSUD CENGKARENG

BAB I PENDAHULUAN. keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial, hal ini dapat dilihat dari

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedaruratan psikiatri adalah sub bagian dari psikiatri yang. mengalami gangguan alam pikiran, perasaan, atau perilaku yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gangguan kesehatan jiwa (Prasetyo, 2006). pasien mulai mengalami skizofenia pada usia tahun.

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG GANGGUAN JIWA DENGAN DUKUNGAN KELUARGA YANG MEMPUNYAI ANGGOTA KELUARGA SKIZOFRENIA DI RSJD SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. ringan dan gangguan jiwa berat. Salah satu gangguan jiwa berat yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Prevalensi penderita skizofrenia pada populasi umum berkisar 1%-1,3% (Sadock

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling banyak ditemui

BAB I PENDAHULUAN. adalah suatu kondisi sehat emosional, psikologis, dan sosial yang terlihat dari

BAB I PENDAHULUAN. dengan kehidupan sehari-hari, hampir 1 % penduduk dunia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. terpisah. Rentang sehat-sakit berasal dari sudut pandang medis. Rentang

BAB I PENDAHULUAN. berat sebesar 4,6 permil, artinya ada empat sampai lima penduduk dari 1000

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa ditemukan disemua lapisan masyarakat, dari mulai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa orang lain.

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan gejala-gejala positif seperti pembicaraan yang kacau, delusi, halusinasi,

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis, Komunikasi berasal dari kata kerja bahasa Latin, Communicare,

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkan sangat berpengaruh pada minat konsumen untuk memilih dan

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan disability (ketidakmampuan) (Maramis, 1994 dalam Suryani,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah individu unik yang mempunyai kebutuhan sesuai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

KONSEP PERAWATAN KESEHATAN JIWA

BAB 1 PENDAHULUAN. sendiri. Kehidupan yang sulit dan komplek mengakibatkan bertambahnya

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Wong (2009) Masa kanak-kanak awal yaitu pada usia 3 6 tahun

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN KEMANDIRIAN PELAKSANAAN AKTIVITAS HARIAN PADA KLIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. sisiokultural. Dalam konsep stress-adaptasi penyebab perilaku maladaptif

BAB I PENDAHULUAN. emosional serta hubungan interpersonal yang memuaskan (Videbeck, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. (WHO, 2005). Kesehatan terdiri dari kesehatan jasmani (fisik) dan

BAB 1 PENDAHULUAN. mempunyai kebutuhan yang spesifik (fisik, psikologis, sosial dan spiritual) yang

1.1. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

digilib.uns.ac.id BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan Setelah penelitian ini dilakukan dan disesuaikan dengan teori yang ada, didapati bahwa ada kesimpulan-kesimpulan yang menjadi hasil penelitian. Penelitian ini menunjukkan bahwa komunikasi sebagai katalisator yang digunakan oleh perawat kepada pasien memiliki peran penting dalam mencapai kebutuhan pasien, yaitu kesembuhan. Penelitian ini memperlihatkan adanya pola yang unik yang dilakukan oleh perawat dalam menangani pasien jiwa ini. Keragaman jenis penyakit pasien dan latar belakang pasien menjadikan teknik penyembuhannya berbeda-beda antara pasien yang satu dengan pasien yang lainnya. Adanya fasefase komunikasi terapeutik yang terjadi pada asuhan keperawatan tersebut menunjukkan bahwa ada pola yang berbeda dalam setiap fasenya. Di fase awal, yaitu fase preinteraksi, berisi pola komunikasi yang sangat hati-hati dan halus karena kondisi pasien jiwa saat itu masih sangat akut, gaduh gelisah dan cemas, sehingga perawat harus membangun hubungan saling percaya agar pasien terbuka dengan masalahnya yang akhirnya memudahkan para perawat untuk mengetahui latar belakang dan riwayat pasien. Kemudian pada fase orientasi, pola atau teknik komunikasi yang digunakan hampir serupa dengan fase preinteraksi. Dalam fase ini berisi tentang interaksi para perawat dalam membangun kepercayaan agar pasien mau untuk membuat kesepakatan kerja dalam asuhan keperawatan. Dengan kata lain, perawat berusaha membujuk pasien agar mau dirawat. Pada fase ketiga, yaitu fase kerja, berisi semua kajian pola dan teknik komunikasi terapeutik. Karena tujuan perawatan pasien disini adalah kesembuhan, maka perawat membantu pasien secara penuh dalam memenuhi kebutuhan medis. Tugas perawat disini agar dapat membantu kesembuhan pasien adalah dengan memberikan medikal terapi, yaitu minum obat, terapi aktifitas kelompok, dan terapi pola hidup sehat. Karena pasien jiwa tidak mudah untuk diajak bekerja sama dengan baik dan tepat, maka pola komunikasinya harus tepat agar pasien mau untuk melakukannnya. Maka commit polanya to adalah, user selain menjaga hubungan yang 187

