BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu pembekalan dan kualitas bagi setiap individu

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke-21, sistem pendidikan nasional meghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi siswa, sehingga yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah bidang yang sangat penting terutama di Negara. berkembang seperti Indonesia, karena pendidikan yang berintegritas

BAB I PENDAHULUAN. menopang dan mengikuti laju perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan. mengalami perubahan sejalan dengan tuntutan kebutuhan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan suatu Negara tidak terlepas dari sistem pendidikan, sebab

BAB I PENDAHULUAN. sarana untuk pengembangan diri. Dalam Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan optimal sesuai dengan potensi pribadinya sehingga menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. dan teknologi (IPTEK), dunia pendidikan dituntut untuk meningkatkan mutu dan

BAB I PENDAHULUAN. keahlian dimana program keahlian yang dilaksanakan di SMK disesuaikan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan. pendidikan, khususnya pendidikan menengah kejuruan.

BAB I PENDAHULUAN. individu yang dipersiapkan untuk mampu mengikuti laju perkembangan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan dapat diartikan sebagai suatu proses, di mana pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. seseorang yang dilakukan secara sadar dan penuh tanggung jawab untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki kedudukan yang sangat penting dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan wadah untuk menghasilkan generasi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sangat berpengaruh untuk meningkatkan kemajuan suatu

BAB I PENDAHULUAN. hidup secara sempurna sesuai kodrat kemanusiaanya. Menurut Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. dengan lingkungan dan tidak dapat berfungsi maksimal dalam lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peran penting dalam membentuk karakter suatu

BAB I PENDAHULUAN. demi kelangsungan hidup dan kemajuan bangsa tersebut khususnya bagi negara

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang dihadapi bangsa Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan titik sentral yang sangat berpengaruh untuk

BAB I PENDAHULUAN. erat. Hal ini terbukti dengan adanya fakta bahwa perkembangan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan syarat mutlak

BAB I PENDAHULUAN. Komputer dan Jaringan untuk kelas XI D memiliki kapasitas 36 orang siswa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta

BAB I PENDAHULUAN. zaman. Perkembangan zaman tersebut secara tidak langsung menuntut suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat,

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional dapat tercapai. Adapun upaya peningkatan kualitas SDM. tersebut adalah melalui ilmu pengetahuan dan teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. Triatno, (2009:53) menyatakan pendapatnya bahwa tujuan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi, dibutuhkan peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. teknologi diperlukan sumber daya manusia yang tangguh. Pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kejuruan yang berada di Salatiga. Sekolah ini memiliki 33 orang guru dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap individu secara langsung ataupun tidak langsung dituntut untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan di era globalisasi sekarang ini menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. mampu bertahan hidup dan ikut berperan pada era globalisasi. dilakukan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. memasuki lapangan pekerjaan baik melalui jenjang karier, menjadi tenaga kerja di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin pesat di era

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karyono, 2013

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam era informasi saat

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan pembangunan dalam dunia pendidikan. Pembangunan dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat membangkitkan kegiatan belajar yang efektif agar siswa dapat

BAB I PENDAHULUAN. dan peluang yang memadai untuk belajar dan mempelajari hal hal yang di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan bidang pendidikan merupakan sarana yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara berkembang seperti di indonesia. Undang Undang Republik

BAB I PENDAHULUAN. dunia dalam segala aspek kehidupan. Salah satu faktor penentu siap atau

BAB I PENDAHULUAN. teknologi dalam masyarakat, juga untuk menjawab tentang masa depan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat ini

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, dan fisik dalam kehidupan sosial; 3. Standar minimal pengetahuan dan keterampilan khusus dasar;

BAB I PENDAHULUAN. Nasional (UUSPN) No. 20 Tahun 2003, menyatakan bahwa: Penyelenggaraan pendidikan menengah kejuruan bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pentingnya pendidikan untuk kemajuan bangsa telah menjadi perhatian

