BAB I PENDAHULUAN. kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan tersebut diselenggarakan berbagai

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat mahal yang tidak dapat dibayar. Ketika seseorang mengalami suatu penyakit,

BAB I PENDAHULUAN. produktif secara sosial dan ekonomi (Notoadmodjo, 2012).

BAB 1 : PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Keberadaan penyakit-penyakit ini seringkali diabaikan oleh masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (RisKesDas) tahun 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih merupakan hal yang

BAB I PENDAHULUAN. program Oral Health 2010 yang telah disepakati oleh WHO (World Health

BAB 1 PENDAHULUAN. kelangsungan hidup manusia, demikian juga halnya dengan kesehatan gigi dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit tertinggi ke enam yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Hasil studi morbiditas Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2003

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. umum. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut dilakukan upaya kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN. bermutu, dan terjangkau. Hak warga negara dijamin oleh pemerintah dalam

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan yang semakin muncul di permukaan. Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih merupakan hal

memberikan layanan kesehatan kepada masyarakat. Menurut Undang Undang No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, pasal 93 ayat 1 pelayanan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. gigi penting dilakukan (Depkes RI, 1999). Hasil laporan morbiditas 2001,

BAB 1 PENDAHULUAN. utama bila dibandingkan dengan penyakit umum lainnya. Penyakit gigi yang paling banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. Asia. Berdasarkan data sensus penduduk tahun 2010, penduduk Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Karies gigi adalah proses perusakan jaringan keras gigi yang dimulai dari

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan pelayanan kesehatan. Undang-Undang No.36 tahun 2009

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berjalan sendiri-sendiri dan tidak saling berhubungan.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Gigi merupakan bagian dari alat pengunyahan pada system pencernaan dalam

BAB I PENDAHULUAN. mutu pelayanan kesehatan pada seluruh masyarakat. Menurut WHO kesehatan adalah

BAB I PENDAHULUAN. merupakan unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang hidup dengan perilaku dan lingkungan sehat,

BAB I PENDAHULUAN. maupun sosial yang memungkinkan setiap orang dapat hidup produktif secara sosial

BAB 1 PENDAHULUAN. umum. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut dilakukan upaya kesehatan yang. masyarakat dengan peran serta aktif masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dan terpenting dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kementerian Kesehatan Tahun 2010 prevalensi karies di Indonesia mencapai 60

BAB VI PEMBAHASAN. dasar. Upaya-upaya yang dilakukan meliputi upaya promotif yaitu dengan. memberikan penyuluhan untuk meningkatkan pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk gigi tiruan cekat (fixed) atau gigi tiruan lepasan (removable). Salah

KUESIONER PENELITIAN PERILAKU IBU TERHADAP PEMANFAATAN PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT

BAB I PENDAHULUAN. dimana sebanyak 129,98 juta jiwa merupakan penduduk dengan jenis kelamin

BAB 1 PENDAHULUAN. Kegiatan penanggulangan Tuberkulosis (TB), khususnya TB Paru di

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis (Depkes,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Untuk menjalankan tugas sebagaimana dimaksud, Rumah Sakit mempunyai. dengan standart pelayanan Rumah Sakit.

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN UPAYA PENCEGAHAN KECACATAN PENDERITA KUSTA DI KABUPATEN NGAWI

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Era globalisasi yang sedang dihadapi oleh bangsa Indonesia pada saat ini

BAB I PENDAHULUAN. orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Banyak pendapat tentang mutu, pendapat yang dikemukakan agaknya

BAB I PENDAHULUAN. dapat mewujudkan derajat pelayanan kesehatan yang bermutu dan merata,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Defenisi Serta Konsep Demand Pada Pelayanan Kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem jaminan social nasional bagi upaya kesehatan perorangan.

BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi

BAB 1 PENDAHULUAN. yang optimal meliputi kesehatan fisik, mental dan sosial. Terdapat pendekatanpendekatan

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP PESERTA JAMKESMAS DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH KARANGANYAR

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi, sarana pelayanan kesehatan merupakan elemen

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. orang, tetapi seluruh masyarakat. Angka kesakitan (morbiditas) pada masyarakat

Trend kunjungan pasien Poli Gigi Puskesmas di Kabupaten Jember pada pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2006

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat menjadi lebih selektif dalam memilih jasa pelayanan dari suatu rumah

TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN DI APOTEK INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SRAGEN SKRIPSI

PERAN GURU DALAM KEBERHASILAN PROGRAM UKGS

BAB I PENDAHULUAN. secara jasmani dan rohani. Tidak terkecuali anak-anak, setiap orang tua