digilib.uns.ac.id 188 saling percaya, perawat juga harus berempati, tulus, sopan, kehangatan, penerimaan, penghargaan positif serta kesadaran diri dan penggunaan diri secara terapeutik. Komponen-komponen tersebut merupakan pola komunikasi terapeutik yang sangat penting. Selain itu penggunaan komunikasi persuasif yang efektif juga akan mempengaruhi kemauan pasien untuk mengikuti alur keperawatan. Tampak pada hasil data bahwa dengan pola yang tepat yang digunakan oleh perawat tersebut mempengaruhi perkembangan pasien baik secara kognitif, afektif dan perilaku. Dengan demikian, jika pasien sudah sampai pada kondisi tersebut, maka sampailah pasien kepada teah terakhir yaitu fase terminasi. Meskipun fase terminasi adalah fase terakhir, perawat juga harus menggunakan pola dan teknik komunikasi yang tepat saat melakukan evaluasi. Hal ini dibutuhkan agar pasien paham tentang apa yang harus dilakukan apa yang tidak harus dilakukan pasca pulang dari rumah sakit. Seperti yang terjadi dengan komunikasi pada umumnya, bahwa proses komunikasi terapeutik ini juga memiliki hambatan dan kesulitan. Mengajak pasien jiwa untuk menerima dan memahami tetang pesan yang disampaikan oleh perawat itu sangatlah tidak mudah. Belum lagi kondisi pasien jiwa yang tidak stabil menjadikan perawat melakukan tindakan keperawatan yang berubah-ubah pula. Meskipun adanya teori yang didapat dari pendidikan yang diperoleh setiap perawat menjadikan perawat paham tentang asuhan keperawatan, namun praktik yang terjadi dilapangan tidak selalu sesuai dengan prosedur yang ada. Oleh sebab itu, teori bukanlah dijadikan patokan utama. Bahkan, bagi perawat, pengalaman lapangan adalah ilmu yang lebih memberikan pelajaran lebih dari pada hanya sekedar ilmu pengetahuan dari teori. Selanjutnya, terbukti dengan jelas bahwa dengan menggunakan komunikasi yang baik, komunikator dapat mempengaruhi komunikan. Hal ini terbukti pada perawat dengan pasien, khususnya pasien jiwa yang berjenis Skizofrenia. Beragamnya jenis Skizofrenia ini juga menjadikan teknik komunikasi perawat dengan pasien pun berbeda-beda. Misalnya pada penanganan pasien Bambang yang memiliki tipe Skizofrenia Residual, para perawat lebih menggunakan teknik yang halus dan pembentukan hubungan commit to yang user saling percaya yang lebih serius 188

digilib.uns.ac.id 189 karena pasien ini memiliki latar belakang curiga. Sedangkan pada pasien Larmini yang memiliki tipe Skizofrenia tak terinci, perawat menggunakan teknik pendekatan yang hati-hati dan menunjukkan empatinya. Selain itu, karena pasien ini banyak bicara dan komunikasinya longgar, maka teknik pemfokusan dan teknik wawancara tertutup sangat dibutuhkan. Dengan menggunakan pola dan teknik komunikas yang tepat pada setiap pasiennya menjadikan pasien mengalami perubahan dan kemudian mengantarkan pasien kepada kesembuhan. Terbukti pada responden-responden yang menjadi sumber informasi yaitu para pasien jiwa berjenis Skizofrenia. Mereka memiliki jenis Skizofrenia yang berbeda-beda. Cara penanganan mereka pun berbeda-beda. Akhirnya, kesembuhan yang mereka dapatan terbukti saat para pasien menceritakan tentang kepuasan mereka terhadap asuhan keperawatan yang dilakukan oleh para perawat dirumah sakit jiwa tersebut. Dari data yang di lakukan di Rumah Sakit Jiwa Daerah RM Soedjarwadi Klaten ini menunjukkan bahwa pola komunikasi terapeutik yang terjadi antara perawat dengan pasien di rumah sakit tersebut memilih pengaruh bagi kesehatan dan kesembuhan pasien. Hal tersebut juga tampak dari data yang tertera di ruang Rekam Medik, tempat pendataan pasien. Di dalam laporannya (tidak boleh di copy atau di sertakan) menunjukkan bahwa pasien yang di rawat inap rata-rata di rawat dari 3 minggu sampai 6 minggu. Meskipun, beberapa perawat mengatakan bahwa teknik keperawatan yang mereka jalankan tidak selalu sesuai dengan teori yang di pelajari atau standar keperawatan, tetapi mereka mengatakan bahwa mereka berusaha mengupayakan yang terbaik untuk membantu pasien. Alasan lain juga dikarenakan setiap pasien memiliki teknik keperawatan yang berbedabeda. Pada akhirnya, rumah sakit ini menunjukkan bahwa kerja keperawatannya berpengaruh baik bagi pasien, hal ini jelas terbukti dari pendapat para pasien yang mengatakan kepuasan mereka dari keperawatan yang di berikan. 189