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu wujud kebudayaan manusia, dimana

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang khususnya di dunia usaha sangat begitu ketat dan diikuti dengan

BAB I PENDAHULUAN. Dengan perkembangan zaman di dunia mendorong pendidikan untuk. dari pola pikir yang awam dan kaku menjadi lebih modern.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan setiap individu serta watak dan peradaban bangsa yang bermartabat

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi yang terus berkembang dewasa ini, sangat membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. dalam mengikuti kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam hal ini usaha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam upaya peningkatan mutu pendidikan banyak hal yang harus

BAB I PENDAHULUAN. Manusia (SDM) melalui kegiatan pembelajaran dan pendidikan merupakan proses

BAB I PENDAHULUAN. ingin menjaga kecantikannya baik dari dalam atau pun dari luar. Pada dasarnya

BAB I PENDAHULUAN. dan sesuai pula dengan situasi lingkungan yang tersedia. Sebagaimana yang

BAB I PENDAHULUAN. (Sutama dalam rachmawati, 2000:3). Mutu pendidikan sangat tergantung pada

BAB I PENDAHULUAN. hekekatnya untuk membangun suatu Negara dibutuhkan individu individu yang

BAB I PENDAHULUAN. dari bangsa itu sendiri. Hal itu sesuai dengan ketentuan umum Undang

BAB I PEDAHULUAN. kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bertanah air. Selain itu, pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia (SDM) melalui kegiatan pembelajaran dan pendidikan merupakan proses

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha untuk membina dan mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. dan peserta didik melalui bahasa verbal sebagai media utama penyampaian materi

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah, dalam kaitannya dengan pendidikan sebaiknya dijadikan tempat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu sarana dalam meningkatkan mutu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan memegang peranan penting dalam kelangsungan hidup suatu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

pengetahuan dan teknologi perlu adanya pembaharuan dalam sistem pendidikan secara terarah dan terencana maka Undang-Undang Republik Indonesia No 20

dikelola oleh Direktorat Pembinaan Sekolah Mengengah Kejuruan.

BAB I PENDAHULUAN. bidangnya. Sesuai dengan pasal 33 ayat 3 UU Nomor 20 Tahun 2003, Kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi yang semakin cepat menuntut sumber daya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelaku pembangunan pendidikan berupaya untuk menaikkan derajat mutu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah pendidikan yang menjadi perhatian saat ini adalah sebagian

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Seiring dengan laju pembangunan saat ini telah banyak

BAB I PENDAHULUAN. sekolah kejuruan (SMK). Hal ini sesuai dengan Undang Undang Sistem

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejak awal Millenium ketiga Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan bangsa Indonesia yang termuat dalam undang undang dasar

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu pembekalan dan kualitas bagi setiap individu berupa pembentukan sikap, pengetahan dan keterampilan kerja yang secara langsung dan tidak langsung. Secara umum, pendidikan dipandang sebagai sesuatu yang penting untuk meningkatkan harkat dan martabat suatu bangsa dan untuk meningkatkan kemajuan suatu Negara yang lebih baik dari sebelumnya. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa sistem pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu serta relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapai tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global sehingga perlu dilakukan pembaharuan pendidikan secara terencana, terarah, dan berkesinambungan. Oleh karena itu proses dan mutu pembelajaran perlu ditingkatkan agar pembelajaran dapat dilaksanakan secara aktif kreatif, efektif dan menyenangkan sehingga anak didik dapat menggembangkan potensi diri dan dapat memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian kecerdasan ahlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Menjawab tuntutaan peningkatan mutu pendidikan, pemerintah telah melakukan upaya pengembangan Kurikulum 2013 yang merupakan langkah 1