BAB 1 PENDAHULUAN. Mulut yang merupakan pusat rujukan, pendidikan dan penelitian (Peraturan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tidak dapat dipisahkan dari kesehatan tubuh secara umum (Malik, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. Tonsilitis kronis merupakan penyakit yang paling sering dari semua

BAB I PENDAHULUAN. sendiri maupun pemerintah (Sareong dkk, 2013) Pengguna jasa pelayanan kesehatan di Puskesmas menuntut pelayanan yang

BAB I PENDAHULUAN. orang dewasa terdapat gigi tetap. Pertumbuhan gigi pertama dimulai pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan suatu organisasi yang bergerak di bidang pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebersihan mulut merupakan hal yang sangatlah penting. Beberapa masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk membentuk

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan di Indonesia bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. sarana pelayanan kefarmasian oleh apoteker (Menkes, RI., 2014). tenaga teknis kefarmasian (Presiden, RI., 2009).

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat, dan tuntutan akan pencapaian MDGs (Milenium

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan. Salah satu misi tersebut adalah memelihara dan

BAB I PENDAHULUAN. menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan. Penyelenggaraan yang bersifat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan. Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi

BAB I PENDAHULUAN. dan dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Menurut Azwar (1996)

BAB I PENDAHULUAN. perbekalan kesehatan adalah pelayanan obat dan perbekalan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang memuaskan (satisfactory healty care). (Depkes RI, 2005).

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gigi dan mulut yang paling umum diderita, dan menggambarkan masalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik agar jangan sampai terkena gigi berlubang (Comic, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. 2012). Status kesehatan gigi dan mulut umumnya dinyatakan dalam prevalensi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. bidang, termasuk kesehatan dituntut agar lebih berkualitas. Rumah sakit juga berubah

PENDAHULUAN. derajat kesehatan dilakukan dengan berbagai upaya salah satunya dengan

BAB I PENDAHULUAN. dapat mewujudkan derajat pelayanan kesehatan yang bermutu dan merata, yang mampu mewujudkan kesehatan optimal.

BAB I PENDAHULUAN. baik. Penelitian yang di lakukan Nugroho bahwa dari 27,1% responden yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam strategi World Trade Organization (WTO) pada tahun 2010 Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Berkeadilan. Untuk mencapainya, perlu diusahakan upaya kesehatan yang bersifat

BAB I PENDAHULUAN. mengimbangi situasi tersebut. Salah satu kiat tersebut adalah dengan

BAB I PENDAHULUAN. serta memberikan kepuasan bagi pasien selaku pengguna jasa kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. membangun manusia Indonesia yang tangguh. Pembangunan dalam sektor kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan sekaligus merupakan investasi

BAB I PENDAHULUAN. dengan kerusakan bahan organik yang dapat menyebabkan rasa ngilu sampai

BAB I PENDAHULUAN. dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan

BAB I PENDAHULUAN. bidang kesehatan gigi (Depkes RI, 2000). integral dari kesehatan secara keseluruhan yang memerlukan penanganan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, pembangunan kesehatan dilaksanakan secara terarah, berkesinambungan dan realistis sesuai penahapannya (Depkes, 2009). Salah satu program Indonesia Sehat 2010 adalah pokok program Upaya Kesehatan. Program yang termasuk dalam Upaya Kesehatan ini adalah program pemberantasan penyakit menular dan program pencegahan penyakit tidak menular. Sasaran yang ini dicapai melalui program pencegahan penyakit tidak menular khusus untuk kesehatan gigi dan mulut adalah turunnya secara bermakna insiden dan prevalensi penyakit gigi sehingga tidak menjadi masalah kesehatan masyarakat, serta tercapainya derajat kesehatan gigi yang optimal. Kesehatan gigi dan mulut adalah bagian yang esensial dan integral dari kesehatan umum. Kesehatan gigi dan mulut yang baik dibutuhkan dalam berbagai aspek kehidupan sehari-hari seperti makan, minum, berbicara, sosialisasi, dan rasa percaya diri. Oleh karena itu pengukuran pemanfaatan pengguna jasa kesehatan merupakan salah satu indikator untuk mengetahui mutu pelayanan kesehatan.

Penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan telah diupayakan oleh pemerintah dengan menyediakan puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Keberadaan puskesmas sangat bermanfaat karena dapat digunakan oleh seluruh lapisan masyarakat. Puskesmas sebagai sarana pelayanan kesehatan strata pertama, melaksanakan upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan pengembangan. Pelayanan kesehatan gigi dan mulut adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat, keluarga, maupun perorangan baik yang sakit maupun yang sehat. Upaya kesehatan gigi dan mulut ini dilaksanakan sesuai dengan pola pelayanan dipuskesmas tersebut. Upaya kesehatan gigi dan mulut merupakan salah satu upaya pengembangan kesehatan yang penting dan wajib yang bersifat sebagai penunjang kesehatan masyarakat (Depkes, 2004). Upaya kesehatan gigi dan mulut di puskesmas, selain memberikan pelayanan kesehatan gigi dan mulut pada masyarakat, keluarga dan pada penderita/pengunjung puskesmas, juga berkegiatan memberi pelayanan kesehatan gigi dan mulut pada anak usia sekolah yang secara garis besar dilaksanakan diluar lingkungan sekolah dan didalam lingkungan sekolah adalah program Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) yang bertujuan untuk menurunkan insiden dan prevalensi penyakit gigi dan mulut bagi anak sekolah. Puskesmas merupakan unit yang strategis dalam mendukung terwujudnya perubahan kebutuhan masyarakat terhadap kesehatan. Dalam memerankan fungsi tersebut, perlu didukung dengan satu upaya untuk menampilkan pelayanan yang lebih

baik yaitu dengan lebih memperhatikan aspek mutu pelayanan, sehingga masyarakat dapat memperoleh pelayanan sesuai dengan standart yang berlaku. Menurut Tjiptoherijanto dalam Manurung (2004), pemanfaatan pelayanan kesehatan pada dasarnya merupakan interaksi antara pengguna jasa pelayanan (user) dengan penyelenggara pelayanan (provider). Interaksi ini merupakan hubungan yang sangat kompleks yang bersifat multi dimensional serta dipengaruhi oleh banyak faktor. Berdasarkan pendapat Anderson yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003), menyatakan bahwa pemanfaatan pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh komponen predisposisi seseorang untuk memakai pelayanan (predisposing), kemampuan seseorang untuk memakai pelayanan (enabling), dan kebutuhan seseorang akan pelayanan kesehatan (need). Seiring dengan keadaan sosial masyarakat yang semakin meningkat dimana masyarakat semakin sadar akan kualitas maka diperlukan peningkatan kualitas atau mutu pelayanan kesehatan yang lebih berorientasi terhadap kepuasan pasien, artinya berusaha untuk memberikan pelayanan yang terbaik dan mengevaluasinya berdasarkan penilaian pasien. Mutu mencakup tentang atribut-atribut kualitas pelayanan seperti keandalan, daya tanggap, tanggung jawab, simpati, kenyamanan, kebersihan, dan keramahan. Dari sudut pandang pasien, kualitas pelayanan bisa berarti suatu empati dan tanggap akan kebutuhan pasien, pelayanan harus selalu berusaha memenuhi suatu kebutuhan serta harapan mereka, diberikan dengan cara yang ramah pada waktu mereka berobat.

Berdasarkan penelitian Robert dan Prevast, yang dikutip oleh Azwar (1996), mengatakan bahwa pemakai jasa pelayanan kesehatan (health consumer) dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan lebih mengutamakan mutu pelayanan yaitu yang terkait pada ketanggapan petugas memenuhi kebutuhan pasien, kelancaran komunikasi petugas dengan pasien, keramahtamahan petugas dalam melayani pasien dan keyakinan pasien pada jasa pelayanan. Pasien atau masyarakat sebagai penerima pelayanan kesehatan menganggap pelayanan kesehatan bermutu bila terjadi hubungan timbal balik yang baik antara pasien dengan petugas, sehingga keramahan dan perhatian yang baik dari petugas serta fasilitas yang memadai, akan membuat persepsi masyarakat tentang mutu pelayanan akan semakin baik. Data Dirjen Pelayanan Medik (2001) menunjukkan bahwa penyakit gigi dan mulut termasuk sepuluh ranking penyakit terbanyak di Indonesia. Berdasarkan survei Yayasan Kesehatan Gigi Indonesia (2003) yang dilakukan pada anak-anak menunjukkan bahwa 70% anak-anak menderita karies gigi dan gingivitis (peradangan gusi), sedangkan pada orang dewasa ditemui sebanyak 73% yang menderita karies gigi. Menurut hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga SKRT tahun 2004, sebanyak 90,05% penduduk Indonesia mempunyai masalah kesehatan gigi dan mulut. Diantara penduduk berusia 15 tahun atau lebih yang mempunyai masalah kesehatan gigi dan mulut hanya 29% yang menerima perawatan dari perawat gigi, dokter gigi dan dokter spesialis gigi. Persentase penduduk yang menerima perawatan untuk penambalan/pencabutan/bedah gigi rata-rata sebesar 38,5%, pemasangan gigi