digilib.uns.ac.id 190 6.2 Implikasi 1. Implikasi Teoritis Adapun menurut Carl Hovland, komunikasi adalah: upaya sistematis untuk merumuskan secara tegas asas-asas penyampaian informasi serta pembentukan pendapat dan sikap. Hovland juga menambahkan bahwa komunikasi adalah proses mengubah perilaku orang lain (communication is the process to modify the behavior of oyher individuals). (H. Aang Ridwan, 2013:92) Apabila kita berkomunikasi dengan orang lain, berarti kita berusaha agar sesuatu yang disampaikan kepada orang lain tersebut dipahaminya. Paradigm Lasswel merupakan cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi, yaitu mengatakan sesuatu kepada siapa dan dengan efek apa. Hal ini menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan tersebut, yaitu: komunikator, pesan, media, komunikan, dan efek. Jadi, bisa kita simpulkan bahwa komunikasi menurut Lasswel, adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu. (H. Aang Ridwan, 2013:92-93) Komunikasi yang di lakukan dalam komunikasi terapeutik ini adalah berbentuk komunikasi persuasif yang tujuan akhirnya adalah ajakan kepada komunikan untuk melakukan perubahan perilaku yang berdampakpada kesembuhannya. Komunikasi persuasif memerlukan pemahaman tentang faktorfaktor pada diri komunikator, dan pesan yang menimbulkan efek pada komunikate. Persuasi didefinisikan sebagai proses mempengaruhi pendapat, sikap, dan tindakan orang dengan menggunakan manipulasi psikologis sehingga orang tersebut bertindak seperti atas kehendaknya sendiri (Kamus Ilmu komunikasi, 1979). (Jalaluddin Rakhmat, 2007: 14) Dari banyaknya fungsi dan tujuan komunikasi, salah satu diantaranya yang memiliki peran penting dalam penelitian ini adalah adanya pengaruh komunikai terhadap perubahan perilaku. Tepatnya, dengan menggunakan komunikasi persuasif, komunikator dapat mempengaruhi komunikan untuk melakukan apa yang diperintahkan atau disampaikan oleh komunikator. Hal tersebutlah yang terjadi dalam penelitian ini, yaitu mengenai hubungan antara perawat dengan 190

digilib.uns.ac.id 191 pasien jiwa. Meskipun pasien dengan gangguan jiwa ini memiliki tingkat pemahaman dan kontrol emosi yang rendah, namun dengan menggunkan pola komunikasi terapeutik yang tepat kepada setiap pasien berdasarkan teknik-teknik komunikasi terapeuti yang tepat pula, maka tujuan pun tercapai. Penggunaan hwakomunikasi terapeutik inilah yang memang tepat untuk digunakan karena didalamnya berisi prinsip, fase dan teknik komuniasi yang memang dapat membantu mencapai kebutuhan pasien yaitu kesembuhan. Di tunjukkan dalam penelitian ini bahwa dengan menggunakan komunikasi terapeutik yang bersifat persuasif, pasien dapat memahami, menerima, dan merubah perilaku. Meskipun setiap pasien diberikan pola dan teknik yang berbeda-beda, penggunaan komuikasi terapeutik yang tepat mempengaruhi perubahan pasien dari maladaptif menjadi adaptif. Sehingga, pasien jiwa ini dapat menggunakan diri menjadi lebih sehat. Hal tersebut telah mencapai tujuan komunikasi terapeutik, yaitu membantu pasien untuk memperoleh kesembuhan. Akhirnya dari penjelasan tersebut menunjukkan bahwa komunikan memiliki peran penting terhadap kesehatan seseorang, khususnya bagi pasien. 2. Implikasi Praktis Secara praktisi, penelitian ini menunjukkan adanya hubungan antara terapi komunikasi yang dilakukan oleh perawat terhadap kesembuhan pasien. Dengan praktik-praktik yang sesuai dengan teknik komunikasi terapeutik kepada setiap pasien memberikan dampak yang sesuai dengan tujuan akhir dari kesepakatan komunikasi terapeutik ini dilakukan, yaitu kesembuhan pasien dari perubahan perilaku pasien dari maladaptif menjadi adaptif. Dari penelitian ini, diharapkan semua pemberi terapi yang bertujuan untuk kepentingan pasien, khususnya bagi perawat berguna untuk lebih memperhatikan dengan baik bahwa adanya hubungan yang memberi efek baik dari pemberian komunikasi terapeutik terhadap kesembuhan pasien, maka komunikasi yang disampaikan oleh perawat keada pasien harus dengan hati-hati. 191