2 lanjutan pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang telah dirintis pada tahun 2004 dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu. Mengacu pada isi Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 pasal 3 mengenai tujuan pendidikan nasional dan penjelasan pasal 15 yang menyebutkan bahwa pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dibidang tertentu. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah salah satu jenjang pendidikan menengah dengan kekhususan mempersiapkan lulusannya untuk siap bekerja. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) bertujuan untuk mempersiapkan peserta didik menguasai keterampilan profesional untuk memasuki lapangan kerja dan sekaligus memberkan bekal untuk melanjutkan pendidikan kejuruan yang lebih tinggi. Hal ini sejalan dengan tujuan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yakni : 1. Menyiapkan siswa untuk memasuki lapangan kerja serta mengembangkan sikap profesional, 2. Menyiapkan siswa agar mampu memiliki karier, mampu berkompetensi dan mampu mengembangkan diri, 3. Menyiapkan tenaga kerja menengah untuk mengisi kebutuhan dunia usaha dan industri pada saat ini maupun pada saat yang akan datang, 4. Menyiapkan tamatan agar menjadi Warga Negara yang produktif, adaptif dan kreatif. Berdasarkan tujuan Sekolah Menengah Kejuruaan di atas, maka Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebagai sub sistem pendidikan nasional seyogyanya

3 mengutamakan mempersiapkan peserta didiknya untuk mampu memilih karir, memasuki lapangan kerja, berkompetisi dan mengembangkan dirinya dengan sukses di lapangan kerja yang cepat berubah dan berkembang. Keberhasilan atau kegagalan suatu pendidikan pada dasarnya dapat dilihat dari perubahan sikap dan tingkah laku atau dari prestasi hasil pembelajaran yang dicapai oleh orang yang telah mendapat proses pembelajaran. Tetapi tidak semua kegiatan pendidikan selalu mendapatkan hasil yang optimal, kadang-kala juga menemui kegagalan. SMK Negeri 1 Lubuk Pakam merupakan satu SMK yang memberikan bekal pengetahuan, teknologi, keterampilan, disiplin, dan sikap etos kerja yang kuat dan terampil dalam bidangnya. Dari program kejuruan yang ada, salah satu program studi keahlian yang dimiliki SMK ini adalah program keahlian teknik gambar bangunan. Pada program keahlian teknik gambar bangunan ada tiga jenis mata pelajaran yang digolongkan yakni: mata pelajaran Normatif, Adaptif dan Produktif. Dari ketiga golongan mata pelajaran ini, mata pelajaran produktif merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat penting, karena siswa dituntut untuk mempunyai pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang merupakan bekal bagi para siswa nantinya untuk dapat diterapkan dan dikembangkan pada dunia kerja. Salah satu mata pelajaran yang termasuk mata pelajaran produktif tersebut adalah Mekanika Teknik. Mata pelajaran ini dianggap penting karena mekanika teknik dapat menghantarkan siswa kepada dasar memahami mata pelajaran produktif lainnya, seperti: mata pelajaran struktur beton, struktur baja, struktur kayu dan lain-lain.