lepas/tiruan sebesar 4,6%, konseling perawatan/kebersihan gigi rata-rata sebesar 67,2%. Index DMF-T mencapai rata-rata 4,85% ini berarti jumlah kerusakan gigi rata-rata perorangan adalah lebih dari 5 gigi. Sebagian besar masalah kesehatan gigi terjadi di wilayah pedesaan yaitu sebesar 48,9%. Upaya kesehatan gigi puskesmas sampai saat ini belum dapat berjalan dengan optimal karena adanya berbagai kendala, antara lain : keterbatasan tenaga, sarana, biaya operasional maupun kondisi sosial dan ekonomi masyarakat. Menurut penelitian Haula (2003), berdasarkan kunjungan pasien poli gigi di Puskesmas Dolok Masihul Kabupaten Deli Serdang Tahun 2003 adalah 2,85% dari jumlah penduduk wilayah kerja Puskesmas. Dari kunjungan pasien tersebut terlihat jelas bahwa pemanfaatan Poli Gigi di Puskesmas Dolok Masihul masih rendah karena belum mencapai target nasional atau standar stratifikasi puskesmas untuk kesehatan gigi dan mulut adalah 4% dari jumlah penduduk wilayah kerja puskesmas. Standar pelayanan kesehatan gigi dan mulut puskesmas perkotaan harus memenuhi batasan minimal yaitu dari tenaga non medis 1 orang, dokter gigi 2 orang dan perawat gigi 2 orang, sedangkan standar ruangan untuk sarana poli gigi adalah 24 m² 1300 wat karena dibutuhkan 2 dental unit, dan ketersediaan sarana seperti alat tambal sinar, alat bedah mulut, alat pembuatan gigi tiruan penuh/sebagian, dan alat endodontik (perawatan saraf gigi) dengan jumlah kunjungan antara 10-20 orang pasien/hari (Depkes RI, 2002). Dengan adanya pelayanan kesehatan yang berkualitas merupakan faktor yang akan mendukung bagi masyarakat untuk kembali memanfaatkan pelayanan kesehatan tersebut, karena secara umum konsumen yang menggunakan atau memanfaatkan

suatu jasa pelayanan termasuk jasa pelayanan kesehatan, apabila konsumen tersebut merasakan pelayanan kesehatan yang diberikan pada kunjungan sebelumnya merasakan pelayanan yang berkualitas. Hasil survei awal yang dilakukan peneliti bahwa dari jumlah tenaga kesehatan di UPTD Puskesmas Gunungsitoli Selatan yaitu memiliki 1 orang Dokter gigi dan 1 orang perawat gigi. Dengan memiliki 1 dental unit. Tindakan perawatan yang dapat dilakukan hanya pencabutan dan tambalan sementara, disebabkan karena keterbatasan alat dan bahan-bahan tambalan. Pembersihan karang gigi bisa dilakukan secara manual dan elektrik. Berdasarkan kunjungan pasien, diperoleh data jumlah kunjungan pasien di poli gigi pada tahun 2013 adalah sebanyak 480 orang dengan tindakan tumpatan gigi tetap sebanyak 63 orang dan pencabutan gigi tetap sebanyak 46 orang. Balita 90% giginya banyak plak (giginya kotor), 90% menderita gigi berlubang, early childhood caries (karies botol) 55%. Sedangkan jumlah cakupan penduduk wilayah kerja Puskesmas Gunungsitoli Selatan sebanyak 13970 orang. Sedangkan target yang dicapai sebanyak 558 orang. Terlihat bahwa pemanfaatan poli gigi di UPTD Puskesmas Gunungsitoli Selatan masih rendah karena belum mencapai target nasional atau standar stratifikasi puskesmas untuk kesehatan gigi dan mulut adalah 4% dari jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas penulis merumuskan masalah penelitian yaitu apakah terdapat pengaruh persepsi tentang mutu pelayanan dokter, mutu

pelayanan perawat, mutu pelayanan administrasi, mutu pelayanan obat dan kondisi fisik fasilitas terhadap pemanfaatan poli gigi UPTD Puskesmas Gunungsitoli Selatan Tahun 2014. 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh persepsi tentang mutu pelayanan kesehatan yang meliputi (dokter gigi, perawat gigi, administrasi, obat, kondisi fisik fasilitas) terhadap pemanfaatan poli gigi di UPTD Puskesmas Gunungsitoli Selatan Tahun 2014. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian adalah : 1. Bagi Dinas Kesehatan Kota Gunungsitoli yaitu sebagai bahan masukan dan evaluasi terhadap peningkatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut. 2. Bagi UPTD Puskesmas Gunungsitoli Selatan yaitu sebagai bahan informasi dalam mengambil kebijakan pendayagunaan stafnya agar mampu memberikan pelayanan yang baik sehingga dapat meningkatkan kualitas kerja puskesmas. 3. Sebagai bahan informasi yang dapat dijadikan referensi bagi peneliti berikutnya.