digilib.uns.ac.id 192 Hal penting lainnya, bagi masyarakat umum yang memiliki keluarga, teman, kerabat ataupunsaudara yang mengalami gangguan jiwa, maka wajib untuk diperhatikan dengan baik. Seperti yang disampaikan oleh mantan pasien, yaitu Kardono, bahwa ia telah menerima keadaannya, namun kondisi lingkungan yang mengucilkannya menyebabkan kondisinya lemah lagi dan stress lagi. Dari pengalaman pasien tersebut menjadi pelajaran penting bahwa untuk menyelamatkan kerabat yang mengidap gangguan jiwa perlu diperhatikan dengan baik. Perawatan kesehatan dirumah sakit hanya memberikan kesehatan sementara, namun pasca pulang dari rumah sakit akan menjadi penentu keberlangsungan hidup pasien jiwa. Kondisi mereka lebih membutuhkan perhatian dan pengakuan lingkungan sekitar bahwa mereka adalah manusia seutuhnya yang juga memiliki kebutuhan untuk dilindungi, dicintai dan dianggap keberadaannya. Para tenaga medis, khususnya para perawat perlu untuk menginformasikan hal tersebut kepada keluarga atau kerabat pasien agar pasien juga mendapat perlingdungan dilingkungan pasien berada. 6.3 Saran 1. Saran Untuk Perawat Seperti yang telah dijelaskan pada penalitian ini bahwa komunikasi juga mempengaruhi kebutuhan pasien untuk menuju kesembuhan. Hubungan interpersonal antara perawat dengan pasien menunjukkan terjadinya terapi komunikasi yang dimaksudkan. Keefektifan hubungan interpersonal antara perawat dengan pasien dipengaruhi dari keefektifan komunikasi terapeutik yang terjadi diantara keduanya. Dari informasi tersebut disimpulkan bahwa seorang perawat harus dapat menjalin hubungan yang baik dengan pasien agar pasien dapat diajak bekerja sama untuk menjalankan proses kesembuhan. Pemahaman tentang penggunaan pola komunikasi yang tepat akan membantu perawat untuk menambah pengetahuan dan referensi untuk melakukan praktik asuhan keperawatan dengan baik. Berbekal ilmu dan berbekal pengalaman akan membantu perawat memahami dan menambah wawasan mengenai asuhan keperawatan yang baik, 192

digilib.uns.ac.id 193 khususnya bagi pasien jiwa yang disebutkan memiliki tingkat yang lebih sulit dibanding pasien umum dalam hal membangun hubungan yang terapeutik. 2. Saran Untuk Masyarakat Umum Dengan mengetahui informasi dari penelitian ini, maka seluruh masyarakat dituntut untuk menjaga kondisi diri dengan baik, baik secara fisik maupun jiwa. Banyaknya pasien jiwa kini menunjukkan bahwa banyak orang yang tidak bisa menyelesaikan masalahnya dengan baik sehingga membuat kejiwaan mereka terganggu. Oleh sebab itu, dituntut bagi semua masyarakat untuk dapat megontrol diri dengan baik, salah satunya adalah mengatasi masalah dengan baik. Bagi setiap orang yang memiliki masalah, diharapkan untuk tidak malu atau canggung untuk mensharingkannya dengan orang lain yang tepat agar dapat membantu memecahkan atau meringankan beban masalah. Bagi yang sudah merasa terganggu, atau pihak keluarga, teman atau kerabat yang sudah terlanjur terkena gangguan jiwa, disarankan untuk segera memeriksakannya. Dengan penelitian ini telah dibuktikan bahwa pasien gangguan jiwa dapat ditolong. Wajib bagi setiap orang untuk menjaga kerabat yang terkena gangguan jiwa pasca dirawat dari rumah sakit. Bagaimanapun juga yang terganggu adalah kejiwaan mereka, oleh sebab itu baik adanya untuk menjaga kejiwaannya dengan cara memperlakukannya dengan baik dan tidak memandangnya sebelah mata. Banyaknya pasien gangguan jiwa yang sering keluar masuk adalah karena lingkungan internal dan eksternal pasien yang tidak mendukung keberadaan mereka dengan baik sehingga membuat para pasien jiwa ini kumat atau kambuh lagi karena emosi atau takut atau cemas yang berlebihan. Yang terakhir adalah untuk tidak memandang sebelah mata atau meremehkan mereka yang terkena gangguan jiwa. Bagaimanapun juga mereka adalah manusia secara mutlak dankarena itu mereka pantas untuk diperlukan dengan baik layaknya manusia biasa. 193