4 Dalam hal ini, masih banyak siswa yang merasa mata pelajaran mekanika teknik adalah mata pelajaran yang sulit dan membingungkan, padahal yang menjadi hambatan selama ini dalam pembelajaran mekanika teknik adalah disebabkan kurang dikemasnya pembelajaran mekanika teknik dengan menggunakan model pembelajaran yang menarik, menantang dan menyenangkan. Para guru sering kali menyampaikan meteri secara lisan sehingga pembelajaran membosankan dan kurang menarik yang pada akhirnya hasil belajar siswa menjadi rendah. Berdasarkan observasi awal pada SMK Negeri 1 Lubuk Pakam pada tanggal 9 April 2016. Hasil nilai akhir mata pelajaran Mekanika Teknik pada siswa kelas X Program Keahlian Teknik Gambar Bangunan masih tergolong rendah dan belum sesuai harapan, hal ini dapat dilihat dari Tabel 1 di bawah ini : Tabel 1. Hasil nilai harian mekanika teknik di SMK Negeri I Lubuk Pakam Tahun Pelajaran 2014/2015 2015/2016 Nilai Jumlah Siswa Persentase Keterangan 6,9 7,00-7,90 8,00-8,90 9,00-10 6,9 7,00-7,90 8,00-8,90 9,00-10 7 20 6-5 22 6-21,5 % 60,7 % 17,8 % - 15,62% 65,63% 18,75% - Tidak Kompeten Cukup Kompeten Kompeten Sangat Kompeten Tidak Kompeten Cukup Kompeten Kompeten Sangat Kompeten Dengan memperhatikan Tabel 1 di atas maka dapat diketahui persentase hasil harian siswa pada mata diklat mekanika teknik tahun 2014/2015 dengan jumlah siswa 33 orang yang memperoleh nilai 6,9 sebanyak 21,5% (7 orang), yang memperoleh nilai 7,00-7,90 sebanyak 60,7% (20 orang) dan TA. 2015/2016 yang memperoleh nilai 8,,00-8,90 sebanyak 17,8% (6 orang), dan di tahun

5 2015/2016 dengan jumlah siswa 33 orang yang memperoleh nilai 6,9 sebanyak 15,62% (5 Orang), yang memperoleh nilai 7,00-7,90 sebanyak 65,63% (22 orang) dan yang memperoleh nilai 8,00-8,90 sebanyak 18,75% (6 orang). Berdasarkan penjelasan diatas diketahui bahwa masih ada siswa yang nilainya dibawah ketuntasan minimum TA 2014/2016 dan TA 2015/2016 untuk mata pelajaran mekanika teknik yaitu KKM 70 sesuai dengan standart kelulusan mata pelajaran mekanika teknik di SMK Negeri 1 Lubuk Pakam, Maka dengan itu dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa pada mata pelajaran mekanika teknik masih perlu ditingkatkan lagi sehingga kompetensi klasikal siswa dikelas dapat tercapai yaitu terdapat 75% dari jumlah siswa yang telah berkompeten dengan nilai 70 pada hasil belajar mekanika teknik. Kenyataan lain yang terjadi di lapangan adalah belum optimalnya guru dalam memilih bahan ajar, media pembelajaran dan metode pembelajaran sehingga pembelajaran tidak dapat mencapai kompetensi sesuai apa yang diharapkan, selain itu dengan perubahan kurikulum 2013 belum semua guru mengetahui dan memahami isi dari apa yang dimaksud dalam kurikulum tersebut, maka dari itu profesionalisme guru harus selalu ditingkatkan. Ketidak optimalan tersebut diatas dikarenakan pembelajaran selama ini dilakukan sacara konvensional, seperti; pembelajaran dilakukan dengan metode ceramah tidak bervariasi, ceramah tanpa menggunakan media, ceramah dengan hanya tanya jawab, dan sebagainya. Sehingga pembelajaran belum mengoptimalkan alat perespon yang dimiliki peserta didik secara optimal karena masing-masing memiliki gaya belajar sendiri-sendiri. Ada yang bergaya belajar

6 auditori, yaitu peserta didik akan optimal dengan metode caramah, gaya belajar visual, peserta didik akan optimal dalam belajarnya jika disertai tayangan atau media yang bisa direspon lewat alat indera pengihatannya dan ada juga peserta didik yang bergaya belajar kinestetik, dalam hal ini peserta didik akan optimal jika pembelajaran mengaktifkan fisik atau otot mereka untuk melakukan dan merespon stimulus yang diberikan. Guru sendiri memiliki peranan yang penting dalam proses belajar mengajar. Perlu upaya yang harus dilakukan oleh guru agar mampu mengembangkan potensi-potensi peserta didik dan membuat siswa ikut serta aktif dalam proses belajar mengajar sehingga dapat mencapai hasil belajar yang baik. Oleh karena itu guru perlu sekali menguasai model pembelajaran dan menerapkannya di dalam proses pembelajaran yang diharapkan nantinya akan menciptakan suasana pembelajaran menjadi lebih menyenangkan sehingga mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Dari pengamatan yang peneliti lakukan bahwa sebagian besar siswa belum optimal dalam memeperoleh hasil belajarnya. Hal ini terjadi karena para pendidik belum menggunakan pendekatan pembelajaran yang dapat mengaktifkan proses pembelajaran sehingga semua kompetensi yang harus dimiliki peserta didik dapat dibelajarkan secara optimal. Salah satu pendekatan pembelajaran yang diharapkan dapat menjawab masalah tersebut diatas adalah pendekatan pembelajaran berpusat pada siswa (student centered) dengan salah satu model pembelajaran yang digunakan untuk mengaktifkan siswa adalah dengan pembelajaran dengan model

7 kontesktual (Contextual Teaching and Learning, CTL) yang selanjutnya disebut dengan model pembelajaran Kontekstual. Gaya belajar merupakan kecenderungan untuk mengadaptasi suatu strategi belajar tertentu dengan mencari dan mencoba secara aktif. Dengan memahami gaya belajar, strategi yang tepat dapat dipelajari dan keterampilan belajar juga dapat ditingkatkan. Gaya belajar merupakan kunci untuk mengembangkan kinerja dalam pekerjaan, dibidang akademik dan dalam situasi-situasi antar pribadi. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian : Daniel Solin Universitas Negeri Medan (Unimed) 2014 dengan judul Pengaruh Strategi Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) dan Ekspositori Berbasis Media Software EKTS Pada Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran MSPEM Pada Siswa Kelas XI TITL SMK Negeri 5 Medan menyimpulkan bahwa hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran contextual teacing and learning (CTL) lebih tinggi dari hasil belajar siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran Ekspositori. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Nurliza (2011) tentang Strategi Pembelajaran dan Gaya Belajar Terhadap Hasil Belajar Siswa di SD Negeri 101798 Deli Tua menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rerata hasil belajar IPA siswa yang memiliki gaya belajar visual dan kinestetik. Lebih lanjut hasil belajar siswa IPA siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar siswa yang memiliki gaya belajar visual, dan terdapat interaksi antara strategi pembelajaran dan gaya belajar terhadap hasil belajar siswa

8 SD negeri 101789 Deli tua. Dari penelitian ini ternyata gaya belajar perpengaruh terhadap hasil belajar. Pada penelitian ini, ingin diungkapkan apakah pembelajaran kontekstual dan gaya belajar memiliki pengaruh terhadap hasil belajar mekanika teknik pada siswa kelas X Program Keahlian Teknik Gambar Bangunan SMK Negeri 1 Lubuk Pakam. Dan apakah terdapat interaksi antara pembelajaran kontekstual dan gaya belajar terhadap hasil belajar mekanika teknik tersebut. Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka peneliti tertarik untuk mengetahui lebih jauh dan melakukan penelitian dalam rangka penulisan skripsi dengan judul Pengaruh Pembelajaran Kontekstual Dan Gaya Belajar Terhadap Hasil Belajar Mekanika Teknik Pada Siswa Kelas X Program Keahlian Teknik Gambar Bangunan SMK Negeri 1 Lubuk Pakam B. Identifikasi Masalah Berpijak pada latar belakang yang diuraikan diatas, maka terkait dengan hasil belajar Mekanika Teknik siswa, maka dapat diidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana hasil belajar mekanika teknik siswa kelas X Teknik Gambar Bangunan SMK Negeri 1 Lubuk Pakam? 2. Pembelajaran yang bagaimanakah yang dapat membantu meningkatkan hasil belajar mekanika teknik siswa? 3. Apakah pembelajaran Kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar mekanika teknik siswa?

9 4. Manakah yang lebih berpengaruh dalam pelajaran mekanika teknik apakah pembelajaran kontekstual atau pembelajaran konvensional? 5. Bagaimanakah gaya belajar siswa Teknik Gambar Bangunan SMK Negeri 1 Lubuk Pakam? 6. Apakah pembelajaran dalam mekanika teknik sebaiknya mempertimbangkan gaya belajar siswa? 7. Apakah terdapat interaksi antara pembelajaran kontekstual dengan gaya belajar? C. Pembatasan Masalah Agar penelitian dapat dilaksanakan dengan baik dan terarah maka dibutuhkan suatu pembatasan masalah yaitu : 1. Penelitian hanya dilakukan pada masalah yang mencakup pengaruh model pembelajaran kontekstual pada kelompok eksperimen kontekstual dan model pembelajaran konvensional pada kelompok eksperimen konvensional. 2. Faktor internal yang diteliti adalah gaya belajar visual dan kinestetik siswa kelas X program keahlian Teknik Gambar Bangunan SMK Negeri 1 Lubuk Pakam. 3. Penelitian hanya dilakukan pada mata pelajaran mekanika teknik dengan materi konsep besaran dan satuan, vektor, konsep satuan SI dan gaya pada siswa kelas X program keahlian Teknik Gambar Bangunan SMK Negeri 1 Lubuk Pakam.

10 D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah, dan batasan masalah tersebut diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah pembelajaran kontekstual dan pembelajaran konvensional memberikan pengaruh yang berbeda terhadap hasil belajar mekanika teknik kompetensi pengetahuan, keterampilan dan sikap siswa kelas X program keahlian Teknik Gambar Bangunan SMK Negeri 1 Lubuk Pakam? 2. Apakah gaya belajar konestetik dan gaya belajar visual memberi pengaruh yang berbeda terhadap hasil belajar mekanika teknik kompetensi pengetahuan, keterampilan dan sikap siswa kelas X program keahlian Teknik Gambar Bangunan SMK Negeri 1 Lubuk Pakam? 3. Apakah terdapat interaksi antara pembelajaran kontekstual dengan gaya belajar siswa dalam pengaruhnya terhadap hasil belajar mekanika teknik kompetensi pengetahuan, keterampilan dan sikap siswa kelas X program keahlian Teknik Gambar Bangunan SMK Negeri 1 Lubuk Pakam? E. Tujuan Penelitian Dari rumusan masalah diatas maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui apakah pembelajaran kontekstual dan pembelajaran konvensional memberikan pengaruh yang berbeda terhadap hasil belajar mekanika teknik.

11 2. Untuk mengetahui apakah gaya belajar kinestetik dan visual memberi pengaruh yang berbeda terhadap hasil belajar mekanika teknik. 3. Untuk mengetahui ada tidaknya interaksi antara model pembelajaran dengan gaya belajar siswa terhadap hasil belajar mekanika teknik. F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis Secara teoretis penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan masukan informasi mengenai model pembelajaran yang sesuai dalam pembelajaran yang berkaitan hasil belajar mekanika teknik yaitu dengan menggunakan model pembelajaran Kontekstual dan Gaya Belajar. Selain itu, hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberi manfaat sebagai bahan acuan dalam penelitian yang lebih lanjut di masa yang akan datang. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Peserta didik Untuk pengembangan praktik pembelajaran sehingga siswa dapat menerima materi pelajaran dengan lebih baik dan menyenangkan serta dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran mekanika teknik. b. Bagi Guru Sebagai masukan bagi guru untuk membantu usahanya dalam meningkatkan hasil belajar siswa dengan menerapkan model pembelajaran kontekstual dan gaya belajar, khususnya bagi guru mata pelajaran

12 mekanika teknik program keahlian Teknik Gambar Bangunan dalam upaya peningkatan mutu lulusan SMK. c. Bagi Sekolah Sebagai referensi atau pedoman dalam meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah. d. Hasil penelitian ini diharapkan bisa dijadikan referensi untuk peneliti selanjutnya.